Anda di halaman 1dari 20

PENDIDIKAN DEMOKRASI MELALUI BERMAIN MUSIK DAN

TEATER

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Pendidikan


Kewarganegaraan dengan Dosen Pengampu Dra. Yayuk Mardiyati, M.A.

Disusun oleh :
Kelompok 8 / Kelas C
Sri Wahyuni 170210204039
Dwi Febi Diana Putri 170210204041
Siska Ashbihatul Faizah 170210204093
Olvi Laras Dianti 170210204112
Siti Nurhikmatul Fitria 170210204122
Galuh Melinda Safitri 170210204125

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
ii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah-SWT yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Sehingga makalah
Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan yang kami buat ini dapat selesai
tanpa halangan yang berarti. Makalah ini berisi tantang “Pendidikan Demokrasi
Melalui Bermain Musik dan Teater”
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin. Terlepas
dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih memiliki
banyak kekurangan. Mungkin dari segi bahasa, susunan kalimat atau hal lain
yang tidak kami sadari. Karenanya, kami sangat mengharapkan kritik, saran,
serta masukan sebagai sarana perbaikan makalah, sehingga di lain waktu kami
dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Semoga makalah yang berjudul “Pendidikan Demokrasi Melalui
Bermain Musik dan Teater”ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
masyarakat luas. Akhir kata dari kami ucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada para pembaca, karena bersedia meluangkan waktu untuk
membaca makalah yang telah kami buat.

Jember, 7 Juni 2020

Penulis
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 Demokrasi.................................................................................................3
2.2 HAM..........................................................................................................6
2.3 Pendidikan Demokrasi Yang Berkaitan Dengan HAM............................7
2.4 Pendidikan Demokrasi yang Berkaitan dengan HAM Melalui
Pertunjukan Musik/Teater..................................................................................13
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................16
3.1 Kesimpulan..............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara keilmuan, Pendidikan demokrasi dan HAM merupakan bagian
integral dari Pendidikan kewarganegaraan, yang pada dasarnya bertujuan untuk
mengembangkan individu menjadi warga negara yang cerdas dan baik. Sejak
dimulainya orde reformasi di Indonesia, yang diawali naiknya Preside Habibie
yang berhasil memancangkan tonggak awal demokratisasi berupa kebebasan pers
yang bertambah luas, serta pemilu yang jujur, adil, dan transparan. Gerakan
demokrasi dan HAM di Indonesia semakin luas jangkauannya dan semakin tinggi
intensitasnya. Namun, pada kenyataannya perkembangan Pendidikan demokrasi
dan HAM tidaklah semudah anggapan kebanyakan orang, karena memang
kehidupan demokrasi tidak dapat dibangun dala waktu yang singkat. Banyak
faktor yang menghambat pertumbuhan demokrasi. Pendidikan demokrasi dan
HAM sudah seharusnya diterapkan dalam kehidupan di sekolah, di rumah,
masyarakat, serta pergaulan yang lebih luas lagi. Untuk menciptakan warga
negara yang cerdas dan baik, seyogyanya cita-cita, nilai, konsep, dan prinsip
demokrasi diterapkan dan disosialisasikan melalui proses Pendidikan
kewarganegaraan yang bersifat multidimensional. Pendidikan demokrasi dan
HAM sudah seharusnya mengitegrasikan pengalaman belajar secara beragam
untuk berbagai jalur, jenis, jenjang, dan situasi Pendidikan, serta melibatka siswa
dalam proses pengambilan keputusan di masyarakat. Pendidikan demokrasi dan
HAM ini dapat diberikan kepada siswa melalui bebagai strategi pembelajaran,
salah satunya melalui bermain music dan teater. Hal ini dirasa lebih efektif karena
anak-anak cenderung menyukai proses pembelajaran dengan suasana gembira.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut:
1.2.1. Apakah pengertian demokrasi?
1.2.2. Apakah pengertian HAM?
1.2.3. Bagaimanakah Pendidikan demokrasi yang berkaitan dengan HAM?
2

1.2.4. Bagaimana Pendidikan demokrasi yang berkaitan dengan HAM melalui


bermain musik dan teater?

