Anda di halaman 1dari 2

Arsita Leni Sefindri/452276/Kelas B

Managing Ethical Risks & Opportunities


Tugas Etika Bisnis

Ethics Risk and Opportunity Management. Secara singkat, pengertian manajemen resiko etika adalah
tata kelola yang menjunjung kode etik sehingga dapat meminimalisasi ketidakmampuan perusahaan
memenuhi harapan stakeholder.

Over-reliance on External Auditors-New Fraud Standard. Komisaris dan eksekutif seringkali


berasumsi bahwa eksternal auditor, yang mereview risiko, akan menemukan setiap resiko yang menjadi
perhatian manajemen dan komisaris. Kepercayaan yang berlebihan ini tidak pada tempatnya. Sebagai
bagian dari proses audit, auditor melakuan pengujian terhadap resiko, tetapi tidak berharap untuk
menemukan setiap masalah. Dengan adanya SOX dan standar audit yang baru, eksternal auditor harus
lebih peduli dan memperhatikan tentang adanya penyimpangan.

Ethics Risk and Opportunity Identification and Gap Assesment. Proses identifikasi resiko etis dan
keuntungan melalui tiga fase, yaitu: Fase 1, mengembangkan proyek, memeringkat pemahaman atas
kepentingan stakeholders. Fase 2, membandingkan aktifitas dengan harapan, untuk mengidentifikasi
resiko etis dan keuntungan. Fase 3, menyiapkan laporan oleh: kelompok stakeholders, produk dan jasa,
tujuan perusahaan, nilai hypernorm, dan reputasi.

Taktik dan strategi dalam hubungannya dengan stakeholders dapat di kelompokkan dalam empat
tipe yaitu: Tipe 1 supportive, kondisi: potensi kerjasama tinggi dan potensi ancaman rendah, strateginya
adalah melibatkan stakeholders. Tipe 2 Marginal, kondisi: potensi kerjasama rendah dan potensi ancaman
juga rendah, strateginya adalah memantau stakeholders.. Tipe 3 Nonsupportive, kondisi: potensi
kerjasama rendah dan potensi ancaman tinggi, strateginya adalah bertahan. Tipe 4 collaborate, kondisi:
potensi kerjasama tinggi dan potensi ancaman juga tinggi, strateginya adalah berkolaborasi.

Workplace Ethics – a Significant Ethical Problem Area. Tekanan dari para aktifis berdampak pada
kegiatan operasi perusahaan. Akibantnya, pelaku bisnis mengapresiasi tema etis utama yang berkaitan
dengan pegawai dan tempat kerja.

International Operations- a Significant Ethical Problem Area. Kultur dan budaya yang berbeda di
setiap Negara sering bertentangan dengan nilai-nilai etis, seperti praktek suap, eksploitasi pekerja anak-
anak, kurangnya kebebasan berkelompok dan lain-lain. Seringkali perusahaan multinasional tersebut
terjebak dan mengikuti kultur yang ada tersebut. Akibatnya, timbul boikot dan kecaman dari seluruh
belahan dunia. Namun tidak sedikit pula perusahaan seperti Citybank yang berhasil tanpa melakukan
praktik-praktik penyuapan semacam itu.

Corporate Social Responsibility Performance and Accountability. Untuk mengembangkan rencana


komprehensif atau kerangka kerja CSR, perusahaan harus menentukan tujuan stratejik baik sebagai
operasi maupun sebagai corporate citizen. Sangat penting bagi perusahaan bahwa dalam rencana
stratejiknya mempertimbangkan nilai-nilai etis dan menghargai kepentingan stakeholders. Salah satu hal
yang penting adalah bagaimana mengukur kinerja CSR.

Crisis Management – a Significant Ethical Problem Area. Tujuan utama dari manajemen krisis adalah
mencegah krisis itu sendiri. Apabila tidak memungkinkan, maka upaya selanjutnya adalah meminimalkan
dampak dari krisis tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengantisipasi krisis secara dini untuk
selanjutnya meresponnya untuk mengurangi dampak negatifnya. Untuk mencapai hal tersebut dapat
dilakukan dengan perencanaan, pengawasan dan pengambilan keputusan yang tepat dan cepat selama
krisis.

