EMA 314 A2
PRESENTASI BISNIS
Oleh: Kelompok 4
FEB UNUD
SEMESTER GENAP 2019/2020
REGULER BUKIT
2020
DAFTAR ISI
ii
PEMBAHASAN
A. MERENCANAKAN PRESENTASI
Persiapan untuk berbicara atau presentasi relatif sama dengan persiapan
dalam menyusun pesan tertulis yang akan dikirimkan kepada audiens. Persiapan
dimulai dengan menentukan tujuan penulisan pesan, analisis audiens, menentukan
ide pokok, dan memilih saluran beserta medianya. Media presentasi menggunakan
saluran komunikasi lisan. Mengingat bahwa pesan harus disampaikan secara lisan,
maka perlu dipersiapkan beberapa teknik komunikasi khusus yang berbeda dengan
komunikasi tertulis.
1. Menentukan Tujuan
Di dalam bisnis secara umum, tujuan komunikasi dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu untuk memberikan infromasi, untuk memengaruhi
(persuasi), dan untuk memaksa atau memberikan instruksi. Masing-masing
tujuan komunikasi tersebut akan menjadi dasar dalam menentukan isi pesan,
gaya presentasi, dan tingkat interaksi antara pembicara dengan audiens.
a. Memberikan informasi
Salah satu tujuan komunikasi bisnis adalah memberikan informasi.
Harapan dari pemberian informasi adalah pemberian umpan balik
(feedback) setelah informasi sampai pada orang yang dituju seperti yang
diharapkan pembicara. Misalnya, menimbulkan perubahan sikap, pendapat,
perilaku, dan partisipasi.
Presentasi dengan tujujan untuk memberikan informasi atay
menganalisis situasi terjadi jika pembicara dengan audiens berinteraksi pada
tingkat sedang. Biasanya, setelah presentasi berakhir atau pada saat
presentasi berlangsung, audiens akan megajukan beberapa komentar atau
pertanyaan. Pembicara kemudia akan menanggapi komentar dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan.
b. Mempengaruhi (persuasive)
Asusmi dasar dalam proses memengaruhi/membujuk adalah bahwa
pembicara-audiens dengan sengaja berkomunikasi untuk saling
memengaruhi. Dalam hal ini, sikap, pendapat, perilaku, dan pastisipasi
1
dapat dipengaruhi. Komunikasi dengan tujuan memengaruhi orang
memiliki interaksi pembicara-audiens tertinggi. Oleh karena itu, dalam
komunikasi tersebut pembicara memiliki control/pengendalian terhadap
materi yang relative kecil. Pembicara dituntut untuk bersikap fleksibel
dalam menyesuaikan materi pembicaraan dengan input-input baru audiens.
Selain itu reaksi audiens kadang diluar dugaan, sehingga pembicara peru
mempersiapkan diri dengan baik.
Presentasi dimulai dengan memberikan fakta-fakta atau gambaran yang
meningkatkan pemahaman audiens tentang masalah/hal yang
dikomunikasikan. Dilanjutkan dengan penyampaian argumentasi/alasan-
alasan yang mendasari pengaruh/bujukan tersebut dan diakhiri dengan
kesimpulan/rekomendasi tertentu. Dalam hal ini, pembicara mengajak
audiens untuk berpartisipasi dengan mengekspresikan kebutuhan mereka,
menyarankan solusi, dan menyusun kesimpulan atau rekomendasi.
c. Memberikan Instruksi
Salah satu cara agar orang berubah seperti yang diinginkan adalah
dengan memberikan instruksi. Pemberian instruksi hanya dilakukan oleh
mereka yang memiliki wewenang, misalnya atasan memberikan instruksi
kepada bawahannya. Komunikasi dengan tujuan instruktif terjadi pada
interaksi pembicara-audiens tingkat sedang sampai tingkat rendah. Interaksi
sedang terjadi bila pembicara memberikan instruksi-instruksi tindakan yang
harus dilakukan, alasan tindakan tersebut harus dilakukan, kapan tindakan
tersebut harus dilakukan, dan bagaimana melakukannya.
