Sumpahjadikatanyamaudiprint 171029131151 PDF
Sumpahjadikatanyamaudiprint 171029131151 PDF
OLEH:
STEFFY ZEFANIA
Disetujui oleh:
Mengetahui,
Manager Departemen Training and Development
PT. Newmont Nusa Tenggara
SUNARTO SUWITO
NB 0889
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik
dengan baik. Penulisan laporan kerja praktik ini berdasarkan penelitian lapangan
di PT. Amman Mineral Nusa Tenggara pada tanggal 16 Januari 2017 – 16 Maret
2017 dengan judul yang diambil. “Evaluasi Kegiatan Pengeboran Dan Peledakan
Pada Area Fase 7 Dinding Barat Di PT. Amman Mineral Nusa Tenggara”.
Laporan ini merupakan hasil Kerja Praktik yang disusun sebagai salah satu syarat
Penulis menyadari dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini tidak lepas
dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu,
kepada :
4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta staf Jurusan Teknik Pertambangan
iii
5. Bapak Hazqil Arafi selaku Sr. Drill & Blast Mining Department serta selaku
9. Bapak Prasasta Anindita, Bapak Sukmawan, Bapak Frengky selaku Drill &
selama ini.
10. Bapak Sunarto Suwito, selaku Manager Training yang telah menjadi sponsor
11. Bapak Robin Panjaitan dan Bapak Untung Simarmata yang telah
Nusa Tenggara.
12. Bapak Alwi Yakub, ibu Devi Susanti serta seluruh elemen Training &
Tenggara.
iv
14. Kedua orangtua Benris Sumbayak, Rodearni Sipayung, adik saya Migel
Jeremi Sumbayak dan Roy Purba yang selalu memberikan dukungan dan
15. Michael Stephen yang selalu menemani, mendengarkan segala keluh kesah,
16. Kak Sukron, Rosalina dan Neman untuk kebersamaan dan dukungan selama
Wahyu, Kak Robbi, Kak Arman, Aufa, Kak Papank, Rival, Zain, Dicky,
Ayan, Erick, Ridha, Rifa, Yogi, Ryan, Virgha, Yayang, Ikhlas, Helen, dan
Palangka Raya, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
dimiliki. Oleh Karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun
Penulis,
Steffy Zefania
v
DAFTAR ISI
EVALUASI KEGIATAN PENGEBORAN DAN PELEDAKAN PADA AREA
vi
2.2.2. Keadaan Geologi dan Sumber Daya Alam ....................................... 8
vii
3.2.1. Diameter Lubang Ledak .................................................................. 32
viii
3.10. Redrill ................................................................................................. 50
ix
5.3.4. Penggunaan Bahan Peledak (explosive) ......................................... 78
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Curah Hujan di Lokasi Tambang Pit Batu Hijau ...................................... 8
xi
DAFTAR GAMBAR
1990) ..................................................................................................................... 47
Gambar 3.1.Batasan Kontrak Karya PT. Amman Mineral Nusa Tenggara ............ 5
Gambar 3.3. Peta Geologi Lokasi Tambang Pit Batu Hijau(Mine Geology, PT.
Gambar 3.4. Litho Section East-West(Ore Control, PT. Amman Mineral Nusa
Gambar 3.5. Peta Topografi PT. Amman Mineral Nusa Tenggara ...................... 12
Gambar 3.6. Topografi Akhir 2015(Ore Control, PT. Amman Mineral Nusa
Gambar 3.7. Model Cebakan Mineral Tembaga di Pit Batu Hijau(Mine Geology
Gambar 3.8. Model Cebakan Mineral Emas di Pit Batu Hijau(Mine Geology PT.
Gambar 3.9. Sistem Penambangan Open Pit pada Batu Hijau ............................. 16
xii
Gambar 3.10. Bench Face Angle (BFA) dan Inter Ramp Angle (IRA)(Drill and
Gambar 3.16. Pabrik Pengolahan Bijih PT. Amman Mineral Nusa Tenggara ..... 24
Gambar 5.1. Alat Bor Atlas Copco(Sumber: Arsip PT. Amman Mineral Nusa
Gambar 5.6. Grafik Data Deviasi Drill Depth Hole 2 Februari 2017 – 23 Februari
2017 ....................................................................................................................... 66
Gambar 5.7. Grafik Data Deviasi Drill Depth Hole 2 Februari 2017 – 23 Februari
2017 ....................................................................................................................... 67
xiii
Gambar 5.8. Grafik Data Deviasi Underdrill Februari 2017 – 23 Februari 2017 68
Gambar 5.9. Grafik Data Deviasi Underdrill Februari 2017 – 23 Februari 2017 68
Gambar 5.10. Grafik Data Deviasi Underdrill Februari 2017 – 23 Februari 2017
............................................................................................................................... 69
Gambar 5.11. Grafik Data Deviasi Underdrill Februari 2017 – 23 Februari 2017
............................................................................................................................... 69
Gambar 5.12. Data Waktu Tunda Antara End Drill Hingga Loading Explosive .. 70
Gambar 5.13. Grafik Data Deviasi Drill Depth Hole 2 Februari 2017 – 23
Gambar 5.14. Grafik Data Distance Collar 2 Februari 2017 – 23 Februari 2017 75
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Sering kali ditemukan kasus perbedaan deviasi depth hole plan dan actual
yang dapat mempengaruhi charge explosive, yang juga bepengaruh akan hasil
fragmentasi dimana menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan suatu kegiatan
ditentukan (plan) atau diluar dari elevasi yang ditentukan (plan) Analisis dan
1
2. Bagaimana perbandingan parameter-parameter kegiatan pengeboran dan
peledakan antara plan dan aktual terkait aktifitas pengeboran dan peledakan
1. Penelitian dilakukan pada area fase 7 dinding barat pit Batu Hijau PT. Amman
2
3. Penelitian hanya dibatasi kegiatan pengeboran dan peledakan pada pattern
4. Penelitian hanya dibatasi pengamatan deviasi collar, deviasi drill and blast
meliputi:
a. Studi literatur
dengan kerja praktek yang antara lain berasal dari buku referensi dan hasil
b. Pengamatan Lapangan
c. Wawancara
Dilakukan dengan interaksi tanya jawab dan diskusi dengan operator drill,
foreman, dan engineer drill and blast yang bertugas pada kegiatan pemboran.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
berada dibawah PT. Amman Mineral International (PT. AMI). PT. AMI adalah
pemilik saham PT. Newmont Nusa Tenggara dan aset-aset terkait lainnya kini
International (PT. AMI) yang menguasai 82,2% kepemilikan saham dan PT.
Pukuafu Indah (PT. PI) sebagai pemegang saham sebanyak 17,8%. Sebagai
Perusahaan Nasional, perusahaan Tambang bijih Tembaga dan Emas yang dahulu
bernama PT. Newmont Nusa Tenggara telah berganti nama menjadi PT. Amman
tembaga dengan mineral ikutan emas yang dulunya didirikan oleh PT. Newmont
Nusa Tenggara pada tahun 1986 dan mulai beroperasi secara penuh pada tahun
2000. PT. Newmont Nusa Tenggara menemukan cebakan Batu Hijau dan pada
pada tanggal 2 Desember 1986 untuk lahan seluas 1.127.134 Ha yang mencakup
wilayah Sekotong, Pulau Lombok, Batu Hijau, dan Rinti di Pulau Sumbawa. PT.
4
Newmont Nusa tenggara (Sekarang menjadi PT. Amman Mineral Nusa Tenggara)
tersebut menjadi 4 blok, yaitu blok Batu Hijau dengan luas 40.372 Ha, blok
Lunyuk Utara dengan luas 2.722 Ha, blok Elang dengan luas 16.150 Ha, dan blok
Lokasi penambangan bijih tembaga dan emas yang dilakukan oleh PT.
Amman Mineral Nusa Tenggara terletak di bagian Barat Daya Pulau Sumbawa,
Tenggara Barat (NTB). Secara geografis lokasi area penambangan terletak antara
5
sebelah Timur, Samudera Hindia di sebelah Selatan dan Selat Alas di sebelah
Barat.
dengan perjalanan laut dan perjalanan darat dari Bandara Internasional Lombok
(LOP) yang terletak di Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah, NTB. Dari
menuju Pelabuhan Kayangan dapat ditempuh dalam waktu selama dua jam.
