Anda di halaman 1dari 6

BAB III

PROFIL HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT


(HPGW)

3.1 Waktu dan Tempat PKK


Waktu PKK dilaksanakan pada tanggal 02 Mei 2015 sampai 07 Mei 2015. Tempat
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW).

Table 1.1 : Waktu Pelakanaan PKK


Hari Jam Bangun Jam Ngukur Jam Istirahat Jam kumpul Jam Tidur
Minggu s/d 04.30 08.00 s/d 16.00 s/d 20.00 s/d 23.00 s/d
Rabu 16.00 20.00 23.00 04.30

3.2 Sejarah Singkat Perusahaan


Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) menjadi laboratorium lapangan yang
semakin meningkat pemanfaatannya, baik oleh civitas akademika IPB sendiri maupun
oleh berbagai pihak, mulai dari pelajar, mahasiswa dalam dan luar negeri, karyawan
instansi pemerintah maupun swasta serta masyarakat umum. Meningkatnya pemanfaatan
kawasan HPGW tidak terlepas dari upaya pengelolaan yang dilakukan oleh Fakultas
Kehutanan IPB sejak diberi mandat pengelolaan pada tahun 1968 sampai dengan saat
ini. Dinamika dan pasang surut pengelolaan terjadi dalam kurun waktu pengelolaan
tersebut sejalan dengan proses pembangunannya dan perkembangan teknologi dan
inovasi yang digunakan dalam pengelolaan.
Mengacu pada sejarahnya, pengelolaan Hutan Pendidikan berawal pada tahun 1959,
ketika Fakultas Kehutanan IPB masih merupakan Jurusan Kehutanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Indonesia. Pada tahun 1959 dibangun Hutan Percobaan di
Darmaga seluas 50 Ha, yang diikuti dengan pembangunan Kampus Kehutanan di
Darmaga. Fakultas Kehutanan idealnya dikelilingi oleh hutan agar kegiatan belajar
mengajar dapat berjalan dengan baik, terutama dalam kerangka lebih memahami model
pengelolaan hutan lestari di lapangan. Hutan percobaan seluas 50 Ha tersebut kurang
mencukupi, sehingga pada tahun 1960 mulai membangun Hutan Pendidikan di Pasir
Madang, seluas 500 Ha. Namun, setelah ditanam seluas 50 Ha, lahan tersebut diambil
alih oleh PT Tjengkeh Indonesia.
Pada tahun 1963 berdiri Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, bersamaan
dengan berdirinya Institut Pertanian Bogor, sebagai wujud pengembangan pendidikan
tinggi pertanian Universitas Indonesia, menjadi Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian
yang mandiri. Menyadari pentingnya keberadaan hutan pendidikan bagi keberhasilan
pendidikan kehutanan, pada tahun 1967 IPB melakukan penjajakan kerjasama dengan
Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat dan Direktorat Jenderal Kehutanan Departemen
Pertanian untuk mengusahakan kawasan HPGW menjadi HutanPendidikan.
Sebagai hasil dan usaha tersebut, pada tahun 1968 kawasan hutan Gunung Walat mulai
dibina dan dikelola oleh Fakultas Kehutanan IPB.
Dasar legalitas formal pengelolaan HPGW yang menempati kawasan hutan negara
berkembang sesuai dengan situasi pemerintahan yang terjadi. Adapun kronologi legalitas
pengelolaan HPGW dapat diuraikan sebagai berikut:
 Tahun 1969 diterbitkan Surat Keputusan KepalaJawatan Kehutanan Daerah Tingkat
I Jawa Barat No. 7041/IV/2/69
tertanggal 14 Oktober 1969 yang menyatakan bahwa Hutan Gunung Walat seluas
359 Ha ditunjuk sebagai Hutan Pendidikan yang pengelolaannya diserahkan kepada
Fakultas Kehutanan IPB.
 Tahun 1973 diterbitkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Kehutanan No.
291/DS/1973 tanggal 24 Januari 1973
tentang Pengelolaan Hutan Pendidikan Gunung Walat. Kemudian, pada tanggal 9
Februari dilakukan penandatangan Surat Perjanjian Pinjam Pakai Tanah Hutan
Pendidikan Gunung Walat oleh Kepala Dinas Kehutanan Jawa Barat dan Rektor
IPB. Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 008/Kpts/DJ/I/1973
maka kemudian IPB mendapat hak pakai atas Hutan Pendidikan Gunung Walat.
Sejak itu, secara struktural, HPGW berada di bawah Unit Kebun Percobaan dalam
jangka waktu 20 tahun (Fahutan IPB, 2001).
 Tahun 1992 Menteri Kehutanan menerbitkan Surat Keputusan No. 687/Kpts-
II/1992 tanggal 24 Januari 1993 tentang
Penunjukan Komplek Hutan Gunung Walat di Daerah Tingkat II Sukabumi Propinsi
Daerah Tingkat I Jawa Barat seluas 359 Ha menjadi Hutan Pendidikan. Pengelolaan
Kawasan Hutan Gunung Walat seluas ± 359 Ha sebagai Hutan Pendidikan
dilaksanakan bersama antara Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan Pusat
Pendidikan Latihan Kehutanan/Balai Latihan Kehutanan (BLK) Bogor.
 Pada tahun 2005, Menteri Kehutanan menerbitkan Surat Keputusan
No.188/Menhut-II/2005 tertanggal 8 Juli 2005 tentang
Penunjukan dan Penetapan Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kompleks Hutan
Pendidikan Gunung Walat seluas 359 ha sebagai Kawasan Hutan dengan Tujuan
Khusus (KHDTK) untuk Hutan Pendidikan dan Latihan untuk jangka waktu 20
tahun yang pengelolaannya diserahkan kepada Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.
 Pada tahun 2009 HPGW ditetapkan oleh Menteri Kehutanan melalui SK Menhut
No. 188/Menhut-II/2005 Jo SK Menhut No.
702/Menhut-II/2009 sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK)
sebagai Hutan Pendidikan dan Pelatihan yang pengelolaannya diserahkan kepada
Fakultas Kehutanan IPB.

