Anda di halaman 1dari 14

TEORI AKUNTANSI NORMATIF

Dan
AKUNTANSI POSITIF

Dosen pengampu: Dr.Enggar Diah Puspa Arum, SE., Ak., M,Si

Oleh :

M. SUPARDI

(C1C017073)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS JAMBI
2020
TEORI AKUNTANSI NORMATIF DAN POSITIF

A. Teori Akuntansi Normative

Teori akuntansi normative disebut juga teori preskriptif, yang mencoba


menjawab pertanyaan “apa yang semestinya”. Disini akuntansi dianggap sebagai
norma peraturan yang harus diikuti tidak peduli apakah berlaku atau dipraktekkan
sekarang atau tidak.

Teori normative berusaha untuk membenarkan tentang apa yang seharusnya


dipraktekkan, misalnya pernyataan yang menyebutkan bahwa laporan keuangan
seharusnya didasarkan pada metode pengukuran aktiva tertentu. Menurut Nelson
(1973) dalam literature akuntansi teori normative sering dinamakan
teori apriori (artinya dari sebab ke akibat atau bersifat deduktif). Alasannya teori
normative bukan dihasilkandari penelitian empiris, tetapi dihasilkan dari kegiatan
“semi-research”. Teori normative hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana
akuntansi seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hipotesis tersebut. Pada awal
perkembangannya, teori akuntansi normative belum menggunakan pendekatan
investigasi, dan cenderung disusun untuk menghasilkan postulat akuntansi.

Perumusan akuntansi normative mencapai masa keemasan pada tahun 1950


dan1960an. Selama periode ini perumus akuntansi lebih tertarik pada rekomendasi
kebijakan danapa yang seharusnya dilakukan, bukan apa yang sekarang dipraktekkan.
Pada periode tersebut, teori normative lebih berkonsentrasi pada:

1.  Penciptaan laba sesungguhnya (true income)


Teori ini berkonsentrasi pada penciptaan pengukur tunggal yang unik dan benar
untuk aktiva dan laba. Meskipun demikian, tidak ada kesepakatan terhadap apa yang
dimaksud denganpengukur nilai dan laba yang benar.

2.  Pengambilan keputusan (decision usefulness)


Pendekatan ini menganggap bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah untuk
membantu proses pengambilan keputusan dengan cara menyediakan data akuntansi
yang relevan atau bermanfaat.
Pada kebanyakan kasus, teori ini didasarkan pada konsep ekonomi klasik tentang
laba dankemakmuran (wealth) atau konsep ekonomi pengambilan keputusan
rasional. Biasanya konsep tersebut didasarkan juga pada penyesuaian rekening
karena pengaruh inflasi atau nilai pasar dari aktiva. Teori ini pada dasarnya
merupakan teori pengukuran akuntansi. Teori tersebut bersifat normative karena
didasarkan pada anggapan:
a. Akuntansi seharusnya merupakan system pengukuran
b. Laba dan nilai dapat diukur secara tepat
c. Akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi
d. Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi)
e. Ada beberapa pengukur laba yang unik.
Karena teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subyrktif
maka tidak bisa diterima begitu saja, harus dapat diuji secara empiris agar memiliki
dasar teori yang kuat. Pendukung teori ini biasanya menggambarkan system
akuntansi yang dihasilkan sebagai sesuatu yang ideal, merekomendasikan
penggantian system akuntansi cost histories dan pemakaian teori normatif oleh
semua pihak.
B. Teori Akuntansi Positif

Teori akuntansi positif berkembang seiring kbutuhan untuk menjelaskan dan


memprediksi realitas praktek-praktek akuntansi yang ada di dalam masyarakat. Teori
akuntansi positif berusaha untuk menjelaskan fenomena akuntansi yiang diamati
berdasarkan pada alas an-alasan yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa. Dengan
kata lain, Positive Accounting Theory (PAT) dimaksudkan untuk menjelaskan dan
memprediksi konsekuensi yang terjadi jika manajer menentukan pilihan tertentu.
Penjelasan dan prediksi dalam PAT didasarkan pada proses kontrak (contracting
process) atau hubungan keagenan (agency relationship) antara manajer dengan
kelompok lain seperti investor, kreditor, auditor, pihak pengelola pasar modal dan
institusi pemerintah (Watts dan Zimmerman, 1986).
PAT lebih bersifat deskriptif bukan preskiptif. Tidak seperti teori normative
yang didasarkan pada prems bahwa manajer akan memaksimumkan laba atau
kemakmuran untuk kepentingan perusahaan , teroi positif didasarkan pada premis
bahwa individu selalu bertindak atasdasar motivasi pribadi (self seeking motives) dan
berusaha memaksimumkan keuntungan pribadi. Watts dan Zimmerman berpendapat
bahwa premis maksimisasi laba dalam konteks teori normatif tidak terbukti dan jauh
dari bukti empiris.