Tenggara yang sering disebut sebagai Tenggara 1. Perjalanan laut menuju Benete
Port PT. Amman Mineral Nusa Tenggara ini dapat ditempuh dalam waktu satu
setengah jam. Perjalanan dari Benete Port menuju lokasi penambangan Pit Batu
perusahaan yang telah dilengkapi dengan rotary lamp dan tiang bendera selama
6
LAOS
MYANMAR
(BURMA)
THAILAND
CAMBOJA
VIETNAM PHILIPPINES
SAMUDERA PASIFIK
BRUNEI
MALAYSIA
SINGAP0RE
SUMATRA SULAWESI
I N D O N E S I A PAPUA NEW
JAVA GUINEA
LOKASI PENELITIAN
PROJECT AREA
SAMUDERA INDIAN
BALI Mataram SUMBAWA
IN D IA N O C E A N
FLORES
Denpasar
LOMBOK
SUMBA TIMOR
SUMBAWA BARAT
Kupang
INDEKS PETA
LAUT FLORES
S
A LA
UTAN
AT
KE C A M A TA N
S UM B A WA
SEL
KE C A M A TA N
UT H A N
KE C A M A TA N
KE C A M A TA N
LABUHAN ALAS BATUBULAN
B A T UL A N T E H
SEPAKAN
UR
PUNIK
TIM
KE C A M A TA N KE C A M A TA N LAPE
A
OK
AW
S E T E L UK M O Y O H UL U
MB
BATUROTOK
MB
O
LITOHLOWERAN
B. L
B. S
KA
KA
TEPA
TALIWANG
AIMUAL
KE C A M A TA N KE C A M A TA N
TA L IWA N G R O PPA N G
8"50' S KONTRAK KARYA BLOK 5
PT. NEWMONT NUSA TENGGARA
JEREWEH ROPPANG
KE C A M A TA N
KE C A M A TA N
L UN Y UK
JE R E W E H
LUNYUK BESAR
9"00' S
SEJORONG
9"04’ S
0 10 20
SAMUDERA HINDIA
BATU HIJAU
116”45' E 117"00' E 117”30’ E
KETERANGAN
Batas Kecamatan
Lokasi Penelitian
Tenggara memiliki iklim tropis dengan suhu udara antara 28˚C - 37˚C.Berikut
7
merupakan data curah hujan selama beberapa tahun terakhir di Batu Hijau (Tabel
2.1).
merupakan batuan porphiry muda yang mengandung tembaga dan emas yang
terjadi berkaitan dengan intrusi-intrusi kompleks tersier yang terdiri atas phaneric,
berwarna hijau keabu-abuan hingga andesitik lava bertekstur halus yang terjadi
magnetite clorite).
8
Diorite pada bagian timur-laut, cebakan berupa laccolithic dengan batuan
phenicrist yang teralterasi serta biotite primer dalam bentuk butiran halus. Pada
bagian inti dari cebakan muncul tonalite dalam bentuk subvertikal (sub-vertical
dike) yang menerobos pada zona kontak antara metevolcanic dan diorite.
banyak kuarsa primer. Cebakan Batu Hijau sendiri terdapat 3 jenis tonalite, yaitu:
tonalit tua (old tonalite) merupakan batuan porphiritic berwarna abu-abu yang
banyak mengandung kuarsa dan plagioclase phenocrist dan batuan mafic yang
kasar dengan kandungan kuarsa lebih banyak. Sedangkan tonalit muda (young
tonalite) adalah batuan yang secara mineralogi sama dengan tonalite yang
sebelumnya tetapi teksturnya berbeda yaitu berupa tekstur yang lebih kasar,
9
Gambar 3.3. Peta Geologi Lokasi Tambang Pit Batu Hijau (Mine Geology, PT.
Gambar 3.4. Litho Section East-West(Ore Control, PT. Amman Mineral Nusa
Tenggara, 2016)
10
Massa dasar (bagian batu yang lebih halus) dari tonalite muda lebih kasar
dari massa dasar tonalite tua dimana tonalite tua lebih teralterasi dan
dari cebakan didominasi oleh mineral chalcophyrite, bornite, dan calcosite ke arah
luar cebakan chalcophyrite dan phyrite lebih dominan. Hasil study mineralogy
awal menunjukkan adanya hubungan kuat antara kuarsa, tembaga, dan emas.
40-50 % pada bagian yang berkadar tinggi, terutama di area dasar bagian tengah
Ada lima tahap mineralisasi dan alterasi di daerah penelitian (Steve Garwin,
2000) yaitu:
1. Tahap Awal, yaitu alterasi dari biotite, magnetite, kuarsa, dan mineralisasi
2. Tahap Transisi, yaitu alterasi terdiri dari chlorit, calcite, albit, dan mineralisasi
3. Tahap Lanjut, yaitu alterasi terdiri dari cericite, smectite, chlorite, mineralisasi
4. Tahap Sangat Lanjut, yaitu alterasi sama dengan tahap lanjut, sedangkan
11
5. Tahap Akhir, yaitu alterasi terdiri atas mineral zeolite dan calcite, sedangkan
PT. Amman Mineral Nusa Tenggara terletak di sebelah Barat Daya Pulau
Sumbawa, berjarak sekitar 15 km dari pantai barat dan 10 km dari Pantai Selatan,
Barat (NTB). Lokasi proyek pertambangan Batu Hijau terdiri atas perbukitan-
perbukitan dengan elevasi antara 300-600 meter di atas permukaan laut yang
2016, kegiatan penambangan yang dilakukan oleh PT. Amman Mineral Nusa
Tenggara berada pada elevasi -255 mRL pada bottom pit (lantai dasar pit).
Kedalaman ini diperkirakan akan terus bertambah hingga -300 mRL pada batas
akhir phase 6.
12
(Sumber: Mine Geology, PT. Amman Mineral Nusa Tenggara, 2015)
Gambar 3.6. Topografi Akhir 2015(Ore Control, PT. Amman Mineral Nusa
Tenggara, 2015)
Jumlah cadangan di Batu Hijau sebesar 827.000 kiloton dengan kadar rata-
rata Cu 0,41% dan Au 0,009 oz/ton (Tabel 2.2).Data ini didapatkan berdasarkan
Paparan Publik Tahunan PT. Bumi Resources Mineral Tbk. pada bulan Desember
2014.Model cebakan tembaga dan emas dapat dilihat pada Gambar 2.7 dan 2.8.
Proven Provable
Jumlah 245.000 kilo tons 582.000 kilo tons
Cu (%) 0,49 0,38
Au ( oz/ton ) 0,014 0,006
Kandungan Cu ( mm lb s ) 2.392 4.412
Kandungan Au (kilo onz ) 3.423 3.650
13
Gambar 3.7. Model Cebakan Mineral Tembaga di Pit Batu Hijau(Mine Geology
Gambar 3.8. Model Cebakan Mineral Emas di Pit Batu Hijau(Mine Geology PT.
14
Tambang Batu Hijau mengelompokkan material-material yang ada menjadi
tujuh jenis, berdasarkan data rencana tahunan terakhir bulan Desember 2015:
a. Acid waste, merupakan material yang dapat menyebabkan air asam tambang
b. Neutral Waste (NW), material yang memiliki nilai revenue <cost dan
WasteDump.
c. Low Grade (LG), material yang memiliki nilai revenue antara US$14,03/ton.
e. High Grade (HG), material yang memiliki nilai revenue US$ 27,00/ton.
f. Mill Feed (ROM), material yang memiliki nilai revenue > US$ 27,0/ton,
g. Top Soil (TS) adalah tanah lapisan atas (tanah humus) dan Sub Soil (SS) adalah
tanah lapisan bawah yang akan digunakan untuk penutupan tambang dan
sebagian akan digunakan untuk kegiatan reklamasi. Top Soil dan Sub Soil ini
15
3.9).OpenPitadalah bukaan yang dibuat di permukaan tanah, bertujuan untuk
mengambil bijih dan akan dibiarkan tetap terbuka (tidak ditimbun kembali)
mencapai elevasi -225 mRL dengan diameter bukaan Pit sebesar 2.325 m dan
direncanakan akan mencapai -300 mRL pada akhir phase 6. Jenjang (bench) pada
Pit Batu Hijau dibuat dengan ketinggian 15 m, dengan kemiringan jenjang (Bench
Face Angle) berkisar dari 650 sampai 700 sertaInter Ramp Angle berkisar antara
16
370 sampai 640. Nilai BFA(Bench Face Angle) dan IRA (Inter Ramp Angle)
ditentukan berdasarkan geotechnical domain pada tiap area tertentu yang memiliki
dilakukan 2 shift setiap harinya selama 24 jam dengan rata-rata produksi sebesar
6000-9000 ton/jam.
