Anda di halaman 1dari 16

KOMUNIKASI BISNIS

BAB 1
PRESENTASI
Dosen Pengampu: Ni Putu Nita Anggraini, SE, MM

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK: 1

o Anak Agung Gde Satria Pranaditya (01)


o Damayanty Dyah Prativi (02)
o Desak Made Kurnia Rahayu (03)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2020/2021

1
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ................................................................................1
DAFTAR ISI ..............................................................................................2
BAB 1 PEMBAHASAN ............................................................................3
1.1 Merencanakan Presentasi ...........................................................3
1.2 Menyusun Format Presentasi......................................................6
1.3 Penggunaan Visual Aid ...............................................................11
1.4 Ketrampilan Praktis Dalam Presentasi .....................................13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................16

2
BAB I
PEMBAHASAN

1.1 MERENCAKAN PRESENTASI


Persiapan untuk berbicara atau presentasi relatif sama dengan persiapan
dalam menyusun pesan tertulis yang akan dikirimkan kepada audiens. Persiapan
dimulai dengan menentukan tujuan penulisan pesan, analisis audiens menentukan
ide pokok, dan memilih saluran beserta medianya.
Media presentasi menggunakan saluran komunikasi lisan. Mengingat
bahwa pesan harus disampaikan secara lisan, maka perlu dipersiapkan beberapa
teknik komunikasi khusus yang berbeda dengan komunikasi tertulis.
1.1 .1 MENENTUKAN TUJUAN
Di dalam bisnis secara umum, tujuan komunikasi bisa dibedakan menjadi
tiga (3), yaitu untuk memberikan informasi, untuk memengaruhi (persuasi), dan
untuk memaksa atau memberikan instruksi. Ketiga tujuan tersebut dalam bisnis
sehari – hari terlihat seperti Kepala Departemen SDM yang memberikan briefing
orientasi kepada karyawan baru, seorang supervisor yang sedang memberikan
pengarahan kepada bawahannya, atau seorang Kepala Departemen Pemasaran
yang sedang memimpin meeting.
Masing – masing tujuan komunikasi di atas akan menjadi dasar dalam
menentukan isi peran, gaya presentasi, dan tingkat interaksi antara pembicara
dengan audiens. Gambar 1.1 menunjukan hubungan antara tingkat interaksi
pembicara-audiens dengan tujuan presentasi.

Tingkat interaksi

Intruksi
Persuatif
Informatif

Tujuan Presentasi

Gambar 1.1 Hubungan Tingkat Interaksi Pembicara-Audience dengan Tujuan


Presentasi

3
1. Memberikan Informasi
Salah satu tujuan komunikasi bisnis adalah memberikan informasi. Harapan
dari pemberian informasi adalah pemberian umpan balik (feed back) setelah
informasi sampai pada orang yang dituju seperti yang diharapkan pembicara.
Misalnya menimbulkan perubahan sikap, pendapat, perilaku, dan partisipasi.
Dalam proses pemberian informasi, tekanan diletakkan pada pemilihan
saluran yang tepat. Secara umum, saluran komunikasi dibedakan menjadi tiga
(3) yaitu lisan, tertulis, dan elektronik. Presentasi dengan tujuan memberikan
informasi atau menganalisis situasi terjadi jika pembicara dengan audiens
berinteraksi pada tingkat sedang. Biasanya, setelah atau sedang
berlangsungnya presentasi audiens akan mengajukan beberapa komentar atau
pertanyaan dan kemudian pembicara akan menanggapinya.

2. Memengaruhi (Persuasif)
Asumsi dasar dalam proses memengaruhi atau membujuk adalah bahwa
pembicara – audiens dengan sengaja berkomunikasi untuk saling
memengaruhi. Dalam hal ini, sikap, pendapat, perilaku, dan partisipasi dapat
dipengaruhi. Komunikasi dengan tujuan memengaruhi orang (persuasif)
memiliki interaksi pembicara – audiens yang tertinggi. Oleh karena itu, dalam
komunikasi tersebut pembicara memiliki kontrol atau pengendalian terhadap
materi presentasi yang relatif kecil.

