DOSEN PEMBIMBING
Oleh :
TAHUN 2020
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi penulis
kekuatan dan petunjuk untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Kemudian penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dwi Hendriani, M.Kes selaku dosen pada
mata kuliah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Yang telah membimbing
penulis dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa pula kepada orang tua dan teman-
teman yang selalu mendukung dan memberi kekuatan kepada penulis selama
pembuatan makalah ini.
Makalah ini memuat pembahasan kasus serta upaya penyelesaian tentang “ISU
KESEHATAN PEREMPUAN PADA FREKUENSI KEHAMILAN YANG
SERING”. Penulis menyadari bahwasanya masih jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan dalam isi makalah ini. Untuk itu, penulis
bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca, agar makalah ini dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Jika terdapat banyak kekurangan penulis memohon
maaf sebesar-besarnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan............................................................................................................10
B. Saran......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................12
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang senantiasa menjadi isu penting
bagi publik maupun individu di dalamnya, termasuk perempuan. Bagi Indonesia,
isu kesehatan merupakan salah satu persoalan penting yang diatur dalam
konstitusi dan alokasi sumber daya di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Namun, berbagai data dan riset memperlihatkan masih
kompleksnya persoalan kesehatan publik maupun kesehatan berdasarkan gender
dan kelompok usia.
Berbicara tentang isu kesehatan perempuan sangat berkaitan dengan
kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara
mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang
berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya
kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Isu-isu yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi merupakan isu yang sensitif, seperti hak-hak reproduksi,
kesehatan seksual, penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS,
kebutuhan khusus remaja, dan perluasan jangkauan pelayanan ke lapisan
masyarakat kurang mampu atau mereka yang tersisih.Kesehatan reproduksi
remaja merupakan salah satu komponen dari kesehatan reproduksi. Remaja
adalah suatu usia dimana individu menjadi terintergrasi ke dalam masyarakat
dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah
tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar,
Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual.
Secara harfiah, remaja berada diantara anak dan orang dewasa, oleh karena itu,
remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” karena remaja masih
belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik
maupun psikisnya.
1
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,
menurut peraturan Menteri Kesehatan RI no 5 tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum
menikah.
Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut sensus penduduk
2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk dan
diperkirakan 18% jumlah penduduk dunia adalah remaja.(4) Masa remaja sangat
erat kaitannya dengan perkembangan psikis pada periode yang dikenal sebagai
masa pubertas yang diiringi dengan perkembangan seksual.
Program kesehatan reproduksi remaja merupakan salah satu dari sekian
banyak program kesehatan rerpoduksi. Hal ini menyebabkan pelayanan dan
perawatan kesehatan reproduksi bagi remaja memiliki peranan yang sangat
penting dalam mewujudkan remaja yang sehat dan berdaya saing sehingga
mampu menjadi komponen unggul dalam pembangunan bangsa.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
3. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan penulis mengenai kasus
tersebut
3
BAB II
PEMBAHASAN
Saat dia baru usia 36 tahun dan hanya dari satu suami, perempuan ini sudah
memiliki 44 orang anak. Kini, Mariam (39) memiliki tiga kembar empat, empat
kembar tiga, dan enam pasang anak kembar.
Celakanya, sang suami pergi meninggalkan Mariam tiga tahun lalu dan kini dia
seorang diri mengurus keluarga besarnya itu. Mariam menikah saat baru berusia 12
tahun dan saat itu suaminya berusia 40 tahun. Setahun kemudian, Mariam
melahirkan anak kembar.
Saat melahirkan anak kembarnya itu, Mariam pergi ke dokter dan dia diberitahu
memiliki kandungan yang amat besar. Dokter mengatakan, pil KB bisa
mengakibatkan gangguan kesehatan untuk Mariam dan sejak saat itu dia terus
melahirkan anak.
Keluarga besar amat lazim di Afrika. Di Uganda, perempuan negeri itu rata-rata
melahirkan 5,6 anak. Sehingga, kondisi ini membuat Uganda menjadi negara
Afrika dengan angka kelahiran tertinggi menurut data World Bank.
4
Meski demikian, Mariam dan 44 anaknya tetap saja membuat rakyat Uganda
terperangah. Saat baru berusia 23 tahun, Mariam sudah memiliki 25 anak dan
sudah meminta dokter membantunya menghentikan dirinya terus melahirkan.
Sekali lagi, dokter tak bisa berbuat apa-apa karena kandungan Mariam memang
amat besar.
"Saya tumbuh dengan air mata, suami saya membuat saya menderita," kata
Mariam.
"Sepanjang hidup saya habiskan untuk mengurus anak-anak dan bekerja untuk
mencari uang," tambah dia.
"Ibu amat sibuk, pekerjaan membuat dia amat lelah. Kami membantu sebisa
kami, seperti memasak, mencuci, tetapi sebagian besar beban keluarga masih
ditanggunggnya," kata Ivan (23).
5
Hidup Mariam memang tak bahagia sejak dia dilahirkan. Ibu kandung Mariam
meninggalkan dia bersama ayah dan lima saudaranya tiga hari setelah Mariam
lahir. Setelah ayahnya menikah kembali, ibu tirinya meracuni lima saudaranya.
Mereka semua meninggal dunia.
Mariam mengatakan, dia lolos dari maut karena saat itu dia tengah berkunjung ke
kediaman kerabatnya.
"Saat itu saya berusia tujuh tahun, terlalu muda untuk memahami apa itu
kematian. Saya diberitahu saudara soal apa yang terjadi," kata dia.
