Anda di halaman 1dari 13

APAKAH PENILAIAN DALAM BIDANG PKN ITU?

Paper Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan Yang Diampu Ibu Dosen Dra. Nurhasanah Leni, M.Hum

Disusun Oleh:

Nama :Yogi Setiawan

Npm :1811080310

Kelas :C

Jurusan :BKPI (Bimbingan Konseling Pendidikan Islam)

Semester :1 (Satu)

Fakultas :Tarbiyah Dan Keguruan

UIN Raden Intan Lampung

1440 H./2018 M.
PENDAHULAN

Penilaian adalah suatu kegiatan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik
dan mengetahui keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran. Menurut
Sapriya (2012:293) mengartikan bahwa penilaian adalah proses pengumpulan dan
pengolahan informasi. Dalam pendidikan, penilaian berarti proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
Dalam permendiknas No. 2006/2007 tentang standar penilaian dikemukakan terdapat
beberapa jenis ulangan untuk mengukur proses dan hasil pembelajaran,seperti:
ulangan harian,ulangan tengah semester (UTS),dan ulangan akhir semester (UAS).
Secara garis besar penilaian pkn itu meliputi: perencanaan dan pelaksanaan. Dalam
pasal 1 permendiknas No.41 tahun 2007 kegiatan pembelajaran PKn mencakup
beberapa yaitu: perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Persyaratan
pelaksanaan proses pembelajaran meliputi hal-hal,seperti: ketentuan tentang
rombongan belajar, beban kerja minimal guru, buku teks pelajaran, dan pengelolaan
kelas. Kegiatan inti dan kegiatan penutup. Penilaian pembelajaran adalah penilaian
dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian
kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan
kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.1
Secara umum penilaian didefinisikan sebagai proses sistematis meliputi
pengumpulan informasi (angka, deskripsi verbal), analisis, interpretasi informasi
untuk membuat keputusan. Penilaian dalam PKn dapat dinyatakan sebagai proses
pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi yang dilakukan oleh guru PKn
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik pada bidang studi PKn
dengan maksud dapat digunakan sebagai bahan laporan kemajuan hasil belajar dan
memperbaiki proses pembelajaran PKn. Saat sekarang dunia pendidikan di Indonesia
sangat membutuhkan model penilaian dalam pembelajaran, khususnya bidang PKn
karena penilaian merupakan indikator keberhasilan guru dalam proses pembelajaran.
Penilaian mengacu pada pada proses menetapkan nilai pada suatu kegiatan,
keputusan, proses, orang, dan objek. Penilaian tidak selalu dilakukan melalui proses
pengukuran tetapi dapat dilakukan dengan cara membandingkannya dengan kriteria-
kriteria yang berlaku tanpa perlu melakukan pengukuran terlebih dahulu. Sedangkan
penilaian bagi guru bermanfaat untuk umpan balik dari hasil pembelajaran yang telah
disampaikan dan untuk laporan di berikan kepada orang tua siswa dan guru sendiri.

1
Warsono, Posisi Pancasila dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Nation and Character Building, (Surabaya: Gagasan Hukum Wordpress, 2010), h. 217.
Apakah Penilaian Dalam Bidang PKn Itu?

 Sebagaimana desain pembelajaran pada umumnya, desain pembelajaran


dalam bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), secara garis besar meliputi
seperti: perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran PKn. Menurut Zainul
dan Nasution (dalam Marito, 2012) mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk
mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui
pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun non tes. Mardapi
(dalam Marito, 2012) berpendapat bahwa penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau
mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (dalam Marito, 2012)
“penilaian adalah keputusan tentang nilai”. Rahmat dan Suherdi (2001: 13)
mengemukakan bahwa penilaian adalah kegiatan pembuatan keputusan mengenai
derajat keberhasilan belajar masing-masing siswa dan keberhasilan siswa dalam kelas
tersebut secara keseluruhan, serta keberhasilan guru dalam mengajar. Sedangkan
Sudrajat (dalam Marito, 2012) berpendapat bahwa penilaian (assessment) adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Berdasarkan beberapa pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah proses sistematis untuk menentukan
nilai sesuatu atau memperoleh informasi mengenai hasil belajar siswa (pengamatan,
penilaian penampilan atau proyek, tes tulis) dan pembentukan nilai dan pertimbangan
mengenai kemajuan belajar siswa.

