Anda di halaman 1dari 14

ISSN 1978-3787 (Cetak) 2267

ISSN 2615-3505 (Online)


………………………………………………………………………………………………………
MEDIASI COMMUNITY BASED TOURISM PADA PENGARUH PERAN DESA ADAT
TERHADAP PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI DESA
PENGLIPURAN KABUPATEN BANGLI

Oleh
I Nyoman Rasmen Adi1), Made Mulyadi2)
1,2Universitas Pendidikan Nasional Denpasar

Email: 1rasmenadi1958@gmail.com & 2mademulyadi14@yahoo.com

Abstrak
Destinasi wisata yang terbukti telah mendatangkan sumber pendapatan pada masyarakat lokal tidak
secara otomatis dapat mewujudkan pelestarian budaya lokal, melainkan akan sangat ditentukan oleh
partisipasi penduduk lokal (stake-holder). Dalam rangka menjawab dan berusaha mendapatkan jalan
keluar untuk mewujudkan pengembangan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism development),
maka relevan diadakan kajian untuk menganalisis : (1) pengaruh peran desa adat terhadap community
based tourism; (2) pengaruh peran desa adat dan community based tourism terhadap pembangunan
pariwisata berkelanjutan; dan (3) mediasi community based tourism pada pengaruh peran desa adat
terhadap sustainable tourism development Desa Penglipuran Kabupaten Bangli. Penelitian ini
dilakukan di Desa Wisata Penglipuran dengan subyek penelitian anggota krama adat Desa Adat
Penglipuran dengan sampel 75 orang dari ukuran populasi 237 KK. Sampel size dihitung dengan
rumus Slovin dan teknik sampling sistimatik. Data yang yang dikumpulkan dengan kuesioner
selanjutnya dianalisis menggunakan SEM-Smart PLS. Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan
peran desa adat mampu menstimulus community based tourism. Peran desa adat dan community based
tourism secara signifikan mampu menstimulus sustainable tourism development. Community based
tourism merupakan partial mediation pengaruh peran desa adat terhadap sustainable tourism
development di Desa Penglipuran. Artinya, peran desa adat mampu meningkatkan sustainable tourism
development baik secara langsung maupun melalui Community based tourism. Kehadiran community
based tourism diperlukan dalam mewujudkan sustainable tourism development. Dari evaluasi inner
model diperoleh Stone Geiser Q-Square test (Q2) = 0,2009, sehingga dapat dikatakan memiliki
predictive prevelance yang sedang.
Kata Kunci: Desa Adat, Community Based Tourism, Sustainable Tourism Development dan SEM-
PLS.