3. Memberikan Instruksi
Salah satu cara agar orang berubah seperti yang diinginkan adalah dengan
memberikan instruksi. Pemberian instruksi hanya dilakukan oleh mereka
yang memiliki wewenang, misalnya atasan memberikan instruksi kepada
bawahannya. Komunikasi dengan tujuan instruktif terjadi pada interaksi
pembicara – audiens tingkat sedang sampai tingkat rendah. Interaksi sedang
terjadi bila pembicara memberikan instruksi – instruksi tindakan yang harus
dilakukan. Sementara itu interaksi tingkat rendah terjadi jika audiens tidak
memberikan tanggapan (respons), baik dengan pertanyaan maupun komentar
tertentu.

1.1 .2 Menganalisis audiens


Secara umum, analisis audiens yang pertama kali dilakukan menyangkut
latar belakang seperti pendidikan, usia, pekerjaan, pengalaman, hobi, dan lain –
lain. Dari latar belakang tersebut dapat diketahui kebutuhan dan keinginan
audiens. Dalam suatu presentasi, jumlah (size) audiens dapat hanya terdiri dari
beberapa orang saja, puluhan orang, atau bahkan ratusan. Presentasi dengan
jumlah orang yang berbeda menuntut menuntut penggunaan pendekatan yang
berbeda. Pada presentasi dengan beberapa orang audiens dimungkinkan adanya

4
diskusi, tanya jawab, dan pengambilan kesimpulan secara bersama – sama.
Namun, presentasi dengan audiens yang semakin banyak akan menyulitkan
dilakukannya pendekatan seperti diatas.
Hal yang paling mungkin dilakukan adalah pendekatan satu arah, yaitu
pembicara berbicara atau bercerita kepada audiens. Presentasi dengan beberapa
orang audiens saja memungkinkan terjadinya pemahaman masing – masing latar
belakang audiens dengan lebih baik. Sementara itu presentasi dengan jumlah
audiens relatif besar menuntut pembicara untuk memahami komposisi audiens.
Komposisi audiens yang relatif sama disebut audiens yang homogen. Komposisi
audiens yang besar tingkat perbedaannya disebut heterogen.
Hal terakhir dalam analisis audiens adalah bagaimana reaksi audiens
terhadap materi yang dipresentasikan. Secara umum, reaksi audiens bisa
digolongkan menjadi tiga (3), yaitu menolak, menerima, dan tidak bereaksi.
Meskipun reaksi audiens dapat diperkirakan atau diprediksi sebelumnya, tetapi
reaksi mereka atau sebagian dari mereka kadang – kadang tidak seperti yang
diperkirakan. Oleh karena itu pembicara harus mempersiapkan diri untuk
menghadapi ketiga kemungkinan tersebut.
Secara garis besar, perencanaan presentasi sama dengan perencanaan dalam pesan
tertulis. Dimulai dengan menentukan:
1. Menentukan Ide Pokok / Utama
Ide pokok merupakan penyingkatan dari keseluruhan presentasi menjadi satu
kalimat deklaratif (Curties et.all.:225). Bersamaan dengan penentuan tujuan
dari analisi khalayak, pembicara menentukan ide pokok atau tema presentasi.

2. Menyusun Garis Besar (Outline)


Langkah kedua dalam merencakan presentasi adalah menentukan garis besar
atau pokok – pokok pikiran (outline) presentasi. Garis besar atau pokok
pikiran presentasi akan membentuk kerangka pesan yang akan disampaikan.
Setiap pokok pikiran harus mendukung, menggambarkan, atau memperjelas
ide pokok.

Pesan harus disampaikan secara rinci dan langsung pada intinya.


Penyampaian pesan yang berulang – ulang dan penyampaian pesan yang
tidak/kurang bermanfaat akan membosankan atau bahkan membingungkan
audiens. Selain itu, harus dipilih kata – kata yang sederhana agar maknanya
mudah dimengerti.