 Penilaian pendidikan menurut Marito (2012) adalah proses pengumpulan dan


pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
Maulana (2009) berpendapat bahwa penilaian pendidikan merupakan suatu proses
penentuan nilai atau keputusan dalam bidang pendidikan atau segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan bidang pendidikan. Penentuan keputusan itu didahului dengan
kegiatan pengumpulan data atau informasi sehingga seorang pimpinan dapat
menyusun auatu kebijakan terhadap suatu program yang sedang dikembangkan atau
yang sedang dilaksanakan. Setiap orang yang terlibat dalam pendidikan,
bagaimanapun macam dan ruang lingkup keputusan pendidikan itu, keputusan
tersebut memerlukan informasi yang lengkap dan tepat. Informasi semacam ini akan
diperoleh melalui penilaian.Kegiatan perencanaan mencakup perencanaan proses
pembelajaran. Meliputi penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK),kompetensi
dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar,
alokasi waktu. Pelaksanaan proses pembelajaran mencakup kegiatan persyaratan
pelaksanaan proses pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran dalam bidan PKn.

Prinsip Penilaian Pendidikan Bidang PKn


Penilaian yang baik harus didukung dengan prinsip-prinsip penilaian agar
terdapat aturan yang jelas untuk mengembangkan penilaian. Menurut Chittenden
dalam Arifin (2009:15) penilaian bidang PKn itu sendiri memiliki prinsip-prinsip
penilaian yaitu: Keeping Track, yaitu harus mampu menelusuri kemajuan siswa
sesuai dengan rencana pembelajaran yang ditetapkan. Checking Up, yaitu harus
mampu mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Finding Out, yaitu penilaian harus mampu mencari dan menemukan
kesalahan. Terjadinya kelemahan dalam proses pembelajaran. Summing Up, yaitu
penilaian harus menyimpulkan apakah peserta didik telah mencapai kompetensi yang
telah ditetapkan atau belum. Secara garis besar, kegiatan penilaian mencakup
langkah-langkah yaitu: Menginformasikan silabus mata pelajaran yang didalamnya
memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester. Mengembangkan
indikator pencapaian kompetensi dasar dan memilih teknik penilaian yang sesuai
pada saat menyusun silabus mata pelajaran. Mengembangkan instrumen dan
pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih.
Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan bentuk lain yang diperlukan.
Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan
belajar peserta didik. Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik
disertai balikan/komentar yang mendidik. Memanfaatkan hasil penilaian untuk
perbaikan pembelajaran. Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir
semester kepada pimpinan. Melaporkan hasil penilaian akhlak kepada guru
pendidikan agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru pendidikan
kewarganegaraan sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir semester akhlak
dan kepribadian peserta didik dengan kategori sangat baik, atau kurang baik.2
Penilaian dalam pembelajaran pkn memiliki kekhasan berkenaan dengan
karakteristik bidang studi pkn. Sebagaimana kita ketahui bidang studi pkn di sekolah
mer upakan dimensi kurikuler pendidikan kewarganegaraan (civics education). Salah
satu ciri pkn adalah “Value based education” (Winataputra dan Budimansyah, 2007).
Tujuan pkn adalah mewujudkan karakter warga negara ideal yaitu, warga negara
yang memiliki semangat kebangsaan, dan cinta tanah air, serta demokrasi
bertanggung jawab (uu no.20 tahun 2003). Penilaian dalam pkn diarahkan sebagai
penilaian kepribadian, yang merupakan perwujudan kesadaran dan tanggung jawab
2
Warsono, Posisi Pancasila dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Nation and Character Building, (Surabaya: Gagasan Hukum Wordpress, 2010), h. 274.
sebagai warga masyarakat dan warga negara yang baik, yang sesuai dengan norma
dan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Kelompok mata Pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian itu dilakukan melalui
Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan
afeksi dan kepribadian peserta didik.3
Ujian, ulangan, dan penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik
(Puskur, 2006). Berdasarkan rambu-rambu diatas, kiranya dapat disimpulkan bahwa
penilaian dalam pkn minitik beratkan pada penilaian kepribadian. Penilaian
kepribadian dilakukan dengan cara mengamati perubahan perilaku dan sikap guna
menilai perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik, sedangakan untuk
mengukur kognitif dapat dilakukan dengan melakukan ujian, ulangan dan penugasan.
Untuk memperoleh hasil penilaian, guru hendaknya menyiapkan instrumen penilaian
yang terdiri dari instrumen yang memuat ranah kognitif, psikomotor, afektif.yaitu,
Penilaiaan ranah kognitif, menurut Bloom (19560, dalam Uzer, Usman (2000) terdiri
dari: Pengetahuan (ingatan), yang mengacu kepada kemampuan mengenal atau
mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai teori-teori yang
sukar, yang penting adalah kemampauan mengingat keterangan dengan benar.
Pemahaman, yang mengacu kepada kemampauan memahami makna materi.
Apikasi/penerapan, yang mengacu kepada kemampuan menggunakan atau
menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut
penggunaan aturan dan prinsip. Analisis, yang mengacu kepada kemampuan
menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya.
Sintesis, yang mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-
komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Evaluasi, yang
mengacu kepada kemampuan meberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi
untuk tujuan tertentu.
Penilaian ranah psikomotor, menurut Dave (1970) dalam Uzer, Usman (2000)
terdiri dari: Peniruan, yang mengacu kepada kemampuan mengamati suatu gerakan,
mulai dari memberi respons serupa dengan yang diamati, mengurangi koordinasi atau
kontrol otot-otot syaraf. Manipulasi, yang mengacu pada kemampauan yang
menekankan pada perkembangan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-
gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Ketetapan, yang
mengacu kepada kemampuan yang memerlukan kecermatan, proporsi, dan kepastian
yang lebih tinggi dalam penampilan. Artikulasi, mengacu kepada kemampuan yang
menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat

3
Warsono, Posisi Pancasila dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Nation and Character Building, (Surabaya: Gagasan Hukum Wordpress, 2010), h. 288.
dan mencapai yang diharapkan atau konsisten internal di antara gerakan-gerakan
berbeda. Kemampuan ini merupakan tingkat tertinggi dalam ranah psikomotor.
Penilaian ranah afektif, menurut Krathwohl (1964) dalam Uzer, Usman(2000) terdiri
dari: Penerimaan, yang mengacu kepada kesukarelaan, memperhatikan, dan
memberikan respons terhadap stimulasi yang tepat. penerimaan ini merupakan tingkat
hasil belajar teremdah dalam ranah afektif. Pemberian respons, yang mengacu kepada
keikutsertaan siswa secara aktif, menjadi peserta, dan tertarik. Penilaian, yang
mengacu kepada nilai atau pentingnya keikutsertaan diri pada objek atau kejadian
tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak. Pada ranah ini dapat terjadi
adanya hubungan antara ketentuan pribadi, sosial, dan emosi siswa.
Perangkat atau instrumen penilaian dibedakan menjadi dua yaitu: Jenis
Tagihan, yaitu penilaian bahan yang digunakan untuk mengumpulkan informasi.
Jenis tagihan ini sendiri antara lain: kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian, dan ujian
praktek. Bentuk instrumen dibedakan dua yaitu, tes dan non tes. Jadi kalau tes itu
meliputi; pilihan ganda, uraian objektif, uraian non-objektif, dan jawaban singkat.
Sedangkan non tes meliputi; wawancara dan pengamatan. Teknik penilaian dapat
berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang
sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
Dalam penilaian berbasis kelas, terdapat tujuh macam teknik penilaian yang dapat
digunakan yaitu: Penilaian unjuk kerja, merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu, seperti: praktik sholat,
praktik olahraga, praktik dilaboratorium. Penilaian sikap, merupakan objek sikap
yang dapat dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran seperti: Sikap
terhadap materi pelajaran. Sikap terhadap guru/pengajar. Sikap terhadap proses
pembelajaran. Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan
suatu materi pelajaran. Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Jadi,
tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta
didik dalam bentuk tulisan. Penilaian proyek, merupakan kegiatan penilaian terhadap
suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.
Dalam pembelajaran dapat dinilai ketika siswa melakukan proses suatu
proyek misalnya: merencanakan investigasi, bekerja dalam tim, dan arahan diri.
Penilaian produk, merupakan penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu
produk. Penilaian portofolio, merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi yang menunjukan perkembangan kemampuan peserta didik
dalam satu periode tertentu. Tujuan penilaian portofolio yaitu: Mengharagai
perkembangan yang dialami siswa. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang
berlangsung. Memberi perhatian pada kerja siswa yang terbaik. Membina
pertumbuhan konsep diri positif pada siswa. Penilaian diri, merupakan suatu teknik
penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri yang berkaitan
dengan status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Untuk
mengevaluasi apakah penilaian kinerja sudah dianggap berkualitas baik.
Maka paling tidak harus diperhatikan tujuh kriteria yang dibuat oleh Popham
(1995) yaitu: Generability artinya apakah kinerja peserta didik. Authenticity artinya
apakah tugas yang diberikan sudah serupa dengan apa yang sering dihadapinya dalam
praktek kehidupan sehari-hari?. Multiple foci artinya apakah tugas yang diberikan
kepada peserta didik sudah mengukur lebih dari satu kemampuan yang diinginkan?.
Teachablity artinya tugas yang diberikan berupa tugas yang hasilnya semakin baik