Saat proses pemberian instruksi sedang berlangung atau telah selesai,
audiens bertanya atau memberikan komentar dan pembicara akan
memberikan tanggapan Sementara itu, interaksi tingkat rendah terjadi jika
audiens tidak memberikan tanggapan (respons), baik dengan pertanyaan
maupun komentar tertentu. Pada tingkat interaksi yang rendah sebagian
besar hasilnya kurang memuaskan. Tidak adanya pertanyaan atau tanggapan
menunjukkan audiens kurang antusias dengan instruksi yang diberikan.
2
2. Menganalisis Audiens
Analisis audiens yang pertama kali dilakukan akan menyangkut latar
belakang seperti pendidikan, usia, pekerjaan, pengalaman, hobi, dan lain
sebagainya. Dari latar belakang tersebut dapat diketahui kebutuhan dan
keinginan audiens. Pemahaman kebutuhan dan keinginan audiens selanjutnya
akan digunakan untuk menentukan gaya/pendekatan da nisi presentasi yang
tepat. Setelah ditentukan latar belakangnya, kemudian dilakukan aanalisis
ukuran/jumlah audiens sehingga pembicara dapat melakuka pendekatan
seperti apa tepat dilakukan. Misalkan untuk presentasi yang melibatkan
kurang dari 100 audiens maka dimungkinkan untuk melakukan diskusi/tanya
jawab/pengambilan kesimpulan bersama, namun beda halnya jika jumlah
audiens melebihi itu. Sedangkan untuk jumlah audiens yang melebihi itu,
pendekatan yang lebih baik dilakukan adalah pendekatan satu arah. Lalu yang
ketika yaitu menentukan komposisi audiens. Ada dua jenis audiens yaitu
homogen dan heterogen. Audiens homogen adalah audiens yang relatif
memiliki komposisi yang relatif sama, misalkan presentasi yang dilaksanakan
dihadapan siswa SMA. Lain halnya dengan audiens yang heterogen, yang
memiliki tingkat komposisi yang besar perbedaannya, misalkan presentasi
yang dilakukan sales mesin cuci merk X kepada ibu-ibu dengan berbagai
profesi di wilayah satu kampung. Selanjutnya, tahap terakhir dalam analisis
audiens yaitu mengetahui bagaimana reaksi audiens terhadap materi yang
dipresentasikan. Secara umum reaksi audiens dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu, menolak, menerima, dan tanpa reaksi. Pembicara tetap harus selalu
menyiapkan materi presentasinya dengan baik untuk menghadapi tiga
kemungkinan transaksi tersebut.
Secara garis besar, perencanaan presentasi sama dengan perencanaan
dalam pesan tertulis.
1. Menentukan Ide Pokok/Utama
Penyusunan ide pokok ini harus sesuai dengan tujuan dari presentasi,
dikarenakan ide pokok merupakan penyingkatan dari keseluruhan
presentasi menjadi satu kalimat deklaratif.
3
2. Penyusun Garis Besar/ Outline
Garis besar atau pokok pikiran presentasu akan membentuk kerangka
pesan yang akan disampaikan. Pesan harus disampaikan secara rinci dan
langsung pada intinya untuk menghindari pesan yang kurang bermanfaat
dan membosankan. Selain itu juga harus dipilih kata-kata yang sederhana
dan mudah untuk dimengerti. Pokokpikiran presentasi bisa diorganisasikan
dalam berbagai cara sehingga dikenal pola kronologis, spasial, topical,
kausal, dan pemecahan masalah. Berdasarkan letak penyampaian ide pokok
dan argumentasinya dikenal organisasi klimaks dan antiklimaks.
3. Memperkirakan Panjang/Lama Presentasi
Untuk menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam suatu
presentasi, dapat digunakan kerangka/garis besar presentasi. Pada
umumnya, presentasi yang singkat membutuhkan waktu sekitar 10 menit,
sedangkan presentasi yang panjang membutuhkan waktu sekitar 60 menit.