Jawaban: Case Kader Industries

1. Stakeholder dalam kasus ini adalah pekerja, konsumen, kreditur, investor, masyarakat lingkungan
sekitar dan pemerintah Thailand.
2. Pihak yang dirugikan : 1)Pekerja, karena pekerja tidak dijamin keselamatan dan kesehatan kerja.
2)Konsumen, karena telah melakukan pemesanan produk. 3)Masyarakat sekitar karena dampak dari
asap kebakaran. 4)Perusahaan Kader Industri sendiri karena menanggung kerugian yang amat besar.
5)Investor karena Investor memperoleh kewenangan untuk memberikan masukan kepada manajemen
terkait kewajiban perusahaan terhadap pekerja. 6)Kreditur karena kader industry dimungkinkan tidak
dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditur. Pihak yang bertanggung jawab : dalam urutannya
dimulai dari Kader Industrial (Thailand) Company dan pemerintah Thailand.

3. Norma etika yang dilanggar: 1) Utilitarianisme : Kader Industry tidak memperhatikan risiko
keselamatan pekerja sehingga manfaat yang diperoleh oleh pekerja lebih sedikit daripada
pengorbannanya yg telah diberikan. 2) Hak : Konstruksi bangunan yang buruk, tidak adanya
perlatihan evakuasi bencana ataupun faktor lain, pembangunan gedung yang tidak memperhatikan
proses evakuasi yang menjadi kewajiban perusahaan juga diabaikan merupakan faktor-faktor yang
melanggar hak para pekerja. 3) Keadilan : perusahaaan tidak memberikan manfaat yang setara
dengan apa yang telah pekerja berikan kepada perusahaan. 4) Perhatian : Perusahaan mengabaikan
keselamatan para pekerja dengan tidak memfasilitasi lingkup kerja dan bangunan yang tidak layak
untuk dipakai bekerja.

4. Keputusan yang dibuat sehingga menempatkan pekerja dalam risiko adalah perusahaan melakukan
efisiensi biaya produksi untuk memaksimalkan labanya. Perusahaan tersebut tidak memberikan
jaminan keselamatan bagi para pekerjanya dengan tidak menyediakan peralatan penanggulangan
bencana yang yang memadai seperti alat pendeteksi asap dan alarm kebakaran. Ditambah lagi,
perusahaan tidak melatih para pekerja apa yang harus dilakukan saat terjadi kebakaran, tidak pernah
melakukan simulasi kebakaran, dan tidak memberikan arahan rencana evakuasi.

5. Yang bertanggung jawab melindungi pekerja yaitu 1) Manajemen dari Kader Industri, karena
perusahaan harus memberikan segala fasilitas untuk melindungi dan memberikan kenyamanan para
pekerjanya di lingkungan kerja. 2) Pemerintah Thailand, karena pemerintah perlu melakukan
perlindungan kepada warganya yang tertimpa musibah dan memastikan hak para pekerja telah
diterima dari perusahaan kader insdustri.

6. Dimensi keputusan yang menjadi prioritas dalam proses pengambilan keputusan adalah isu sosial,
isu etika dan isu ekonomi. Perusahaan berusaha memberikan kompensasi yang cukup besar pada
pekerja yang menjadi korban. Hal ini dilakukan supaya perusahaan kembali mendapatkan citra yang
baik dari masyarakat dan pihak-pihak lain yang bekepentingan. Dengan mengembalikan citra baik
perusahaan, diharapkan perusahaan tetap dapat melanjutkan bisnisnya dan mendapatkan keuntungan
baik jangka panjang maupun jangka pendek.

7. Budaya perusahaan yang dimiliki oleh Kader Industri adalah Budaya Pasar (Market Culture) oleh
James Gibson (2006) yaitu perusahaan menekankan pertumbuhan penjualan, peningkatan pangsa
pasar, stabilitas keuangan dan keuntungan. Perusahaan dan pekerja memiliki hubungan sebatas
kontraknya dengan perusahaan. Dalam kasus ini Hubungan antara Kader Company dengan
pekerjanya hanya sebatas hubungan berdasar kontrak dimana pekerja memberikan jasa pada
perusahaan dan perusahaan akan memberikan imbalan atas jasa mereka.

8. Tanggung jawab yang dimiliki pelanggan Kader untuk memastikan bahwa pekerja Kader terlindungi
adalah pelanggan Kader dapat menambahkan klausul dalam perjanjian kontrak jual beli dengan
Kader, misalnya pelanggan hanya akan membeli produk dari Kader bila kriteria perlindungan pada
pekerja Kader terpenuhi. Bila pelanggan mengetahui bahwa kondisi tersebut dilanggar, pelanggan
akan membatalkan kontraknya dengan Kader. Setidaknya hal inilah yang dapat dilakukan pelanggan
Kader untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki moral dan selalu melindungi hak asasi manusia
(HAM).

Anda mungkin juga menyukai