Kritik utama mereka terhadap teori normative adalah teori tersebut didasarkan
pada pertimbangan nilai (value judgment). Watts dan Zimmerman berpendapat bahwa
perumusan teori harus betul-betul bebas pertimbangan nilai dan menekankan pada
kebutuhan akan penekatan baru.hal ini dapat dilihat dalam pernyataan mereka sebagai
berikut :

Tujuan dari teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan (to explain) dan
memprediksikan (to predict) praktek akuntansi……. Penjelasan berarti memberikan
alas an-alasan terhadap praktek yang diamamti. Misalnya, teori akntansi positif
berusaha menjelaskan mengapa perusahaan tetap menggunakan akuntansicost histories
dan mengapa perusahaan tertentu mengubah taktik akuntansi mereka. Predisiterhadap
praktik akuntansi berarti teori berusaha memprediksi fenomena yang belum diamati.

Mereka juga menjelaskan bahwa “teori, sebagaimana yang kami ganbarkan


menghasilkan preskripsi (resep) untuk praktek akuntansi tetapi berkaitan dengan
penjelasan terhadap praktek akuntansi”.

Pendekatan positif atau empiric berkaitan dengan usaha menguji atau


menghubungkan kembali hipotesis atau teori dengan pengalaman atau fakta-fakta
dunia nyata. Penelitina kauntansi positif difokuskan pada pengujian empiric terhadap
asumsi-asumsi yag dibuat oleh teori akuntansi normative. Misalnya dengan
menggunakan kuesioner dan teknik survey lainnya, peneliti akan menguji sikap
manajer terhadap manfaat metode atau teknik akuntansi tertentu. Pendekatan khusu
dapat dilakukan dengan cara mensurvey pendapatanpendapatan analisis keuangan,
manajer bank atau akuntan terhadap tugas atau kasus tertentu yang dibuat peneliti
(misalnya prediksi kebangkrutan, keputusan membeli atau menjual saham, dll).

Pendekatan lain yang dapat digunakan adalah dengan menguji arti penting
output akuntansi di pasar. Dengan demikian teori akuntansi positif memiliki focus
ekonomi dan berusaha menjawab pernyataan seperti :

1. Apakah biaya yang dikeluarkan untuk memeilih metode akuntansi sesuai dengan
manfaat yang diperoleh?
2. Apakah biaya regulasi da proses penentuan standar akuntansi sesuai dengan
manfaatnya?
3. Apakah laporan keuangan berpengaruh terhadap saham?
Untuk menjawab pernyataan tersebut teori akuntansi positif menggunakan asumsi
sebagai berikut :

1. Manajer, investor, kreditor, dan individu lain bersifat rasional dan berusaha
memaksimumkan kepuasan.
2. Manajer memiliki kebebasan untuk memilih metode akuntansi yang
memaksimumkan kepuasan mereka atau mengubah kebijakan produksi, investasi
dan pendanaan perusahaan untuk memaksimukan kepuasan mereka.
3. Manajer mengambil tindakan yang memaksimumkan nilai perusahaan.
Atas dasar pernyataan dan asumsi tersebut teori akuntansi positif berusaha menguji tiga
hipotesis sebagai berikut :

1. Hipotesis Rencana Bonus (Bonus Plan Hypothesis)


Manajer perusahaan dengan bonus tertentu cenderung lebih menyukai metode
yang meningkatkan laba periode berjalan. Pilihan tersebut diharapkan dapat
meningkatkan nilai sekarang bonus yang akan diterima seandainya komite
kompensasi dari dewan direktur tidak menyesuaikan dengan metode yang dipilih
(Watts dan Zimmerman, 1990)
2. Hipotesis hutang atau ekuitas (Debt/Equity Hypothesis)
Makin tinggi rasio hutang atau ekuitas perusahaan mkin besar kemungkinan
bagi manajer untuk memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba. Makin
tinggi rasio hutang atau ekuitas makin dekat perusahaan dengan batas perjanjian
atau peraturan kredit (Kalay, 1982). Makin tinggi batasan krdit makin besar
kemungkinan penyimpangan perjanjian kredit dan pengeluaran biaya. Manajer
akan memiliki metode akuntansi yang dapat menaikkan laba sehingga dapat
mengendurkan batasan kredit dan mengurangi biaya kesalahan teknis (Watts dan
Zimmerman, 1990).
3. Hipotesis Cost Politik (Political Cost Hypothesis)
Perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat
mengurangi laba periodik disbanding perusahaan kecil. Ukuran perusahaan
merupakan ukuran variable proksi (proxsy) dan aspek politik. Yang mendasari
hipotesi ini adalah asumsi bahwa sangat mahalnya nilai informasi bagi individu
untuk menentukan apakah laba akuntansi betul-betul menunjukkan monopoli laba.
Di samping itu, sangatlah mahal bagi individu untuk melaksanakan kontrak
dengan pihak lain dalam proses politik dalam rangka menegakkan aturan hokum
dan regulasi, yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Dengan demikian
individu yang rasional cenderuang memiliki untuk tidak mengetahui informasi
yang lengkap. Proses politik tidak beda jauh dengan proses pasar. Atas dasar cost
informasi dan cost monitoring tersebut, manajer memiliki insentif untuk memiliki
laba akuntansi tertentu dalam proses politik tersebut (Watts dan Zimmerman,
1990).
Tiga hipotesis di atas menunjukkan bahwa PAT mengakui adanya tiga hubungan
keagenan :

1) Manjemen dengan pemilik


2) Manajemen dengan kreditor
3) Manajemen dengan pemerintah
Kehadiran pendekatan positif telah memeberikan sumbangan yang berari bagi
pengembangan akuntansi. Menurut Watts dan Zimmerman (1990) PAT telah
memberikan konstribusi pengembangan akuntansi misalnya :

1. Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan membrikan penjelasan


spesifik terhadap pola tersebut.
2. Memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi.
3. Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi.
4. Menjelaskan mengapa akuntansi dijelaskan dan memberikan kerangka dalam
memprediksi pilihan-pilihan akuntansi.
5. Mendorong riset yang relevan dengan akuntansi dengan menekankan pada
prediksi dan penjelasan terhadap fenomena akuntansi.
Pada saat sekarang teori positif menekankan pada penjelasan alasan-alasan
terhadap praktek berjalan dan prediksi terhadap peranan akuntansi dan informasi
terkait dalam kepuaan-kepuasan ekonomi individu, perusahaan, dan pihak yang lain
yang berperan dalam kegiatan pasar modal dan ekonomi. Meskipun demikian, asumsi
yang melandasi proyek penelitian positif tersebut banyak dikritik karena pendukung
teori positif menggunakan penolakan alternative alias pemikiran yang lain. Artinya,
yeori positif tidak bebas dari pertimbangan nilai atau implikasi preskriptif. Hal ini
disebabkan pertimbangan nilai yang bersifat implicit seringkali melandasi atau
mempengaruhi bentuk dan isipenelitian yang dilakukan. Peneliti tidak dapat
menghindari unsur bias dalam semua penelitian yang dilakukan. Dengan demikian
unsur bias, jelas menunjukkan perwujudan orientasi dari peneliti tersebut.

C. Hubungan Teori Akuntansi Normative dan Positif

Teori akuntansi berdasarkan tujuan perumusannya ada dua yaitu teori akuntansi
normatif dan positif. Dalam penjelasan mengenai teori akuntansi positif tidak dapat
dilepaskan dari adanya teori ekonomi positif.

Teori akuntansi positif merupakan varian dari teori ekonomi positif. Teori ini
berkembang seiring dengan kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas
praktik-praktik akuntansi yang ada di masyarakat—what it is(Watts dan Zimmerman,
1986). Teori ini memiliki pijakan yang berbeda dibandingkan dengan dengan akutansi
normatif, yang lebih menjelaskan praktik-praktik akuntansi yang seharusnya berlaku—
it should be. Teori ini bertujuan menjelaskan meramalkan, dan memberi jawaban atas
praktik akuntansi. Di samping itu, teori ini juga meramalkan berbagai fenomena
akuntansi dan menggambarkan bagaimana interaksi antar-variabel akuntansi dalam
dunia nyata. Validitas teori akuntansi positif dinilai atas dasar kesesuaian teori dengan
fakta atau apa yang nyatanya terjadi (what it is).