PENDAHUALUAN jalur distribusi barang dan jasa untuk memenuhi


Bali merupakan barometer perkembangan kebutuhan industri pariwisata. Dengan demikian
pariwisata nasional, tidak hanya terkenal di selama lima tahun terakhir sumbangan sektor
dalam negeri tetapi juga di mancanegara. Sebagai PHR (perdagangan, hotel dan restoran) terhadap
salah satu destinasi wisata utama, Penyediaan pendapatan domestik regional bruto (PDRB)
Akomodasi dan Makan Minum serta Provinsi Bali menurut harga berlaku secara rata-
Perdagangan masih menjadi penopang utama rata adalah sebesar 31,52 persen (BPS Propinsi
dari struktur ekonomi Bali, utamanya pada Bali, 2019)
industri pariwisata. Selama lima tahun terakhir, WTO memprediksi bahwa perekonomian
komponen ini mampu berkontribusi rata-rata Bali akan menerima dampak positif peningkatan
sebesar 23,17 persen dari Penyediaan Akomodasi pangsa pasar perjalanan wisata yang
dan Makan Minum serta 8,45 persen dari mendatangkan devisa dan pendapatan
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil masyarakat lokal dari aktivitas belanja
dan Sepeda Motor yang berkaitan erat dengan wisatawan. Sejalan dengan prediksi UN-WTO,
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.14 No.3 Oktober 2019
Open Journal Systems
2268 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
disajikan jumlah kedatangan wisatawan menggerakkan pertumbuhan ekonomi, karena
mancanegara yang datang ke Indonesia dan Bali pembangunan ekonomi itu sendiri telah
dari tahun 2008 sampai dengan 2018 berdampak bagi penurunan kualitas lingkungan
sebagaimana disajikan pada Gambar 1. di sektor pertanian dan pertambangan, sehingga
Gambar 1. Kedatangan Wisatawan ke kehadiran pariwisata menjadi industri alternatif
Indonesia dan Bali Tahun 2008-2018 dalam memperbaiki kesejahteraan ekonomi
penduduk di sektor pedesaan. Perbaikan
kesejahteraan penduduk melalui kehadiran
pariwisata akan menjadi penguatan ketahanan
ekonomi penduduk sekaligus berperan dalam
meningkatkan kualitas lingkungan alam dan
konservasi.
Meskipun pariwisata merupakan mesin
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
kesejahteraan, perluasan lapangan kerja, serta
sumber penghasil devisa yang potensial, namun
dampak pariwisata terhadap pelestarian budaya
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Juli
lokal yang bernilai tinggi merupakan tantangan
2019
tersendiri yang patut mendapat perhatian.
Pada Gambar 1 terlihat pada kurun waktu
McKean (1989), menyajikan skenario untuk
10 tahun terakhir, hampir 40 persen wisatawan
pariwisata Bali yang mendatangkan manfaat
yang datang ke Indonesia merupakan wisatawan
ekonomi dengan resiko intervensi budaya yang
yang datang ke pulau Bali, dengan laju rata-rata
dapat merusak sendi-sendi dasar budaya Bali
pertumbuhan kedatangan 11,2 persen untuk
yang dikenal memiliki nilai tinggi. McKean
Indonesia dan 13,9 persen untuk Bali. Mengingat
(1989), menyatakan bahwa masyarakat Bali
perkembangan kunjungan wisatawan yang begitu
disatu pihak memiliki budaya bernilai tinggi,
pesat, maka sudah sewajarnya apabila pemerintah
tetapi dengan tingkat pendapatan relatif masih
mengoptimalkan program pembangunan
rendah (economically poor), sedangkan
pariwisata di berbagai daerah sekaligus
wisatawan asing yang memiliki tingkat
menempatkannya sebagai pendekatan
pendapatan tinggi (economically rich) tetapi
pembangunan alternatif (alternative
memiliki budaya bernilai rendah yang cenderung
development) yang bertujuan untuk
materialistik.
meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
Pengaruh budaya asing atas budaya lokal
meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta
terjadi sebagai akibat dari transaksi pariwisata,
sebagai solusi dalam mengatasi pengangguran.
sehingga masyarakat Bali akan menerima resiko
Semua ini tidak terlepas dari peran serta
terancam nilai-nilai budaya lokal yang bernilai
masyarakat sebagai salah satu stakeholders
tinggi tersebut sebagai akibat dari transaksi kedua
pembangunan yang pada prinsipnya memiliki
belah pihak dalam aktivitas pariwisata. Picard
wewenang dan tanggung jawab terhadap
(1991), lebih mempertegas pola transaksi antara
pengelolaan pariwisata di daerahnya masing-
wisatawan asing dengan penduduk lokal sebagai
masing. Keterlibatan peran serta masyarakat
transaksi komoditifikasi, yaitu berpindahnya
dalam pengembangan dan pengelolaan
tarian dan aneka barang sakral yang
pariwisata menjadi satu faktor penting, karena
diperuntukkan hanya untuk upacara suci
masyarakatlah yang memahami dan menguasai
berpeluang berpindah ke atraksi wisata dan
wilayahnya (Elfianita, 2011).
bahkan tersajikan pada hotel dan destinasi wisata
Pariwisata juga menjadi relevan untuk
tertentu .
dihadirkan sebagai sektor alternatif dalam
Vol.14 No.3 Oktober 2019 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak) 2269
ISSN 2615-3505 (Online)
………………………………………………………………………………………………………
Tantangan atas kehadiran wisatawan asing 1. Bagaimana pengaruh peran desa adat terhadap
juga terjadi pada pelestarian alam dan community based tourism di Desa Penglipuran
lingkungan, sehingga peran aktif partisipasi Kabupaten Bangli?
masyarakat (stake-holder tourism) menjadi 2. Bagaimana pengaruh peran desa adat, dan
kekuatan yang menentukan dalam mewujudkan community based tourism terhadap
pelestarian alam dan lingkungannya. Kajian pembangunan pariwisata berkelanjutan di
tentang dampak atas pelestarian alam yang Desa Penglipuran Kabupaten Bangli?
dipandu secara nyata melalui peranan partisipasi 3. Apakah community based tourism memediasi
masyarakat tidak terbukti merupakan usaha nyata pengaruh peran desa adat terhadap
dan berkelanjutan Stronza (2007), menyatakan pembangunan pariwisata berkelanjutan di
bahwa insentif ekonomi yang diterima penduduk Desa Penglipuran Kabupaten Bangli?
lokal atas kegiatan pariwisata dapat menjadi Mengacu pada tiga rumusan masalah di atas
social-cultural benefits yaitu meningkatnya maka dirumuskan tiga buah tujuan penulisan
kesadaran penduduk lokal dalam upaya seperti dicantumkan berikut ini.
memelihara konservasi alam dan langkah nyata 1. Untuk menganalisis pengaruh peran desa adat
dalam pelestarian alam. Penguatan ketahanan terhadap community based tourism di Desa
budaya penduduk lokal atas transaksi pariwisata Penglipuran Kabupaten Bangli.
setidaknya merupakan indikasi dalam rangka 2. Untuk menganalisis peran desa adat dan
memperkuat socio-cultural masyarakat lokal, community based tourism terhadap
bahwa perbaikan kesejahteraan penduduk lokal pembangunan pariwisata berkelanjutan di
dapat menjadi parameter bagi dimulainya usaha Desa Penglipuran Kabupaten Bangli.
melestarikan konservasi alam yang dapat 3. Untuk menganalisis apakah community based
diwariskan kepada generasi mendatang tourism memediasi pengaruh peran desa adat
(UNWTO, 2008). terhadap pembangunan pariwisata
Desa wisata merupakan aktivitas berkelanjutan di Desa Penglipuran Kabupaten
bertemunya penduduk lokal dan wisatawan. Bangli.
Begitu juga, Desa wisata Penglipuran yang Sejalan dengan masalah dan tujuan yang
merupakan salah satu desa wisata yang ada di telah disampaikan maka secara garis besar ada
Provinsi Bali. Desa wisata akan berhasil menjadi dua manfaat manfaat yang diharapkan dari kajian
destinasi wisata yang berkelanjutan, apabila ini .
disertai dengan peningkatan ketahanan budaya 1. Secara teoritis, yaitu untuk membuktikan teori
lokal atas intervensi budaya asing yang dibawa maupun konsep pariwisata berkelanjutan yang
serta wisatawan. Masyarakat setempat yang berbasis masyarakat dan peran desa adat.
memahami potensi wilayahnya masing-masing, 2. Secara praktis, bagi Desa Penglipuran hasil
terutama potensi kepariwisataannya, maka dalam penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi
rangka memanfaatkan peluang pariwisata tentang pelaksanaan pengembangan wisata di
dipandang relevan komunitas masyarakat yang Desa Penglipuran serta penyusunan
memiliki potensi kepariwisataan perencanaan untuk pengelolaan jangka
mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat panjang. Lebih lanjut, bagi pemerintah, hasil
(community based tourism). Untuk mewujudkan penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism menyusun kebijakan pengembangan daerah
development) yang berbasis masyarakat tujuan wisata menuju pariwisata
diperlukan juga peran desa adat yang kuat. berkelanjutan.
Mengacu pada latar belakang yang telah
dipaparkan pada pendahuluan maka disusun LANDASAN TEORI
rumusan masalah berikut. Konsep Pariwisata