Gambar 3.10. Bench Face Angle (BFA) dan Inter Ramp Angle (IRA)(Drill and
17
Gambar 3.11. Diagram Alir Proses Penambangan di Batu Hijau(Arsip PT.
Amman Mineral Nusa Tenggara, 2015)
dilakukan untuk membongkar batuan dari lokasi asalnya agar dapat dilakukan
18
pemuatan dan pengangkutan oleh alat mekanis. Sebelum melakukan kegiatan
pengeboran dan peledakan pada areal tertentu, drill and blast engineering
suatu area yang akan dilakukan kegiatan pengeboran dan peledakan. Dalam
tersebut dengan sangat matang dan sesuai dengan sekuen tambang yang telah
split pada batas - batas jenjang tambang, pembuatan lubang ledak untuk
peledakan produksi, dan pembuatan drain hole pada horizontal drilling untuk
membuat saluran air pada dinding tambang, selain itu pengeboran juga dilakukan
yang telah ditentukan berdasarkan drill pattern yang telah direncanakan oleh Drill
19
bookyang dibuat berdasarkan historical data trail yang mulai digunakan pada
dahulu diisi dengan bahan peledak peka detonator (booster) yang berfungsi
menginisiasi bahan peledak. Booster yang digunakan adalah Pentex PPP DUO
20
Peledakan akan dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Setelah
persiapan peledakan selesai, seluruh alat dan pekerja yang berada di sekitar
wilayah peledakan akan dievakuasi ke zona aman, dengan radius 300m untuk alat,
release poligon pada area broken muck, hal ini bertujuan untuk membatasi daerah
yang tergolong sebagai high grade, medium grade, low grade, acid waste, dan
dimuat dengan beberapa alat muat. PT. Amman Mineral Nusa Tenggara memiliki
21
2. Electric Shovel P&H 2800XPA dengan kapasitas bucket 24,4 m3
(1 unit).
1. Truck CAT type 793 C, dengan kapasitas muat 262 ton (111 unit).
2. Truck CAT type 777 D, dengan kapsasitas muat 57,7 ton (8 unit).
tergantung dari jenis material yang dibawa oleh haul truck diantaranya material
22
gradediangkutke stockpile, sedangkan material subgrade(waste) diangkut ke
waste dump.
semua kegiatan lalu lintas dan operasional dapat diawasi dari ruang kontrol
dispatch. Alat muat dan alat angkut yang lebih dominan digunakan dalam
Mineral Nusa Tenggara adalah electric shovel P&H 4100A dan truck CAT793C.
mengolah antara 120.000-180.000 ton bijih per hari. Tahapan pengolahan bijih di
23
Gambar 3.16. Pabrik Pengolahan Bijih PT. Amman Mineral Nusa Tenggara
(Sumber : Arsip PT. Amman Mineral Nusa Tenggara, 2015)
PT. Amman Mineral Nusa Tenggara memiliki dua unit primary crusher
dengan kapasitas 6.000 – 9.000 ton per jam dengan kesediaan alat 80%.Crusher
24
2.6.6. Penggerusahan (Grinding)
pelepasan dari batuan pengotor yang diawali dengan SAG mill (semi autogeneus
grinding) yang memiliki bola baja dengan diameter 175 mm dan kapasitas alat
sebesar 6.000 – 9.000 ton/jam. Ukuran mineral diperkecil kembali dari 175 mm
sampai 6 mm. Hasil dari SAG mill berupa bubuk bijih berukuran 6 mm yang
tercampur air (slurry), kemudian slurry ini dialirkan ke cyclone hingga terbentuk
underflow dan overflow, kemudian material underflow akan digerus lagi dengan 4
unit ball mill dengan ukuran diameter bola baja 140 mm. Ukuran bijih digerus
dari ukuran 6 mm menjadi bijih berukuran 0,2 mm. Slurry kemudian dipompakan
ke tangki cyclone yang terletak di sebelah ball mill untuk memisahkan partikel
bijih yang berukuran lebih besar yang kemudian digerus ulang di dalam ball mill.
2.6.7. Flotasi
Dalam tahapan scavenger terdapat 5 row rougher scavenger dan setiap row
2. Tahapan Cleaning
ini merupakan upaya untuk meningkatan kadar atau grade konsentrator setinggi
25
flotasi, slurry dicampur dengan sejumlah reagen untuk memisahkan mineral
berharga dari batuan dasar. Ada 4 jenis reagen yang digunakan pada proses
flotasi:
konsentrat berlawanan arah dengan aliran air pencuci yang merupakan air tawar.
Proses ini dilakukan dalam tangki CCD yang berdiameter 25 m sebanyak tiga
tangki. Dalam tangki CCD konsentrat dicuci menggunakan air laut yang
2.6.9. Konsentrat
26
2.6.10. Tailling
kapur juga dapat ditambahkan untuk mengendapkan tembaga atau logam lainnya
yang mungkin larut dalam slurry. Dari konsentrator, tailing diproses terlebih
akibat dorongan udara tersebut. Setelah itu tailing ditempatkan di palung laut
dengan kedalaman 3-4 km dari lepas pantai Sejorong. Cara ini disebut
penempatan tailing laut dalam (deep sea tailing placement). Sistem DSTP
menggunakan pipa berdiameter 1,12 m (44 inch) untuk pipa di darat dan pipa di
laut. Panjang pipa tailing di darat sekitar 6 km, terbuat dari baja yang dilapisi
27
2.6.11. Lingkungan
tahap perencanaan proyek berlangsung, suatu tim yang terdiri dari spesialis
lingkungan telah melakukan survey lingkungan yang meliputi flora, fauna dan
batas air (water shed) disekeliling lokasi tambang. Data yang diperoleh dari studi
Hijau, yang berkaitan dengan kondisi awal yang dibangun pada tahap
perencanaan.
setempat yang pada akhirnya akan memiliki struktur dan keragaman yang sama
spesies pohon dan tanaman setempat yang digunakan pada proses ini. Instalasi
potensi degradasi air permukaan oleh limbah asam dari batuan limbah tambang.
28
Gambar 3.19. Reklamasi oleh Divisi Dry Season
29
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
lubang ledak pada suatu massa batuan, selanjutnya lubang ledak diisi dengan
waste dengan cara pengeboran dan peledakan. Pengeboran erat kaitannya dengan
pola peledakan yang akan digunakan. Pengeboran itu sendiri merupakan langkah
awal dimana lubang-lubang ledak yang dibuat akan digunakan sebagai tempat
bagus. Pelaksanaannya sendiri harus melalui proses yang cepat dan dalam posisi
tepat, sesuai dengan kebutuhan peledakan agar didapatkan hasil yang optimal.
Alat bor dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan prinsip pengeborannya, yaitu :
3. Rotary Drilling
30
Dalam pemilihan alat bor, faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain
geometri peledakan yang akan dipakai, jumlah batuan yang akan diledakkan, jenis
batuan dan kondisi lapangan. Pada saat melakukan pengeboran lubang ledak,
untuk mengangkat cutting hasil pengeboran diperlukan suatu tekanan udara dari
kompresor. Udara ditekan ke dalam lubang ledak melalui lubang flushing dalam
mata bor dan dinding bor. Serpihan batu bercampur udara bertekanan tinggi
ditekan melalui ruang antara batang bor dengan dinding bor. Dalam memilih jenis
yang diperlukan, akses menuju tempat pengeboran serta jenis alat bor itu sendiri.
lapisan tanah penutup yang besar dengan fragmentasi yang sesuai untuk proses
1. Kondisi lapangan
Penggunaan alat bor yang berukuran besar dan berat lebih memungkinkan
Jenis batuan ini akan menentukan pemilihan alat bor yang akan dipakai. Pada
batuan keras lebih baik jika menggunakan alat bor yang menggabungkan gaya
tumbukan (percussive) dengan gaya putar (rotary). Alat bor dengan prinsip
31
rotarycutting baik digunakan pada batuan yang relatif lebih lunak.
dibatasi oleh peraturan yang ada akibat adanya efek-efek yang ditimbulkan oleh
kegiatan ini. Hal tersebut akan membatasi pula pada pemakaian jumlah muatan
Fragmentasi adalah ukuran dari pecahan batuan yang dihasilkan dalam suatu
mempengaruhi proses selanjutnya dan alat-alat yang akan dipakai pada kegiatan
selanjutnya.
