M.supardi (C1C017073) Teori Akuntansi Normatif Dan Positif
M.supardi (C1C017073) Teori Akuntansi Normatif Dan Positif
Dan
AKUNTANSI POSITIF
Oleh :
M. SUPARDI
(C1C017073)
Kritik utama mereka terhadap teori normative adalah teori tersebut didasarkan
pada pertimbangan nilai (value judgment). Watts dan Zimmerman berpendapat bahwa
perumusan teori harus betul-betul bebas pertimbangan nilai dan menekankan pada
kebutuhan akan penekatan baru.hal ini dapat dilihat dalam pernyataan mereka sebagai
berikut :
Tujuan dari teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan (to explain) dan
memprediksikan (to predict) praktek akuntansi……. Penjelasan berarti memberikan
alas an-alasan terhadap praktek yang diamamti. Misalnya, teori akntansi positif
berusaha menjelaskan mengapa perusahaan tetap menggunakan akuntansicost histories
dan mengapa perusahaan tertentu mengubah taktik akuntansi mereka. Predisiterhadap
praktik akuntansi berarti teori berusaha memprediksi fenomena yang belum diamati.
Pendekatan lain yang dapat digunakan adalah dengan menguji arti penting
output akuntansi di pasar. Dengan demikian teori akuntansi positif memiliki focus
ekonomi dan berusaha menjawab pernyataan seperti :
1. Apakah biaya yang dikeluarkan untuk memeilih metode akuntansi sesuai dengan
manfaat yang diperoleh?
2. Apakah biaya regulasi da proses penentuan standar akuntansi sesuai dengan
manfaatnya?
3. Apakah laporan keuangan berpengaruh terhadap saham?
Untuk menjawab pernyataan tersebut teori akuntansi positif menggunakan asumsi
sebagai berikut :
1. Manajer, investor, kreditor, dan individu lain bersifat rasional dan berusaha
memaksimumkan kepuasan.
2. Manajer memiliki kebebasan untuk memilih metode akuntansi yang
memaksimumkan kepuasan mereka atau mengubah kebijakan produksi, investasi
dan pendanaan perusahaan untuk memaksimukan kepuasan mereka.
3. Manajer mengambil tindakan yang memaksimumkan nilai perusahaan.
Atas dasar pernyataan dan asumsi tersebut teori akuntansi positif berusaha menguji tiga
hipotesis sebagai berikut :
Teori akuntansi berdasarkan tujuan perumusannya ada dua yaitu teori akuntansi
normatif dan positif. Dalam penjelasan mengenai teori akuntansi positif tidak dapat
dilepaskan dari adanya teori ekonomi positif.
Teori akuntansi positif merupakan varian dari teori ekonomi positif. Teori ini
berkembang seiring dengan kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas
praktik-praktik akuntansi yang ada di masyarakat—what it is(Watts dan Zimmerman,
1986). Teori ini memiliki pijakan yang berbeda dibandingkan dengan dengan akutansi
normatif, yang lebih menjelaskan praktik-praktik akuntansi yang seharusnya berlaku—
it should be. Teori ini bertujuan menjelaskan meramalkan, dan memberi jawaban atas
praktik akuntansi. Di samping itu, teori ini juga meramalkan berbagai fenomena
akuntansi dan menggambarkan bagaimana interaksi antar-variabel akuntansi dalam
dunia nyata. Validitas teori akuntansi positif dinilai atas dasar kesesuaian teori dengan
fakta atau apa yang nyatanya terjadi (what it is).
Jensen (1976) me-listing berbagai perbedaan dari pertanyaan riset normatif dan
positif. Kalau normatif kebanyakan bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan,
sedangkan kalau positif lebih hanya bertanya tentang apa, mengapa dan bagaimana.
Yang kedua, kalau normatif lebih banya mendeskripsikan entitas akuntansi (Kohler,
1975). Sebaliknya untuk positif lebih banyak mendeskripsikan dan menjelaskan
perilaku akuntan.
Jansen (1976) menyatakan bahwa riset dalam akuntansi saat itu tidak saintifik,
karena fokusnya hanya pada riset yang bersifat normatif dan definisional. Dalam
terminologi teori, dikatakannya bahwa akuntansi lebih bermakna sebagai sesuatu yang
bersifat normatif. Dan dia juga berkata bahwa teori akuntansi hanya bersifat menjawab
pertanyaan tentang “apa yang seharusnya terjadi”. Dengan pengembangan positive
accounting theory, akan lebih menjelaskan mengenai: “apa, mengapa akuntan
mengerjakan sesuatu, apa pengaruhnya terhadap orang lain dan utilisasi sumberdaya.
Tanpa positive theory, tidak ada satupun baik akademisi maupun praktisi yang bisa
membuat langkah maju lebih signifikan untuk menghasilkan jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan normatif yang selama ini dipertanyakan (http://massatya.blog.com/2008/5/)
Untuk lebih mudah dipahami contoh teori akuntansi positif adalah praktik
akuntansi yang saat ini sering kita dengar antara lain creative accounting, earning
management, big bath, dan income smoothing. Pada dasarnya praktik akuntansi ini
sudah dilakukan cukup lama, tetapi praktik ini semakin mencuat diantaranya pada
kasus ENRON, dan Worldcom yang terjadi pada tahun 2000. Kasus ini mengakibatkan
krisis kepercayaan publik terhadap auditor. Kasus ini telah meruntuhkan KAP Arthur
Andersen, tidak saja keluar dari The big five, bahkan sampai pencabutan ijin usaha.
Kasus inilah yang menjadi titik tolak bagi para auditor dan lembaganya untuk
meningkatkan kembali jaminan terhadap hasil audit mereka.
SAK yang ada sekarang dikeluarkan oleh IAI melalui suatu organ yang kita
kenal dengan Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). Dewan ini bertugas untuk
menyusun draft standar akuntansi keuangan yang akan diberlakukan. Draft tersebut
terlebih dahulu didiskusikan dengan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan
(DKSAK) untuk kemudian dikeluarkan draft-nya. Bila telah diperoleh masukan,
dilakukan sosialisasi (public hearing) untuk memperoleh masukan lebih banyak lagi
dari masyarakat luas (pemakai laporan keuangan). Selanjutnya, bila tidak ada masalah
lagi, maka IAI akan mengesahkan standar tersebut dan diberlakukan secara efektif.
Judul Kemampuan Prediktif Teori Akuntansi Positif Terhadap Praktik dan Riset
Akuntansi: Sebuah Kajian Konseptual
Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jenderal Soedirman
Judul Kaitan riset akuntansi dengan pengajaran dan praktik: pendekatan teori
positif
Jurnal Jurnal akuntansi STIE YKPNYogyakarta