karena adanya usaha guru mengajar dikelas?. Fairness artinya apakah tugas yang
diberikan sudah adil untuk semua peserta didik?. Feasibilty artinya apakah tugas yang
diberikan dalam penilaian kinerja memang untuk dapat dilaksanakan mengingat
seperti faktor biaya,waktu,dan peralatannya?. Scorabilty artinya apakah tugas yang
diberikan dapat dengan akurat?. Berkaitan dengan pembelajaran pkn bercirikan
penilaian kepribadian. Jadi, teknik penilaian yang dekat dengan karakteristik,yaitu:
teknik penilaian sikap, sebab sejalan dengan ide pokok pkn yang ingin membuat
karakter. Meskipun demikian, pengembangan sikap tidak bisa dipisahkan dari
dimensi pengetahuan (kognitif). Dimensi kognitif, efektif, dan psikomotor dalam pkn
dinyatakan dengan pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), sikap
kewarganegaraan (civic disposition) dan keterampilan/kecakapan kewarganegaraan
(civic skills) (Branson, 1998;1999).
Tujuannya untuk mengukur aspek kognitif siswa, maka dapat dilakukan
dengan berbagai ulangan dan penugasan. Di dalam penilaian hasil belajar peserta
didik ada beberapa prinsip-prinsip yaitu: Sahih, penilaian didasarkan pada alat
penilaian yang mencerminkan kemampuan yang diukur. Objektif, penilaian
didasarkan pada prosedur yang jelas. Adil, penilaian tidak menguntungkan atau
merugikan peserta didik, dalam arti harus adil. Terpadu, penilaian yang benar-benar
dijadikan dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran. Terbuka, penilaian yang
harus diketahui oleh pihak yang berkepentingan. Menyeluruh, penilaian yang
mencakup keseluruhan aspek pembelajaran. Sistematis, penelitian yang dilakukan
secara berencana dan bertahap. Beracuan kriteria, yakni penilaian didasarkan pada
ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Akuntabel, penelitian yang dapat
dipertanggung jawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Oleh
karena itu, instrumen penilaian disusun dengan merujuk pada kompetensi (SKL, SK,
dan KD). Selain itu, pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria pencapaian
yang telah ditetapkan. Akuntabel, yakni penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik
dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Oleh karena itu, penilaian dilakukan
dengan mengikuti prinsip-prinsip keilmuan dalam penilaian dan keputusan yang
diambil memilikidasar yang objektif.
Selain diatas, ada beberapa prinsip-prinsip penilaian dalam proses
pembelajaran yang berdasarkan kurikulum 2004, yaitu: Sistem belajar tuntas
(mastery learning), artinya siswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaaan
berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan benar, dan hasil yang
baik. Menggunakan acuan kriteria (criterion referenced test), artinya guru harus
menentukan standar minimal pencapaian hasil belajar terlebih dahulu dalam jangka
waktu tertentu (misalnya dalam satu tahun). Siswa yang belum memenuhi standar
harus mengulang sampai siswa tersebut mencapai standar yang telah ditetapkan.
Penilaian berkelanjutan, artinya penilaian dilakukan secara berencana, bertahap dan
terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar siswa
sebagai hasil kegiatan belajarnya. Mengukur tiga ranah/aspek untuk setiap individu
siswa secara adil, yakni kognitif, psikomotor dan efektif.penilaian dilaksanakan
secara adil terhadap seluruh siswa dengan tidak membedakan latar belakang sosial-
ekonomi, budaya, bahasa, dan jender. Jujur dan objektif, artinya penilaian
dilaksanakan secara transparan, siswa dapat meghitung ataupun menilai hasil
belajarnya sendiri berdasarkan nilai/data yang diperoleh dari guru maupun dari
dirinya sendiri. Menurut Arifin (2009:16) fungsi penilaian pembelajaran bidang PKn
