Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 7

NAMA NIM

EGI SEPTIAN PRIBADI 1740200090

PURNAMA SARI 1740200142

KHOIRUNNISA 1740200216

INDRA SYAH 1740200217

TRADISI PABUAT BORU DALAM PANDANGAN ISLAM

A. Pendahuluan
Masyarakat Tapanuli Selatan merupakan masyarakat yang
masih menjalankan upacara adat untuk berbagai keperluan,
karena komunitas tersebut masih meyakini bahwa adat istiadat
memiliki sistem yang teratur dalam pelaksanaan upacara adat
perkawinan, misalnya, selalu digunakan perangkat adat yang
diungkapkan menggunakan media bahasa tradisi (adat) pada
umumnya menggunakan media bahasa.1
Upacara perkawinan dalam masyarakat Mandailing
dilaksanakan dengan serangkaian upacara adat baik di rumah
pengantin wanita (boru na di oli) maupun pengantin pria (bayo
pangoli).2 Perhelatan perkawinan adat Suku Mandailing
berlangsung dengan sederet upacara adat yaitu Mangaririt boru
(menyelidiki keadaan perempuan sebagai calon isteri oleh pihak
calon suami), Padamos hata (penentuan hari peminangan),
Patobang hata (upacara peminangan), Manulak sere
(penyerahan kewajiban/syarat-syarat perkawinan dari pihak

1
Ilham Sahdi Lubis, Amrin Saragih, and Mhd Takari, “Tradisi Martahi
Karejo Masyarakat Angkola: Kajian Semiotik Sosial,” 2014, hlm. 33.
2
Khairina Nasution, “Pemajemukan Dalan Bahasa Mandailing,” Jurnal
Ilmiah Bahasa Dan Sastra 1, no. 2 (n.d.): hlm. 279-419.
calon suami), Upacara perkawinan, Mangalehan mangan
pamunan (memberi makan terakhir kepada calon istri oleh
orang tuanya sebelum meninggalkan rumah orangtuanya),
Horja pabuat boru (upacara pelepasan pengantin wanita), Horja
(perhelatan perkawinan di rumah pengantin pria), dan
Mangupa (upacara pemberian nasihat-nasihat perkawinan) 3
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Tapanuli Selatan
selalu dilandasi oleh kebudayaan yang telah dimiliki sejak
seratus tahun yang lalu. Hal ini terlihat dalam upacara adat,
baik adat kelahiran, adat perkawinan, adat kematian dan
sebagainya. Upacara-upacara adat yang terdapat dalam
masyarakat Tapanuli Selatan merupakan ungkapan dari
perilaku, citacita, kepribadian dan pegangan hidup
masyarakatnya dan hal ini dimaknai dan dijembatani melalui
perlengkapan dan tata cara pelaksanaannya.4
B. Pembahasan
1. Pabagas Boru
Ada dua perkawinan yang sering terjadi di
tapanuli selatan antara nya adalah kawin lari (boru
marlojong) dan kawin yang dipabuat (resmi).
Dari kedua perkawinan tersebut, masih ada
perkawinan (marbagas) seperti :