http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.14 No.3 Oktober 2019


Open Journal Systems
2270 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dijaga tetap terpeliharanya budaya dan
dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga kepribadian bangsa serta kelestarian fungsi dan
persiapan yang dilakukan untuk aktivitas mutu lingkungan hidup. Kepariwisataan perlu
tersebut. Pariwisata dewasa ini merupakan ditata secara menyeluruh dan terpadu dapat
sebuah mega bisnis. Penyelenggaraan terwujudnya pemerataan dan keseimbangan
Kepariwisataan Budaya Bali dilaksanakan pengembangannya.
berdasarkan pada asas manfaat, kekeluargaan, Daya tarik Bali, sebagai komponen tidak
kemandirian, keseimbangan, kelestarian, terpisahkan dalam Konsep Pengembangan
partisipatif, berkelanjutan, adil dan merata, Pariwisata Budaya Bali, perlu ditingkatkan
demokratis, kesetaraan dan kesatuan yang dijiwai melalui pengembangan pariwisata budaya yang
oleh nilai-nilai Agama Hindu dengan dijiwai agama Hindu serta upaya pemeliharaan
menerapkan falsafah Tri Hita Karana. Hal ini kebudayaan daerah yang mencerminkan
sejalan dengan kebijakan Kementerian ketinggian budaya dan kebesaran bangsa, serta
Pariwisata (2015) yang telah menetapkan arah didukung dengan promosi yang memadai (Tri
kebijakan dan strategi (road map) kepariwisataan Budhi Satrio, 1999:72). Berdasarkan pernyataan
Indonesia, yaitu: (1) Pemasaran pariwisata tersebut, maka Desa Adat Bali mempunyai
nasional; (2) Pembangunan destinasi pariwisata; peranan yang strategis dalam pengembangan
(3) Pembangunan industri pariwisata; dan (4) pariwisata budaya. semua orang memaklumi
Pembangunan kelembagaan pariwisata. bahwa daya tarik Bali terhadap wisatawan,
Ekonomi Pariwisata tidaklah semata karena keindahan alamnya, lebih
Spillane (1987) dalam bukunya yang dari pada itu adalah budayanya yang dijiwai oleh
berjudul “Ekonomi Pariwisata Sejarah dan agama Hindu.
Prospeknya” menyebutkan bahwa aspek Lebih lanjut, tentang peranan Desa Adat
ekonomi pariwisata paling tidak terkait dengan dalam pengembangan pariwisata budaya, kami
lima hal, yaitu: (1) lokasi industri pariwisata; (2) kutipkan pendapat Pitana (1994), sebagai berikut.
sifat khusus industri pariwisata; (3) aspek “All players in tourism sector should
penawaran pariwisata; (4) aspek permintaan remeber by heart, that it is the Balinese
industri pariwisata; dan (5) pasar industri and their culture, who contribute
pariwisata. Di dalam Spillane (1987), disebutkan significantly to the success of tourism
bahwa pasar industri pariwisata di Indonesia development. Hence, there is a duty for all
setidaknya bisa diidentifikasi dengan 3 (tiga) to respect them and help them maintain
faktor utama, yaitu susunan pasar menurut they dignity in whatever forms. This is key
penghasilan konsumen, pemasaran, dan fasilitas for the sustainable tourism development.
angkutan, pelayanan, dan pola perjananan To ease the channeling of tourism support
Peran Desa Adat Dalam Pengembangan for culture, there is a need to establish a
Pariwisata solid bridge institution.”
Bila diperhatikan dengan seksama Desa Adat di Bali sesungguhnya sangat
pengembangan Pariwisata Budaya, atau berperanan dalam pengembangan pariwisata
pembangunan kepariwisataan, Tri Budhi Satrio, budaya. Peran tersebut akan maksimal dapat
(1999:72) menyatakan, pembangunan dilaksanakan bila fungsi, peranan dan wewenang
kepariwisataan yang bermodal dasar kebudayaan Desa Adat berjalan dengan baik. Peran desa adat
daerah yang dijiwai oleh agama Hindu diarahkan yang meliputi peran sosial, budaya, ekonomi,
menjadi sektor andalan yang mampu dan keuangan diatur dalan perda provinsi Bali
menggalakkan kegiatan ekonomi, melalui upaya nomor 6 tahun 1986 yang selanjutnya diganti
pengembangan dan pendayagunaan berbagai dengan perda nomor 3 tahun 2001.
potensi kepariwisataan yang ada di daerah. Community Based Tourism
Dalam pembangunan kepariwisataan haruslah
Vol.14 No.3 Oktober 2019 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak) 2271
ISSN 2615-3505 (Online)
………………………………………………………………………………………………………
Saat ini pariwisata berbasis masyarakat sustainability; (2) economic sustainability; (3)
yang dikenal dengan istilah CBT (Community social and cultural sustainability. Dalam hal ini
Based Tourism) sangat populer dilakukan dalam kebijakan pembangunan pariwisata berkelanjutan
membentuk sebuah strategi pembangunan dalam terarah pada penggunaan sumber daya alam dan
bidang pariwisata. Konsep ini memiliki tujuan penggunaan sumber daya manusia untuk jangka
untuk melakukan suatu peningkatan intensitas waktu panjang (Sharpley, 2000:10).
partisipasi masyarakat, sehingga dapat Aronsson (2000:40), mencoba
memberikan peningkatan dalam bidang ekonomi menyampaikan beberapa pokok pikiran tantang
serta masyarakat memiliki kekuatan dalam intepretasi pembangunan pariwisata
pengambilan keputusan untuk mengelola suatu berkelanjutan, yaitu 1) pembangunan pariwisata
pembangunan dalam bidang pariwisata. berkelanjutan harus mampu mengatasi
Kit (2000) menyatakan ada empat tujuan permasalahan sampah lingkungan serta memiliki
yang diinginkan dengan berlakunya konsep perspektif ekologis, 2) pembangunan pariwisata
pariwisata yang berbasis masyarakat. berkelanjutan menunjukkan keberpihakannya
1) Pariwisata berbasis masyarakat harus pada pembangunan berskala kecil dan yang
berkontribusi untuk meningkatkan dan atau berbasis masyarakat lokal/setempat, 3)
memperbaiki konservasi alam atau sumber pembangunan pariwisata berkelanjutan
daya budaya, termasuk keanekaragaman menempatkan daerah tujuan wisata sebagai
hayati. penerima manfaat dari pariwisata, untuk
2) Pariwisata berbasis masyarakat harus mencapainya tidak harus dengan mengeksploitasi
berkontribusi terhadap pembangunan daerah setempat, 4) pembangunan pariwisata
ekonomi lokal sehingga meningkatkan berkelanjutan menekankan pada keberlanjutan
pendapatan dan keuntungan bagi masyarakat. budaya, dalam hal ini berkaitan dengan upaya-
3) Pariwisata berbasis masyarakat harus upaya membangun dan mempertahankan
melibatkan partisipasi masyarakat lokal. bangunan tradisional dan peninggalan budaya di
4) Pariwisata berbasis masyarakat mempunyai daerah tujuan wisata.
tanggung-jawab kepada wisatawan untuk Beberapa persyaratan yang harus
memberikan produk yang peduli terhadap dipenuhi untuk menjamin keberlanjutan
lingkungan alam, sosial maupun budaya. pariwisata menurut Damanik dan Weber (2006),
Menurut Suansri (dalam Nurhidayati, sebagai berikut.
2004) mendefinisikan CBT (Community Based 1) Wisatawan mempunyai kemauan untuk
Tourism) sebagai pariwisata yang mengonsumsi produk jasa dan jasa wisata
memperhitungkan aspek keberlanjutan secara selektif, dalam arti bahwa produk
lingkungan, sosial, dan budaya. Aspek utama tersebut tidak diperoleh dengan
pengembangan CBT berupa lima dimensi, yaitu: mengeksploitasi secara eksesif sumberdaya
(1) dimensi ekonomi; (2) dimensi sosial; (3) pariwisata setempat.
dimensi budaya; (4) dimensi lingkungan; dan (5) 2) Produk wisata didorong ke produk berbasis
dimensi politik. lingkungan (green product).
Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan 3) Kegiatan wisata diarahkan untuk
WTO mendefinisikan pembangunan melestarikan lingkungan dan peka terhadap
pariwisata berkelanjutan sebagai pembangunan budaya lokal.