3.3 Visi, Misi, Azas, Tujuan dan Saran


A. Visi HPGW
Terwujudnya Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) sebagai media
implementasi Tridharma Perguruan Tinggi Fakultas Kehutanan IPB bertaraf
internasional bagi pengelolaan hutan lestari.
(Leuweung Sakolaan Sagala Bangsa, International Education Forest).
B. Misi HPGW
1. Mewujudkan pengelolaan hutan lestari di kawasan HPGW.
2. Mewujudkan terselenggaranya pendidikan dan penelitian IPTEK bidang
pengelolaan sumberdaya hutan dan lingkungan secara efektif.
3. Membangun kemitraan antara HPGW dengan para pihak sebagai wujud nyata
pengabdian kepada masyarakat.
C. Azas HPGW
1. Membangun manfaat (beneficial).
2. Berkelanjutan (sustainable).
3. Mandiri (self finance).
4. Terpadu (integrated).
5. Transparan dan Akuntabel (transparence and accountable).
D. Tujuan HPGW
Terbangunnya media tri dharma perguruan tinggi Fakultas Kehutanan – IPB bagi
pengelolaan hutan lestari.
E. Saran HPGW
1. Terbangun pola pemanfaatan HPGW sebagai hutan pendidikan dan penelitian
bidang IPTEK PSDHL.
2. Terbangun kemitraan HPGW dengan para pihak.
3. Terbangun media tridharma berkualitas.

3.4 Stuktur Organisasi HPGW


Struktur organisasi HPGW berdasarkan atas SK Dekan Fakultas Kehutanan IPB No.
27/IT3.5/KP/2014 tentang Pengangkatan Badan Pengurus, Direktur Eksekutif, serta
Penetapan Organisasi Direktur Badan Eksekutif HPGW periode 2013-2016 Fakultas
Kehutanan IPB.

Gambar. 11 Struktur Organisasi HPGW


Gambar 11. Struktur Organisasi Hutan Pendidikan Gunung Walat
Badan Pengurus (BP) HPGW yaitu:

1. Ir. Budi Prihanto, MS (Ketua)


2. Prof. Dr. Ir. Wasrin Syafii, M.Agr
3. Dr. Ir. Sri Wilarso, MS
4. Dr. Ir. Iin Ichwandi, MS
5. Dr. Ir. Ricky Avenzora, M.Sc
6. Ir. Awriya Ibrahim, MM (Wakil Himpunan Alumni)

Badan Pengurus berfungsi dan bertugas untuk:

1. Menyelenggarakan pengelolaan Hutan Pendidikan Gunung Walat Fakultas


Kehutanan Institut Pertanian Bogor berdasarkan pada Garis-Garis Besar Kebijakan
Pengelolaan Hutan Pendidikan Gunung Walat yang ditetapkan oleh Dekan
Fakultas Kehutanan IPB.
2. Menyusun kelengkapan organisasi pengelolaan Hutan Pendidikan Gunung Walat
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, termasuk memilih Direktur Hutan
Pendidikan Gunung Walat Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor untuk
ditetapkan oleh Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
3. Mengesahkan rencana strategis (Strategic Plan) dan Rencana Pengelolaan
(Management Plan) Hutan Pendidikan Gunung Walat Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogoryang diusulkan oleh BE-HPGW berdasarkan pada Garis-Garis
Besar Kebijakan Pengelolaan Hutan Pendidikan Gunung Walat.
4. Membina BE-HPGW dalam upaya peningkatan kinerja kegiatan dan keuangan
pengelolaan HPGW.
5. Membangun jejaring kerja bagi peningkatan kinerja pengelolaan Hutan Pendidikan
Gunung Walat Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
6. Memonitor dan mengevaluasi kinerja Badan Pelaksana dalam pengelolaan Hutan
Pendidikan Gunung Walat Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

  Badan Eksekutif (BE) HPGW yaitu:

1. Dr. Ir. Nandi Kosmaryandi, M.Sc.F (Direktur Eksekutif)


2. Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS (Direktur Pemanfaatan Sumberdaya Hutan).
3. Dr. Ir. Tatang Tiryana, M.Sc (Direktur Pelayanan Pendidikan dan Penelitian).
4. Ir. Andi Sukendro, M.Sc (Direktur Pembinaan Hutan dan Lingkungan). 