1.3 Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian demokrasi
1.3.2. Untuk mengetahui pengertian HAM
1.3.3. Untuk mengetahui bagaimana Pendidikan demokrasi yang berkaitan
dengan HAM
1.3.4. Untuk mengetahui bagaimana Pendidikan demokrasi yang berkaitan
dengan HAM melalui bermain musik dan teater
3

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Demokrasi
2.1.1. Pengertian Demokrasi
Demokrasi secara etimologis berasal dari bahasa yunani “Demokratia”
yang dibagi dalam dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein
yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat
atau pemerintahan yang rakyatnya memegang peranan yang sangat menentukan.
Secara harfiah, demokrasi berarti kekuatan rakyat atau suatu bentuk
pemerintahan dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatannya.
Demokrasi merupakan suatu jalan untuk melakukan perubahan atas apa
yang terjadi di masa lampau, mengembalikan hak menentukan peminpin kepada
rakya, penguasa di bawah pengawasan rakyat. Dalamm sejarah ketatanan
republik indonesia yang telah lebih dari setengah abad, perkembangan demokrasi
mengalami fluktuasi (pasang surut). Masalah pokok yang dihadapi oleh bangsa
indonesia adalah bagaimana upaya meningkatkan kehidupan ekonomi dan
membangun kehidupan sosial politik yang demokratisndalam masyarakat yang
plural.
2.1.2. Macam-Macam Demokrasi
1. Demokrasi berdasarkan penyaluran kehendak rakyat
a. Demokrasi langsung merupakan sistem demokrasi yang mengikutsertakan
seluruh rakyat dalam pengambilan keputusan negara.
b. Demokrasi tidak langsung merupakan sistem demokrasi yang digunakan
untuk menyalurkan keinginan dari rakyat melalui perwakilan parlemen.
c. Demokrasi sistem referendum: Yaitu rakyat memilih wakil-wakilnya yang
duduk di parlemen tetapi dalam melaksanakan tgasnya, parlemen dikontrol
oleh rakyat melalui sistem referendum.
2. Demokrasi berdasarkan hubungan antar kelengkapan negara.
a. Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum merupakan sistem
demokrasi yang dimana rakyat memiliki perwakilan untuk menjabat
diparlemen namun tetap di kontrol oleh referendum.
4

b. Demokrasi perwakilan dengan sistem parlementer merupakan sistem


demokrasi yang didalamnya terdapat hubungan kuat antara badan
eksekutif dengan badan legislatif.
c. Demokrasi perwakilan dengan sistem pemisahan kekuasaan merupakan
sistem demokrasi dimana kedudukan antara eksekutif dengan legislatif
tepisah, sehingga keduanya tidak berkaitan secara langsung seperti sistem
parlemen.
d. Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum dan inisiiatif rakyat
merupakan sistem demokrasi gabungan dari demokrasi perwakilan/tidak
langsung dan demokrasi secara langsung
3. Berdasarkan prinsip ideologi
a. Demokrasi liberal berdasarkan atas hak individu suatu negara yang
menekankan suatu kebebsan setiap individu dan sering mengabaikan
kepentingan umum.
b. Demokrasi rakyat berdasarkan atas hak pemerintah dalam suatu negara
yang didasari dri paham sosialisme dan komunisme yang mementingkan
kepentingan negara dan kepentingan umum.
c. Demokrasi pancasila yang bersumber dari tata nilai sosial dan budaya
bangsa indonesia dengan berdasarkan musyawarah dan mufakatyang
mengutamakan kepentingan umum.
2.1.3. Prinsip-Prinsip Demokrasi Di Indonesia
Untuk dapat melaksanakan demokrasi dengan baik, terlebih dahulu
rakyat, terutama pada pelaksana kekuasaan, harus mengetahui dan memahami
dengan baik prinsip-prinsip demokrasi yaitu sebagai berikut:
1. Pemilik negara adalah rakyat, sehingga otoritas rakyatlah yang memiliki
kekuaasaan tertinggi. Oleh sebab itu, setiap warga negara memiliki hak untuk
turut serta memilih wakil-wakil rakyat yang akan mewakilinya dalam
memegang kekuasaan tertinggi, dan juga memiliki hak untuk bisa dipilih bagi
jabatan tersebut atau jabatan dibidang kekuasaan lainnya.
2. Orang-orang yang mewakili rakyat untuk memegang kekuasaan tertinggi
dalam suatu negara, dengan status suatu anggota suatu lembaga kekuasaan
5