yang memenuhi kebutuhan wisatawan saat ini, 4) Masyarakat harus dilibatkan dalam
sambil melindungi dan mendorong kesempatan perencanaan, implementasi dan monitoring
untuk waktu yang akan datang. Pembangunan pengembangan pariwisata.
pariwisata berkelanjutan yang dikedepankan oleh 5) Masyarakat juga harus memperoleh
WTO dalam Pitana (2002), terdapat tiga prinsip keuntungan secara adil dari kegiatan
yang harus diperhatikan, yaitu: (1) ecological pariwisata.
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.14 No.3 Oktober 2019
Open Journal Systems
2272 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
6) Posisi tawar masyarakat lokal dalam 1. Variabel eksogen (exogenous variable) dalam
pengelolaan sumber daya pariwisata semakin penelitian ini peran desa adat. Variabel Peran
meningkat. Desa adat (PDA) terdiri dari empat indikator,
Kerangka Konsep yaitu peran sosial (pda1), peran budaya
Mengacu pada pengembangan pariwisata (pda2), peran ekonomi (pda3), dan peran
yang berhubungan dengan masyarakat khususnya keuangan (pda4).
desa adat, sebagaimana kajian empiris Pitana dan 2. Variabel antara (intervening variable) dalam
Gayatri (2005); Nurhidayati (2004); Fukuyama penelitian ini adalah community based
(1995); Putnam (1993); maka disajikan Gambar tourism. Variabel community based tourism
2: Kerangka Konsep Penelitian Asosiatif berikut. (CBT) terdiri dari lima first order consruct
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian yaitu: dimensi ekonomi (cbt1) dengan
Asosiatif indikator second order construct dana
pengembangan (cbt11), lapangan pekerjaan
(cbt12), pendapatan masyarakat (cbt13);
dimensi sosial (cbt2) dengan indikator kualitas
hidup (cbt21), kebanggaan komunitas (cbt22),
pembagian peran (cbt23), penguatan
organisasi (cbt24); dimensi budaya (cbt3)
dengan indikator hormat pada budaya (cbt31),
pertukaran budaya (cbt32), bagian
pembangunan dan lokal (cbt33); dimensi
Hipotesis lingkungan (cbt4) dengan indikator Carrying
Mengacu pada rumusan masalah Capacity Area (cbt41), pengaturan sampah
penelitian, tujuan penelitian dan kerangka konsep (cbt42), konservasi (cbt43); dimensi politik
di atas maka diajukan tiga buah rumusan (cbt5) dengan indikator partisipasi penduduk
hipotesis. (cbt51), kekuasaan komunitas (cbt52), hak
1. Semakin tinggi peran desa adat semakin baik pengelolaan sumber daya alam (cbt53).
community based tourism di Desa Penglipuran 3. Variabel endogen (endogenous variable)
Kabupaten Bangli. dalam penelitian ini adalah pembangunan
2. Semakin tinggi peran desa adat semakin baik pariwisata berkelanjutan/sustainable tourism
pembangunan pariwisata berkelanjutan di development (STD), dengan indikator
Desa Penglipuran Kabupaten Bangli. keberlanjutan ekonomi (std1), perkembangan
3. Semakin baik community based tourism sosial (std2), dan perkembangan ekosistem
semakin baik pembangunan pariwisata (std3).
berkelanjutan di Desa Penglipuran Kabupaten Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan
Bangli. Sampel
4. Community based tourism memediasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
pengaruh peran desa adat terhadap warga desa adat Penglipuran yang berjumlah 237
pembangunan pariwisata berkelanjutan di kepala keluarga (KK), yang terdiri dari krama
Desa Penglipuran Kabupaten Bangli. pengarep 76 KK dan krama roban sejumlah 161
KK. Dengan menggunakan rumus Slovin pada
METODE PENELITIAN tingkat error 10% di dapat ukuran sampel
Identifikasi Variabel Penelitian minimal adalah 70. Mengacu pada ukuran
Adapun variabel yang teridentifikasi dalam sampel minimal, ditetapkan penelitian ini
penelitian ini serta indikatornya sebagaimana menggunakan ukuran sampel 75. Sampel
berikut. penelitian diambil dari populasi yang terdiri dari
dua jenis keanggotaan krama desa adat, maka
Vol.14 No.3 Oktober 2019 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak) 2273
ISSN 2615-3505 (Online)
………………………………………………………………………………………………………
diusahakan tiap jenis keanggotaan krama desa apresiasi buruk/rendah; 40,01 – 70,00 persen
adat terwakili secara porposional, yaitu 24 orang dinyatakan sebagai apresiasi cukup/sedang; dan
anggota krama pengarep dan 51 orang anggota 70,01 – 100,00 persen dinyatakan sebagai
krama roban. apresiasi baik/tinggi. Berikut disajikan hasil
Teknik Analisa Data analisis deskripsi persepsi responden atas
Analisis deskripstif berkenaan dengan variabel penelitian
analisis yang digunakan untuk menganalisis data Tabel 1. Rerata Persepsi Responden Terhadap
dengan cara mendeskripsikan atau Variabel Penelitian
menggambarkan data yang telah terkumpul Jumlah Dalam %
Variabe Tingkat Penilaian Apres Rer
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat l Responden iasi ata
kesimpulan yang berlaku umum atau 1 2 3 4 5
generalisasi. Termasuk dalam analisis deskriptif Peran
0, 1, 15, 74, 9,3
antara lain penyajian data melui tabel, grafik Desa 78,27 3,91
00 30 30 00 0
Adat
(diagram) nilai rata-rata (mean), persentase, Commun
0, 0, 9,2 73, 16,
standar deviasi, maksimum, minimum, sum, ity Based
00 00 0 92 00
80,02 4,00
range, kurtosis (keruncingan) dan skewness Tourism
Sustaina
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2009, ble
0, 0, 9,3 82, 8,4
Sugiyono, 2012). Tourism
00 00 0 20 0
79,82 3,99
Pengujian Hipotesis Develop
ment
Model persamaan struktural atau Structural
Berdasarkan skor apresiasi dan rerata
Equation Modelling (SEM) merupakan teknik-
setiap variabel pada Tabel 1. dapat dijelaskan
teknik statistika yang memungkinkan dilakukan
bahwa persepsi responden terhadap ketiga
pengujian pada suatu rangkaian hubungan yang
variabel penelitian cenderung tinggi.
relatif kompleks secara simultan. Analisis data
Evaluasi Outer Model (Measurement Model)
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
1. Uji Validitas
Partial Least Square (PLS). Adapun langkah-
Validitas konstruk menunjukkan tingkat
langkah permodelan persamaan struktural
kesesuaian dari penggunaan suatu pengukuran
berbasis PLS dengan software Smart-PLS, yaitu:
dengan teori-teori yang digunakan untuk
(1) merancang model struktural; (2) merancang
mendefinisikan suatu konstruk. Ada beberapa
model pengukuran (outer model); (3)
cara pengujian validitas suatu indikator, yaitu uji
menkonstruksi diagram jalur; (4) konversi
diagram jalur ke dalam sistem persamaan untuk Outer Loading, uji perbandingan nilai √𝐴𝑉𝐸
outer model; (5) estimasi; (6) pengujian dengan korelasi (Fornell-Larcker Criterion), uji
Goodness of Fit Model; dan (7) pengujian melalui muatan silang (Cross Loadings) dan Uji
hipotesis. Validitas Second Order
1) Uji Loading Faktor
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil output PLS menunjukkan seluruh
Deskripsi Variabel Penelitian indikator untuk semua konstruk memiliki loading
Untuk mengetahui persepsi secara factor (original sample) di atas 0,7. Selain hasil
akumulatif terhadap masing-masing variabel koefisien loading faktor > 0,7, terlihat pula untuk
penelitian, maka perlu dideskripsikan persepsi semua indikator memiliki T-statistics lebih besar
responden pada tiap variabel penelitian. dari 1,960 dan nilai probability < 0,05. Dengan
Ferdinand (2011) menjelaskan bahwa untuk demikian dapat dinyatakan bahwa semua
dapat menginterpretasikan suatu indeks persepsi indikator valid merefleksikan masing-masing
dapat menggunakan kriteria three box method, konstuknya.