Direktur Eksekutif bertugas untuk:

1. Menetapkan kebijakan, strategi, dan memimpin pelaksanaan pengelolaan


HPGW sehari-hari.
2. Menyusun draf Rencana Pengelolaan (Business Plan) HPGW 2014-2017 dan
disahkan oleh BP-HPGW.
3. Menetapkan dan mengatur pelaksanaan program dan kegiatan HPGW untuk
menujudkan kemandirian pengelolaan HPGW.
Direktur Badan Eksekutif bertugas untuk:

1. Membantu pelaksanaan tugas Direktur Eksekutif di dalam pengelolaan HPGW,


sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
2. Melaksanakan kegiatan pengelolaan sesuai bidang masing-masing
secara terpadu dan sinergis di bawah koordinasi Direktur Eksekutif.
3. Memberikan pertanggungjawaban kepada Direktur Eksekutif, dan
bersama-sama Direktur Eksekutif memberikan laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan pengelolaan HPGW kepada BP-HPGW.

3.5 Bidang Usaha HPGW

1. Kelola Sumberdaya Hutan, meliputi : kelola produksi/ekonomi, kelola ekologi, dan


kelola sosial.
2. Kelola produksi meliputi pembinaan SDH (penanaman dan pemeliharaan tegakan)
dan pemanfaatan hasil hutan non kayu berupa getah pinus (produksi 135 – 160
ton/tahun) dan getah kopal (produksi 60 – 70 ton/tahun).
3. Kelola sosial meliputi: pelibatan 50 – 60 masyarakat sekitar HPGW sebagai
penyadap getah, agroforestri (60 KK), pembagian bibit hutan rakyat, dll.
4. Kelola ekologi: kebijakan tidak menebang, pengelolaan sumber air untuk
masyarakat, dll.
5. Kelola Pelayanan Tridharma, meliputi fasilitasi penyelenggaraan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.
6. Dalam bidang pendidikan dan penelitian, HPGW telah menjadi tempat praktek,
field trip, penelitian, mahasiswa dari dalam dan luar negeri (Jerman, Korea,
Jepang, USA, Malaysia, dll.), dan berbagai kegiatan pelatihan.
7. Kegiatan pengabdian pada masyarakat diintegrasikan dengan kelola sosial.
8. Kelola Usaha, meliputi usaha yang berbasis kepada pemanfaatan hasil hutan bukan
kayu (Non Timber Forest Product, NTFP), jasa lingkungan (carbon trading,
wisata), dan jasa pendidikan dan pelatihan.
9. Kelola usaha NTFP sementara ini adalah pemasaran getah pinus dan kopal.
10. Program wisata yang dikembangkan adalah wisata berbasis pendidikan
lingkungan, wisata berbasis sport (outbond, mountain bike, tracking, caving),
wisata berbasis budaya tradisional masyarakat sekitar.
11. Carbon trading dengan skema voluntary dengan jangka waktu tertentu dengan
perusahaan multinasional :

a. TOSO Company Limited dari Jepang, menanam 10.000 pohon pinus & agathis
(2009 – 2014) untuk peningkatan serapan karbon.

b. Conoco Phillips Indonesia, menanam 7.000 pohon pinus, agathis, kopi, dsb.
(2009 – 2014) untuk peningkatan serapan karbon dalam rangka memperingati
hari lingkungan hidup sedunia.

c. NYK Group Japan, menanam 2600 pohon buah & pinus (2009 – 2013) untuk
peningkatan serapan karbon.
Saat ini HPGW telah berkembang menjadi model pengelolaan hutan skala kecil yang
mandiri dan berkelanjutan berbasis pengelolaan hasil hutan bukan kayu (NTFP) dan jasa
lingkungan.  Pendapatan usaha HPGW didapat 54% dari NTFP dan 46% dari jasa
lingkungan, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.  Secara finansial HPGW telah
mampu melepaskan ketergantungan finansial dari anggaran  pemerintah atau institusi
fakultas, bahkan telah mampu memberikan kontribusi subsidi kepada penyelenggaraan
kegiatan tridharma bagi mahasiswa, siswa-siswa sekolah,  dan masyarakat umum.

Kenyataan ini memberikan keyakinan bahwa :

a. Pengelolaan hutan lestari tidak harus dalam skala yang luas.

b. Nilai ekonomi hutan diluar kayu dapat diandalkan untuk mendukung


keberlanjutan sumberdaya hutan (SSSFM) dan pengelolaan hutan (SSSMF).

c. Konservasi/ekologi dan ekonomi bukan hal yang bertentangan, namun dapat


diselaraskan melalui desain pengelolaan yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai