BAB 1
PRESENTASI
Dosen Pengampu: Ni Putu Nita Anggraini, SE, MM
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK: 1
1
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ................................................................................1
DAFTAR ISI ..............................................................................................2
BAB 1 PEMBAHASAN ............................................................................3
1.1 Merencanakan Presentasi ...........................................................3
1.2 Menyusun Format Presentasi......................................................6
1.3 Penggunaan Visual Aid ...............................................................11
1.4 Ketrampilan Praktis Dalam Presentasi .....................................13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................16
2
BAB I
PEMBAHASAN
Tingkat interaksi
Intruksi
Persuatif
Informatif
Tujuan Presentasi
3
1. Memberikan Informasi
Salah satu tujuan komunikasi bisnis adalah memberikan informasi. Harapan
dari pemberian informasi adalah pemberian umpan balik (feed back) setelah
informasi sampai pada orang yang dituju seperti yang diharapkan pembicara.
Misalnya menimbulkan perubahan sikap, pendapat, perilaku, dan partisipasi.
Dalam proses pemberian informasi, tekanan diletakkan pada pemilihan
saluran yang tepat. Secara umum, saluran komunikasi dibedakan menjadi tiga
(3) yaitu lisan, tertulis, dan elektronik. Presentasi dengan tujuan memberikan
informasi atau menganalisis situasi terjadi jika pembicara dengan audiens
berinteraksi pada tingkat sedang. Biasanya, setelah atau sedang
berlangsungnya presentasi audiens akan mengajukan beberapa komentar atau
pertanyaan dan kemudian pembicara akan menanggapinya.
2. Memengaruhi (Persuasif)
Asumsi dasar dalam proses memengaruhi atau membujuk adalah bahwa
pembicara – audiens dengan sengaja berkomunikasi untuk saling
memengaruhi. Dalam hal ini, sikap, pendapat, perilaku, dan partisipasi dapat
dipengaruhi. Komunikasi dengan tujuan memengaruhi orang (persuasif)
memiliki interaksi pembicara – audiens yang tertinggi. Oleh karena itu, dalam
komunikasi tersebut pembicara memiliki kontrol atau pengendalian terhadap
materi presentasi yang relatif kecil.
3. Memberikan Instruksi
Salah satu cara agar orang berubah seperti yang diinginkan adalah dengan
memberikan instruksi. Pemberian instruksi hanya dilakukan oleh mereka
yang memiliki wewenang, misalnya atasan memberikan instruksi kepada
bawahannya. Komunikasi dengan tujuan instruktif terjadi pada interaksi
pembicara – audiens tingkat sedang sampai tingkat rendah. Interaksi sedang
terjadi bila pembicara memberikan instruksi – instruksi tindakan yang harus
dilakukan. Sementara itu interaksi tingkat rendah terjadi jika audiens tidak
memberikan tanggapan (respons), baik dengan pertanyaan maupun komentar
tertentu.
4
diskusi, tanya jawab, dan pengambilan kesimpulan secara bersama – sama.
Namun, presentasi dengan audiens yang semakin banyak akan menyulitkan
dilakukannya pendekatan seperti diatas.
Hal yang paling mungkin dilakukan adalah pendekatan satu arah, yaitu
pembicara berbicara atau bercerita kepada audiens. Presentasi dengan beberapa
orang audiens saja memungkinkan terjadinya pemahaman masing – masing latar
belakang audiens dengan lebih baik. Sementara itu presentasi dengan jumlah
audiens relatif besar menuntut pembicara untuk memahami komposisi audiens.
Komposisi audiens yang relatif sama disebut audiens yang homogen. Komposisi
audiens yang besar tingkat perbedaannya disebut heterogen.
Hal terakhir dalam analisis audiens adalah bagaimana reaksi audiens
terhadap materi yang dipresentasikan. Secara umum, reaksi audiens bisa
digolongkan menjadi tiga (3), yaitu menolak, menerima, dan tidak bereaksi.