dengan rentangan kriteria three box method 2) Uji Formell-Larcker Criterion
berikut: 10,00 – 40,00 persen dinyatakan sebagai
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.14 No.3 Oktober 2019
Open Journal Systems
2274 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
Fornell dan Larcker (1981) juga pengujian hipotesis. Evaluasi pengaruh meliputi
menyajikan suatu metode pengujian validitas pengaruh langsung maupun pengaruh tidak
diskriminan untuk dua atau lebih faktor/konstruk langsung. Evaluasi kecocokan model (goodness
yaitu nilai dengan √𝐴𝑉𝐸 masing-masing of fit) dan evaluasi pengaruh variabel eksogen
konstruk dibandingkan dengan nilai varians terhadap variabel endogen mengacu pada output
bersama antara konstruk. Output PLS SEM PLS sebagaimana ditampilkan pada
menunjukkan bahwa nilai square roots atas AVE Gambar 3.
terhadap variabelnya lebih besar dengan korelasi Gambar 3. Path Coefficient, Loading Factor
variabel laten lainnya. Dengan demikian dari dan R2 Model Algoritm
hasil uji Fornell-Larcker Criterion dapat
dinyatakan bahwa konstruk dinyatakan valid.
3) Uji Validitas Second Order
Pengujian validitas dimensi variabel laten
Community Based Tourism (CBT) yang memiliki
second order construct. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa masing-masing dimensi
memiliki nilai path koefficient lebih besar 0,5,
koefisien Tstatistic lebih besar dari 1,658 dan P-
Value lebih kecil dari 0,05. Artinya melalui
pengujian second order menunjukkan bahwa
seluruh dimensi Community Based Tourism Model struktural hasil pengolahan PLS
(CBT) adalah bersifat valid. perlu dievaluasi dengan menggunakan R-square
4) Uji Cross Loading untuk setiap variabel dependen, dan Q square
Uji Cross Loadings digunakan untuk predictive relevance untuk melihat efek konstruk
menguji discriminant validity model pengukuran laten eksogen terhadap variabel endogennya.
indikator. Output PLS menunjukkan bahwa Tabel 2. Nilai R-square
masing-masing indikator memiliki nilai cross Variabel R Square
loading tertinggi terhadap variabel latennya. Hal Community Based Tourism
ini menunjukkan bahwa seluruh indikator adalah 0,306
(CBT)
memenuhi discriminant validity pada pengujian Sustainable Tourism
Cross Loadings. Artinya, semua indikator layak 0,344
Development (STD)
diikutsertakan pada analisis lanjut.
Pada Tabel 2 terlihat Community Based
2. Uji Reliabilitas
Tourism (CBT) memiliki koefisien R2 = 0,306.
Reliabilitas dapat diukur dengan melihat
Artinya perubahan Community Based Tourism
nilai Cronbach’s Alpha dan Composite
(CBT) sebesar 30,6 persen dipengaruhi oleh
Reliability. Output PLS menunjukkan nilai
perubahan skor peran desa adat. Terlihat pula
Cronbach’s Alpha, rho_A dan Composite
Sustainable Tourism Development (STD)
Reliability untuk masing-masing konstruk
memiliki koefisien R2 = 0,344. Artinya
semuanya bernilai lebih besar dari 0,70, dan pada
perubahan Sustainable Tourism Development
Average Variance Extracted (AVE) lebih besar
(STD) sebesar 34,4 persen dipengaruhi oleh
dari 0,50. Dengan demikian seluruh pengukuran
perubahan skor peran desa adat dan Community
yang dipakai dalam penelitian ini adalah reliabel
Based Tourism (CBT) secara bersama-sama.
Evaluasi Inner Model (Struktural Model)
Berdasarkan kedua koefisien R2 pada Tabel
Evaluasi Inner model mencakup dua hal
2. Dapat pula dihitung nilai Q-Square predictive
pokok, yaitu evaluasi kecocokan model
relevance untuk model structural. Q-Square
(goodness of fit) dan evaluasi pengaruh variabel
predictive relevance yang menunjukkan seberapa
eksogen terhadap variabel endogen melalui
Vol.14 No.3 Oktober 2019 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak) 2275
ISSN 2615-3505 (Online)
………………………………………………………………………………………………………
baik nilai observasi yang dihasilkan oleh model sampai dengan 120 pada tingkat kesalahan () =
dapat mengestimasi parameternya 5% untuk uji satu sisi diperoleh koefisien ttabel
Q2 = 1 – (1-R12)(1- R22) atau tkritis = 1,658.
Q2 = 1 – (1-0,3062)(1- 0,3442) Pada Tabel 4 untuk pengaruh peran desa
Q2 = 1 – (0,906364)(0,881664) adat terhadap community based tourism (PDA 
Q2 = 1 – (0,906364)(0.881664) CBT) terlihat memiliki 1 = 0,553, Tstatistics =
Q2 = 1-0,799085 = 0,200891 5,979 dan Pvalue = 0,000. Besarnya Tstatistics =
Q-Square predictive relevance sebesar 5,979 > tkritis = 1,658 dan Pvalue = 0,000 <  =
0,200891, menurut kriteria Stone-Geisser’s 0,050 dengan demikian maka secara statistik
berada diantra 0,15 dan 0,35. Dengan demikian pada α = 5%, Ha diterima atau H0 ditolak.
dapat dinyatakan model ini memiliki predictive Artinya, hipotesis yang menyatakaan semakin
prevelance yang sedang. Berarti variasi variabel tinggi peran desa adat maka semakin baik
dependent belum begitu besar atau belum kuat community based tourism di Desa Wisata
dapat dijelaskan oleh konstruk yang disertakan Penglipuran Kabupaten Bangli adalah teruji
pada model penelitian ini. Artinya daya prediksi kebenarannya. Peran desa adat dengan indikator
model ini masih tergolong sedang. peran sosial, peran budaya, peran ekonomi dan
Pengujian Hipotesis peran keuangan secara langsung berpengaruh
Pada tahap pengujian hipotesis, sangat positip dan signifikan terhadap community based
penting untuk memperhatikan adanya pengaruh tourism. Dengan kata lain bahwa peran sosial,
langsung dan signifikan yang ditunjukkan oleh peran budaya, peran ekonomi dan peran
arah anak panah antar variabel laten eksogen keuangan yang dilaksanakan desa adat secara
dengan variabel mediasi dan variable endogen. bersama-sama mampu meningkatkan keberadaan
Variabel eksogen adalah peran desa adat community based tourism dengan dimensi
(PDA),variable mediasi adalah community based ekonomi, dimensi sosial, dimensi budaya,
tourism (CBT) dan variable endogen adalah dimensi lingkungan dan dimensi politik.
sustainable tourism development (STD). Untuk 2. Pengujian Hipotesis 2 : Semakin tinggi Peran
keperluan pengujian hipotesis penelitian desa adat semakin baik Sustainable Tourism
ditampilkan Tabel 4 yang memuat path koefisien, Development di Desa Wisata Penglipuran
t-statistics dan P-value. Kabupaten Bangli
Tabel 4. Path Coefficients, T-Statistics, P- Hipotesis yang menyatakan pengaruh
Values positip dinotasikan dengan i > 0, dengan
demikian maka akan dilakukan uji satu sisi yaitu
sisi kanan. Ha diterima atau H0 ditolak jika thitung
> tkritis dan P < . Mengacu pada tabel-t Hubert M
Blalock (1985) pada tingkat kesalahan () = 5%
untuk uji satu sisi diperoleh koefisien ttabel atau
tkritis = 1,658.
1. Pengujian Hipotesis 1 : Semakin tinggi peran Pada Tabel 4 untuk pengaruh peran desa
desa adat semakin baik community based tourism adat terhadap sustainable tourism development
di Desa Wisata Penglipuran Kabupaten Bangli (PDA  STD) terlihat memiliki 2 = 0,438,
Hipotesis yang menyatakan pengaruh Tstatistics = 3,581 dan Pvalue = 0,000. Besarnya
positip dinotasikan dengan i > 0, dengan Tstatistics = 3,581 > tkritis = 1,658 dan Pvalue = 0,000
demikian maka akan dilakukan uji satu sisi yaitu <  = 0,050 dengan demikian maka secara
sisi kanan. Ha diterima atau H0 ditolak jika thitung statistik pada α = 5%, Ha diterima atau H0 ditolak,
> tkritis dan P < . Mengacu pada tabel-t Hubert M Artinya, hipotesis yang menyatakaan semakin
Blalock (1985) untuk ukuran sampel di atas 60 tinggi peran desa adat semakin baik sustainable