3. Memperkirakan Panjang / Lama Presentasi


Waktu untuk presentasi sering kali sangat dibatasi secara ketat. Dengan
demikian, pembicara perlu menyusun materi sesuai waktu yang tersedia.

5
Untuk menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam suatu
presentasi, dapat digunakan kerangka/garis presentasi. Caranya,
kerangka/garis besar yang sudah disusun dicoba untuk dipresentasikan. Pada
umumnya, presentsi yang singkat membutuhkan waktu sekitar 10 menit,
sedangkan presentasi yang panjang membutuhkan waktu sekitar 60 menit.
Hal yang perlu diperhatikan, baik presentasi dalam waktu singkat maupun
presentasi dalam waktu yang panjang, adalah bahwa presentasi harus
mengandung unsur pendahuluan, isi atau batang tubuh, dan penutup. Jika
memungkinkan, dilakukan tanya jawab dengan audiens.

4. Menentukan Gaya / Pendekatan


Secara umum, presentasi bisa dilakukan dengan pendekatan formal maupun
informal. Presentasi dengan pendekatan formal digunakan untuk
menyampaikan hal – hal yang penting. Selain itu, dalam presentasi dengan
audiens yang jumlahnya banyak sebaiknya digunakan pendekatan formal.
Dalam bisnis, mengumpulkan orang dalam jumlah besar pada satu saat
tertentu adalah situasi yang tidak dapat dilakukan setiap saat. Pelaku bisnis
adalah orang yang sibuk sehingga mereka harus menggunakan waktu dengan
sebaik – baiknya.

Untuk presentasi dengan audiens yang jumlahnya sedikit, cukup


digunakan pendekatan informal. Antara pembicara dengan audiens maupun
antara audiens dengan audiens dapat berinteraksi secara langsung sehingga
penggunaan pendekatan informal menjadi lebih efektif.

1.2 MENYUSUN FORMAT PRESENTASI


Di dalam presentasi bisnis, audiens pada umumnya sudah siap untuk
mendengarkan apa yang akan dipresentasikan. Seperti halnya laporan tertulis,
sebagain besar presentasi bisnis dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
infornasi dari audiensnya. Meskipun presentasi bisnis bisa mengandung unsur
humor, tetapi presentasi bisnis tidak semata-mata dimaksudkan untuk
memberikan hiburan. Secara umum, format presentasi terdiri dari 3 bagian, yaitu
bagian prmbukaan, bagian isi, dan bagian penutup.
1) Bagian Pembukaan
Bagian pembukaan berisi/bertujuan mendapatkan perhatian audiens,
membangun kepercayaan diri, dan mempersiapkan audiens. Oleh karena itu,
bagian pembuka harus dibuat menarik agar audiens tertarik dan siap
menerima presentasi.

6
1. Menarik perhatian audiens
Sebelum pembicara menyampaikan materi presentasi, ia harus dapat
menarik perhatian audiens terlebih dahulu. Mendapat perhatian aduiens
merupakan faktor penting dalam kesuksesan presentsai.

Bagaimana cara menarik perhatian audiens? Dengan berkata


“mohon perhatian hadirin sekalian” atau dengan memukulkan tangan ke
meja? Perhatian dibutuhkan dalam presentasi adalah perhatian yang
menyenangkan. Dalam hal ini, faktor penarik perhatian audiens (umpan)
dapat berupa intensitas, gerakan, keakraban, kebauran, humor, dan
ketegangan (cuties et. All. 1996:311). Berikut akan dibahas masing-
masing faktor secara singkat.

2. Intensitas
Sesuatu yang lain dari hal-hal yang ada di sekitarnya akan menarik
perhatian, contohnya cahaya, suara, bau, dan objek. Cara menarik
perhatian dengan intensitas dapat dilakukan dengan menampilkan objek,
baik melalui OHP maupun viewer, atau menunjukkan objek yang tidak
dibawa atau tidak dimiliki audiens.