memang cukup luas, tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Bila kita lihat
secara menyeluruh, fungsi evaluasi adalah sebagai berikut: Secara psikologis
berfungsi untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang telah dilakukan sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai peserta didik adalah manusia yang belum dewasa.
Secara sosiologis berfungsi untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup
mampu untuk terjun ke masyarakat. Dalam arti bahwa peserta didik dapat
berkomunikasi dan beradaptasi terhadap seluruh masyarakat dengan segala
karakteristiknya.
Secara didaktis-metodis berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan
peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Secara administratif berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta
didik pada orangtua, pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru-guru
dan peserta didik itu sendiri. Dalam standar isi bidang studi pkn telah merumuskan
sejumlah kompetensi dasar PKn yang merupakan penjabaran lanjut dari Standar
Kompetensi (SK). Rumusan dalam kompetensi dasar pkn berisi dua bagian, yaitu
rumusan performa dan rumusan ruang lingkup (isi), misalnya: KD di SMP VII:
“menjelaskan hakikat dan arti penting hukum bagi warga negara”, rumusan
performanya adalah kemampuan menjelaskan, sedang rumusan ruang lingkupnya
adalah hakikat dan arti penting hukum. KD di SMA VII: “menampilkan sikap positif
terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka.” Rumusan performanya adalah
kemampuan menampilkan sikap, sedangkan rumusan ruang lingkupnya adalah
Pancasila sebagai ideologi terbuka. Dari kompetensi dasar tersebut, guru perlu
menyusun beberapa indikator pencapaian hasil belajar. Karena indikator merupakan
penjabaran dari KD, maka satu kompetensi dasar ini sebaiknya dibuat dua atau lebih
indikator.
Rumusan performa yang diminta baik dalam kompetensi dasar maupun
indikator menunjukan dimensi PKn yang hendak digarap. Rumusan “Menjelaskan
hakikat dan arti penting hukum bagi warga negara” menggambarkan dimensi
pengetahuan kewarganegaraan, sedangkan rumusan “Menampilkan sikap positif
tehadap Pancasila sebagai ideologi terbuka” menggambarkan dimensi sikap atau
karakter kewarganegaraan. kompetensi dasar menekankan pada aspek sikap
kewarganegaraan (civic disposition) yang selanjutnya dibuat lima rumusan indikator,
yaitu tiga indikator mengukur aspek pengetahuan kewarganegaraan dan dua indikator
mengukur aspek sikap kewarganegaraan. Selanjutnnya, guru pkn menggunakan dua
teknik penilaian untuk mengukur ketercapaian indikator tersebut,yaitu penilian sikap
dan penilaian tertulis. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau
teknik. Teknik-teknik tersebut antara lain: angket , invertori, observasi perilaku,
pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Contoh di atas menggunakan teknik angket
dengan skala model likert dengan lima skala, yaitu: sangat setuju, setuju, tidak
berpendapat, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Selain skala model likert, dapat
pula digunakan skala model Thurstone,dan skala Beda Semantik.
Terdapat dua macam asumsi acuan penilaian dalam menilai siswa, yaitu:
Acuan norma, yang dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa kemampuan orang
berbeda, tes harus bisa membedakan orang, menggunakan distribusi normal,
parameter butirnya tingkat kesulitan dan daya pembeda, dan hasil penilaian
dibandingkan dengan kelompoknya. Acuan kriteria, yang dilatarbelakangi oleh
pemikiran bahwa semua orang bisa belajar apa saja hanya waktu yang diperlukan
berbeda, parameter butirnya tingkat pencapaian dan indeks sensitivitas, standar harus
ditentukan terlebih dahulu, dan hasil penilaian adalah lulus dan tidak lulus
( memenuhi standar atau tidak memenuhi standar). Tujuan dari penilaian adalah
untuk mengukur seberapa jauh tingkat keberhasilan proses pembelajaran yan telah
dilaksanakan, dikembangkan dan ditanamkan disekolah serta dapat dihayati,
diamalkan/diterapkan, dan dipertahankan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Disamping itu penilaian juga bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang digunakan sebagai feed
back/umpan balik bagi guru dalam merencanakan proses pembelajaran selanjutnya.
Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan, memperbaiki dan menyempurnakan
proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam membuat penilaian yang akurat dan
adil, guru hendaknya bersikap optimal, yaitu: Memanfaatkan berbagai bukti hasil
kerja siswa dari sejumlah penilaian yang dilakukan dengan berbagai strategi dan cara.
Membuat keputusan yang adil terhadap penguasaan kemampuan siswa dengan
mempertimbangkan hasil kerja yang dikumpulkan.
Dalam hasil akhir penilaian bidang pkn harus benar-benar dipertimbangkan
oleh guru/pengajar dari berbagai aspek seperti yang telah dikemukakan sebelumnya.
Laporan hasil belajar siswa ini dapat dimanfaakan oleh siswa, orang tua dan para
pendidik (guru) untuk: Mendiagnosis hasil belajar siswa. Memprediksi masa depan
siswa. Sebagai umpan balik proses pembelajaran. Berikut contoh model penilaian
sikap dengan teknik skala Likert, yaitu: Kita hendaknya menghormati kebebasan
orang lain dalam menjalankan agamanya. Orang tidak boleh dibeda-bedakan karena
adanya perbedaan warna kulit. Kepentingan sendiri jangan sampai dikorbankan untuk
kepentingan bersama. Segala masalah dapat diselesaikan melalui musyawarah
mufakat. Keadilan lebih penting dari kemakmuran. Dijelaskan juga bahwa penilaian
sikap dan perilaku dapat dilakukan dengan dengan teknik Observasi melalui
penggunaan lembar Observasi. Berikut contoh penggunaan lembar Observasi untuk
mengamati perkembangan sikap dan perilaku siswa yang jawabannya itu sendiri
menggunakan rumus Ya atau Tidak.yaitu: Rela menyatakan atau mau menerima atau
mengharap orang lain memberikan pendapat. Rela mau menerima atau mengharap
orang lain memberikan masukan. Meminta kesempatan berpendapat dan rela jika
pendapatnya tidak diterima. Menunggu/tidak memotong teman yang sedang
berbicara/menyampaikan pendapat. Rela membantu, mendorong atau memberikan
kesempatan teman untuk berpendapat.
Dijelaskan dalam hal tenik pertanyaan langsung, kita dapat menanyakan
secara langsung atau wawancara tentang sikap seseorang yang berkaitan dengan
sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang
baru diberlakukan di Negara kita mengenai “Penggunaan Helm SNI.” Berdasarkan
jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memeberi jawaban dapat dipahami sikap
peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah,
guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta
didik. Untuk menilai perubahan perilaku atau sikap peserta didik secara keseluruhan,
khususnya kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan
kepribadian, estetika, dan jasmani, semua catatan dapat dirangkum dengan
menggunakan Lembar Pengamatan berikut (Puskur, 2006). Guru selain melakukan
penilaian sikap juga melakukan penilaian tertulis. Penilaian secara tertulis dilakukan
dengan tes tertulis. Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang
diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Ada dua bentuk soal tes tertulis,
yaitu; Memilih jawaban, yang dibedakan menjadi: pilihan ganda, dua pilihan
(benar/salah,ya/tidak), menjodohkan, dan terakhir sebab-akibat. Mensuplai jawaban,
dibedakan menjadi; isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan
terakhir uraian. Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar.