Penentuan lubang ledak yang ideal tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
32
3.2.2. Kedalaman Lubang Ledak
pengeboran harus lebih besar dari tinggi jenjang. Adanya kelebihan lubang ledak
Kedalaman lubang ledak pengeboran(drill depth hole) yang telah ditentukan oleh
engineer drill and blast disebut drill depth hole plan, sedangkan kedalaman
lubang ledak pengeboran (drill depth hole) yang diukur setelah kegiatan
pengeboran menggunakan alat drill disebut drill depth hole actual. Terdapat
kedalaman sebenarnya (actual) yang disebut dengan drill depth hole deviation.
Arah lubang ledak dapat miring maupun tegak seperti pada Gambar 2.1.
Arah penjajaran lubang bor pada jenjang harus sejajar untuk menjamin
33
1. Untuk tinggi jenjang yang sama, panjang lubang ledak lebih pendek jika
3. Lebih mudah dalam pengerjaannya. Ini dikarenakan tidak perlu lagi mengatur
34
pengaturan disesuaikan dengan ukuran burden dan spacing dari geometri
peledakan yang sudah direncanakan. Ada beberapa macam pola pengeboran yang
Pola pengeboran paralel ini dibagi menjadi dua jenis (Gambar 2.2), yaitu:
Bentuk prinsip pola ini adalah jarak antara burden dan spacing adalah sama.
Bentuk prinsip pola ini adalah jarak spacing dalam satu baris lebih besar
Bentuk pola pengeboran ini adalah letak baris pertama dan baris kedua tidak
sejajar, akan tetapi selang-seling dan baris ketiga sejajar dengan baris pertama.
lebih baik karena penyebaran energi peledakan berjalan lebih merata dan optimal.
35
(Sumber: Jimeno C. l. and Jimeno E. L., 1995)
Gambar 2.3.Pola Pengeboran Selang-seling (Staggered Pattern)
yaitu:
4. Sirkulasi fluida
1. Alat bor adalah penggerak utama, mengkonversikan energi dari bentuk awal
(fluida, listrik, pneumatic, atau motor bakar) menjadi energi mekanik untuk
menggerakkan sistem.
36
2. Batang bor (atau drill steel, batang, atau pipa), mentransmisikan energi dari
3. Mata bor adalah pemakai energi dalam sistem, merusak batuan secara
downhole (in the hole) drill dan roller bit rotary. Alat ini menggantikan transmisi
energi dengan transmisi fluida atau secara elektrik, yang biasanya akan
meningkatkan energi pada mata bor/bit dan pengeboran akan lebh cepat.
(1952), Pearse (1955), R.L Ash (1963), Langefors (1978), Konya (1972), Foldesi
37
Gambar 2.4.Geometri Peledakan
S : Spacing
H : Depth Hole
3.4.1. Burden
Burden merupakan jarak tegak lurus terpendek antara muatan bahan peledak
dengan bidang bebas terdekat kemana arah perpindahan material akan terjadi.
Pada penentuan jarak burden ada beberapa faktor yang harus diperhitungkan
seperti diameter lubang ledak, densitas batuan, densitas bahan peledak yang
38
Semakin besar diameter lubang ledak yang digunakan maka jarak burden akan
semakin besar karena bahan peledak yang digunakan semakin banyak tiap
jika densitas batuan semakin besar maka diperlukan jarak burden yang semakin
kecil agar energi ledakan dapat berkontraksi secara maksimal. Struktur geologi
Jarak burden yang baik adalah jarak dimana energi ledakan bisa menekan
terbang, bongkah, dan retaknya batuan pada batas akhir jenjang. Untuk
Keterangan:
B = Burden (feet)
3.4.2. Spacing
Spasi merupakan jarak antara lubang ledak dalam satu baris yang sejajar
dengan bidang bebas. Spasi yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkan
ukuran batuan hasil peledakan terlalu hancur. Tetapi jika spasi lebih besar dari
39
diantara dua lubang ledak setelah peledakan. Untuk menghitung besarnya spasi
antara tinggi jenjang dengan burden (L/B) dan delay yang digunakan. Besarnya
a. Intantaneus initiation
b. Delayed initiation
a. Intantaneus initiation
S = 2B ......................................................................... (2.4)
b. Delayed initiation
Keterangan:
dengan permukaan bahan peledak yang terdapat dalam lubang ledak yang diisi
40
a. Meningkatkan confining pressure dari akumulasi gas hasil peledakan.
Keterangan:
T = Stemming (m)
B = Burden (m)
jenjang. Subdrilling diperlukan agar batuan dapat meledak secara keseluruhan dan
mengurangi timbulnya tonjolan pada lantai jenjang atau membuat lantai jenjang
Keterangan :
J = Subdrilling (feet)
B = Burden (feet)
diinginkan dan tinggi jenjang yang ada. Kedalaman lubang ledak tidak boleh lebih
kecil dari ukuran burden untuk menghindari terjadinya overbreak dan cratering.
Kedalaman lubang ledak yang telah ditentukan oleh engineer drill and blast
41
disebut juga blast depth hole plan, sedangkan kedalaman lubang ledak yang
diukur sebelum memasukan bahan peledak (explosive) disebut blast depth hole
(plan) dengan kedalaman lubang ledak sebenarnya (actual) yang biasa disebut
blast depth hole deviation. Blast depth hole deviation dinyatakan dengan
persamaan:
sebagai berikut
H = Kh . B............................................................................... (2.8)
Keterangan :
B = Burden (m)
Panjang kolom isian merupakan panjang kolom lubang ledak yang akan
diisi oleh bahan peledak. Panjang kolom isian ini merupakan kedalaman lubang
Keterangan :
42
H = Kedalaman lubang ledak (m)
T = Stemming (m)
padat, cair atau campurannya yang apabila diberi aksi panas, benturan, gesekan
atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat cepat dan
hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas disertai panas dan tekanan
sangat tinggi.
Panas dari gas yang dihasilkan reaksi peledakan tersebut sekitar 4000℃. Adapun
tekanannya, menurut Langerfors dan kihlstrom (1978), bisa mencapai lebih dari
100.000 atm setara dengan 101.500 kg/cm² atau 9.850 Mpa dengan energi per
Perlu dipahami bahwa energi yang sedemikian besar itu bukan merefleksikan
jumlah energi yang memang tersimpan di dalam bahn peledak begitu besar,
namun kondisi ini terjadi akibat reaksi peledakan yang sangat cepat, yaitu berkisar
Oleh sebab itu kekuatan energi tersebut hanya terjadi beberapa detik saja yang
43
Panas merupakan awal terjadinya proses dekomposisi bahan kimia
oksigen baik yang terdapat di alam bebas maupun dari ikatan molekuler bahan
kecepatan rambat rendah, yaitu antara 300-1000 m/s atau lebih rendah dari
3. Ledakan menurut Berthelot, adalah ekspansi seketika yang cepat dari gas
menjadi bervolume lebih besar dari sebelumya diiringi suara keras dan efek
tekanan panas keseluruh zona peledakan dalam bentuk gelombang tekann kejut
(shock compression wave) keceptan rambat reaksi pada proses detonasi ini
Sifat-sifat fisik bahan peledak adalah suatu kenampakan nyata dari sifat
44
antara lain:
a. Bahan peledak peka detonator, adalah bahan peledak yang dapat meledak
b. Bahan peledak peka primer, adalah bahan peledak yang hanya dapat meledak
c. Bahan peledak ramuan, adalah bahan baku yang apabila dicampur dengan
45
3.7. Powder Factor
Powder factor adalah hubungan matematis antara berat bahan peledak yang
digunakan dengan jumlah batuan yang dapat dibongkar. Berat bahan peledak
dinyatakan dalam kg dan jumlah batuan yang terbongkar dapat dinyatakan dalam
volume (m³) atau berat (ton). Jika volume batuan yang diledakkan telah diketahui,
E= de x PC x n
Dengan:
3. Powder Factor
𝐸
Pf = 𝑉
Dimana:
46
ukuran setiap bongkah batuan setelah peledakan. Pemecahan batuan yang
tergantung pada waktu tunda antar inisiasi (delay) dengan pemantulan pada
bidang bebas.