3. Gerakan
Objek yang bergerak biasanya lebih menarik dari pada objek yang diam.
Seorang pembicara yang tadinya duduk kemudian membuat gerakan
berdiri akan lebih menarik perhatian audiens.

4. Keakraban
Salah satu cara untuk menarik perhatian adalah dengan mengacu pada
keakraban. Jika pembicara dapat mengenal audiens, baik dalam hal nama,
jabatan, atau prestasi, maka pembicara tersebut lebih menarik perhatian
audiens daripada tidak mengenal sama sekali. Hal yang sering kali ditemui
dalam presentasi adalah menyebut beberapa nama atau jabatan, atau
prestasi audiens sebelum membahas materi.

5. Kebaruan
Sesuatu yang baru akan lebih menarik perhatian audiens daripada sesuatu
yang sudah dikenalnya. Sebagi contohnya, seorang sales computer yang
mempersentasikan alat multimedia yang baru ke sebuah perushaan akan
lebih menarik pihak perushaan daripada presentasi multimedia yang sudah
dimiliki oleh perushaan tersebut. Pendapat itu bertentangan dengan Bovee
& Thill yang menyatakan bahwa audiens akan lebih tertarik untuk
membahas materi yang sudah dipahaminya. Mereka juga mengatakan

7
bahwa materi yang kurang relevansinya dengan diri audiens akan menjadi
kurang menarik (Bovee & Thill, 1995:601).

6. Humor
Humor akan menarik perhatiab audiens karena humor akan menurunkan
ketegangan, baik dari audiens maupun dari pembicara. Namun demikian,
humor dalam presentasi bisnis harus relevan dam degan cita rasa yang
baik. Selain itu, karena humor ini hanya untuk menarik perhatian audiens,
maka jumlahnya relative kecil.

7. Ketenangan
Situasi yang diciptakan dengan kesan tegang juga dapat menarik perhatian
audiens. Namun demikian, situasi tegang itu sebaiknnya segera diakhiri
agar audiens segera menangkap materi dan memberikan umpan balik, baik
dengan pertanyaan maupun dengan komentar-komentar.

8. Membangun kredibilitas
Pembicara yang memiliki kredibbilitas tinggi lrbih diterima audiens
daripada nyang berkredibilitas rendah. Permasalahnnya sekarang adalah
bagaimana membangun krebilitas pembicara. Penampilan yang rapi dan
serasi akan meningkatkan kredibilitas pembicara. Pada umumnya, orang
yang memiliki kopetensi paling baik dalam materi yang dipresentasikan
akan mendapatkan kredibilitas yang lebih tinggi. Misalnya, presentasi
masalah flexitime akan lebih mendapat kredibilitas apabila disampaikan
oleh manajer personalia.

9. Peninjauan audiens
Pada bagian awal presentasi perlu dilakukan peninjauan audiens, yaitu
membiarkan audiens memahami apa yang akan dipresentasikan dengan
membaca judul presentasi ayau membaca tujuan presentasi. Pemahaman
judul atau membacakan tujuan presentasi akan membantu audiens
memahami isi presentasi secara keseluruhan.

2) Bagian isi (body)


Bagian isi atau sering disebut batang tubuh merupakan bagian terpenting dari
presentasi, sedangkan bagian pembukaan dan bagian penutup merupakan
sarana yang mendukung bagian isi. Oleh karena itu, bagian isi harus meiliki
struktur yang jelas, dengan urut-urutan pembahasan yang mudah dipahami
dan berusaha mempertahankan perhatian audiens.