Jensen (1976) me-listing berbagai perbedaan dari pertanyaan riset normatif dan
positif. Kalau normatif kebanyakan bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan,
sedangkan kalau positif lebih hanya bertanya tentang apa, mengapa dan bagaimana.
Yang kedua, kalau normatif lebih banya mendeskripsikan entitas akuntansi (Kohler,
1975). Sebaliknya untuk positif lebih banyak mendeskripsikan dan menjelaskan
perilaku akuntan.

Pendekatan positif atau empirik berkaitan dengan usaha menguji/


menghubungkan kembali hipotesis /teori dengan pengalaman/ fakta-fakta dunia nyata.
Penelitian akuntansi positif difokuskan pada pengujian empirik terhadap asumsi-
asumsi yang dibuat oleh teori akuntansi normative. Misalnya menggunakan kuesioner
dan teknik survey lainnya, peneliti akan menguji sikap menajer terhadap manfaat
metode atau teknik akuntansi tertentu. Pendekatan khusus dapat dilakukan dengan cara
mensurvei pendapat-pendapat analisis keuangan, manajer bank, atau akuntan terhadap
tugas/kasus tertentu yang dibuat peneliti (misalnya prediksi kebangkrutan, keputusan
membeli/ menjual saham dll).

Jansen (1976) menyatakan bahwa riset dalam akuntansi saat itu tidak saintifik,
karena fokusnya hanya pada riset yang bersifat normatif dan definisional. Dalam
terminologi teori, dikatakannya bahwa akuntansi lebih bermakna sebagai sesuatu yang
bersifat normatif. Dan dia juga berkata bahwa teori akuntansi hanya bersifat menjawab
pertanyaan tentang “apa yang seharusnya terjadi”. Dengan pengembangan positive
accounting theory, akan lebih menjelaskan mengenai: “apa, mengapa akuntan
mengerjakan sesuatu, apa pengaruhnya terhadap orang lain dan utilisasi sumberdaya.
Tanpa positive theory, tidak ada satupun baik akademisi maupun praktisi yang bisa
membuat langkah maju lebih signifikan untuk menghasilkan jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan normatif yang selama ini dipertanyakan (http://massatya.blog.com/2008/5/)

Untuk lebih mudah dipahami contoh teori akuntansi positif adalah praktik
akuntansi yang saat ini sering kita dengar antara lain creative accounting, earning
management, big bath, dan income smoothing. Pada dasarnya praktik akuntansi ini
sudah dilakukan cukup lama, tetapi praktik ini semakin mencuat diantaranya pada
kasus ENRON, dan Worldcom yang terjadi pada tahun 2000. Kasus ini mengakibatkan
krisis kepercayaan publik terhadap auditor. Kasus ini telah meruntuhkan KAP Arthur
Andersen, tidak saja keluar dari The big five, bahkan sampai pencabutan ijin usaha.
Kasus inilah yang menjadi titik tolak bagi para auditor dan lembaganya untuk
meningkatkan kembali jaminan terhadap hasil audit mereka.

Sedangkan akuntansi normatif adalah praktik akuntansi yang dilaksanakan


sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Aturan tersebut dikenal dengan nama
Praktik Akuntansi Berterima Umum (PABU) atau GAAP. Salah satu bagian kecil dari
PABU adalah SAK atau standar akuntansi Keuangan.

SAK yang ada sekarang dikeluarkan oleh IAI melalui suatu organ yang kita
kenal dengan Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). Dewan ini bertugas untuk
menyusun draft standar akuntansi keuangan yang akan diberlakukan. Draft tersebut
terlebih dahulu didiskusikan dengan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan
(DKSAK) untuk kemudian dikeluarkan draft-nya. Bila telah diperoleh masukan,
dilakukan sosialisasi (public hearing) untuk memperoleh masukan lebih banyak lagi
dari masyarakat luas (pemakai laporan keuangan). Selanjutnya, bila tidak ada masalah
lagi, maka IAI akan mengesahkan standar tersebut dan diberlakukan secara efektif.