Meskipun reaksi audiens dapat diperkirakan atau diprediksi sebelumnya, tetapi
reaksi mereka atau sebagian dari mereka kadang – kadang tidak seperti yang
diperkirakan. Oleh karena itu pembicara harus mempersiapkan diri untuk
menghadapi ketiga kemungkinan tersebut.
Secara garis besar, perencanaan presentasi sama dengan perencanaan dalam pesan
tertulis. Dimulai dengan menentukan:
1. Menentukan Ide Pokok / Utama
Ide pokok merupakan penyingkatan dari keseluruhan presentasi menjadi satu
kalimat deklaratif (Curties et.all.:225). Bersamaan dengan penentuan tujuan
dari analisi khalayak, pembicara menentukan ide pokok atau tema presentasi.
5
Untuk menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam suatu
presentasi, dapat digunakan kerangka/garis presentasi. Caranya,
kerangka/garis besar yang sudah disusun dicoba untuk dipresentasikan. Pada
umumnya, presentsi yang singkat membutuhkan waktu sekitar 10 menit,
sedangkan presentasi yang panjang membutuhkan waktu sekitar 60 menit.
Hal yang perlu diperhatikan, baik presentasi dalam waktu singkat maupun
presentasi dalam waktu yang panjang, adalah bahwa presentasi harus
mengandung unsur pendahuluan, isi atau batang tubuh, dan penutup. Jika
memungkinkan, dilakukan tanya jawab dengan audiens.
6
1. Menarik perhatian audiens
Sebelum pembicara menyampaikan materi presentasi, ia harus dapat
menarik perhatian audiens terlebih dahulu. Mendapat perhatian aduiens
merupakan faktor penting dalam kesuksesan presentsai.
2. Intensitas
Sesuatu yang lain dari hal-hal yang ada di sekitarnya akan menarik
perhatian, contohnya cahaya, suara, bau, dan objek. Cara menarik
perhatian dengan intensitas dapat dilakukan dengan menampilkan objek,
baik melalui OHP maupun viewer, atau menunjukkan objek yang tidak
dibawa atau tidak dimiliki audiens.
3. Gerakan
Objek yang bergerak biasanya lebih menarik dari pada objek yang diam.
Seorang pembicara yang tadinya duduk kemudian membuat gerakan
berdiri akan lebih menarik perhatian audiens.
4. Keakraban
Salah satu cara untuk menarik perhatian adalah dengan mengacu pada
keakraban. Jika pembicara dapat mengenal audiens, baik dalam hal nama,
jabatan, atau prestasi, maka pembicara tersebut lebih menarik perhatian
audiens daripada tidak mengenal sama sekali. Hal yang sering kali ditemui
dalam presentasi adalah menyebut beberapa nama atau jabatan, atau
prestasi audiens sebelum membahas materi.
5. Kebaruan
Sesuatu yang baru akan lebih menarik perhatian audiens daripada sesuatu
yang sudah dikenalnya. Sebagi contohnya, seorang sales computer yang
mempersentasikan alat multimedia yang baru ke sebuah perushaan akan
lebih menarik pihak perushaan daripada presentasi multimedia yang sudah
dimiliki oleh perushaan tersebut. Pendapat itu bertentangan dengan Bovee
& Thill yang menyatakan bahwa audiens akan lebih tertarik untuk
membahas materi yang sudah dipahaminya. Mereka juga mengatakan
7
bahwa materi yang kurang relevansinya dengan diri audiens akan menjadi
kurang menarik (Bovee & Thill, 1995:601).
6. Humor
Humor akan menarik perhatiab audiens karena humor akan menurunkan
ketegangan, baik dari audiens maupun dari pembicara. Namun demikian,
humor dalam presentasi bisnis harus relevan dam degan cita rasa yang
baik. Selain itu, karena humor ini hanya untuk menarik perhatian audiens,
maka jumlahnya relative kecil.
7. Ketenangan
Situasi yang diciptakan dengan kesan tegang juga dapat menarik perhatian
audiens. Namun demikian, situasi tegang itu sebaiknnya segera diakhiri
agar audiens segera menangkap materi dan memberikan umpan balik, baik
dengan pertanyaan maupun dengan komentar-komentar.
8. Membangun kredibilitas
Pembicara yang memiliki kredibbilitas tinggi lrbih diterima audiens
daripada nyang berkredibilitas rendah. Permasalahnnya sekarang adalah
bagaimana membangun krebilitas pembicara. Penampilan yang rapi dan
serasi akan meningkatkan kredibilitas pembicara. Pada umumnya, orang
yang memiliki kopetensi paling baik dalam materi yang dipresentasikan
akan mendapatkan kredibilitas yang lebih tinggi. Misalnya, presentasi
masalah flexitime akan lebih mendapat kredibilitas apabila disampaikan
oleh manajer personalia.
9. Peninjauan audiens
Pada bagian awal presentasi perlu dilakukan peninjauan audiens, yaitu
membiarkan audiens memahami apa yang akan dipresentasikan dengan
membaca judul presentasi ayau membaca tujuan presentasi. Pemahaman
judul atau membacakan tujuan presentasi akan membantu audiens
memahami isi presentasi secara keseluruhan.
8
1. Penekanan struktur/format
Di dalam komunikasi tertulis, struktur penulisan bagian isi lebih mudah
diidentifikasi dengan melihat judul paragraph, jarak antarparagraf, dan
daftar yang ada. Untuk melihat struktur/format presentasi, audiens dapat
menggunakan transisi. Transisi adalah kata-kata atau kalimat-kalimat yang
menghubungkan kalimat-kalimat atau bagian-bagian dalam presentasi
(Curties at.al. 1996:316). Sebagai contoh, untuk menghubungkan kalimat
satu dengan kalimat lain dapat digunakan kata sambung karena, oleh
karena itu, lebih dari itu, kebalikan, sebagai contoh, namun demikian, atau
akhirnya. Sementara untuk menghubungkan paragraph satu dengan
paragraph lan atau menghubungkan pokok pikiran satu dengan pokok
pikiran lain dapat digunakan transisi, seperti sekarang akan dibahas
masalah A, pembahasan kita sekarang adalah B, selanjutnnya akan dibahas
pokok pikiran Z, atau berikut adalah kesimpulan yang dapat diambil.
Secara umum transisi memiliki tiga tujuan: (1) transisi mwnunjukkan
bahwa ide pokok/gagasan tercapai; (2) transisi memberikan hubungan
kepada ide pokok berikutnys; dan (3) transisi meninjau ide pokok yang
akan dating (Curties et.all.316).
9
pembuka, dimaksudkan sebagai “pancingan” agar audiens lebih dahulu
tertarik dengan presentasinya.
10
3) Bagian Penutup
Bagian penutup harus terstruktur sehingga audiens memahami ide pokok
yang disampaikan. Lebih dari itu, pada bagian ini pembicara harus
memperhatikan tiga hal berikut: (1) Meringkas dan mengulang pokok pikiran,
(2), Menggarisbawahi tahap selanjutnya, (3) Menutup dengan pesan positif
(Bovee & Thill, 1995:604)
1. Meringkas pokok pikiran
Sebelum presentasi ditutup, pembicara harus mengulang pokok pikiran
yang telah dijelaskan di bagian isi. Maksud pembuatan ringkasan pokok
pikiran dan kemudian membacanya adalah untuk mengingatkan kembali
aka nisi presentasi sehingga audiens mampu memahami secara jelas isi dan
maksud presentasi.
11
1.3.1 Menyusun Visual Aid
Dalam presentasi pembicara dapat menggunakan dua jenis visual aid, yaitu:
1. Handout
Handout merupakan visual aid yang paling sederhana dan mudah
pembuatannya sehingga banyak digunakan. Media Handout memungkinkan
pembicara untuk mempersiapkan, baik visual aid tulisan maupun grafik ke
dalam tulisan kemudian digandakan dan dibagikan kepada audiens (biasanya
sebelum presentasi dimulai). Tujuannya adalah memberikan pegangan kepada
audiens mengenai materi yang akan dipresentasikan. Sembari mendengarkan
presentasi, audiens dapat melihat Handout berupa ringkasan materi presentasi.