http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.14 No.3 Oktober 2019


Open Journal Systems
2276 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
tourism development di Desa Wisata Penglipuran dimensi lingkungan dan dimensi politik
Kabupaten Bangli adalah teruji kebenarannya. Community based tourism secara bersama-sama
Peran desa adat dengan indikator peran sosial, mampu meningkatkan keberadaan sustainable
peran budaya, peran ekonomi dan peran tourism development dengan indikator
keuangan, secara langsung berpengaruh positip keberlanjutan ekonomi, perkembangan sosial dan
dan signifikan terhadap sustainable tourism perkembangan ekosistem.
development. Dengan kata lain bahwa peran 5. Pengujian Hipotesis 4 : Community Based
sosial, peran budaya, peran ekonomi dan peran Tourism memediasi pengaruh peran desa adat
keuangan yang dilaksanakan desa adat secara terhadap Sustainable Tourism Development di
bersama-sama mampu meningkatkan keberadaan Desa Wisata Penglipuran Kabupaten Bangli
sustainable tourism development dengan Mediasi Community based tourism dapat
indikator keberlanjutan ekonomi, perkembangan diuji dengan memperhatikan pengaruh langsung
sosial dan perkembangan ekosistem. peran desa adat terhadap Community based
3. Pengujian Hipotesis 3 : Semakin baik tourism (1), pengaruh langsung Community
Community based tourism semakin baik based tourism terhadap Sustainable Tourism
Sustainable Tourism Development di Desa Development (3), dan pengaruh langsung peran
Wisata PenglipuranKabupaten Bangli desa adat (2) terhadap Sustainable Tourism
Hipotesis yang menyatakan pengaruh Development. Untuk kepentingan pengujian
positip dinotasikan dengan i > 0, dengan hipotesis 4 disajikan Gambar 5
demikian maka akan dilakukan uji satu sisi yaitu Gambar 4 Diagram Jalur Community Based
sisi kanan. Ha diterima atau H0 ditolak jika thitung Tourism Sebagai Mediasi Pengaruh
> tkritis dan P < . Mengacu pada tabel-t Hubert M
Blalock (1985) pada tingkat kesalahan () = 5%
untuk uji satu sisi diperoleh koefisien ttabel atau
tkritis = 1,658. Untuk pengujian hipotesis pengaruh
positip community based tourism terhadap
sustainable tourism development di Desa Wisata
Penglipuran Kabupaten Bangli Tabel 4.
Pada Tabel 4 untuk pengaruh community
based tourism terhadap sustainable tourism
development (CBT  STD) terlihat memiliki 3 Peran Desa Adat Terhadap Sustainable Tourism
= 0,218, Tstatistics = 1,678 dan Pvalue = 0,049. Development
Besarnya Tstatistics = 1,678 > tkritis = 1,658 dan Pvalue Pada Gambar 4 terlihat pengaruh langsung
= 0,049 <  = 0,050 dengan demikian maka peran desa adat terhadap Community based
secara statistik pada α = 5%, Ha diterima atau H0 tourism adalah signifikan (1), pengaruh
ditolak, Artinya, hipotesis yang menyatakaan langsungCommunity based tourism terhadap
semakin baik community based tourism semakin Sustainable Tourism Development adalah
baik sustainable tourism development di Desa signifikan (3), dan pengaruh langsung peran
Wisata Penglipuran Kabupaten Bangli adalah desa adat terhadap Sustainable Tourism
teruji kebenarannya. Community based tourism Development adalah signifikan (2). Dengan
dengan dimensi ekonomi, dimensi sosial, dimensi demikian, dapat dinyatakan bahwa Community
budaya, dimensi lingkungan dan dimensi politik based tourism adalah sebagai partial mediation
secara langsung berpengaruh positip dan pengaruh peran desa adat terhadap Sustainable
signifikan terhadap sustainable tourism Tourism Development (Solimun, 2014).
development. Dengan kata lain bahwa dimensi Artinya, hipotesis yang menyatakaan
ekonomi, dimensi sosial, dimensi budaya, Community based tourism memediasi pengaruh

