TEATER
Disusun oleh :
Kelompok 8 / Kelas C
Sri Wahyuni 170210204039
Dwi Febi Diana Putri 170210204041
Siska Ashbihatul Faizah 170210204093
Olvi Laras Dianti 170210204112
Siti Nurhikmatul Fitria 170210204122
Galuh Melinda Safitri 170210204125
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 Demokrasi.................................................................................................3
2.2 HAM..........................................................................................................6
2.3 Pendidikan Demokrasi Yang Berkaitan Dengan HAM............................7
2.4 Pendidikan Demokrasi yang Berkaitan dengan HAM Melalui
Pertunjukan Musik/Teater..................................................................................13
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................16
3.1 Kesimpulan..............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian demokrasi
1.3.2. Untuk mengetahui pengertian HAM
1.3.3. Untuk mengetahui bagaimana Pendidikan demokrasi yang berkaitan
dengan HAM
1.3.4. Untuk mengetahui bagaimana Pendidikan demokrasi yang berkaitan
dengan HAM melalui bermain musik dan teater
3
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Demokrasi
2.1.1. Pengertian Demokrasi
Demokrasi secara etimologis berasal dari bahasa yunani “Demokratia”
yang dibagi dalam dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein
yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat
atau pemerintahan yang rakyatnya memegang peranan yang sangat menentukan.
Secara harfiah, demokrasi berarti kekuatan rakyat atau suatu bentuk
pemerintahan dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatannya.
Demokrasi merupakan suatu jalan untuk melakukan perubahan atas apa
yang terjadi di masa lampau, mengembalikan hak menentukan peminpin kepada
rakya, penguasa di bawah pengawasan rakyat. Dalamm sejarah ketatanan
republik indonesia yang telah lebih dari setengah abad, perkembangan demokrasi
mengalami fluktuasi (pasang surut). Masalah pokok yang dihadapi oleh bangsa
indonesia adalah bagaimana upaya meningkatkan kehidupan ekonomi dan
membangun kehidupan sosial politik yang demokratisndalam masyarakat yang
plural.
2.1.2. Macam-Macam Demokrasi
1. Demokrasi berdasarkan penyaluran kehendak rakyat
a. Demokrasi langsung merupakan sistem demokrasi yang mengikutsertakan
seluruh rakyat dalam pengambilan keputusan negara.
b. Demokrasi tidak langsung merupakan sistem demokrasi yang digunakan
untuk menyalurkan keinginan dari rakyat melalui perwakilan parlemen.
c. Demokrasi sistem referendum: Yaitu rakyat memilih wakil-wakilnya yang
duduk di parlemen tetapi dalam melaksanakan tgasnya, parlemen dikontrol
oleh rakyat melalui sistem referendum.
2. Demokrasi berdasarkan hubungan antar kelengkapan negara.
a. Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum merupakan sistem
demokrasi yang dimana rakyat memiliki perwakilan untuk menjabat
diparlemen namun tetap di kontrol oleh referendum.
4
2.2 HAM
2.2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak asasi (fundamental). Untuk memahami hakikat Hak Asasi Manusia,
terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian dasar tentang hak. Secara definitif
“hak” merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai pedoman berperilaku,
melindungi kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia
dalam menjaga harkat dan martabatnya. Hak sendiri mempunyai unsur-unsur
sebagai berikut:
a. Pemilik hak
b. Ruang lingkup penerapan hak
c. Pihak yang bersedia dalam penerapan hak
Ketiga unsur tersebut menyatu dalam pengertian dasar tentang hak.
Dengan demikian hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap
manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan
dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan
instansi. Hak merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Dalam kaitannya dengan
pemerolehan hak ada dua teori yaitu teori McCloskey dan teori Joel Feinberg.