Dapat disimpulkan bahwa hubungan teori akuntansi normative dan teori


akuntansi positif yaitu teori akuntansi positif pada dasarnya merupakan alat untuk
menguji secara empirik asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori akuntansi normatif.
Karena teori normatif pada dasarnya merupakan pendapat pribadi yang subyektif yang
tidak dapat diterima begitu saja dalam menentukan keputusan. Oleh sebab itu
dibutuhkan pengembangan teori akuntansi yang sekarang disebut teori akuntansi
positif yang bertujuan untuk menguji teori akuntansi normatif secara empiris agar
memiliki dasar teori yang kuat. Hubungan teori akuntansi normative dan positif dapat
ditunjukkan dengan skema berikut:
Jurnal 1

Analisis Penerapan Konservatisme Akuntansi Di Indonesia Dalam Perspektif


Judul
Positive Accounting Theory
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Jurnal
Diponegoro
Volume & Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017,
Halaman Halaman 1-10
Tahun 2017
Penulis Nutfi Rizki Hertina, Zulaikha
Untuk menganalisis penerapan konservatisme akuntansi secara positif
Tujuan
perspektif teori akuntansi yang terdiri dari hipotesis rencana bonus, perjanjian
Penelitian
utanghipotesis, dan hipotesis biaya politik.
Penerapan konservatisme akuntansi secara positif perspektif teori akuntansi
Subjek yang terdiri dari hipotesis rencana bonus, perjanjian utang hipotesis, dan
Penelitian hipotesis biaya politik.Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2011-2014
Metode Metode purposive random sampling dengan kriteria tertentu.
Penelitian
Dalam tulisan penulis saya rasa sudah melakukan yang terbaik. Penulis
melakukan pengujian terhadap Penerapan konservatisme akuntansi secara
Kekuatan positif perspektif teori akuntansi yang terdiri dari hipotesis rencana bonus,
perjanjian utang hipotesis, dan hipotesis biaya politik. Pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI.
Pengukuran konservatisme hanya didasarkan pada satu metode pengukuran
yaitu metode akrual dan penelitian ini hanya menggunakan sampel dari
Kelemahan
perusahaan manufaktur, sehingga hasil dari penelitian ini hanya dapat
digunakan untuk perusahaan manufaktur saja.
Publik, leverage, ukuran perusahaan, dan intensitas modal terhadap
konservatisme akuntansi. Dimana masing-masing variabel ini digunakan
untuk menjelaskan hipotesis hipotesis yang terdapat dalam positive
accounting theory. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Leverage
Kesimpulan berpengaruh positif dan signifikan terhadap konservatisme akuntansi, ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan kearah negatif terhadap konservatisme
akuntansi. Sedangkan variabel lainnya yaitu kepemilikan manajerial,
kepemilikan publik, dan intensitas modal tidak berpengaruh terhadap
konservatismeakuntansi.
Jurnal 2

Judul Kemampuan Prediktif Teori Akuntansi Positif Terhadap Praktik dan Riset
Akuntansi: Sebuah Kajian Konseptual
Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jenderal Soedirman

Volume & Vol. 6, No. 1, Maret 2018


Halaman Hal. 78 -91
Tahun 2018

Penulis Eko Suyono

Tujuan Untuk mengetahui apakah pendekatan teori akuntansi positif masih


Penelitian mempunyai nilai prediktif yang baik atas praktik dan riset akuntansi saat ini.

Subjek Mengevaluasi nilai prediktif akuntansi positif saat ini.