tertinggi yang lajim disebut parlemen (lembaga legislatif), haruslah dipilih


melalui suatu pemilihan umum yang diadakan setiap lima tahun sekali.
3. Tidak boleh ada pengistimewaan kepada seseorang ataupun kepada golongan
atau partai tertentu. Diantaranya tidak boleh ada pemilikan istimewa pada
jabatan apapun karena adanya ketetapan UUD atau UU walau dengan lasan
apapun.
4. Harus ada UU yang mengatur tentang struktur organisasi kekuasan dalam
negara dan mekanisme pelaksanaan kerjanya.
2.1.4. Ciri-Ciri Demokrasi
Kata “demokrasi” seiring waktu memiliki sangat banyak pengertian.
Namun, diantara banyaknya pengertian yang berbeda terdapat juga sejumlah
persamaan penting yang menunjukkan unuversalitas konsep demokrasi
berdasarkan kriteria-kriteria yang menjadi cerminan perwujudan konsep tersebut.
Hendry B. Mayo, misalnya, mencatat setidaknya ada 8 ciri utama yang harus
diperhatikan untuk menilai apakah suatu masyarakat bersifat demokratis atau
tidak, yaitu:
a. Adanya penyelesaian perselisihan dengan damai dan suka rela.
b. Adanya jaminan bagi terjadinya perubahan secara damai dalam suatu
masyarakat yang sedang berubah.
c. Adanya pergantian penguasa yangberlangsung secara teratur.
d. Adanya pembatasan atas pemakaian kekerasan cara minimum.
e. Adanya pengakuan dan penghormatan atas keanekaragaman
f. Adanya jaminan penegakan keadilan.
g. Adanya upaya memajukan ilmu pengetahuan.
h. Adanya pengakuan dan penghormatan terhadap kebebasan.
2.1.5. Unsur-Unsur Pendukung Tegaknya Demokrasi
Tegaknya demokrasi sebagai tatanan kehidupan kenegaraan sangat
tergantung pada unsur-unsur penopang tegaknya deemokrasi itu sendiri.
Beberapa unsur penting tersebut antara lain:
a. Negara hualiansikum. Negara hukum adalah negara yang memberikan
perlindungan hukum bagi warga negara melalui kelembagaanperadilan yang
bebas dan tidak memihak serta adanya penjaminan HAM.
6

b. Masyarakat madani. Masyarakat madani yakni sebuah masyarakat dengan


ciri-ciri terbuka, egaliter, bebas dari dominasi dan tekanan negara, serta
berpartisifasi aktif dalam menegakkan demokrasi.
c. Aliansi kelompok strategis. Komponen berikutnya yang dapat mendukung
tegaknya demokrasi adalah adanya aliansi kelompok strategis yang terdiri
dari partai politik, kelompok gerakan dan kelompok penekan atau kelompok
kepentingan termasuk di dalamnya pres yang bebas dan bertanggung jawab

2.2 HAM
2.2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak asasi (fundamental). Untuk memahami hakikat Hak Asasi Manusia,
terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian dasar tentang hak. Secara definitif
“hak” merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai pedoman berperilaku,
melindungi kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia
dalam menjaga harkat dan martabatnya. Hak sendiri mempunyai unsur-unsur
sebagai berikut:
a. Pemilik hak
b. Ruang lingkup penerapan hak
c. Pihak yang bersedia dalam penerapan hak
Ketiga unsur tersebut menyatu dalam pengertian dasar tentang hak.
Dengan demikian hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap
manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan
dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan
instansi. Hak merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Dalam kaitannya dengan
pemerolehan hak ada dua teori yaitu teori McCloskey dan teori Joel Feinberg.
Menurut teori McCloskey dinyatakan bahwa pemberian hak adalah untuk
dilakukan, dimiliki, atau sudah dilakukan. Sedangkan dalam teori Joel Feinberg
dinyatakan bahwa pemberian hak penuh merupakan kesatuan dari klaim yang
absah (keuntungan yang didapat dari pelaksanaan hak yang disertai pelaksanaan
kewajiban). Dengan demikian keuntungan dapat diperoleh dari pelaksanaan hak
bila disertai dengan pelaksnaan kewajiban. Hal itu berarti anatara hak dan
kewajiban merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam
7