A. Na Patungincatkon (paoli Apabila suami meninggal


tangga na buruk/ na maka adik suaminya
maningkatkon/ rere) mengawini janda abangnya
yang disebut juga mangabia
3
Supyar Perwira Harahap and Wisman Hadi, “Panaek Gondang Pada
Upacara Adat Perkawinan Di Tapsel (Kajian Pragmatik),” JURNAL SASINDO
(Program Studi Sastra Indonesia FBS UNIMED) 8, no. 2 (n.d.).
4
Khatib Lubis, “Semiotik Fauna dalam Acara Mangupa pada Perkawinan
Adat Tapanuli Selatan: Kajian Ekolinguistik,” LINGUISTIK : Jurnal Bahasa dan
Sastra 3, no. 1 (August 20, 2018): hlm. 36-37,
https://doi.org/10.31604/linguistik.v3i1.33-45.
atau pareakhon juga seorang
gadis megawini seorang duda
mengantikan kakaknya yang
meninggal.
B. Tangko Binoto Seorang gadis kawin atas
sepengetahuan orang
tuanya. Tetapi belum resmi
menurut adat dan belum
diberitahu kepada
hatobangon dan Harajaon di
Huta tersebeut.
C. Boru Manaek Apabila si gadis hamil diluar
nikah karena perbuatan
pacarnya kemudian si gadis
minta dikawinkan secara
terhormat atau disebut juga
Manyoppo atau Haporas na
Maninjal Tu Parau.
D. Boru Elehan Boru yang dipinang dan di
minta dengan baik serta
dibujuk agar ia mau
dinikahkan.
E. Boru hiapan Boru yang didapat di
partandangan, diminta
dengan naik serta dibujuk
agar ia mau kawin (tidak
perlu piker panjang dan
langsung mau kawin).
F. Boru Mangalap Tungkot Apabila suatu perkawinan
tidak membuahkan anak
maka sang isteri
mengizinkan suaminya
untuk mengambil isteri
kedua atau tungkot.
G. Mainian Pihak laki-laki harus bekerja
dulu pada calon mertua (bias
bertahun-tahun), karena
budi pekertinya bagus dan
rajin maka dia diambil
menjadi anak menantu oleh
induk semangnya
(mertuanya).
H. Kawin Lari Remasja putri dibawa lari
oleh remaja putra kerumah
orang tuanya karena orang
putri tidak berkenan.
I. Manjujur Pihak lelaki membayar mas
kawin terlebih dahulu
kepada pihak wanita.
Semua proses perkawinan diatas dianggap sah apabila
telah diselesaikan Hobaron Boru (Musyawarah Perkawinan
secara Adat).5

a. Barang-barang yang dibawa Boru Na Marbagas


Daftar barang bawaan berjumlah 60 buah
mencerminkan barang-barang bawann boru Namora
Marbagas Na Marjambang Mareor-eor sebagai berikut:
Pemberian barang dari kedua orangtuanya:
1) Satu indahan tungkus
2) Satu ekor ayam betina yang sudah mau bertelur
3) Satu pangahatan/garigit = tempat air terbuat dari
ruas bamboo

5
Rosmilan Pulungan and Adrial Falahi, “Tujuan Pelaksanaan Pesta Horja
Dalam Kehidupan Masyarakat Mandailing,” Bahastra: Jurnal Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Indonesia 3, no. 1 (2018): hlm. 87.
4) Satu ampang berisi beras dan 3 butir telur
didalamnya
5) Satu sonduk takar (sendok nasi terbuat dari
tempurung)
6) Satu lusin piring
7) Satu lusin mangkung dan tapak
8) Periuk secukupnya
9) Sambong
10) Tempat cuci tangan
11) Tikar lampisan yang pakai manik-manik
12) Halang ulu sipitu mata=bantal
13) Salipi basaan=tempat daun sirih
14) Handungan lompit
15) Haronduk panyurduan
16) Hatup Na Marhambi (haronduk dadaboru)
17) Hadangan Na dirambang
18) Satu Baju Omon na marsimata
19) Satu abit rudeng rusa
20) Borgok lambing
21) Borgok tolu pangkal
22) Tusuk sanggul
23) Bulang
24) Jarunjung
25) Jagar-jagar Simbora Ni Pinggol = anting-anting
26) Suri sere
27) Sisilon sere Siamun- siambirang jari-jari manis
28) Rumbung kaki, dua golang ni pat dari Loyang
kaki kiri dan kanan
29) Puttu, satu dari emas satu lagi dari suasa
30) Tapak kuda
31) Gaja meong
32) Loting-loting
33) Pamontang (bobat sere)
34) Rencong dua buah
35) Satu abit batak
Barang bawaan dari Amang Tua:
36) Satu pinggan halus
37) Satu mangkuk dengan tapak
38) Satu sambong
39) Satu amak lampisan
40) Satu bantal
41) Satu abit batak
42) Pakaian/baju parabiton

Barang bawaan dari Amang Uda:

43) Satu piring halus


44) Satu mangkuk dengan tapak
45) Satu sambong
46) Satu abit batak
47) Satu amak Na Dihambi
48) Satu bantal
49) Pakaian, baju parabiton

Barang bawaan dari Tulang:

50) Satu indahan tungkus


51) Satu abit tenun patani
52) Satu piring
53) Satu mangkuk besar
54) Satu amak lampisan
55) Satu bantal
Barang bawaan dari Hatobangon/ Harajaon:

56) Satu indahan tungkus


57) Pakaian baju parabiton
58) Sabun
59) Satu amak lappisan

Inilah semua jenis dan jumlah barang-barang yang


dibawa Boru Namarbagas. Zaman sekarang banyak
diantara barang-barang ini tidak biasa dipenuhi lagi,
sebagai gantinya adalah membelikan lemari, kasur, dan
lain-lain..6