Menurut teori McCloskey dinyatakan bahwa pemberian hak adalah untuk
dilakukan, dimiliki, atau sudah dilakukan. Sedangkan dalam teori Joel Feinberg
dinyatakan bahwa pemberian hak penuh merupakan kesatuan dari klaim yang
absah (keuntungan yang didapat dari pelaksanaan hak yang disertai pelaksanaan
kewajiban). Dengan demikian keuntungan dapat diperoleh dari pelaksanaan hak
bila disertai dengan pelaksnaan kewajiban. Hal itu berarti anatara hak dan
kewajiban merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam
7
perwujudannya. Karena itu ketika seseorang menuntut hak juga harus melakukan
kewajiban. John Locke menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak
yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang
kodrati. Oleh karenanya, tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat
mencabutnya. Hak ini sifatnya sangat mendasar (fundamental) bagi hidup dan
kehidupan manusia dan merupakan hak kodrati yang tidak bisa terlepas dari dan
dalam kehidupan manusia. Berdasarkan beberapa rumusan pengertian HAM
tersebut, diperoleh suatu kesimpulan bahwa HAM merupakan hak yang melekat
pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah
Tuhan yang harus dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap individu,
masyarakat atau negara. Dengan demikian hakikat penghormatan dan
perlindungan terhadap HAM ialah menjaga keselamatan eksistensi manusia
secara utuh melalui aksi keseimbangan yaitu keseimbangan antara hak dan
kewajiban, serta keseimbangan antara kepentingan perseorangan dan
kepentingan umum. Upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi
HAM, menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu,
pemerintah, bahkan negara. Jadi dalam memenuhi dan menuntut hak tidak
terlepas dari pemenuhan kewajiban yang harus dilaksanakan. Begitu juga dalam
memenuhi kepentingan perseorangan tidak boleh merusak kepentingan orang
banyak (kepentingan umum). Karena itu pemenuhan, perlindungan dan
penghormatan terhadap HAM harus diikuti dengan kewajiban asas manusia dan
tanggung jawab asasi manusia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, dan
bernegara.
Hak Asasi Manusia akan terwujud dan dijamin oleh negara yang
demokratis dan demikian sebaliknya, demokrasi akan terwujud apabila negara
mampu manjamin tegaknya Hak Asasi Manusia. Konsepsi HAM dan demokrasi
dalam perkembangannya sangat terkait dengan konsepsi negara hukum. Dalam
sebuah negara hukum, sesungguhnya yang memerintah adalah hukum, bukan
manusia. Hukum dimaknai sebagai kesatuan hirarkis tatanan norma hukum yang
berpuncak pada konstitusi.
2.3.4 Tantangan Pendidikan Demokrasi dan Ham di Indonesia
Sejak munculnya gerakan reformasi di Indonesia, dengan tujuan
demokratisasi berupa kebebasan pers yang bertambah luas, pemilu yang jujur,
adil dan trasparan. Saat itu gerakan demokrasi di Indonesia semakin luas
jangkauannya dan semakin tinggi intensitasnya. Namun demikian dalam
perkembangannya teryata tidak semudah yang diduga kebanyakan orang, sebab
memang kehidupan demokrasi tidak dapat dibangun seketika atau dalam waktu
singkat. Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh kembangnya demokrasi
dalam suatu negara. Bahmuller (1996:216.221) mengidentifikasikan sejumlah
faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan demokrasi suatu negara yaitu,
bahwa tingkat perkembangan ekonomi, kesadaran akan identitas merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan demokrasi suatu negara .
Semua unsur akhlak kewarganegaraan diyakini akan saling mengisi
dengan kehidupan (civic comunity) atau masyarakat madani dengan kata lain
tumbuh dan berkembangnya ahklak madani tersebut harus mewujudkan kualitas
pribadi yang ditandai oleh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
Penghormatan terhadap hak asasi manusia, perwujudan negara hukum,
partisipasi negara yang luas dalam penetapan kewajiban publik dalam berbagai
tingkatan, dan pelaksanaan paradigma baru pendidikan kewarganegaraan untuk
pengembangaan warga negara (Indonesia) yang cerdas dan baik. Dari situ dapat
ditangkap tantangan bagi pendidikan demokrasi dengan keseluruhan upaya
pengembangan kualitas warga negara dan kehidupan masyarakat.