8
1. Penekanan struktur/format
Di dalam komunikasi tertulis, struktur penulisan bagian isi lebih mudah
diidentifikasi dengan melihat judul paragraph, jarak antarparagraf, dan
daftar yang ada. Untuk melihat struktur/format presentasi, audiens dapat
menggunakan transisi. Transisi adalah kata-kata atau kalimat-kalimat yang
menghubungkan kalimat-kalimat atau bagian-bagian dalam presentasi
(Curties at.al. 1996:316). Sebagai contoh, untuk menghubungkan kalimat
satu dengan kalimat lain dapat digunakan kata sambung karena, oleh
karena itu, lebih dari itu, kebalikan, sebagai contoh, namun demikian, atau
akhirnya. Sementara untuk menghubungkan paragraph satu dengan
paragraph lan atau menghubungkan pokok pikiran satu dengan pokok
pikiran lain dapat digunakan transisi, seperti sekarang akan dibahas
masalah A, pembahasan kita sekarang adalah B, selanjutnnya akan dibahas
pokok pikiran Z, atau berikut adalah kesimpulan yang dapat diambil.
Secara umum transisi memiliki tiga tujuan: (1) transisi mwnunjukkan
bahwa ide pokok/gagasan tercapai; (2) transisi memberikan hubungan
kepada ide pokok berikutnys; dan (3) transisi meninjau ide pokok yang
akan dating (Curties et.all.316).

2. Urut-urutan bagian isi


Bagian isi harus memiliki urutan yang jelas dan logis untuk mempermudah
audiens dalam memahami presentasi. Urut-urutan bagian isi akan
berhubungan dengan pola organisasi pokok pikiran. Seperti telah dibahas
di depan, pola organisasi pokok pikiran dapat dibedakan menjadi
kronologikal, spasial, topical, kausal, pemecahan masalah, klimaks, dan
antiklimaks. Misalnya, untuk presentsi pengajuan anggaran promosi
Departemen Pemasaran tahun 2005, manajer personalia menggunakan
urutan kronologi. Dengan demikian, urut-urutan bagian isi adalah:

a. Membahas anggaran promosi tahun 2004 ( tahun lalu )


b. Membahas anggaran promosi tahun 2005 ( saat ini )
c. Mengajukan anggaran promosi tahun 2006 ( yang akan dating )
Apabila pembicara memilih pola organisasi pokok pikiran yang lain, maka
urutan pembahasannya mengikuti pola tersebut. Dengan demikian baik
pembicara maupun audiens bisa mencapai tujuannya.

3. Mempertahankan minat audiens


Apabila dibagian awal pembicaraan perlu menarik perhatian audiens,
maka pada bagian isi atau batang tubuh, pembicara harus dapat
mempertahankan perhatian audiens. Menarik perhatian pada bagian

9
pembuka, dimaksudkan sebagai “pancingan” agar audiens lebih dahulu
tertarik dengan presentasinya.

Berikut beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk


mempertahankan perhatian audiens: menghubungkan topic presentasi
dengan kebutuhan audiens , menggunakan bahasa yang jelas, dan
menjelaskan hubungan anatar tujuan presentasi dengan ide-ide pokoknya
(Bovee&Thill, 1995:604).

4. Menghubungkan topic presentasi dengan kebutuhan audiens


Apabila pembicara dapat menghubungkan topic atau pikiran presentasi
dengan kebuthan audiens, maka dapat dipastikann bahwan audiens akan
memperhatikan pembicara. Oleh karena audiens memiliki suatu kebutuhan
tertentu, dan pada saat topik yang berhubungan dengan kebutuhan tersebut
dikemukakan maka mereka memandang mampu memenuhi kebutuhan
tersebut.

5. Menggunakan bahasa yang jelas


Penggunaan bahasa yang tidak jelas akan membuat audiens cepat merasa
bosan. Demikian juga dengan penggunaan istilah khusus (jargon) yang
hanya dipahami oleh klompok tertentu. Apabila harus menggunakanya,
berikan juga makna dari jargon tersebut. Contohnya seorang penyuluh
perhatian menjelaskan kepada para petani bahwa penggunaan dryer
merupakan solusi bila panen jagung jatuh pada musim hujan. Penggunaan
kata dryer dapat diganti dengan kata mesin pengering. Namun jika kata
dryer tetap ingin digunakan, penjelasan mengenai artinya harus disertakan.

6. Menjelaskan hubungan topic dengan ide-ide yang familiar


Audiens tidak selalu terdiri dari orang yang tidak tahu apa-apa mengenai
topic yang akan dipersentasikan. Seringkali presentasi dilakukan dengan
audiens yang sudah cukup memahami topik yang dipersentasikan atau
bahkan memahami topik lebih baik dari pembicara. Dalam presentasi
dengan audiens yang sudah sedikit memahami, cukup memahami, dan
sangat memhami, pembicara perlu menghubungkan topic dengan ide-ide
yang sudah mereka kenal sebelumnya.

10
3) Bagian Penutup
Bagian penutup harus terstruktur sehingga audiens memahami ide pokok
yang disampaikan. Lebih dari itu, pada bagian ini pembicara harus
memperhatikan tiga hal berikut: (1) Meringkas dan mengulang pokok pikiran,
(2), Menggarisbawahi tahap selanjutnya, (3) Menutup dengan pesan positif
(Bovee & Thill, 1995:604)
1. Meringkas pokok pikiran
Sebelum presentasi ditutup, pembicara harus mengulang pokok pikiran
yang telah dijelaskan di bagian isi. Maksud pembuatan ringkasan pokok
pikiran dan kemudian membacanya adalah untuk mengingatkan kembali
aka nisi presentasi sehingga audiens mampu memahami secara jelas isi dan
maksud presentasi.

2. Menggarisbawahi tahap selanjutnya


Secara umum, tujuan presentasi bisnis adalah menginginkan audiens untuk
melakukan perubahan tertentu, seperti dalam hal sikap, perilaku, tindakan,
nilai, dan kepercayaan. Oleh karena itu pembicara harus menekankan
tindakan yang harus dilakukan audiens setelah presentasi berakhir. Jika
ada pertanyaan bisa diajukan secara bergiliran baru kemudian dijawab.
Dalam menjawab pertanyaan audiens, pembicara harus bersifat objektif,
sabra, dan tidak berkesan merendahkan. Dengan demikian, sesi Tanya
jawab itu dapat membantu pembicara dalam mencapai tujuan presentasi,
bukan malah sebaliknya.

1.3 PENGGUNAAN VISUAL AID


Dalam presentasi yang bersifat formal, pembicara memerlukan visual aid.
Beberapa manfaat penggunaan visual aid adalah:
1. Dapat menyederhanakan materi yang kompleks sehingga mudah dipahami
audiens. Materi kompleks yang dibahas panjang lebar dapat disederhanakan
menjadi satu bentuk tampilan, misalnya menjadi suatu gambar atau skema saja.
2. Visual aid dapat membantu, baik pembicaran maupun audiens, untuk
mengingat informasi penting dari presentasi itu. Informasi yang disampaikan
biasanya tidak hanya satu. Oleh karena itu, kelancaran pembicara dalam
menyampaikan materi perlu didukung oleh audiens yang mengingat informasi-
informasi apa saja yang disampaikan dalam presentasi.
3. Dimaksudkan untuk menambah atau menciptakan daya tarik presentasi.
Setelah membahas beberapa materi, pembicara kemudian menunjukkan visual
aid yang telah dipersiapkan agar presentasi tidak terasa monoton. Perhatian
audiens juga berpindah tidak hanya pada pembicara saja.

11
1.3.1 Menyusun Visual Aid
Dalam presentasi pembicara dapat menggunakan dua jenis visual aid, yaitu:

1. Visual aid dalam bentuk tulisan (text visual aid).


Pada umumnya, visual aid dalam bentuk tulisan digunakan untuk menunjukkan
suatu kesimpulan presentasi atau untuk menunjukkan garis presentasi.

2. Visual aid dalam bentuk grafik (graphic visual aid).


Visual yang termasuk visual aid grafik antara lain grafik garis, diagram
lingkaran, grafik batang, diagram organisasi, dan diagram peta, Penggunaan
masing-masing visual aid dalam bentuk grafik disesuaikan dengan
kebutuhannya.