Presentasi yang terlalu singkat atau kurang dari 10 menit, menyebabkan
materi tidak dapat disampaikan secara lengkap dan tidak memungkinkan
terjadinya interaksi antara pembicara dan audiens. Selain itu, presentasi
yang terlalu panjang menyebabkan presentasi tidak menarik lagi dan
pembicara kehilangan perhatian dari para audiensnya. Disini harus
diperhatikan, bahwa presentasi harus mengandung unsur pendahuluan, isi,
dan penutup.
4. Menentukan Gaya/Pendekatan
Secara umum, presentasi dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu
formal dan informal. Presentasi dengan pendekatan formal digunakan untuk
menyampaikan hal-hal yang penting, misalnya dalam Rapat Umum
Pemegang Saham direktur mempresentasikan kinerja perusahaan dalam
satu tahun. Selain itu dalam presentasi yang memiliki jumlah audiens
banyak disarankan menggunakan pendekatan formal. Untuk presentasi yang
memiliki jumlah audiens sedikit cukup digunakan presentasi secara
informal sehingga pembicara dengan audiens maupun antar audiens dapat
saling berinteraksi secara langsung dan lebih efektif.
4
B. MENYUSUN FORMAT PRESENTASI
Secara umum, format presentasi terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian
pembukaan, isi, dan penutup.
1. Bagian Pembukaan
Bagian pembuka bertujuan mendapatkan perhatian audiens, membangun
kepercayaan diri, dan memersiapkan audiens.
• Menarik Perhatian Audiens
Mendapatkan perhatian audiens merupakan factor penting dalam
kesuksesan presentasi yang dilakukan, tanpa perhatian audiens presentasi
tidak ada maknanya. Perhatian dibutuhkan dalam presentasi adalah
menarik perhatian yang menyenangkan. Menarik perhatian yang
menyenangkan dapat diibaratkan seperti melempar umpan untuk
mendapatkan ikan, jika umpannya tepat akan mendapatkan ikan begitu
pula sebaliknya.
• Intensitas
Cara menarik perhatian dengan intensitas dapat dilakukan dengan
menampilkan objek, baik melalui OHP maupun viewer, atau menunjukan
objek yang tidak dibawa atau dimiliki audiens.
• Gerakan
Objek yang bergerak biasanya lebih menarik daripada objek yang diam.
Seorang pembicara yang tadinya duduk kemudian membuat gerakan
berdiri akan lebih menarik perhatian audiens.
• Keakraban
Salah satu cara untuk menarik perhatian adalah dengan mengacu pada
keakraban. Jika pembicara dapat mengenal audiens, makan pembicara
tersebut lebih menarik perhatian audiens daripada tidak dikenal sama
sekali. Hal yang sering kali ditemui dalam presentasi adalah menyebut
beberapa nama atau jabatan, atau prestasi audiens sebelum membahas
materi.
• Kebaruan
Sesuatu yang baru akan lebih menarik perhatian audiens.
5
• Humor
Humor menarik perhatian audiens karena humor akan menurunkan
ketegangan, baik dari audiens maupun pembicara. Namun, humor dalam
presentasi bisnis harus relevan dengan cita rasa yang baik.
• Ketegangan
Situasi yang diciptakan dengan kesan tegang juga dapat menarik
perhatian audiens. Namun, situasi tegang sebaiknya segera diakhiri agar
audiens segera menangkap materi dan memberikan umpan balik, baik
dengan pertanyaan maupun komentar-komentar.
• Membangun kredibilitas
Pada umumnya, orang yang memiliki kompetensi paling baik dalam
materi yang dipresentasikan akan mendapatkan kredibilitas yang lebih
tinggi. Namun jika pembicaranya bukan orang yang memiliki
kompetensi yang baik, penguasaan materi yang baik dapat menunjang
presentasi.
• Peninjauan Aaudiens
Pada bagian awal presentasi perlu dilakukan peninjauuan oleh audiens,
yaitu membiarkan audiens memahami apa yang akan dipresentasikan
dengan membacakan judul presentasi atau membacakan tujuan
presentasi. Pemahaman judul atau tujuan akan membantu audiens
memahami isi presentasi secara keseluruhan.