perwujudannya. Karena itu ketika seseorang menuntut hak juga harus melakukan
kewajiban. John Locke menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak
yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang
kodrati. Oleh karenanya, tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat
mencabutnya. Hak ini sifatnya sangat mendasar (fundamental) bagi hidup dan
kehidupan manusia dan merupakan hak kodrati yang tidak bisa terlepas dari dan
dalam kehidupan manusia. Berdasarkan beberapa rumusan pengertian HAM
tersebut, diperoleh suatu kesimpulan bahwa HAM merupakan hak yang melekat
pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah
Tuhan yang harus dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap individu,
masyarakat atau negara. Dengan demikian hakikat penghormatan dan
perlindungan terhadap HAM ialah menjaga keselamatan eksistensi manusia
secara utuh melalui aksi keseimbangan yaitu keseimbangan antara hak dan
kewajiban, serta keseimbangan antara kepentingan perseorangan dan
kepentingan umum. Upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi
HAM, menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu,
pemerintah, bahkan negara. Jadi dalam memenuhi dan menuntut hak tidak
terlepas dari pemenuhan kewajiban yang harus dilaksanakan. Begitu juga dalam
memenuhi kepentingan perseorangan tidak boleh merusak kepentingan orang
banyak (kepentingan umum). Karena itu pemenuhan, perlindungan dan
penghormatan terhadap HAM harus diikuti dengan kewajiban asas manusia dan
tanggung jawab asasi manusia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, dan
bernegara.

2.3 Pendidikan Demokrasi Yang Berkaitan Dengan HAM


2.3.1 Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan merupakan
hal yang sangat penting bagi setiap orang. Apabila seseorang berpendidikan baik,
maka akan berdampak baik juga bagi kehidupannya dan bagi negara. Pendidikan
8

merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang selalu


berkembang.
Fungsi pendidikan bertujuan untuk menghilangkan segala sumber
penderitaan rakyat yaitu kebodohan dan ketertinggalan. Menurut UUSPN No. 20
tahun 2003 menyatakan bahwa, “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.”
Adapun pengertian-pengertian atau definisi pendidikan menurut pakar di
bidangnya antara lain:
 Menurut Prof. H. Mahmud Yunus, yang dimaksud pendidikan ialah suatu
usaha yang dengan sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak
yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak
sehingga secara perlahan bisa mengantarkan anak kepada tujuan dan cita-
citanya yang paling tinggi.
 Menurut Prof. Dr. John Dewey, pendidikan merupakan suatu proses
pengalaman. Karena kehidupan merupakan pertumbuhan, maka pendidikan
berarti membantu pertumbuhan batin manusia tanpa dibatasi oleh usia.
 Menurut M.J. Langeveld, pendidikan merupakan upaya dalam membimbing
manusia yang belum dewasa kearah kedewasaan. Pendidikan adalah suatu
usaha dalam menolong anak untuk melakukan tugas-tugas hidupnya, agar
mandiri dan bertanggung jawab secara susila. Pendidikan juga diartikan
sebagai usaha untuk mencapai penentuan diri dan tanggung jawab.
 Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah suatu tuntutan di dalam
hidup tumbuhnya anak-anak. Maksudnya ialah bahwa pendidikan menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar sebagai manusia
dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup
yang setinggi-tingginya.
2.3.2 Hubungan antara Pendidikan dan Demokrasi
Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dan demokrasi yaitu
pendidikan sebagai sarana perubahan budaya masyarakat. Pendidikan
dipengaruhi oleh bentuk-bentuk kebudayaan masyarakat lokal maupun nasional
dengan dinamika yang ditentukan oleh kemampuan-kemampuan pribadi sebagai
9