lebih lama dibandingkan efek pertama. Lamanya efek kedua tergantung pada
dinding batuan. Efek yang ketiga berlangsung paling lama disbanding kedua
47
Tingkat fragmentasi batuan hasil peledakan sangat penting dalam menilai
berukuran bongkah. Untuk tujuan tertentu ukuran fragmentasi yang besar atau
1. Metode fotografi
2. Metode fotogrametri
5. Analisis ayakan
8. Analisis produktivitas alat muat (loading time, digging time, trip outs)
dapat mengetahui keberhasilan dari suatu peledakan selain powder factor. Karena
48
apabila dalam suatu peledakan, powder factor tercapai teteapi tidak menghasilkan
A = Faktor batuan
Kuz-Ram yaitu :
𝐵 𝑊 𝐴−1 𝑃𝐶
𝑛 = 2,2 − 14 𝑥 1− 𝑥 1+
𝐷 𝐵 2 𝐿
𝑋
𝑋𝑐 = 1
0,693 𝑛
𝑋 𝑛
𝑅 = 100 𝑒 𝑋𝑐
49
X = Ukuran rata-rata fragmentasi (cm)
B = Burden (m)
3.10. Redrill
atau gagal, salah satu faktor yang menyebabkan lubang tersebut collaps adalah
cuaca, apabila curah hujan meningkat maka kemungkinan besar lubang tersebut
3.11. Extrahole
(plan) oleh pihak engineer drill and blast. Daerah yang kemungkinan adanya
extrahole ialah daerah yang biasanya terletak di pinggir bench. Apabila suatu
daerah tersebut tidak menambahkan lubang ledak diluar plan, maka kemungkinan
terjadinya bongkahan besar (boulder) dapat terjadi karna tidak meratanya energy
peledakan.
Distance adalah nilai dari deviasi collar pengeboran, yaitu jarak antara titik
bor actual dengan koordinat titik plan pengeborang yang dituju. Contoh pada layar
50
jigsaw Distancenya adalah 1.5 meter. Maksudnya adalah alat bor perlu bergerak
2.77 meter lagi agar mencapai titik bor yang direncanakan. Jika alat bor langsung
mengebor pada saat kondisi diatas, berarti telah terjadi deviasi (Penyimpangan)
titik pengeboran aktual dengan titik plan pengeboran yang dinyatakan dalam
meter. Divisi drill and blast memberikan acuan deviasi pengeboran maksimal 0.3
meter. Artinya adalah jarak antara titik rencana pengeboran dengan titik aktual
51
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
yang diterapkan, kedalaman lubang ledak, varian jumlah lubang ledak, isian
mendapatkan hasil perbandingan yang sesuai dengan tema kerja praktik yang
lebih akurat.
Data utama merupakan data yang menunjukkan hasil utama dari pokok
permasalahan yang diteliti, dengan kata lain merupakan data primer yang menjadi
titik acuan perbandingan yang digunakan. Berikut yang merupakan data utama :
52
Tabel 4.1. Drill Depth Hole Actual 2 Februari 2017
Tabel 4.1 di atas merupakan contoh Drill depth hole actual yang didapatkan
pada tanggal 2 Ferbruari 2017, untuk keseluruhan data dapat dilihat pada
Lampiran 2 .
oleh engineer drill and blast dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan.
53
450D-321 trim 9 14,932
450D-321 trim 10 14,9249
Tabel 4.2 di atas merupakan contoh Drill depth hole plan yang didapatkan
pada tanggal 2 Ferbruari 2017, untuk keseluruhan data dapat dilihat pada
Lampiran 2 .
3. Blast Depth Hole Actual
Blast depth hole actual merupakan kedalaman lubang ledak yang diukur
ledak.
Tabel 4.3 di atas merupakan contoh Blast depth hole Actual yang
didapatkan pada tanggal 2 Ferbruari 2017, untuk keseluruhan data dapat dilihat
pada Lampiran 3 .
54
4. Blast Depth Hole Plan
Blast depth hole plan merupakan kedalaman lubang ledak yang telah di
rencanakan oleh engineer drill and blast dalam jangka waktu yang sudah di
tetapkan.
Tabel 4.4. di atas merupakan contoh Blast Depth Hole Plan yang
didapatkan pada tanggal 2 Ferbruari 2017, untuk keseluruhan data dapat dilihat
pada Lampiran 3.
5. Geometri Peledakan
optimum.
55
Tabel 4.5. Data Geometri Peledakan Pada Peledakan Tanggal 2 Februari 2017
GEOMETRI PELEDAKAN
PATTE POLA BURDE SPASI(S) STEMMING
PF PC(m)
RN PELEDAKAN N(B) (m) (m) (m)
450-321 ECHELON CUT 6.7 6.7 0.2 5.8 8.59
450-322 ECHELON CUT 10.5 11.5 0.2 10.29 4.8
450-323 ECHELON CUT 6.7 6.9 0.2 5.5 8.8
450-324 ECHELON CUT 8 9 0.1 5.4 9.6
Tabel 4.5. di atas merupakan contoh geometri peledakan yang didapatkan pada
tanggal 2 Ferbruari 2017, untuk keseluruhan data dapat dilihat pada Lampiran 4.
6. Redrill
pendangkalan atau collaps, salah satu faktor yang menyebabkan lubang tersebut
collaps adalah cuaca, apabila curah hujan meningkat maka kemungkinan besar
lubang tersebut tergenang air hujan yang mengakibatkan lubang tersebut collaps
7. Extrahole
56
Extrahole merupakan penambahan jumlah lubang diluar yang direncanakan
(plan) oleh pihak engineer drill and blast. Penambahan jumlah lubang ledak
8. Distance Collar
Distance adalah nilai dari deviasi collar pengeboran, yaitu jarak antara titik
bor actual dengan koordinat titik plan pengeborang yang dituju. Divisi drill and
57
Data utama (main data) yang diteliti pada penelitian di PT. Amman
Mineral Mineral Nusa Tenggara, akan diolah untuk mencari deviasi antara plan
dan actual.
Support data merupakan data yang digunakan sebagai pelengkap data utama.
kebenaran dari penelitian. Pada umumnya support data terdiri sub-data yang
berhubungan langsung dengan data utama. Dengan adanya support data yang
1. Distribusi hardness
area lingkungan kerja.Dustribusi hardness diperoleh dari data base geologi yang
sudah diinput kedalam software MineSight pada komputer kantor PT. Newmont
58
2. Deviasi Waktu Antara Enddrill Dengan Loading Explosive
Deviasi waktu antara end drill dengan loading explosive merupakan data
7)
59
BAB V
ANALISIS DATA
dilakukan untuk membongkar batuan dari lokasi asalnya agar dapat dilakukan
pemuatan dan pengangkutan oleh alat mekanis. Kegiatan pengeboran di Pit Batu
Hijau PT. Amman Mineral Nusa Tenggara bertujuan untuk membuat lubang ledak
untuk pattern production, trim dan ramp. Pola pengeboran yang diterapkan adalah
sebut dengan land clearing. Land clearing merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk mempersiapkan suatu area yang akan dilakukan kegiatan pengeboran dan
peledakan.