6
relative sulit diidentifikasi. Untuk melihat struktur/format presentasi,
audiens dapat menggunakan transisi. Transisi adalah kata-kata atau
kalimat. kalimat yang menghubungkan kalimat-kalimat atau bagian-
bagian dalam presentasi (Curties a.al. 1996:316). Sebagai contoh. Untuk
menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lain dapat digunakan kata
sambung karena, oleh karena itu, lebih dari itu, kebalikan, sebagai
contoh, namun demikian, atau akhimya. Sementara untuk
menghubungkan paragraf satu dengan paragraf lain atau
menghubungkan pokok pikiran satu dengan pokok pikiran lain dapat
digunakan transisi. Secars umum, transisi memiliki tiga tujuan: (I)
transisi menunjukkan bahua ide pokok gagrasn tercapar. (2) transisi
memberikan hubungan kepauda ide pokok benkutnya: dan (3) transisi
meninjau ide pokok yang akan datang.
2) Urut-urutan bagian isi
Bagian isi harus memiliki urutan yang jelas dan logis untak
mempermudah audiens dalam memaham presentasi. Urut-urutan bagian
isi akan berhubungan dengan pola onganisasi pokok pikiran. Seperti telah
dibahas di depan, pola oraganisasi pokok pikiran dapat dibedakan menjad
konologikal, spasial, topical, kausal, pemecahan masalah klimaks, dan
antiklimaks. Setelah pembicara menentukan pola organisasi atas pokok
pikiran yang sesuai, maka urutannya akan mengikuti pola tersebut. Hal
yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pembicara memilih satu pola
organisasi yang sesuai dengan tujuan, audiens, dan situasinya. Dengan
demikian. baik pembicara maupun audiens bisa mencapai tujuannya.
3) Mempertahankan minat audiens
Apabila di bagian awal pembicara perlu menarik perhatian audiens, maka
pada bagian isi atau batang tubuh, pembicara harus dapat
mempertahankan perhatian audiens. Perhatian pada bagian isi sangat
penting karena di sinilah ide-ide pokok presentasi disampaikan. Menarik
perhatian pada bagian pembukaan, dimaksudkan sebagai "pancingan"
agar audiens lebih dahulu tertarik dengan presentasinya. Sementara tahap
selanjutnya berada pada isi presentasi.
7
4) Menghubungkan topik presentasi dengan kebutuhan audiens
Apabila pembicara dapat menghubungkan topik atau pokok pikiran
presentasi dengan kebutuhan audiens, maka dapat dipastikan bahwa
audiens akan memperhatikan pembicara. Oleh karena audiens memiliki
suatu kebutuhan tertentu, dan pada saat topik yang berhubungan dengan
kebutuhan tersebut dikemukakan, maka mereka memandang mampu
memenuhi kebutuhan tersebut.
5) Menggunakan bahasa yang jelas
Penggunaan bahasa yang tidak jelas akan membuat audiens cepat merasa
bosan. Demikian juga dengan penggunaan istilah khusus (jargon) yang
hanya dipahami oleh kelompok tertentu. Oleh karena itu, gunakan bahasa
yang mudah dipahami atau yang "familiar"'. Usahakan untuk tidak
menggunakan istilah khusus (jargon). Apabila harus menggunakannya,
berikan juga makna dari jargon tersebut.
6) Menjelaskan hubungan topik dengan ide-ide yang familiar
Audiens tidak selalu terdiri dari orang yang tidak tahu apa-apa mengenai
topik yang akan dipresentasikan. Seringkali presentasi dilakukan dengan
audiens yang sudah cukup memahami topik yang dipresentasikan atau
bahkan memahami topik lebih baik dari pembicara. Dalam presentasi
dengan audiens yang sudah sedikit memahami, cukup memahami, dan
sangat memahami, pembicara perlu menghubungkan topik dengan ide-
ide yang sudah mereka kenal sebelumnya. Hal tersebut bukan hanya
mempermudah audiens dalam memahami, telapi juga memungkinkan
audiens untuk menghubungkannya dengan apa yang sudah melekat di
dalam ingatan audiens. Dengan demikian, presentasi akan lebih menarik
minat audiens.