2. Pabuat Boru
Selesai acara pangupa (mambutongi
mangan)dilanjutkan dengan acara pabuat boru. Menjelang
acara pabuat boru dilaksanakan, Hatabangon Ni Huta
memberi pesan kepada rombongan Anak boru yaitu apabila
telah sampai di hutani Anak boru agar marjamita tu
hatobangon dohot harajaon di hutai. Pada saat mempelai
perempuan dibawa oleh mempelai pria, Inanta soripada
mengambitkon (menggendongkan) ayam betina jara-jara
kepada anak gadisnya serta menyandangkan garigit,
sekaligus membawa ampang yang berisi beras dan 1 (satu)
telur ayam didalamnuya.7
Tibalah saat Pabuat Boru, orang tua mempelai
perempuan (ayah) dan mempelai perempuan (boru) berdiri di
mulut pintu bagas godang, sementara mempelai pria berdiri
berhadapan dengan istrinya untuk siap membawanya.8

6
Pulungan and Falahi, hlm. 87-88.
7
Pulungan and Falahi, hlm. 88.
8
Pulungan and Falahi, hlm. 88.
Pada saat itu ayah boru mempertemukan kedua
tangan mempelai sambil berucap, “saya serahkan putri saya
ini padamu izin duania akhirat, dan tanggung jawabnya
kuserahkan padamu dunia akhirat”.9
Setelah kedua mempelai beranjak mau berangkat,
pihak Anak namboru (Naposo Bulung) sudah siap
menghambat langkah mereka dengan meyediakan meja, 2
kursi dan 2 buah kelapa muda atau 2 botol lemon diatas
meja.
Kemudian anak namboru mempersilahkan kedua
mempelai duduk untuk disapa dan kemudian terjadilah
dialog singkat:10
Anak Namboru (T) : Tu dia dohamu na dua (boru
dan anak namboru/ pareban)
Boru (J) : Au na giot kehelangka
matobang ma
Anak Namboru (T) : Tapi na marpaboa ho tu au
Mempelai Pria (J) : Mangina maaf mada au tu
hamu pareban.
Lalu bersalamanlah mereka dalam salaman tersebut
mempelai pria sudah mempersiapkan amplop berisi uang,
sebagai “ Upa Pangolat”.11
Seterusnnya Naposo dan Nauli Bulung mulai
mengangkat barang-barang boru kedalam kendaraan
mempelai tetapi harus dengan imbalan uang. Uang ini juga
dipersiapkan oleh anak boru mempelai pria. Sering Naposo
Nauli Bulung kurang merasa puas dengan pemberian mereka

9
Pulungan and Falahi, hlm. 88.
10
Pulungan and Falahi, hlm. 88.
11
Pulungan and Falahi, hlm. 89.
sehingga keberangkatan rombongan mempelai disorak-sorak
namun meriah.12

12
Pulungan and Falahi, hlm. 89.
DAFTAR ISI

Harahap, Supyar Perwira, and Wisman Hadi. “Panaek Gondang


Pada Upacara Adat Perkawinan Di Tapsel (Kajian
Pragmatik).” JURNAL SASINDO (Program Studi Sastra
Indonesia FBS UNIMED) 8, no. 2 (n.d.).

Lubis, Ilham Sahdi, Amrin Saragih, and Mhd Takari. “Tradisi


Martahi Karejo Masyarakat Angkola: Kajian Semiotik Sosial,”
2014.

Lubis, Khatib. “Semiotik Fauna dalam Acara Mangupa pada


Perkawinan Adat Tapanuli Selatan: Kajian Ekolinguistik.”
LINGUISTIK : Jurnal Bahasa dan Sastra 3, no. 1 (August 20,
2018): 33–45. https://doi.org/10.31604/linguistik.v3i1.33-
45.

Nasution, Khairina. “Pemajemukan Dalam Bahasa Mandailing.”


Jurnal Ilmiah Bahasa Dan Sastra 1, no. 2 (n.d.).

Pulungan, Rosmilan, and Adrial Falahi. “Tujuan Pelaksanaan


Pesta Horja Dalam Kehidupan Masyarakat Mandailing.”
Bahastra: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia 3,
no. 1 (2018): 85–90.

Anda mungkin juga menyukai