Tragedi ini memicu Mariam untuk memiliki keluarga besar, meski awalnya dia
hanya berharap memiliki enam anak.
Kini, tantangan yang harus dihadapi Mariam adalah menyediakan rumah bagi 38
anak-anak yang masih kecil itu. Sebanyak 12 anak-anaknya tidur di atas ranjang
besi dengan kasur tipis di dalam kamar yang sempit. Di kamar lain, anak-anak
berdesakan berbagi alas tidur. Sementara yang lain tidur begitu saja di atas lantai.
Anak yang lebih tua membantu adik-adiknya dan semuanya ikut membantu
pekerjaan rumah seperti memasak.
B. Kesehatan Perempuan
Ketika seorang perempuan sehat, dia akan memiliki semangat dan kekuatan
untuk mengerjakan aktivitas sehari-hari, untuk memenuhi perannya dalam keluarga
dan masyarakat, dan dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain. Dengan kata
6
lain, kesehatan perempuan mempengaruhi setiap aspek kehidupannya. Selama
beberapa tahun, kesehatan perempuan kurang diperhatikan dibandingkan dengan
pelayanan kesehatan pada ibu, seperti perawatan selama kehamilan dan persalinan.
Pelayanan ini penting tetapi hanya mengacu pada pelayanan seorang perempuan
ketika dia menjadi seorang ibu.
7
melihat bahwa masalah kesehatan perempuan tidak hanya disebabkan oleh dirinya
sendiri melainkan juga dipengaruhi oleh masyarakat di sekelilingnya.
C. Tanggapan Penulis
Dari pembahasan di atas telah kita lihat bahwa hal - hal tersebut sangat
berkaitan dengan kasus yang dialami oleh Mariam Nabatanzi, pada artikel di atas
dikatakan ia pernah mengalami komplikasi dalam kehamilannya. Ia juga harus
bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga besarnya yang hal itu dapat
berpengaruh dengan kesehatan fisik dan psikisnya. Ketika Ibu Mariam Nabatanzi
hanya fokus untuk membesarkan seluruh anak-anaknya ia akan lupa dengan
kebutuhan untuk tubuhnya entah dari segi ekonomi, sosial maupun kesehatan. Maka
ini sangat membahayakan dirinya, karena jika hal tersebut terus terjadi, akan terjadi
gangguan fisik maupun mental nya, maka akan tidak menutup kemungkinan terjadi
kondisi kesehatannya menjadi menurun sehingga akan mengarah pada kematian ibu.
8
Oleh karena itu hal yang harus dilakukan agar tidak terjadi lagi kasus seperti
Mariam Nabatnzi dan untuk perubahan kita harus bisa mengubah pandangan
masyarakat yang seringkali memperlakukan dan mengkondisikan seorang perempuan
untuk hidup dalam kemiskinan dan dalam status kesehatan yang rendah. Tetapi
masyarakat harus dapat mengubah ini semua dengan lebih mengutamakan kesehatan
setiap orang. Ketika penyebab buruknya kesehatan terdapat dalam keluarga,
masyarakat, dan bahkan negara, tindakan perubahan untuk meningkatkan dan
memperbaiki kesehatan perempuan perlu dilakukan di setiap aspek kehidupan.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang senantiasa menjadi isu penting
bagi publik maupun individu di dalamnya, termasuk perempuan. Bagi Indonesia,
isu kesehatan merupakan salah satu persoalan penting yang diatur dalam
konstitusi dan alokasi sumber daya. Perempuan lebih beresiko terkena penyakit
dikarenakan beberapa hal seperti status nutrisi yang rendah, masalah reproduksi
dan lain-lain. Seperti halnya pada masalah kesehatan yang berkaitan dengan
kasus tentang frekuensi melahirkan yang sering.
Frekuensi kehamilan yang terlalu sering sendiri di beberapa belahan dunia,
30-50% perempuan muda menjadi seorang ibu sebelum usia mereka 20 tahun.
Tanpa program keluarga berencana, beberapa perempuan ini tidak memiliki
cukup waktu pemulihan di antara kehamilan. Kondisi ini mengarah pada
rendahnya status kesehatan perempuan dan komplikasi dalam kehamilan dan
persalinan. Persalinan yang terlalu sering juga mengakibatkan perempuan tidak
dapat mengontrol kehidupannya, untuk mendapatkan pendidikan yang lebih
tinggi, dan untuk mendapatkan keterampilan yang dapat memperkaya dirinya.
Oleh karena itu Ketika penyebab buruknya kesehatan terdapat dalam
keluarga, masyarakat, dan bahkan negara, tindakan perubahan untuk
meningkatkan dan memperbaiki kesehatan perempuan perlu dilakukan di setiap
aspek kehidupan.
B. Saran
10
sangat amat penting dalam hal ini, karena sebagai pasangan sang ibu yang sudah
pasti memiliki andil penting dalam pengambil keputusan ibu tersebut. Jika hal-
hal tersebut dapat di terapkan maka akan setidaknya mengurangi kasus seperti
Maryam nabatnzi yaitu frekuensi kehamilan yang sering.
11
DAFTAR PUSTAKA
Hesperian, 2011.
https://hesperian.org/wp-
content/uploads/pdf/id_wwhnd_2011/id_wwhnd_2011_1.pdf
https://nationalgeographic.grid.id/read/131708119/mariam-nabatanzi-perempuan-
yang-memiliki-44-anak-dan-mengurusnya-seorang-diri?page=all
12