3. Bagian Penutup
Bagian penutup harus terstruktur sehingga audiens memahami ide pokok
yang disampaikan. Lebih dari itu, pada bagian ini pembicara harus
memperhatikan tiga (3) hal berikut: (1) meringkas dan mengulang pokok
pikiran; (2) menggarisbawahi tahap selanjutnya; dan (3) menutup dengan
pesan positif (Bovee & Thill. 1995:604).
8
1. Meringkas pokok pikiran
Sebelum presentasi ditutup, pembicara harus mengulang pokok pikiran
yang telah dijelaskan di bagian isi. Maksud pembuatan ringkasan pokok
pikiran dan kemudian membacanya adalah untuk mengingatkan kembali
akan isi presentasi sehingga audiens mampu memahami secara jelas isi
dan maksud presentasi.
2. Menggarisbawahi tahap selanjutnya
Secara umum, tujuan presentasi bisnis adalah menginginkan audiens
untuk melakukan perubahan tertentu, seperti dalam hal sikap, perilaku,
tindakan, nilai, dan kepercayaan. Oleh karena itu, pembicara harus
menekankan tindakan yang harus dilakukan audiens setelah presentasi
berakhir. Tindakan yang dinginkan harus cukup jelas. Jika ada,
pertanyaan bisa diajukan secara bergiliran baru kemudian dijawab. Ada
kemungkinan pertanyaan terlupakan atau kurang dipahami betul intinya
sehingga penanya mungkin kurang merasa puas.
Hal tersebut tidak secara langsung menimbulkan situasi konfrontatif
antara audiens dengan pembicara. Dalam menjawab pertanyaan audiens,
pembicara harus bersifat objektif, sabar, dar tidak berkesan
merendahkan. Dengan demikian, sesi tanya-jawab itu dapat membantu
pembicara dalam mencapai tujuan presentasi, bukan malah sebaliknya.
3. Menutup dengan pesan positif
Menurut Mohammad Noer (2012:94), bagian penutup adalah bagian di
mana audiens akan menyegel kesan mereka terhadap presentasi Anda,
dan pesan apa dari Anda yang akan mereka ingat. Berilah mereka impresi
positif dan pesan yang kuat.
9
2. Visual aid dapat membantu, baik pembicara maupun audiens, untuk
mengingat informasi penting dari presentasi itu. Informasi yang disampaikan
biasanya tidak hanya satu. Oleh karena itu, kelancaran pembicara dalam
menyampaikan materi perlu didukung oleh audiens yang mengingat
informasi-informasi apa saja yang disampaikan dalam presentasi.
3. Dimaksudkan untuk menambah atau menciptakan daya tarik presentasi.
Setelah membahas beberapa materi, pembicara kemudian menunjukkan
visual aid yang telah dipersiapkan agar presentasi tidak terasa monoton.
Perhatian audiens juga berpindah tidak hanya pada pembicara saja.
Mengingat pentingnya visual aid dalam presentasi formal di atas, maka
pembicara yang akan melakukan presentasi formal harus memperhatikan
beberapa hal yang berkaitan dengan visual aid. Untuk itu, pembicara perlu
memperhatikan cara menyusun visual aid dan memilih visual aid yang sesuai.
10
Selain itu, kalimat-kalimatnya juga ringkas. Sementara visual aid grafik
sederhana adalah visual aid yang tidak terlalu kompleks, dengan pengertian
tidak menggambarkan banyak sekali variabel dengan berbagai hubungan di
antaranya.
11
D. KETERAMPILAN PRAKTIS DALAM PRESENTASI
Pembicara perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat
memengaruhi keberhasilan presentasi. Faktor-faktor tersebut selanjutnya
disebut keterampilan praktis dalam presentasi, antara lain:
1. Cara Berpakaian
Dalam presentasi formal, cara berpakaian menentukan kredibilitas.