Vol.14 No.3 Oktober 2019 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI


Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak) 2277
ISSN 2615-3505 (Online)
………………………………………………………………………………………………………
peran desa adat terhadap Sustainable Tourism Temuan ini menunjukkan bahwa peran
Development di Desa Wisata Penglipuran desa adat berpengaruh signifikan terhadap
Kabupaten Bangli adalah tidak teruji sustainable tourism development. Peran desa adat
kebenarannya. Hal ini menunjukkan bahwa telah mampu untuk meningkatkan pembangunan
community based tourism tidak sempurna atau pariwisata yang memberikan keuntungan
sebagian memediasi pengaruh peran desa adat ekonomi bagi masyarakat Desa Wisata
terhadap Sustainable Tourism Development. Penglipuran. Selain itu peran desa adat juga telah
Desa adat dalam rangka mewujudkan Sustainable mampu untuk meningkatkan pembangunan
Tourism Development tidak mesti melalui pariwisata yang berdampak sosial dan
penguatan community based tourism. Selain melestarikan ekosistem Desa Wisata
melalui aktivitas community based tourism Penglipuran.
dapat saja dilakukan secara langsung. Manfaat yang diperoleh atas peran desa
adat dalam mewujudkan sustainable tourism
development di Desa Penglipuran yaitu: (1)
peluang kerja, seperti perajin bambu, pemandu
Pembahasan wisata, perajin kue dan makanan, dan penyewaan
1. Pengaruh Langsung Peran Desa Adat home stay; (2) tumbuhnya peluang usaha lain,
Terhadap Community Based Tourism di seperti munculnya perajin loloh cemcem dan
Desa Wisata Penglipuran Kabupaten usaha laundry; (3) nilai ekonomis potensi lokal,
Bangli seperti kerajinan bambu berupa miniatur
Temuan ini menunjukkan bahwa peran bangunan khas Desa Penglipuran, kue klepon
desa adat berpengaruh positip dan signifikan dari ubi rambat, loloh cemcem dan loloh bunga
terhadap community based tourism di Desa “teleng”; (4) membangkitkan kesadaran
Wisata Penglipuran Kabupaten Bangli. masyarakat akan kekayaan budaya lokal untuk
Kehadiran desa adat di Desa Penglipuran dapat melestarikan dan mengembangkannya.
dinyatakan sebagai pendorong peningkatan i. Pengaruh Langsung Community Based
community based tourism di Desa Penglipuran. Tourism Terhadap Sustainable Tourism
Faktor-faktor yang menyebabkan peran Development di Desa Wisata Penglipuran
desa adat dalam pembangunan CBT positip dan Kabupaten Bangli
signifikan di Desa Penglipuran ditinjau dari sisi: Temuan ini menunjukkan bahwa
(1) otoritas Desa Adat Penglipuran sebagai community based tourism secara langsung
masyarakat komunitas lembaga adat; (2) Pusat berpengaruh positip dan signifikan terhadap
pengembangan (center of excellence) budaya, sustainable tourism development. Konsep CBT
antara lain berupa tata letak dan bentuk rumah mengedepankan partisipasi aktif masyarakat
maupun angkul-angkul, hutan bambu dan non dengan tujuan untuk memberikan kesejahteraan
fisik berupa seni, dan budaya masyarakat bagi mereka dengan tetap menjaga kualitas
setempat; (3) Konsep ngayah sudah menjadi lingkungan, serta melindungi kehidupan sosial
tradisi bagi setiap Krama Desa Adat Penglipuran; dan budayanya, sehingga implementasinya
(4) Kesederhanaan dalam kebersamaan, dalam mampu mendukung tercapainya tiga pilar
wujud kebersamaan dan keseragaman tata letak, berkelanjutan (the three pillars of sustainability),
bentuk, ukuran dan bahan bangunan untuk yaitu keberlanjutan di bidang ekonomi, sosial-
angkul-angkul, bangunan dapur maupun budaya dan lingkungan.
bangunan bale adat “saka enem”. ii. Pengaruh Tidak Langsung Peran Desa Adat
2. Pengaruh Langsung Peran Desa Adat Terhadap Sustainable Tourism
Terhadap Sustainable Tourism Development, Melalui Community Based
Development di Desa Wisata Penglipuran Tourism di Desa Wisata Penglipuran
Kabupaten Bangli Kabupaten Bangli
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.14 No.3 Oktober 2019
Open Journal Systems
2278 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
Hasil penelitian dan analisis data terhadap sustainable tourism development,
menunjukkan bahwa peran desa adat secara tidak justru community based tourism dan peran
langsung berpengaruh positip dan signifikan desa adat yang merupakan bentuk partisipasi
terhadap sustainable tourism development masyarakat lokal yang berpengaruh dominan
melalui community based tourism. Mengingat secara signifikan terhadap sustainable tourism
bahwa: (1) peran desa adat secara langsung development. Hal ini menunjukkan bahwa
berpengaruh positip dan signifikan terhadap sustainable tourism development saat ini bagi
community based tourism; (2) community based masyarakat desa Penglipuran Kabupaten
tourism secara langsung berpengaruh positip dan Bangli sudah mengedepankan pendekatan
signifikan terhadap sustainable tourism bottom-up.
development; dan (3) peran desa adat secara 2. Sustainable tourism development yang
langsung berpengaruh signifikan terhadap memiliki tiga indikator, yaitu keuntungan
sustainable tourism development, maka sifat ekonomi, dampak sosial, dan kelestarian
mediasi dalam hubungan antara peran desa adat ekosistem. Diantara ketiga indikator tersebut,
terhadap sustainable tourism development yang yang memiliki sumbangan tertinggi terhadap
dimediasi oleh community based tourism adalah sustainable tourism development adalah
mediasi parsial (parsial mediation). kelestarian ekosistem, sedangkan keuntungan
Desa adat melalui perarem dan awig-awig ekonomi memiliki pengaruh paling rendah.
mengatur materi keberlanjutan lingkungan, Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat lokal
sosial, dan ekonomi masyarakatnya yang dalam mewujudkan sustainable tourism
merupakan indikator sustainable tourism development memiliki motivasi untuk
development. Berpengaruhnya peran desa adat mempertahankan kelestarian ekosistem,
dan community based tourism dengan cara bukan semata-mata karena profit oriented.
melibatkan masyarakat dalam aktivitas sosial, Hal ini berarti kecil kemungkinan terjadinya
dalam pelestarian adat dan budaya, dalam proses eksplorasi berlebihan terhadap daya dukung
pembangunan wilayah dan peningkatan peran alam, budaya dan lingkungan. Seperti alih
Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Hal ini fungsi lahan dan komersialisasi budaya.
senada dengan Murphy (1983), Asker et,al, 3. Community based tourism terdiri dari lima
(2010), Demartono (2009) bahwa masyarakat dimensi, yaitu dimensi ekonomi, dimensi
lokal sebagai aktor utama dalam pengebangan sosial, dimensi budaya, dimensi lingkungan,
desa wisata berkelanjutan. dan dimensi politik. Dimensi yang memiliki
3. Temuan pengaruh tertinggi terhadap community based
1. Tasci et al, (2013) menjelaskan pariwisata tourism adalah dimensi sosial, sedangkan
berbasis masyarakat merupakan bentuk yang terendah adalah dimensi ekonomi. Hal
pariwisata berkelanjutan. Meskipun demikian, ini menunjukkan bahwa hubungan sosial
terdapat perbedaan mendasar di antara kedua kemasyarakatan memiliki peran paling
konsep tersebut, pariwisata berbasis penting dalam pengelolaan pariwisata yang
masyarakat mengedepankan pendekatan berbasis masyarakat. Bagaimanapun juga
bottom-up, sedangkan pariwisata diperlukan suatu kesepakatan bersama dalam
berkelanjutan mengedepankan pendekatan pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat,
top-down. Pendekatan bottom-up berarti baik dalam hal perencanaan maupun