anggota masyarakat. Dengan demikian, tanpa pendidikan tidak mungkin suatu


masyarakat dapat merubah budaya dan negaranya ke arah yang lebih baik.
Peran lembaga pendidikan tinggi sangatlah penting dan strategis dalam
proses pengembangan budaya demokrasi di kalangan generasi muda. Sejarah
telah membuktikan bahwa mahasiswa adalah tulang punggung gerakan
reformasi. Mahasiswa tercatat sebagai kekuatan dari gerakan reformasi di
Indonesia. Ketulusan, semangat, dan keberpihakan pada nasib rakyat dan masa
depan Indonesia telah menjadikan mahasiswa sebagai agen perubahan di
Indonesia yang selalu diperhitungkan dari masa ke masa.
Pendidikan demokrasi sejak dini sangat baik karena dapat membantu
masyarakat untuk berpikir kritis. Dan dengan pemikiran yang demokratis dapat
membangun Negara Indonesia yang lebih baik asalkan pemerintahannya berjalan
dengan sistem demokrasi yang bersih. Maka dari itu diperlukan pendidikan sejak
usia muda, bukan hanya di sekolah formal, tapi juga di lingkungan sekitar
pergaulan dan lingkungan keluarga.
Maka pendidikan demokrasi pada hakekatnya membimbing peserta didik
agar semakin dewasa dalam berdemokrasi dengan cara mensosialisasikan nilai-
nilai demokrasi, agar perilakunya mencerminkan kehidupan yang demokratis.
Dalam pendidikan demokrasi ada dua hal yang harus ditekankan, yaitu
demokrasi sebagai konsep dan demokrasi sebagai praksis.
 Sebagai konsep berbicara mengenai arti, makna dan sikap perilaku yang
tergolong demokratis.
 Sedang sebagai praksis sesungguhnya demokrasi sudah menjadi sistem.
Sebagai suatu sistem kinerja demokrasi terikat suatu peraturan main tertentu,
apabila dalam sistem itu ada orang yang tidak mentaati aturan main yang
telah disepakati bersama, maka aktivitas itu akan merusak demokrasi dan
menjadi anti demokrasi .
Tugas seorang pendidik adalah mensosialisasikan dua tataran tersebut
dalam konsep dan fraksisnya, sehingga peserta didik memahami dan ikut terlibat
dalam kehidupan berdemokrasi.
Membangun pribadi yang demokratis merupakan salah satu fungsi
pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam pasal 3 UU Nomor 20/2003
10

tentang Sisdiknas. Selain pengembangan nilai-nilai demokrasi dalam


pembentukan mental peserta didik sesuai nilai-nilai demokrasi, demokrasi di
sekolah juga mencakup proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas hasil
belajar. Hal ini diantaranya adalah untuk menyikapi persoalan yang tentunya
terkait dengan nilai-nilai demokrasi dalam hal ilmu pengetahuan.
Tujuan pelaksanaan demokrasi di sekolah yaitu mendidik anak-anak dan
mengantarkan mereka menuju fase kedewasaan, agar mereka mandiri baik secara
psikologis maupun sosial dengan menitikberatkan pada pengembangan
ketrampilan intelektual, keterampilan pribadi dan ketrampilan sosial. Tujuan
pendidikan demokrasi adalah untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir
kritis dan berpikir demokratis.
Pengembangan nilai-nilai demokrasi di sekolah tidak akan lepas dari
peran guru dan kurikulum. Untuk itu hendaknya guru lebih dahulu memahami
tentang nilai-nilai demokrasi agar dapat menggunakan dan memanfaatkan
kurikulum yang berlaku untuk proses pengembangan nilai-nilai demokrasi.
2.3.3 Hubungan antara HAM dan Demokrasi
Antara HAM dan demokrasi memiliki hubungan yang sangat erat, sebab
HAM tidak mungkin eksis di suatu negara yang bersifat totaliter (tidak
demokratis), namun sebaliknya negara yang demokratis pastilah menjamin
eksistensi HAM. Suatu negara belum dapat dikatakan demokratis apabila tidak
menghormati dan melindungi HAM. Kondisi yang dibutuhkan untuk
memperkokoh tegaknya HAM adalah alam demokratis di dalam kerangka negara
hukum (rule of law state). Konsep negara hukum dapat dianggap mewakili
model negara demokratis (demokrasi). Implementasi dari negara yang
demokratis diaktualisasikan melalui sistem pemerintahan yang berdasarkan atas
perwakilan (representative government) yang merupakan refleksi dari demokrasi
tidak langsung. Menurut Julius Stahl dan A.V.Dicey, suatu negara  hukum
haruslah memenuhi beberapa unsur penting, salah satu unsur tersebut antara lain
yaitu adanya jaminan atas Hak Asasi Manusia. Dengan demikian untuk disebut
sebagai negara hukum harus terdapat perlindungan dan penghormatan terhadap
hak asasi manusia.
11

Hak Asasi Manusia akan terwujud dan dijamin oleh negara yang
demokratis dan demikian sebaliknya, demokrasi akan terwujud apabila negara
mampu manjamin tegaknya Hak Asasi Manusia. Konsepsi HAM dan demokrasi
dalam perkembangannya sangat terkait dengan konsepsi negara hukum. Dalam
sebuah negara hukum, sesungguhnya yang memerintah adalah hukum, bukan
manusia. Hukum dimaknai sebagai kesatuan hirarkis tatanan norma hukum yang
berpuncak pada konstitusi.
2.3.4 Tantangan Pendidikan Demokrasi dan Ham di Indonesia
Sejak munculnya gerakan reformasi di Indonesia, dengan tujuan
demokratisasi berupa kebebasan pers yang bertambah luas, pemilu yang jujur,
adil dan trasparan. Saat itu gerakan demokrasi di Indonesia semakin luas
jangkauannya dan semakin tinggi intensitasnya. Namun demikian dalam
perkembangannya teryata tidak semudah yang diduga kebanyakan orang, sebab
memang kehidupan demokrasi tidak dapat dibangun seketika atau dalam waktu
singkat. Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh kembangnya demokrasi
dalam suatu negara. Bahmuller (1996:216.221) mengidentifikasikan sejumlah
faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan demokrasi suatu negara yaitu,
bahwa tingkat perkembangan ekonomi, kesadaran akan identitas merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan demokrasi suatu negara .
Semua unsur akhlak kewarganegaraan diyakini akan saling mengisi
dengan kehidupan (civic comunity) atau masyarakat madani dengan kata lain
tumbuh dan berkembangnya ahklak madani tersebut harus mewujudkan kualitas
pribadi yang ditandai oleh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
Penghormatan terhadap hak asasi manusia, perwujudan negara hukum,
partisipasi negara yang luas dalam penetapan kewajiban publik dalam berbagai
tingkatan, dan pelaksanaan paradigma baru pendidikan kewarganegaraan untuk
pengembangaan warga negara (Indonesia) yang cerdas dan baik. Dari situ dapat
ditangkap tantangan bagi pendidikan demokrasi dengan keseluruhan upaya
pengembangan kualitas warga negara dan kehidupan masyarakat.
2.3.5 Paradikma Baru Pendidikan Demokrasi dan HAM
12

Secara konseptual pendidikan untuk kewarganegaraan yang demokratis


diterima sebagai dasar pertimbangan utama bagi pendidikan di Indonesia. Ikhtiar
kependidikan ini pada dasarnya harus ditujukan untuk pengembangan kecerdasan
spiritual, rasional, emosional dan sosial warga Negara baik secara faktor sosial
maupun sebagai pemimpin pada hari ini dan selanjutnya. Sementara itu mengenai
karakter utama warga Negara yang cerdas dan baik adalah mereka yang secara
tetap memelihara dan mengembangkan cita-cita dan nilai demokrasi sesuai
dengan perkembangan zaman dan secara efektif dan langgeng menangani dan
mengelola krisis yang selalu muncul untuk kemaslahatan masyarakat Indonesia
sebagai bagian integral dari masyarakat global yang damai dan sejahtera.
Apabila ditampilkan dalam wujud program pendidikan, paradigma baru
ini menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
1) Memberikan perhatian yang cermat dan usaha yang sungguh-sungguh pada
pengembangan pengertian tentang hakekat dan karakteristik aneka ragam
demokrasi, bukan hanya yang berkembang di Indonesia.
2) Mengembangkan kurikulum atau paket pendidikan yang sengaja dirancang
untuk memfasilitasi siswa agar mampu mengeksplorasi bagaimana cita-cita
demokrasi telah diterjemahkan dalam kelembagaan dan praktek di berbagai
belahan bumi dan dalam berbagai kurun waktu
3) Tersedianya sumber belajar yang memungkunkan siswa mampu
mengeksplorasi sejarah demokrasi di negaranya untuk menjawab persoalan
apakah kekuatan dan kelemahan demokrasi yang diterapkan di negaranya itu
4) Tersedianya sumber belajar yang dapat memfasilitasi siswa untuk
memahami penerapan demokrasi di Negara lain sehingga mereka mamiliki
wawasan yang luas tentang ragam ide dan system demokrasi dalam berbagai
konteks
5) Dikembangkannya kelas sebagai democraties laboratory, lingkungan
sekolah sebagai micro cosmos of democracy dan masyarakat luas sebagai
open global classroom yang memungkinkan siswa dapat belajar demokrai
dalam situasi berdemokrasi dan untuk tujuan melatih diri sebagai warga
Negara yang demokratis.
13