Kesimpulan, dan grafik-grafik yang membantu pemahaman audiens.
12
2. Papan tulis dan whiteboard
Papan tulis dan whiteboard merupakan media visual aid yang sederhana dan
praktis. Dalam suatu presentasi yang dihadiri tidak terlalu banyak orang. media
papan tulis dan whiteboard dapat digunakan. Namun untuk presentasi dengan
audiens yang banyak, tentu saja penggunaan media itu tidak efektif. Kelebihan
media papan tulis dan whiteboard adalah dapat menampung kata-kata maupun
gagasan yang muncul seketika dalam proses presentasi dan dapat dihapus
apabila tidak dibutuhkan lagi. Contoh presentasi dengan media papan tulis dan
whiteboard adalah presentasi yang dilakukan oleh Manajer Pemasaran tentang
cara-cara memasarkan produk baru kepada stafnya.
Berikut ini beberapa tip atau petunjuk yang dapat digunakan dalam cara
berpakian.
a. Pakian yang dipilih yang serasi, baik warna maupun bentuk/model.
Pakian untuk presentasi formal dipilih yang berwarna formal. Seperti hitam,
biru, abu-abu, putih dan coklat. Sementara bentuk atau model pakiannya adalah
model formal.
b. Memperhatikan kelengkapan pakian, seoerti kancing baju, resleting, ikat
pinggang, sepatu, kaos kaki, dan dasi.
c. Memeriksa kerapian atau kesempurnaan berpakian seperti kerah baju, kancing
baju, resleting, tali sepatu, warna sepatu, dan penggunaan dasi.
d. Untuk pembicara perempuan, perhatikanpenggunaan make up. Make up tidak
perlu tebal, tetapi tidak boleh juga tidak memakai make up sama sekali karena
akan terlihat citra kurang professional.
13
2. Pandangan Mata
Untuk menunjukkan etika dan kewibawaan, pembaca harus memandang kearah
audiens. Pandangan mata menyapu seluruu ruangan, dimulai dari arah kirike
kanan atau dari depan kebelakang. Apa bila jumlah audiens tidak terlalu
banyak, pembicara dapat memandang audiens satu per satu, tetapi tidak terlalu
lama-lama. Jika pesertanya banyak, cukup berikan pandangan menyeluruh
yang bersifat umum. Tidak dibenarkan untuk memandang ke lantai, ke atap,
atau pada catatan secara terus menerus pada saat berbicara.
Suara
Suara merupakan faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, suara harus
mendapatkan perhatian besar. Setiap orang memiliki suara yang berbeda-
beda, misalnya merdu, parau, nyaring, keras, dan lemah. Suara adalah
bawaan sejak lahir. Namun agar presentasi dapat dilaksanakan dengan baik,
pembicara harus berlatih. Latihan mencakup mengeluarkan suara dengan
jelas, tidak monoton, dengan tekanan yang tepat, dan bersemangat.
Suara bersemangat
Suara yang bersemangat lebih tercermin pada pengucapan yang
bersemangat. Presentasi tidak akan menarik jika pengucapan kata-katanya
14
dilakukan tanpa semangat. Selain itu, pembicara juga harus menghindari
pengucapan kata dengan bergumam dan merendahkan suara di akhir
kalimat.
Bahasa
Dalam presentasi, pembicara menggunakan bahasa yang baku atau bahasa
yang formal. Penggunaan bahasa sehari-hari atau bahasa pergaulan akan
menurunkan tingkat formalitas presentasi. Di samping itu wibawa
pembicara juga dapat turun. Selanjutnya, pada setiap kalimat dipilih struktur
bahasa yang sederhana dan singkat agar mudah dipahami. Sedapat mungkin
hindari penggunaan kalimat majemuk. Ubah kalimat majemuk menjadi
beberapa kalimat sederhana. Hindari pula penggunaan jargon karena tidak
semua aduiens memahimanya.
15
DAFTAR PUSTAKA
16