inisiatif untuk pengembangan pariwisata pengelolaannya. Sedangkan motivasi
berasal dari masyarakat, sedangkan pada ekonomi bukan menjadi faktor utama dalam
pendekatan top-down, inisiatif berasal dari pengembangan community based tourism
pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan pada masyarakat desa Penglipuran.
bahwa peran pemerintah ternyata secara Keterbatasan Penelitian
langsung pengaruhnya tidak signifikan
Vol.14 No.3 Oktober 2019 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak) 2279
ISSN 2615-3505 (Online)
………………………………………………………………………………………………………
Pengelolaan suatu destinasi wisata idealnya tourism dan atau dengan program
perlu kerjasama antara berbagai stakeholder, kegiatan yang langsung berkaitan dengan
meliputi unsur pemerintah, masyarakat, dan usaha mewujudkan pembangunan
swasta, namun pada penelitian ini baru pariwisata berkelanjutan.
difokuskan pada pembahasan peran masyarakat Saran
dalam pengelolaan pariwisata di Desa Wisata 1. Community based tourism merupakan
Penglipuran Kabupaten Bangli. dasar pengelolaan pariwisata di Desa
Penglipuran. Oleh karena itu bila
PENUTUP pemerintah berkeinginan untuk
Kesimpulan melakukan program dan kegiatan di Desa
1. Peran desa adat berpengaruh positip dan Penglipuran sebaiknya disinkronkan dan
signifikan terhadap community based dikonsolidasikan dengan Desa Adat.
tourism di Desa nPenglipuran Kabupaten Bagaimanapun juga desa adat melalui
Bangli. Artinya kehadiran desa adat peran sosial, budaya, ekonomi,
sangat diperlukam kepercayaan, jaringan dan norma adalah
2. Peran desa adat dan community based penopang utama daya tarik wisata di
tourism berpengaruh positip dan Desa Penglipuran yang diwujudkan
signifikan terhadap pembangunan dalam sapta pesona pariwisata.
pariwisata berkelanjutan (sustainable 2. Daya tarik wisata Desa Penglipuran
tourism develovment) di Desa dapat dikembangkan dalam bidang
Penglipuran Kabupaten Bangli. Dimana kesenian, yaitu dengan mengoptimalkan
pengaruh peran desa adat lebih dominan, keberaan sekaa/kelompok kesenian.
peran community based tourism. Artinya, Termasuk juga penyelenggaraan
peran desa adat memberikan stimulus pertunjukan kesenian rutin yang
positip pada terciptanya kualitas merupakan ciri khas Desa Penglipuran.
pariwisata berkelanjutan. Artinya, 3. Selain memperkuat jaringan internal,
Masyarakat mempersepsikan, bahwa pengelola Desa Penglipuran juga dapat
pembangunan pariwisata berkelanjutan memperluas jaringan eksternal, termasuk
di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli dengan Desa Wisata lain. Salah satunya
lebih nyata dilalukan melalui aktifitas dengan saling bekerjasama
lembaga tradisional, yaitu desa adat dan mempromosikan daya tarik wisata,
community based tourism. sehingga akan terbentuk rangkaian
3. Dengan dimediasi oleh community based wisata dengan objek wisata lainnya.
tourism, desa adat memberikan stimulus 4. Desa Adat bersama pemerintah daerah
positip terhadap pembangunan perlu mengadakan kajian pola
pariwisata berkelanjutan di Desa pembagian/sharing pendapatan
Penglipuran Kabupaten Bangli. (retribusi) tiket masuk obyek wisata Desa
Community based tourism merupakan Penglipuran, dalam rangka optimalisasi
mediasi parsial hubungan peran desa adat biaya kelestarian lingkungan, terutama
terhadap pembangunan pariwisata untuk pemeliharaan rumah tradisional
berkelanjutan. Dengan demikian dapat dan konservasi hutan bambu.
dinyatakan bahwa dalam usaha
mewujudkan pemabangunan pariwisata DAFTAR PUSTAKA
berkelanjutan di Desa Wisata [1] Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2019,
Penglipuran Kabupaten Bangli, dapat Produk Domestik Regional Bruto Provinsi
dilakukan optimalisasi peran desa adat Bali Menurut Lapangan Usaha 2014-2018
dengan memfasilitasi community based
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.14 No.3 Oktober 2019
Open Journal Systems
2280 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
[2] Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2019. [14] Pitana, I Gde dan Diarta, I Ketut Surya, 2009,
https://bali.bps.go.id/statictable/2018/02/09/ Pengantar Ilmu Pariwisata, Yogyakarta:
28/jumlah-wisatawan-asing-ke-bali-dan- Penerbit Andi,
indonesia-1969-2018.html, Juli 2019 [15] Nurhidayati, Sri Endah, 2004, Community
[3] Elfianita, E, 2011, Pengembangan Pariwisata Based Tourism (CBT) sebagai Pendekatan
Berbasis Community Based Tourism (CBT) Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan,
di Desa Wisata Limbasari Kecamatan Jounal Unair,ac,id, Surabaya, Airlangga
Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, Jurnal University Press.
UNY. [16] Richard Sharpley, 2000,Tourism and
[4] McKean, P, F. 1989. Towards a Theoritical Sustainable Development: Exploring the
Analysis of Tourism, Economic Dualism and Theoretical Divide. Journal of Sustainable
Cultural Involution in Bali, Host and Guest: Tourism 8 (1):1-19 · February 2000
The Anthropology of Tourism, 2nd Edition V, [17] Aronsson, Lars. 2000. The Development of
Philadelphia: University of Pennsylvania Sustainable Tourism,
Press. [18] Fukuyama, Francis, 1999, Trust: Kebijakan
[5] Picard, M. 1991. Bali: Tourism Culturel et Sosial dan Penciptaan Kemakmuran,
Culture Touristique, Paris: L’Harmattan. Yogyakarta: Penerbit Qalam,
[6] Stronza, A, 2007, The Economic Promise of [19] Putnam, R, D, 1993, The Prosperous
Ecotourism for Conservation, Journal of Community: Social Capital and Public Life,
Ecotourism, Vol,6 (3), 210-230, Journal of Democracy, Vol,6, NO,1, 65-78,
[7] UNWTO. (2008). UNWTO Development [20] Putnam, R,D, 1995, Bowling Alone:
Assistance - Annual Report of the World America’s Declining Social Capital, Journal
Tourism Organization on Development of Democracy, Vol,6 (1), Jan 1995, 65-78,
Assistance Activities. on the [21] Ghozali, Imam. 2009, Aplikasi Analisis
www:http://dtxtq4w60xqpw. cloudfront.net/ Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi
[8] Peraturan Menteri Pariwisata Republik Keempat, Semarang: Penerbit Universitas
Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 Tentang Diponegoro.
Rencana Strategis Kementerian Pariwisata [22] Sugiyono. 2012, Memahami Penelitian
Tahun 2015-2019 Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
[9] Spillane, J, J, 1987, Pariwisata Indonesia [23] Ferdinand, Augusty, 2011, Metode
Sejarah dan Prospeknya, Yogyakarta: Penelitian Manajemen Pedoman Penelitian
Kanisius. untuk Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi
[10] North, Douglas C, 1994, Economic Ilmu Manajemen, Edisi 3, Semarang:
Performance Through Time, The American Penerbit Universitas Diponegoro.
Economic Review, Vol, 84, Issue 3, June: [24] Hubert Blalock, M Jr, 1985. Social Statistics,
359:368, Revised Second Edition, Mc Grew HillBook
[11] Tri Budhi Satrio, 1999, Resolusi Damai Co Singapore
Konflik Kontemporer: Menyelesaikan dan [25] Fornell, C. & Larcker, D. F. (1981).
Mengubah Konflik Bersumber Politis, Evaluating structural equation models with
Sosial, Agama, dan Ras, Jakarta: PT, Raja unobservable variables and measurement
Grafindo Persada, error.Journal of marketing esearch, 39-50
[12] Pitana, I Gde, 1994, Dinamika Masyarakat
dan Kebudayaan Bali, Denpasar: Offset BP,
[13] Pitana, I Gde dan Gayatri, Putu G, 2005,
Sosiologi Pariwisata, Yogyakarta: Andi,

Vol.14 No.3 Oktober 2019 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI


Open Journal Systems

Anda mungkin juga menyukai