2.4 Pendidikan Demokrasi yang Berkaitan dengan HAM Melalui


Pertunjukan Musik/Teater
Pertunjukan musik atau teater merupakan salah satu dari bentuk seni.
Seni adalah suatu perwujudan ekspresi dari jiwa manusia. Sebagian orang yang
sangat tertarik dan mendalami seni biasa disebut seniman. Hal ini menunjukkan
terjadinya kreativitas dalam hal olah imaji dan olah rupa, gerak, suara, cahaya,
bau, dan sebagainya. Penciptaan seni terjadi oleh adanya proses cipta, karsa dan
rasa. Seni pertunjukan teater merupakan cabang seni yang didalamnya menggali
kemampuan kita berperan dengan pembawaan karakter, sifat dan laku tokoh
dalam suatu cerita. Teater sebagai seni peran di dalamnya terdapat beberapa
unsur pokok dan unsur pendukung. Unsur-unsur pokok dalam seni peran atau
teater antara lain: (1) Naskah, (2) Sutradara, dan (3) Pemeran. Naskah atau cerita
yang akan dibawakan dibagi menjadi dua jenis, yaitu: Realis (cerita sesuai
dengan kehidupan nyata, dengan kostum, bahasa dan latar pementasan sehari-
hari) dan Abstrak (cerita yang dibawakan cenderung bergeser atau bahkan
bertentangan dengan kenyataan). Sedangkan untuk unsur-unsur pendukung,
antara lain: (1) Setting dan lighting, (2) Musik, dan (3) Make up.
Seni mempunyai hubungan yang erat dengan unsur-unsur kebudayaan
yang lain. Isi dan bentuk seni tak dapat dipisahkan dari nilai-nilai yang
terkandung dalam 7 unsur pokok kebudayaan. Tema-tema seni berakar pada
nilai-nilai agama, organisasi sosial, sistim teknologi, sistim pengetahuan, bahasa,
dan sistim ekonomi. Jadi sudah jelas, bahwa seni teater merupakan bagian dari
budaya, dan tentu saja seni dan budaya merupakan salah satu Hak Asasi Manusia
yang dilindungi oleh Konstitusi.
Berbicara masalah Hak Asasi Manusia dan pertunjukan seni teater
sebenarnya merupakan hal yang kurang diperhatikan sejauh ini. Pada masa lalu
ada ungkapan pahit "politik sebagai panglima," yang telah menggiring hampir
semua warga menjadi "ketakutan”, karena hampir setiap waktu mendapatkan
teror akibat ketidaksepahaman dalam masalah ideology politik, terutama dengan
arus besar yang terjadi di masyarakat. Dahulu ada berbagai pentas teater "ngak-
ngik-ngok," yang kemudian dengan serta-merta dianggap telah mengikis dan
merusak moral bangsa karena "tidak sesuai" dengan kepribadian warisan nenek
14

moyang. Kala itu pemahaman nilai-nilai pluralitas juga ada namun disamarkan
hanya pada tataran sloganistis dalam ungkapan bhineka tunggal ika. Dalam
perkembangannya, "perbedaan paham" tumbuh menjadi konflik serta menodai
pertemanan yang sudah dibangun bertahun-tahun karena sikap toleransi tinggi
yang nyaris sudah mengakar pada diri setiap insan. Pada kasus pementasan teater
"ngak-ngik-ngok" yang direpresentasikan oleh kelompok Arswendo Atmowiloto,
telah membawa mereka untuk mendekam dalam penjara, sehingga saat itu
kebebasan ekspresi berkesenian memang terasa sangatlah mahal.
Pada pertengahan dekade 1960-an pasca pemberontakan G30 S PKI, di
mana orang tak berani menyebutkan kata genjer-genjer yang diasosiasikan
dengan tarian sosial yang dilakukan oleh para anggota Gerwani (Gerakan Wanita
Indonesia), yaitu sebuah organisasi massa di bawah Partai Komunis Indonesia
(PKI) yang memang kemudian dilarang. Pemerintahan otoriter di masa lalu, di
mana banyak terjadi rekayasa penyeragaman pola perilaku yang justru
bertentangan dengan nilai-nilai budaya yang bersifat sangat spesifik.
Penulisan hukum ini menggali berbagai kekuatan ekspresi seni teater
yang pada gilirannya "disepakati" sebagai sebuah bagian dari Hak Asasi Manusia
menurut UUD 1945 yang pada prinsipnya merupakan produk yang tidak hanya
merepresentasikan identitas individu, namun lebih jauh lagi bisa berbicara
banyak dalam representasi identitas kelompok, yang bukan tidak mungkin bisa
pula berkembang lebih jauh lagi, dalam lingkup negara bangsa. Ekspresi seni
teater secara tersirat dilindungi dan diatur dalam:
1) Undang Undang Dasar 1945 Pasal 28C Ayat (1) mengakui dan melindungi
seni dan budaya, dengan kata lain termasuk juga seni pertunjukan teater, yang
merupakan bagian dari hak berekspresi.
2) Undang-Undang No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia dalam Pasal
13 juga menjamin pemenuhan dan perlindungan Hak Asasi Manusia dalam
bidang seni budaya.
3) Undang-Undang No.11 Tahun 2005 Tentang Konvenan Internasional
Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya dalam Pasal 15 juga
melindungi adanya pelaksanaan hak seni dan budaya
15