5.1.1. Pengeboran
split pada batas - batas jenjang tambang, pembuatan lubang ledak untuk
lubang ledak untuk peledakan rampgrade. PT. Amman Mineral Nusa Tenggara
60
a. Alat bor besar, yaitu5 unitAtlas Copco PV351 dengan diameter 311 mm
(12 1/4 inchi) digunakan untuk pengeboran lubang ledak produksi. Alat bor
Inch),digunakan untuk pengeboran lubang ledak pada area trim bersama dengan
PV 351.
b. Alat bor kecil, 2 unit tipe T45 diameter 140mm 5, 7/8 inch, digunakan
Gambar 5.1. Alat Bor Atlas Copco(Sumber: Arsip PT. Amman Mineral Nusa
Tenggara, 2016)
Kedalaman lubang tembak ditentukan berdasarkandomain area-nya (soft
berdasarkan acuan berupacook book yang dibuat berdasarkan historical data trail
61
5.1.2. Peledakan
Sebelum dilakukan pengisian bahan peledak, lubang ledak terlebih dahulu diisi
bahan peledak.Booster yang digunakan adalah Pentex PPP DUO Orica yang
electricdetonator sepanjang 18m dengan in-hole delay 500ms dan pada elektronik
62
Gambar 5.3. Emulsion Truck Orica
persiapan peledakan selesai, seluruh alat dan pekerja yang berada di sekitar
wilayah peledakan akan dievakuasi ke zona aman, dengan radius 300m untuk alat,
63
Gambar 5.5. Kegiatan Peledakan
kegiatan pengeboran dan peledakan pada dasarnya sudah melalui kajian yang
tersebut diharapkan bahwa aktual yang terjadi sesuai dengan yang telah di
rencanakan, namun dewasa ini yang terjadi antara aktual dan yang telah
direncanakan memiliki deviasi yang besar. Maka dari itu divisi drill and blast
menetapkan toleransi dengan harapan menjadi acuan deviasi antara aktual dan
yang terjadi dilapangan. Berikut ini perbandingan antara aktual dan plan tiap
parameter yang diteliti pada kegiatan peledakan tanggal 2 Februari 2017 hingga
23 Februari 2017.
64
5.2.1. Deviasi Depth Hole
Deviasi depth hole atau biasa disebut deviasi kedalaman lubang ledak
merupakan selisih antara kedalaman lubang ledak plan (depth hole plan) yang
telah dirancangkan oleh engineer dan kedalaman lubang ledak yang terjadi
dilapangan (depth hole actual). Divisi drill and blast memberikan toleransi acuan
untuk maksimal terjadi deviasi depth hole yaitu sebesar 0.5 meter. Namun yang
biasa terjadi dilapangan terdapat deviasi depth hole melebihi toleransi yang telah
ditetapkan. Deviasi yang diamati adalah deviasi drill depth hole actual dan blast
depth hole actual. Deviasi drill depth hole merupakan selisih perbedaan antara
depth hole plan dan actual yang diukur kedalamannya setelah dilakukan kegiatan
perbedaan antara depth hole plan dan deviasi depth hole actual yang diukur
antara drill depth hole plan dan drill depth hole actual. Berikut data hasil deviasi
drill depth hole pada kegiatan peledakan tanggal 2 Februari 2017 hingga 23
Februari 2017
65
DEVIASI DRILL DEPTH HOLE
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
10-Feb- 15-Feb- 18-Feb- 23-Feb-
2-Feb-17 7-Feb-17
17 17 17 17
DEVIASI DRILL DEPTH HOLE > 0.5
57 65 27 19 36 43
(Overdrill)
DEVIASI DRILL DEPTH HOLE ≥ 0 –
156 205 110 188 66 187
0.5
DEVIASI DRILL DEPTH HOLE ≥ -0.5
72 8 101 11 37 23
– 0,72
DEVIASI DRILL DEPTH HOLE < -0.5
18 6 3 2 5 11
(Underdrill)
DEVIASI DRILL DEPTH HOLE Total 303 284 241 220 144 264
Gambar 5.6.Grafik Data Deviasi Drill Depth Hole 2 Februari 2017 – 23 Februari
2017
b. Deviasi Blast Depth Hole
antara blast depth hole plan dan drill depth hole actual. Berikut data hasil deviasi
blast depth hole pada kegiatan peledakan tanggal 2 Februari 2017 hingga 23
Februari 2017.
66
DEVIASI BLAST DEPTH HOLE
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
10-Feb- 15-Feb- 18-Feb- 23-Feb-
2-Feb-17 7-Feb-17
17 17 17 17
DEVIASI BLAST DEPTH HOLE > 0.5
38 64 14 15 49 27
(Overdrill)
DEVIASI BLAST DEPTH HOLE ≥ 0 –
61 70 28 16 20 35
0.5
DEVIASI BLAST DEPTH HOLE ≥ -0.5
45 56 36 22 36 52
– 0,72
DEVIASI BLAST DEPTH HOLE < -0.5
149 89 111 164 34 80
(Underdrill)
DEVIASI BLAST DEPTH HOLE Total 293 279 189 217 139 194
Gambar 5.7. Grafik Data Deviasi Drill Depth Hole 2 Februari 2017 – 23 Februari
2017
Dari grafik diatas dapat terlihat bahwa pendangkalan (underdrill) pada
setiap tanggal meningkat secara signifikan. Pada tanggal 2 Februari data drill
sedangkan pada data blast depth hole meningkat menjadi 51%. Pada tanggal 7
Februari 2017 data drill depth hole mengalami pendangkalan (underdrill) atau
collaps sebesar 2% sedangkan pada data blast depth hole meningkat menjadi
30%. Pada tanggal 10 Februari 2017 data drill depth hole mengalami
depth hole meningkat menjadi 59%. Pada tanggal 15 Februari 2017 data drill
sedangkan pada data blast depth hole meningkat menjadi 76%. Pada tanggal 18
Februari 2017 data drill depth hole mengalami pendangkalan (underdrill) atau
67
collaps sebesar 3% sedangkan pada data blast depth hole meningkat menjadi
25%. Pada tanggal 23 Februari 2017 data drill depth hole mengalami
depth hole meningkat menjadi 41%. Berikut grafik perbandingan antara drill
Gambar 5.8. Grafik Data Deviasi Underdrill Februari 2017 – 23 Februari 2017
Gambar 5.9. Grafik Data Deviasi Underdrill Februari 2017 – 23 Februari 2017
68
≥ -0.5 – 0
120
101
100
80 72
56 52
60 45
36 37 36
40
22 23
20 8 11
0
2-FEB- 7-FEB- 10-FEB- 15-FEB- 18-FEB- 23-FEB-
17 17 17 17 17 17
Gambar 5.10. Grafik Data Deviasi Underdrill Februari 2017 – 23 Februari 2017
≥ 0 – 0.5
250
205
188 187
200
156
150
110
100 70
61 66
50 28 35
16 20
0
2-FEB- 7-FEB- 10-FEB- 15-FEB- 18-FEB- 23-FEB-
17 17 17 17 17 17
Gambar 5.11. Grafik Data Deviasi Underdrill Februari 2017 – 23 Februari 2017
faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan lubang ledak yang
mengalami pendangkalan antara drill depth hole dengan blast depth hole:
1. Blast Domain
69
2. Waktu Tunda Antara End Drill hingga Loading Explosive.
Divisi drill and blast memberikan toleransi waktu antara end drill hingga
loading explosive maksimal satu hari. Berikut data waktu antara end drill hingga
loading explosive.
0 1 2
100% 2 3 2 4
90% 15 11 2 20
80% 6 34
70% 27 17 32 29 22 45 4 46 6
60%
50% 9 7 12 24 42 7 33 25 14 28 4
40% 30 9 53 47
30% 33 9 30 40 5 43 5
20% 22 8 30
20
10% 22
0% 3
450D-321
450D-323
435D-316
435D-318
435D-317
435D-316
435D-320
435D-321
435D-321
435D-326
435D-326
435D-326
435D-321
31-Jan02-Feb05-Feb 06-Feb
07-Feb
08-Feb
09-Feb
12-Feb
13-Feb
14-Feb
16-Feb
17-Feb
18-Feb
21-Feb
22-Feb
Gambar 5.12. Data Waktu Tunda Antara End Drill Hingga Loading Explosive
Dari grafik diatas Waktu tunda sejak pengeboran berakhir sampai dengan
pengisian bahan peledak memiliki beberapa varisi dalam satu hari peledakan.
selesai dilakukan pengeboran dihari yang sama. 24% peledakan yang dilakukan
mengalami waktu tunda sebanyak 1 hari. Waktu tunda dua hari untuk peledakan
ditanggal 2 Februari 2016 terdapat sebanyak 57%. 10% dari seluruh peledakan
Februari 2017 dilakukan peledakan pada pattern 435D 316-318 dengan total 240
70
peledakan. 53 % diantaranya melami waktu tunda 0 hari. Sebesar 40 peledakan
131 peledakan atau senilai 62% diantaranya mengalami waktu tunda selama 0
hari sebanyak 62%, 32% megalami waktu tunda selama 1 hari, dan 6% mengalmi
waktu tunda selama 2 hari. Peledakan ada 10 Februari 2017 tidak ada yang meiliki
waktu tunda diatas 2 hari. Peledakan pada tanggal 15 Februari 2017 38%
mengalami waktu tunda selama 0 hari. Waktu tunda 1 hari sebanyak 45% dari
total lubang yang diledakkan. 17 % dari 468 lubang megnalami waktu tunda 2
hari. Hanya 1% dari total lubang mengalami waktu tunda 3 hari.Waktu tunda
selama 0 hari pada peledakan ditanggal 18 Februari 2017 sebesar 28%. Waktu
tunda 1 hari sebesar 61% dari 337 lubang yang 143 lubang. 6% sisanya
merupakan lubang-lubang yang mengalam waktu tunda selama 2 hari. Tidak ada
lubang yang diledakkan pada 18 Februari 2017 yang mengalami waktu tunda
diatas 2 hari.Total peledakan pada tanggal 23 Februari 2017 sebanyak 337 lubang
28% diantrannya memiliki wakt tunda selama 0 hari. Sebesar 50% dari lubang
yang ada memiliki waktu tunda selama 1 hari. Waktu tunda 2 hari sebanyak 21%
dan waktu tunda 3 hari sebesar 1%. Peledakan pada tanggal 23 Februari 2017 ini
3. Inisiatif operator
pertimbangan apabila lokasi permukaan tanah yang tidak rata maupun apabila
71
kondisi cuaca hujan, dengan alasan mengantisipasi apabila lubang bor terendam
air hujan.
Total banyaknya redrill dan extrahole dipengaruhi oleh kondisi yang terjadi
sedangkan extrahole dilakukan pada wilayah yang tidak terdapat pada pattern
design yang telah dilakukan. Toleransi jumlah redrill yang diberikan oleh divisi
drill and blast adalah 10% dari jumlah total lubang untuk pattern trim, dan 8%
dari jumlah total lubang untuk pattern produksi. Toleransi jumlah explosive yang
peledakan yang tidak merata. Berikut hasil analisa redrill dan extrahole pada
Redrill Extrahole
Gambar 5.13. Grafik Data Deviasi Drill Depth Hole 2 Februari 2017 – 23
Februari 2017
72
Dari grafik diatas, pada tanggal 2 Februari 2017 total lubang trim 247
lubang ledak dengan total redrill 10 lubang, sedangkan total lubang produksi 46
lubang ledak dengan total redrill 2 lubang. Total extrahole pada peledakan 2
Februari 2017 adalah sebesar 293 lubang dengan total extrahole 31lubang.
kedalam toleransi jumlah redrill yang ditetapkan, namun tidak termasuk kedalam
toleransi jumlah explosive. Pada tanggal 7 Februari 2017 total lubang produksi
176 lubang ledak dengan total redrill 17 lubang, sedangkan total lubang ramp 108
lubang ledak dengan total redrill 5 lubang. Total extrahole pada peledakan 7
Februari 2017 adalah sebesar 284 lubang dengan total extrahole 0 lubang. Dimana
kedalam toleransi jumlah redrill yang ditetapkan, namun masuk kedalam toleransi
jumlah explosive. Pada tanggal 10 Februari 2017 total lubang produksi 105 lubang
ledak dengan total redrill 0 lubang. Total extrahole pada peledakan 10 Februari
2017 adalah sebesar 204 lubang dengan total extrahole 2 lubang. Dimana dapat
toleransi jumlah redrill yang ditetapkan, dan termasuk kedalam toleransi jumlah
explosive. Pada tanggal 15 Februari 2017 total lubang produksi 220 lubang ledak
dengan total redrill 10 lubang. Total extrahole pada peledakan 15 Februari 2017
adalah sebesar 220 lubang dengan total extrahole 3 lubang. Dimana dapat
toleransi jumlah redrill yang ditetapkan, dan termasuk kedalam toleransi jumlah
explosive. Pada tanggal 18 Februari 2017 total lubang produksi 39 lubang ledak
73
dengan total redrill 4 lubang, sedangkan total lubang trim 144 lubang ledak
dengan total redrill 12 lubang. Total extrahole pada peledakan 7 Februari 2017
adalah sebesar 144 lubang dengan total extrahole 3 lubang. Dimana dapat
tidak termasuk kedalam toleransi jumlah redrillI yang ditetapkan dan termasuk
kedalam toleransi jumlah explosive. Pada tanggal 23 Februari 2017 total lubang
produksi 264 lubang ledak dengan total redrill 67 lubang. Total extrahole pada
peledakan 23 Februari 2017 adalah sebesar 264 lubang dengan total extrahole 15
tidak termasuk kedalam toleransi jumlah redrill yang ditetapkan, dan tidak
Distance Collar yaitu jarak antara titik bor actual dengan koordinat titik
plan pengeborang yang dituju. Divisi drill and blast menetapkan toleransi deviasi
antara titik bor actual dengan titik bor plan yaitu 0.3m. Berikut hasil analia
distance collar pada peledakan tanggal 2 Februari 2017 hingga 23 Februari 2017.
74
Distance Collar
300
250
200
150
100
50
0
2-Feb-17 7-Feb-17 10-Feb-17 15-Feb-17 18-Feb-17 23-Feb-17
>0,3 125 169 207 165 79 109
0-0,3 154 95 41 112 81 111
Total 279 264 248 277 160 220
>0,3 0-0,3
Gambar 5.14. Grafik Data Distance Collar 2 Februari 2017 – 23 Februari 2017
Dari grafik diatas, pada tanggal 2 Februari 2017 sebanyak 154 lubang yang
termasuk kedalam deviasi distance collar. Pada tanggal 7 Februari 2017 sebanyak
collar. Pada tanggal 15 Februari 2017 sebanyak 112 lubang yang termasuk
lubang yang termasuk kedalam deviasi distance collar. Pada tanggal 23 Februari
2017 sebanyak 111 lubang yang termasuk kedalam deviasi distance collar.
terpenuhi, dan diharapkan hasil surface actual sesuai dengan hasil surface yang
75
direncanakan (plan). Berikut parameter-parameter yang menentukan kualitas
peledakan.
keras maka kemungkinan terjadinya lubang gagal yang diakibatkan oleh kondisi
1. Burden
Apabila Burden terlalu kecil maka bongkaran terlalu hancur dan tergeser dari
tekan yang mencapai bidang bebas menghasilkan gelombang tarik yang sangat
2. Spasi
Apabila spasi terlalu besar, maka fragmentasi yang dihasilkan tidak baik
76
kecilmaka Spasi yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkan ukuran batuan
maka energi peledakan yang dihasilkan tertekan oleh stemming yang lebih besar
dan akan meredam energi peledakan tersebut. Apabila stemming terlalu kecil
dibandingkan dengan powder column maka mengakibatkan fly rock atau batu
terbang. Sehingga pada PT. Amman Mineral Nusa Tenggara perbandingan antara
4. Subdrilling
mengurangi timbulnya tonjolan pada lantai jenjang atau membuat lantai jenjang
diinginkan dan tinggi jenjang yang ada. Antara kedalaman lubang yang telah di
rencanakan oleh pihak drill and blast dengan kedalaman lubang yang terjadi
deviasi yang dihasilkan besar akan berpengaruh terhadap banyak isian bahan
fragmentasi yang tidak merata dan akan menghasilkan tonjolan pada muka
jenjang.
77
5.3.4. Penggunaan Bahan Peledak (explosive)
seperti besarnya burden, spasi, kedalaman lubang ledak, powder factor, dan
dihasilkan pada wilayah diluar yang telah direncanakan. Namun apabila terlalu
banyak redrill maka kualitas peledakan tidak baik karena menghasilkan energi
ledak yang tidak merata. Demikian pula untuk extrahole dimana semakin banyak
5.3.6. Rekahan
peledakan yang merata apabila daerah tersebut terdapat rekahan atau melewati
78
5.4. Evaluasi Kondisi Aktual Terkait Dengan Aktifitas Pengeboran dan
untuk membandingkan hasil yang telah dicapai dengan tolak ukur atau kriteria
kegiatan peledakan yang telah dilakukan maka dapat menarik kesimpulan dan
pada domain5 dan domain9, memiliki empat pattern yaitu pattern 450-321
merupakan tipe pattern trim, 450-322 merupakan tipe pattern produksi, 450-323
merupakan tipe pattern trim, 450-324 merupakan tipe pattern produksi. Dengan
jumlah total lubang sebesar 293 lubang untuk drill depth hole dan 293 lubang
untuk blast depth hole. Pada tanggal 2 Februari data drill depth hole mengalami
pendangkalan menjadi 51%. Rata-rata lamanya waktu tunda antara end drill
hingga loading explosive sebanyak 57% memiliki waktu tunda dua hari, dan
sebanyak 10% dari seluruh peledakan tanggal 2 Februari 2017 memiliki waktu
tunda selama 8 hari. Rata-rata deviasi depth hole sebesar 1m/lubang dan untuk
jumlah redrill dan extrahole peledakan tanggal 2 Februari 2017 masih termasuk
79
sebanyak 154 lubang termasuk kedalam deviasi distance collar. Berikut
sedangkan yang berwarna hijau menunjukan elevasi actual. Dengan luas total area
tersebut sebesar 17135.65 sq.m dan terjadi pendangkalan sebesar 83%. Waktu
tunda sebesar 57% selama 2 hari dan 10% selama 8 hari antara end drill hingga
domain9, dan memiliki dua pattern 435D-316 merupakan tipe pattern production,
rampgrade. Dengan jumlah total lubang sebesar 287 lubang drill dan 279 lubang
blast. Pada tanggal 7 Februari data drill depth hole mengalami underdrill sebesar
80
2% sedangkan pada data blast depth holemengalami pendangkalan meningkat
menjadi 30%. Rata-rata lamanya waktu tunda antara end drill hingga loading
explosive masih termasuk batas waktu tunda toleransi. Rata-rata deviasi depth
hole sebesar 0.76m/lubang dan untuk jumlah redrill dan extrahole peledakan
tanggal 2 Februari 2017 masih termasuk jumlah toleransi yang ditetapkan. Pada
sedangkan yang berwarna hijau menunjukan elevasi actual. Dengan luas total area
tersebut sebesar 11930.11 sq.m dan terjadi pendangkalan sebesar 40%. Waktu
tunda antara end drill hingga loading explosive pada peledakan tanggal 7 Februari
2017 masih termasuk kedalam waktu tunda toleransi dan bukan termasuk potensi
81
telah terjadi tonjolan-tonjolan yang mengakibatkan terjadi tonjolan-tonjolan pada
surface actual.
pada domain5 dan domain9, memiliki dua pattern yaitu pattern 435D-319
Dengan jumlah total lubang sebesar 241 lubang drill 189 lubangblast untuk
pattern produksi. Pada tanggal 10 Februari data drill depth hole mengalami
depth hole meningkat menjadi 59%. Rata-rata lamanya waktu tunda antara end
drill hingga loading explosive masih termasuk batas waktu tunda toleransi.
Deviasi explosive pada peledakan tanggal 10 Februari 2017 memiliki total 3326.6
Kg dengan rata-rata deviasi depth hole sebesar 0.53m/lubang dan untuk jumlah
redrill dan extrahole peledakan tanggal 10 Februari 2017 masih termasuk jumlah
82
Gambar 5.17. Penampakan Surface Peledakan10 Februari 2017
Pada gambar diatas warna biru menunjukan elevasi plan yaitu elevasi 435,
sedangkan yang berwarna hijau menunjukan elevasi actual. Dengan luas total area
tersebut sebesar 5263.13 sq.m dan terjadi pendangkalan sebesar 14. 92sq.
pada domain5 dan domain9, memiliki dua pattern yaitu pattern 435D-320
Dengan jumlah total lubang sebesar 220 lubang drill dan 217 lubangblast. Pada
sedangkan pada data blast depth hole meningkat menjadi 76%. Rata-rata lamanya
waktu tunda antara end drill hingga loading explosive83% masih termasuk batas
toleransi dan 17% tidak termasuk toleransi waktu tunda. Rata-rata deviasi depth
hole sebesar 1.23m/lubang dan untuk jumlah redrill dan extrahole peledakan
tanggal 15 Februari 2017 masih termasuk jumlah toleransi yang ditetapkan. Pada
83
deviasi distance collar. Berikut perbandingan surface plan dan surface actual
Pada gambar diatas warna biru menunjukan elevasi plan yaitu elevasi 435,
sedangkan yang berwarna hijau menunjukan elevasi actual. Dengan luas total area
tersebut sebesar 12113.86 sq.m dan terjadi pendangkalan sebesar 74%. Dari data
yang di dapat waktu tunda antara end drill hinggaloading explosive hanya 17 %
yang diluar toleransi waktu tunda sehingga waktu tunda merupakan potensi kecil
pada domain9, memiliki dua pattern yaitu pattern 435D-326 tipe pattern trim,
435D-328 tipe pattern production. Dengan jumlah total lubang sebesar 144 lubang
drill dan 139 lubangblast. Pada tanggal 18 Februari data drill depth hole
84
mengalami underdrill sebesar 3% sedangkan pada data blast depth
antara end drill hingga loading explosive masih termasuk batas toleransi. Jumlah
2017 sebanyak 112 lubang termasuk kedalam deviasi distance collar. Berikut
Pada gambar diatas warna biru menunjukan elevasi plan yaitu elevasi 435,
sedangkan yang berwarna hijau menunjukan elevasi actual. Dengan luas total area
tersebut sebesar 12113.86 sq.m dan terjadi pendangkalan sebesar 74%. Dari data
yang di dapat waktu tunda antara end drill hinggaloading explosive hanya 17 %
yang diluar toleransi waktu tunda sehingga waktu tunda merupakan potensi kecil
85
5.4.6. Evaluasi Kegiatan Peledakan Tanggal 23 Februari 2017
pada domain9, memiliki dua pattern pattern 435D-321 merupakan tipe pattern
lubang sebesar 264 lubang drill dan 194 lubangblast. Pada tanggal 23 Februari
data drill depth hole mengalami underdrill sebesar 4% sedangkan pada data blast
tunda antara end drill hingga loading explosive 71% masih termasuk batas
toleransi dan 22% tidak termasuk toleransi waktu tunda. Jumlah redrill dan
yang ditetapkan. Pada peledakan tanggal 23 Februari 2017 sebanyak 111 lubang
termasuk kedalam deviasi distance collar. Berikut perbandingan surface plan dan
sedangkan yang berwarna hijau menunjukan elevasi actual. Dengan luas total area
tersebut sebesar 13445.02 sq.m dan terjadi pendangkalan sebesar 33%. Dari data
86
yang di dapat waktu tunda antara end drill hinggaloading explosive hanya 22 %
yang diluar toleransi waktu tunda sehingga waktu tunda merupakan potensi kecil
87
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
2017 – 23 Februari 2017 di PT. Amman Mineral Nusa Tenggara, maka dapat
ditarik kesimpulan:
a) Perbandingan deviasi antara drill depth hole dengan blast depth hole
kedalaman 1.5m.
b) Waktu tunda antara end drill hingga loading explosive terlama pada
tanggal 2 Februari 2017 57% atau 51 hari untuk waktu tunda dua hari,
10% atau 8 hari untuk waktu tunda delapan hari termasuk waktu tunda
diluar toleransi.
dengan total redrill 68 lubang dan total explosive 15 lubang pada tanggal
23 Februari 2017.
88
deviasi depth hole dikarenakan kemungkinan surface yang ingin dibor telah
ditargetkan, faktor lain yang mempengaruhi deviasi depth hole antara lain
wilayah kekerasan batuan dengan waktu tunda, dimana apabila wilayah tersebut
waktu tunda yaitu satu hari sebagai toleransinya maka kemungkinan terjadinya
6.2. Saran
terlebih dahulu oleh pihak engineer drill and blast dapat sesuai dengan yang
terjadi di lapangan dan deviasi kedalaman lubang ledak tidak melebihi batas
toleransi.
89