2.3.5 Paradikma Baru Pendidikan Demokrasi dan HAM
12
moyang. Kala itu pemahaman nilai-nilai pluralitas juga ada namun disamarkan
hanya pada tataran sloganistis dalam ungkapan bhineka tunggal ika. Dalam
perkembangannya, "perbedaan paham" tumbuh menjadi konflik serta menodai
pertemanan yang sudah dibangun bertahun-tahun karena sikap toleransi tinggi
yang nyaris sudah mengakar pada diri setiap insan. Pada kasus pementasan teater
"ngak-ngik-ngok" yang direpresentasikan oleh kelompok Arswendo Atmowiloto,
telah membawa mereka untuk mendekam dalam penjara, sehingga saat itu
kebebasan ekspresi berkesenian memang terasa sangatlah mahal.
Pada pertengahan dekade 1960-an pasca pemberontakan G30 S PKI, di
mana orang tak berani menyebutkan kata genjer-genjer yang diasosiasikan
dengan tarian sosial yang dilakukan oleh para anggota Gerwani (Gerakan Wanita
Indonesia), yaitu sebuah organisasi massa di bawah Partai Komunis Indonesia
(PKI) yang memang kemudian dilarang. Pemerintahan otoriter di masa lalu, di
mana banyak terjadi rekayasa penyeragaman pola perilaku yang justru
bertentangan dengan nilai-nilai budaya yang bersifat sangat spesifik.
Penulisan hukum ini menggali berbagai kekuatan ekspresi seni teater
yang pada gilirannya "disepakati" sebagai sebuah bagian dari Hak Asasi Manusia
menurut UUD 1945 yang pada prinsipnya merupakan produk yang tidak hanya
merepresentasikan identitas individu, namun lebih jauh lagi bisa berbicara
banyak dalam representasi identitas kelompok, yang bukan tidak mungkin bisa
pula berkembang lebih jauh lagi, dalam lingkup negara bangsa. Ekspresi seni
teater secara tersirat dilindungi dan diatur dalam:
1) Undang Undang Dasar 1945 Pasal 28C Ayat (1) mengakui dan melindungi
seni dan budaya, dengan kata lain termasuk juga seni pertunjukan teater, yang
merupakan bagian dari hak berekspresi.
2) Undang-Undang No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia dalam Pasal
13 juga menjamin pemenuhan dan perlindungan Hak Asasi Manusia dalam
bidang seni budaya.
3) Undang-Undang No.11 Tahun 2005 Tentang Konvenan Internasional
Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya dalam Pasal 15 juga
melindungi adanya pelaksanaan hak seni dan budaya
15
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejak munculnya gerakan reformasi di Indonesia, dengan tujuan
demokratisasi berupa kebebasan pers yang bertambah luas, pemilu yang jujur,
adil dan trasparan. Saat itu gerakan demokrasi di Indonesia semakin luas
jangkauannya dan semakin tinggi intensitasnya. Namun demikian dalam
perkembangannya teryata tidak semudah yang diduga kebanyakan orang, sebab
memang kehidupan demokrasi tidak dapat dibangun seketika atau dalam waktu
singkat. Hak Asasi Manusia dan pertunjukan seni teater sebenarnya merupakan
hal yang kurang diperhatikan sejauh ini. Pada masa lalu ada ungkapan pahit
"politik sebagai panglima," yang telah menggiring hampir semua warga menjadi
"ketakutan”, karena hampir setiap waktu mendapatkan teror akibat
ketidaksepahaman dalam masalah ideology politik, terutama dengan arus besar
yang terjadi di masyarakat. Dalam perkembangannya, "perbedaan paham"
tumbuh menjadi konflik serta menodai pertemanan yang sudah dibangun
bertahun-tahun karena sikap toleransi tinggi yang nyaris sudah mengakar pada
diri setiap insan.
17
DAFTAR PUSTAKA