Salah satu contoh dari pendidikan demokrasi yang berkaitan dengan


HAM melalui pertunjukan teater adalah pementasan drama kolosan oleh
mahasiwa UKM teater Rumpun Padi Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Pertunjukkan tersebut mengangkat tema kenang peristiwa perjuangan HAM
melalui drama kolosal, yang mana dilaksanakan setahun yang lalu yaitu tanggal
28 Mei 2019. UKM teater Rumpun Padi Universitas Kristen Petra mementaskan
2 naskah, yakni naskah monolog (Putri Ibu karya Putu Wijaya) dan naskah lakon
(Menanti Tanggal Dua Enam karya Marsetio Hariadi). Teater tersebut
menceritakan sebuah penantian, penggusuran tanah, dan penghilangan orang
secara paksa. Sehingga, pesan tersirat dari adanya teater tersebut diharapkan
dibukanya memori tentang perjuangan HAM supaya berubah mulai sedini
mungkin dari diri sendiri agar bisa menciptakan keadan untuk tidak saling
menindas satu sama lain.
16

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sejak munculnya gerakan reformasi di Indonesia, dengan tujuan
demokratisasi berupa kebebasan pers yang bertambah luas, pemilu yang jujur,
adil dan trasparan. Saat itu gerakan demokrasi di Indonesia semakin luas
jangkauannya dan semakin tinggi intensitasnya. Namun demikian dalam
perkembangannya teryata tidak semudah yang diduga kebanyakan orang, sebab
memang kehidupan demokrasi tidak dapat dibangun seketika atau dalam waktu
singkat. Hak Asasi Manusia dan pertunjukan seni teater sebenarnya merupakan
hal yang kurang diperhatikan sejauh ini. Pada masa lalu ada ungkapan pahit
"politik sebagai panglima," yang telah menggiring hampir semua warga menjadi
"ketakutan”, karena hampir setiap waktu mendapatkan teror akibat
ketidaksepahaman dalam masalah ideology politik, terutama dengan arus besar
yang terjadi di masyarakat. Dalam perkembangannya, "perbedaan paham"
tumbuh menjadi konflik serta menodai pertemanan yang sudah dibangun
bertahun-tahun karena sikap toleransi tinggi yang nyaris sudah mengakar pada
diri setiap insan.
17

DAFTAR PUSTAKA

Unknow. 2016. Makalah Paradikma Pendidikan Demokrasi dan HAM.


http://goenblogger.blogspot.com/2016/11/bab-i-pendahuluan-a.html
[diakses pada 05 juni 2020]
Udin S. Winataputra. Pendidikan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia sebagai
Wahana Demokratisasi: Perspektif Metodelogi. Universitas Tebuka
http://simpen.lppm.ut.ac.id/htmpublikasi/21winataputra.htm [diakses
pada 05 juni 2020]
https://www.romadecade.org/pengertian-pendidikan/ [diakses pada 05 juni 2020]
https://www.Harianbhirawa.co.id/kenang-peristiwa-perjuangan-ham melalui-
drama-kolosal [diakses pada tanggal 04 Juni 2020 pukul 10.48 WIB]
Febrianto, Joko. 2008. Ditinjau dari Perspektif Hak Asasi Manusia Menurut
Undang Undang Dasar 1945. Skripsi

Anda mungkin juga menyukai