Konsep Dasar Penilaian Pendidikan


Kita sudah paham bahwa dalam proses pendidikan di sekolah selalu
melibatkan unsur penilaian. Namun, keberadaan unsur ini tidak senantiasa dapat
memberikan fungsi yang bersifat komprehensif bagi sekolah terutama yang
menyangkut perbaikan dan pengembangannya. Banyak faktor yang berpengaruh
berkenaan dengan fungsi penilaian dalam peningkatan program sekolah, salah
satunya adalah makna yang ditafsirkan dari konsep penilaian itu sendiri. Pada
kesempatan ini, penilaian akan didefinisikan dalam konteks pengembangan program
pendidikan. Oleh karena itu, sangat penting dipahami bahwa tujuan penilaian bukan
untuk membuktikan, akan tetapi memperbaiki. Kerangka pemikiran ini tampak ada
kaitan yang erat antara penilaian dan mutu pendidikan di sekolah. Selanjutnya konsep
penilaian yang akan dibicarakan bertitik tolak dari tujuan penilaian tersebut.4
Penilaian pendidikan merupakan suatu proses penentuan nilai atau keputusan
dalam bidang pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan bidang
pendidikan. Penentuan keputusan itu didahului dengan kegiatan pengumpulan data
atau informasi sehingga seorang pimpinan dapat menyusun suatu kebijakan terhadap
suatu program yang sedang dikembangkan atau ysng sedang dilaksanakan. Setiap
orang yang terlibat dalam pendidikan, bagaimanapun macam dan ruang lingkup
keputusan pendidikan itu, keputusan tersebut memerlukan informasi yang lengkap
dan tepat. Informasi semacam ini akan diperoleh melalui penilaian. Penilaian itu
sendiri sebagai kegiatan pemeriksaan yang sistematis dari peristiwa yang terjadi pada
penilaian yang bertujuan untuk membantu memperbaiki program itu dengan benar.
Keberhasilan didalam suatu pembelajaran melalui perbandingan dengan ketentuan
yang belajar mengajar dengan mengetahui keberhasilan peserta didik dalam proses
pembelajaran yang sesuai dengan kemampaun sisiwa dalam pembelajaran PKN itu.

Kesimpulan

4
Penialaian adalah suatu kegiatan untuk membuat keputusan tentang hasil
pembelajaran dari masing-masing siswa, serta keberhasilan siswa dalam kelas secara
keseluruhan. Penilaian juga merupakan indikator keberhasilan guru dalam proses
pembelajaran. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan
dan efisiensi system pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi,
metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun system yang dibagi menjadi
empat bagian yaitu, secara psikologis, secara sosiologis, secara didaktis metodis, dan
secara administratif. Teknik dan instrumen pada penilaian harus disesuaikan dengan
prinsip penilaian yang terdapat pada standar penilaian. Teknik penilaian yang
dilakukan oleh guru di SMA yaitu penilaian lewat pengetahuan, sikap, dan
Keterampilan. Penilaian adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran
karena penilaian merupakan tempat siswa mengetahui sejauh mana pengetahuan yang
ia dapat, sejauh mana keterampilan yang ia punya dan sejauh mana sikap yang ia
miliki dalam dirinya.
Penilaian kompetensi pengetahuan yang dimiliki peserta didik. Penilaian
pengetahuan peserta didik dapat dilakukan dengan tes tulis, non-tulis dan lewat tugas-
tugas yang diberikan oleh guru, penilaian dengan tes tulis merupakan seperangkat
pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk tulisan dimana didalam tes tulis ini sudah
dipelajari oleh siswa tes tulis ini direncanakan untuk melihat atau mengukur sejauh
mana pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik. Tes dengan non-tulis ini
merupakan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk tanya jawab yang dilontarkan guru
kepada peserta didik yang dimana sangat berguna bagi peserta didik karena dari sini
seorang guru dapat melihat apakah peserta didik tersebut sudah menguasai mata
pelajaran yang sudah ia ajarkan dan juga apakah peserta didik itu sudah belajar atau
belum dan peserta didik juga bisa mengetahui sejauh mana ia menguasai mata
pelajaran tersebut.Seorang guru dituntut untuk menguasai kemampuan memberikan
penilaian kepada peserta didiknya. Kemampuan ini adalah kemampuan terpenting
dalam evaluasi pembelajaran. Dari penilaian itulah seorang guru dapat mengetahui
kemampuan yang telah dikuasai oleh para peserta didiknya. Harus mengetahui
kompetensi dasar (KD) apa saja yang telah dikuasai oleh peserta didik dan segera
mengambil tindakan perbaikan ketika terjadi nilai peserta didiknya lemah atau
kurang sesuai dengan harapan, dengan cara memberikan tugas susulan yang tujuan
supaya untuk meningkatkan kemampuan pada peserta didik yang masih lemah dalam
proses pembelajaran, Peran seorang guru sangatlah penting dalam penilaian PKn itu.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Remaja Roskadarya, 2009.

Budimansyah, Model Pembelajaran Dan Penilaian Bebasis Portofolio, Bandung:


Genesindo, 2002.

Nana, Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2009.

Sapriya, Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2012.

Warsono, Posisi Pancasila dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


untuk Nation and Character Building, Surabaya: Gagasan Hukum
Wordpress, 2010.

Anda mungkin juga menyukai