Untuk menyusun visual aid yang benar-benar dapat membantu presentasi


sehingga didapatkan manfaat-manfaat seperti disebutkan di atas tidaklah
mudah. Oleh karena itu, penyusunannya perlu dilakukan secara hati- hati.
Visual aid harus sederhana. Tujuan penyusunan visual aid yang sederhana
adalah agar mudah dipahami oleh audiens. Visual aid yang terlalu rumit justru
akan membingungkan audiens Visual aid tulisan sederhana yaitu visual aid
yang tidak terlalu panjang dengan terlalu banyak baris keterangan. Selain itu,
kalimat-kalimatnya juga ringkas. Sementara visual aid grafik sederhana adalah
visual aid yang tidak terlalu kompleks, dengan pengertian tidak
menggambarkan banyak sekali variabel dengan berbagai hubungan di
antaranya.

1.3.2 Memilih Media Visual Aid


Setelah memahami dua bentuk visual aid, yaitu tertulis dan grafik
selanjutnya adalah memilih media untuk menyampaikannya dalam suatu
presentasi. Media yang dapat digunakan untuk menyampaikan visual aid tersedia
dari yang paling sederhana seperti Handout sampai yang modern, yaitu komputer.
Berikut akan dibahas masing-masing media secara singkat.

1. Handout
Handout merupakan visual aid yang paling sederhana dan mudah
pembuatannya sehingga banyak digunakan. Media Handout memungkinkan
pembicara untuk mempersiapkan, baik visual aid tulisan maupun grafik ke
dalam tulisan kemudian digandakan dan dibagikan kepada audiens (biasanya
sebelum presentasi dimulai). Tujuannya adalah memberikan pegangan kepada
audiens mengenai materi yang akan dipresentasikan. Sembari mendengarkan
presentasi, audiens dapat melihat Handout berupa ringkasan materi presentasi.
Kesimpulan, dan grafik-grafik yang membantu pemahaman audiens.

12
2. Papan tulis dan whiteboard
Papan tulis dan whiteboard merupakan media visual aid yang sederhana dan
praktis. Dalam suatu presentasi yang dihadiri tidak terlalu banyak orang. media
papan tulis dan whiteboard dapat digunakan. Namun untuk presentasi dengan
audiens yang banyak, tentu saja penggunaan media itu tidak efektif. Kelebihan
media papan tulis dan whiteboard adalah dapat menampung kata-kata maupun
gagasan yang muncul seketika dalam proses presentasi dan dapat dihapus
apabila tidak dibutuhkan lagi. Contoh presentasi dengan media papan tulis dan
whiteboard adalah presentasi yang dilakukan oleh Manajer Pemasaran tentang
cara-cara memasarkan produk baru kepada stafnya.

1.4 KETERAMPILAN PRAKTIS DALAM PRESENTASI


Di samping oersaingan dalam hal materi dan media, pembicara perlu
memperhatikan beberapa factor yang dapat memengaruhi keberhasilan presentasi.
Faktor-faktor tersebut selanjutnya disebut keterampilan praktis dalam
presentasi, yang terjadi dari factor-faktor seperti cara berpakaian, pandangan
mata, ekspresi wajah, sikap tubuh, suara, dan bahasa.
1. Cara Berpakian
Dalam presentasi formal, cara berpakian menentukan kredibilitas. Pembicara
yang berpakian baik, rapi dan bersih akan lebih diterima dibandingkan
pembicara yang memakai dasi tidak rapi, bersepayu pantovel hitam dengan
kaos kaki olah raga warna biru, berpenampilan kurang rapi, kotor, pakian
terlalu sempit atau terlalu longgar. Lebih dari itu, cara berpakian
menunnjukkan citra diri orang tersebut.