Pembicara yang berpakaian baik, rapi, dan bersih akan lebih diterima
dibandingkan pembicara yang memakai pakaian tidak rapi. Cara berpakaian
menunjukkan citra diri orang tersebut. Berikut beberapa tip atau petunjuk
yang dapat digunakan dalam cara berpakaian. (a) Pakaian dipilih yang serasi,
baik warna maupun bentuk/modelnya; (b) Memperhatikan kelengkapan
pakaian, seperti kancing baju, resliting, ikat pinggang, sepatu, kaos kaki, dan
dasi; (c) Memeriksa kerapian atau kesempumaan berpakaian seperti kerah
baju, kancing baju, resliting, tali sepatu, warna sepatu, dan penggunaan dasi;
dan (d) Untuk pembicara perempuan, perhatikan penggunaan make up. Make
up tidak perlu tebal, tetapi tidak boleh juga tidak memakai make up sama
sekali karena akan terlihat citra kurang profesional.
2. Pandangan Mata
Untuk menunjukkan etika dan kewibawaan, pembicara harus
memandang ke arah audiens. Pandangan mata menyapu seluruh ruangan.
Apabila jumlah audiens tidak terlalu banyak, pembicara dapat memandang
audiens satu per satu, tetapi tidak perlu lama-lama. Jika pesertanya banyak,
cukup berikan pandangan menyeluruh yang bersilfat umum. Tidak
dibenarkan untuk memandang ke lantai, ke atap, atau pada catatan secara
terus-menerus pada saat berbicara.
3. Presentasi dengan sikap tubuh berdiri
Sikap tubuh pada saat presentasi adalah berdiri tegak dengan kaki
sedikit terbuka. Tujuanya agar dapat berdiri dengan kokoh, tetapi tetap
menjaga kesopanan. Tangan bisa digunakan untuk menekankan pembicaraan,
dan dapat pula untuk mengatur jalan presentasi, misal menulis di papan tulis
atau lainnya. Sikap yang harus dihindari adalah memasukkan tangan ke dalam
saku dan melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu secara terus menerus.
12
4. Suara
Suara merupakan faktor yang sangat penting sehingga harus
mendapatkan perhatian yang besar. Agar presentasi dapat dilaksanakan
dengan baik, pembicara harus berlatih.
5. Suara jelas dan keras
Pengucapan kata harus jelas dan keras agar makna mudah ditangkap
dan dapat didengar oleh seluruh audiens.
6. Suara tidak monoton
Agar suara tidak monoton, kalimat harus diberi tekanan-tekanan
tertentu. Pengertian berbicara cukup keras sebelumnya tidak berarti bahwa
pengucapan kalimat harus sama keras. Namun, kata-kata tertentu dirasa
penting diberi tekanan yang lebih keras dan kata yang lain dapat lebih lemah.
7. Suara bersemangat
Suara yang bersemangat lebih tercermin pada pengucapan yang
bersemangat tujuannya adalah membuat presentasi menjadi lebih menarik.
Selain itu, pembicara juga harus menghindari pengucapan kata dengan
bergumam atau merendahkan suara di akhir kalimat.
8. Bahasa
Dalam presentasi, pembicara menggunakan bahasa yang baku atau
bahasa yang formal. Penggunaan bahasa sehari-hari atau bahasa pergaulan
akan menurunkan tingkat formalitas presentasi dan wibawa pembicara.
Selanjutnya, pada setiap kalimat dipilih struktur bahasa yang sederhana dan
singkat agar mudah dipahami. Sedapat mungkin menghindari penggunaan
kalimat majemuk. Ubah kalimat majemuk menjadi beberapa kalimat
sederhana. Hindari pula penggunaan jargon karena tidak senua audiens
memahaminya.
13
SIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Sutrisna, Dewi. 2007. Komunikasi Bisni (Edisi 1). Jakarta: Percetakan Andi.
15
LAMPIRAN
(KASUS)
16