Penelitian

Metode Menggunakan penelitian internet dan perpustakaan, penelitian ini berusaha


Penelitian untuk mengumpulkan literatur penelitian menggunakan pendekatan teori
akuntansi positif dari awal hingga akhir periode saat ini.
Abstrak jelas, sehingga dengan membaca abstraknya saja pembaca dapat
Kekuatan mengetahui hasil dari penelitian tersebut.
Penggunaan tata bahasa yang sesuai dengan EYD.
Untuk penulisan sesuai dengan ketentuan pembuatan suatu jurnal.
Sebenarnya jurnal ini cukup jelas pola penulisan yang runtut sehingga
Kelemahan pembaca tidak kebingungan. Namun sayang, pemilihan katanya terkadang
masih ambigu yang mengakibatkan penalaran yang berbeda dari tiap
pembaca.
Makalah ini membahas kelebihan PAT dibandingkan dengan pendekatan
teori akuntansi yang lainnya, seperti teori akuntansi normatif. PAT muncul
untuk memberikan solusi atas kelemahan-kelemahan yang ada dalam
akuntansi normatif. Teori akuntansi normatif dengan ciri utama selalu
menanyakan apa yang seharusnya dilakukan oleh akuntan adalah sesuatu
Kesimpulan yang preskriptif. Sedangkan PAT berupaya memberikan solusi pada praktik
akuntansi misalnya dengan mengemukakan pertanyaan “mengapa”. Hal ini
bisa dilihat bagaimana PAT dapat digunakan untuk mengobservasi perilaku
para manajer seperti dalam riset-riset yang bertema manajemen laba dan
nilai relevansi informasi. Sehingga, bisa kita saksikan bagaimana penelitian-
penelitian dengan menggunakan pendekatan PAT selalu ada di setiap
dekadenya bahkan di setiaptahunnya.
Jurnal 3

Judul Kaitan riset akuntansi dengan pengajaran dan praktik: pendekatan teori
positif
Jurnal Jurnal akuntansi STIE YKPNYogyakarta

Volume & Vol 3 No.1, juni 999


Halaman hal
Tahun 1999
Penulis Arif Budiarto

Tujuan Untuk pembahasan lebih mendalam mengenai perbedaan antara pendekatan


Penelitian teori akuntansi positif dan normatif, lihatWattsdan Zimmerman (1986) dan
Watts (1995).
Subjek Perubahan dalam bentuk "teori akuntansi." secara khusus,
Penelitian Bergeser dari teori normatif ke teori topositif

Metode Menggunakan penelitian internet dan perpustakaan


Penelitian
Pembahasan metode yang digunakan sangat jelas.
Abstrak jelas, sehingga dengan membaca abstraknya saja pembaca dapat
Kekuatan mengetahui hasil dari penelitian tersebut.
Penggunaan tata bahasa yang sesuai dengan EYD.
Untuk penulisan sesuai dengan ketentuan pembuatan suatu jurnal.
Kelemahan Penulis tidak memberikan saran terhadap penelitian selanjutnya
1. Penelitian yang telah dilakukan oleh para pakar akuntansi, terutama
penelitian yang berhubungan dengan pasar modal telah memberikan
kontribusi berharga dalam pengembangan akuntansi, dan hal ini akan
terus berlanjut dalam memberikan kontribusi terhadap praktik akuntansi
dan sebaliknya. Tetapi interaksi langsung antara penelitian dengan praktik
menjadi sangat substansial pada kondisi perubahan lingkungan yang cepat
sekarang ini, khususnya tentang praktik-praktik akuntansi baru
yangmuncul dan belum ada standar atau prosedur baku yang
mengaturnya.
Kesimpulan 2. Bentuk penelitian empiris dengan menggunakan pendekatan deskriptif
atau positif serta penelitian yang bersifat analitis mempunyai pengaruh
langsung yangsignifikan terhadap praktik. Bentuk penelitian tersebut
dapat membantu badan penyusun standar (FASB atau lAI) dalam
merumuskan agenda terhadap masalahmasalahyang memerlukan
penelitian akibat dari standar yang akan dan telah dikeluarkan untuk
mempengariihi praktik, walaupun sampai sekarang isu tersebut masih
menjadi bahan perdebatan (misalnya standar tentang selisih kursakibat
adanyaconrigency loss).
Daftar pustaka

Watts, R. L, and Zimmerman, J. L. (1990). Positive accounting theory: A ten year


perspective. The Accounting Review, 65, 131-156.
Nutfi Rizki Hertina, Zulaikha. (2017) Analisis Penerapan Konservatisme Akuntansi Di Indonesia
Dalam Perspektif Positive Accounting Theory. Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro
Cici Widowati. (2018). Kemampuan Prediktif Teori Akuntansi Positif Terhadap Praktik dan Riset
Akuntansi: Sebuah Kajian Konseptua. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jenderal
Soedirman
Arif Budiarto.(1999). Kaitan riset akuntansi Dengan pekgajaran dan prakt1k: Pendekatan teori
positi.STIE YKPNYogyakarta

Anda mungkin juga menyukai