Berikut ini beberapa tip atau petunjuk yang dapat digunakan dalam cara
berpakian.
a. Pakian yang dipilih yang serasi, baik warna maupun bentuk/model.
Pakian untuk presentasi formal dipilih yang berwarna formal. Seperti hitam,
biru, abu-abu, putih dan coklat. Sementara bentuk atau model pakiannya adalah
model formal.
b. Memperhatikan kelengkapan pakian, seoerti kancing baju, resleting, ikat
pinggang, sepatu, kaos kaki, dan dasi.
c. Memeriksa kerapian atau kesempurnaan berpakian seperti kerah baju, kancing
baju, resleting, tali sepatu, warna sepatu, dan penggunaan dasi.
d. Untuk pembicara perempuan, perhatikanpenggunaan make up. Make up tidak
perlu tebal, tetapi tidak boleh juga tidak memakai make up sama sekali karena
akan terlihat citra kurang professional.

13
2. Pandangan Mata
Untuk menunjukkan etika dan kewibawaan, pembaca harus memandang kearah
audiens. Pandangan mata menyapu seluruu ruangan, dimulai dari arah kirike
kanan atau dari depan kebelakang. Apa bila jumlah audiens tidak terlalu
banyak, pembicara dapat memandang audiens satu per satu, tetapi tidak terlalu
lama-lama. Jika pesertanya banyak, cukup berikan pandangan menyeluruh
yang bersifat umum. Tidak dibenarkan untuk memandang ke lantai, ke atap,
atau pada catatan secara terus menerus pada saat berbicara.

 Presentasi dengan sikap tubuh berdiri.


Sikap tubuh pada saat presentasi adalah berdiri tegak dengan kaki sedikit
terbuka. Tujuannya agar dapat berdiri dengan kokoh, tetapi tetap menjaga
kesopanan. Setelah berdiri tegak di depan audiens, pembicara mengatur
segala sesuatunya agar situasi menjadi tenang. Sikap yang harus dihindari
adalah memasukkan tangan ke dalam saku atau melakukan gerakan-gerakan
yang tidak perlu secara terus menerus, seperti memanggang-megang dasi,
taplak meja, atau bahkan menggaruk-garuk kepala.

 Suara
Suara merupakan faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, suara harus
mendapatkan perhatian besar. Setiap orang memiliki suara yang berbeda-
beda, misalnya merdu, parau, nyaring, keras, dan lemah. Suara adalah
bawaan sejak lahir. Namun agar presentasi dapat dilaksanakan dengan baik,
pembicara harus berlatih. Latihan mencakup mengeluarkan suara dengan
jelas, tidak monoton, dengan tekanan yang tepat, dan bersemangat.

 Suara jelas dan keras


Pengucapan kata harus jelas agar makna mudah ditangkap. Selain itu, kata-
kata juga harus diucapkan cukup keras agar dapat didengar oleh seluruh
audiens.

 Suara tidak monoton


Agar suara tidak monoton, kalimat harus diberi tekanan-tekanan tertentu.
Pengertian berbicara cukup keras di atas tidak berarti bahwa pengucapan
satu kalimat harus sama keras. Namun kata-kata tertentu yang dirasa penting
diberi tekanan yang lebih keras dan kata yang lain dapat lebih lemah.

 Suara bersemangat
Suara yang bersemangat lebih tercermin pada pengucapan yang
bersemangat. Presentasi tidak akan menarik jika pengucapan kata-katanya

14
dilakukan tanpa semangat. Selain itu, pembicara juga harus menghindari
pengucapan kata dengan bergumam dan merendahkan suara di akhir
kalimat.

 Bahasa
Dalam presentasi, pembicara menggunakan bahasa yang baku atau bahasa
yang formal. Penggunaan bahasa sehari-hari atau bahasa pergaulan akan
menurunkan tingkat formalitas presentasi. Di samping itu wibawa
pembicara juga dapat turun. Selanjutnya, pada setiap kalimat dipilih struktur
bahasa yang sederhana dan singkat agar mudah dipahami. Sedapat mungkin
hindari penggunaan kalimat majemuk. Ubah kalimat majemuk menjadi
beberapa kalimat sederhana. Hindari pula penggunaan jargon karena tidak
semua aduiens memahimanya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sutrina. 2007. Komunikasi Bisnis.Yogyakarta: Penerbit Andi

16

Anda mungkin juga menyukai