Anda di halaman 1dari 3

‫معاني الصدق عند الغزالي‬

‫ مطابقة الخبر للواقع‬:‫الصدق‬


Salah satu sikap mulia yang lekat dan yang paling menonjol dengan
kepribadian Nabi Muhammad saw. adalah “shiddiq” (kejujuran, integritas),
dengan sifat ini diganjar dengan julukan al- Amin oleh masyarakat. Orang yang
menjunjung tinggi kejujuran sama halnya dengan menjunjung tinggi keadilan.
Orang jujur ada kemungkinan akan teguh dalam memegang amanah.
Menurut al-Ghazali kata jujur dapat diartikan dalam berbagai makna.
 Pertama,

‫صدق في القول‬
jujur dalam perkataan; jujur dalam lisan atau ucapan berkaitan
langsung dengan informasi atau berita yang disampaikan, apakah itu
benar atau salah. Baik yang telah berlalu maupun yang akan terjadi.
Menurut al-Ghazali kejujuran ini akan semakin lengkap jika seseorang
tidak terlalu membesar-besarkan informasi. Karena menurut al-Ghazali,
hal itu dekat dengan kedustaan. Dan kedua, memperhatikan makna jujur
secara seksama agar tidak bercampur dengan syahwat keduniaan.
 Kedua,

‫صدق في النية والإرادة‬


jujur dalam niat dan kehendak. Jujur dalam hal ini terkait langsung
dengan keikhlasan. Tidak ada dorongan sedikitpun kecuali hanya karena
Allah. Jika niat dan kehendak seseorang bercampur dengan nafsu
maka batal kejujuran niat tersebut. Dan orang yang niatnya
bercampur dengan nafsu bisa dikategorikan sebagai orang yang berdusta.
 Ketiga,

‫صدق في العزم‬
jujur dalam azam (tekad); sebelum seseorang melakukan sesuatu
kadangkala seseorang memiliki tekad terlebih dahulu sebelum
mengimplementasikannya. Contohnya adalah jika seseorang mengatakan
jika Allah memberiku harta maka aku akan mensedekahkan sekian dari
harta tersebut. Kejujuran tekad yang dimaksudkan di sini adalah
kesempurnaan dan kekuatan tekad tersebut. Tekad yang benar atau
jujur tidak akan ragu atau goyah sedikitpun.
 Keempat,

‫صدق في الوفاء بالعزم‬


jujur dalam menunaikan azam (tekad); Maksudnya adalah ketika
seseorang telah memiliki azam dan ia memiliki peluang untuk
melaksanakan azamnya. Ketika ia tidak menunaikan apa yang menjadi
tekadnya maka itu bisa dikatakan sebagai kebohongan atau ketidak
jujuran.
 Kelima,

‫صدق في العمل‬
jujur dalam perbuatan; adalah usaha seseorang untuk menampilkan
perbuatan lahiriah agar sesuai dengan apa yang ada di dalam
hatinya. Berbeda dengan riya’, riya’ berati perbuatan baik secara lahir
tidak sama dengan niat buruk di dalam hati. Seseorang yang antara
perbuatan lahir dan niatnya berbeda tanpa adanya maksud yang disengaja.
menurut al-Ghazali hanya dikatakan sebagai orang yang tidak jujur dalam
perbuatan.

 Keenam,

‫صدق في تحقيق مقامة الدين كلها‬


jujur dalam mengimplementasikan maqamat di dalam agama seperti jujur
di dalam khauf (takut kepada Allah), raja’ (berharap kepada Allah),
zuhud dan lain sebagainya. Ini adalah tingkatan jujur yang paling tinggi.
Seseorang dapat dikatakan jujur dalam tahap ini ketika ia telah
mencapai hakikat yang dimaksud dalam khauf, raja’ atau zuhud
yang dikehendaki.
‫جوهر المرء عند الشافعي‬

Tiga Hal yang Menunjukkan Kemuliaan Seseorang Menurut Imam Syafi’i

‫ كتمان الفقر حتي يظن الناس من عفتك أنك غني‬


Pertama, mampu menyembunyikan kemiskinannya. Sehingga orang
disekitarnya menyangka dia adalah orang berada. Hal ini bukan berarti berlagak
kaya dalam arti negatif, akan tetapi hal itu dilakukan lebih dikarenakan sebagai
upaya untuk menjaga kehormatannya, agar tidak meminta-minta, dan juga agar
tidak merepotkan orang lain.

‫ كتمان الغضب حتي يظن الناس أنك راض‬


Kedua, mampu menyembunyikan kemarahannya. Sehingga orang disekitarnya
menganggap dia ridho, dan tidak ada kemarahan sedikitpun ketika sedang
menghadapi sesuatu yang tidak disenangi. Hal ini sebagai upaya
meminimasilasi konflik, dan munculnya prasangka buruk dari orang lain
terhadap diri sendiri.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
َ َ َ ْ ُ َ َْ ُ ْ َ ُ َ َ َ ُّ ُ َ َْ
‫ ِإنما الش ِديد ال ِذي يم ِلك نفسه ِعند الغض ِب‬،‫ليس الش ِديد ِبالصرع ِة‬

Artinya: “Orang kuat bukanlah orang yang pandai bergulat. Namun orang yang
kuat adalah yang bisa mengontrol pribadinya ketika marah.” (HR Bukhari)

‫ كتمان الشدة حتي يظن الناس أنك متنعم‬


Ketiga, mampu menyembunyikan kesulitan dan kesusahannya. Sehingga orang
disekitarnya menyangka, bahwa dia orang yang penuh kenikmatan dan
kecukupan. Walaupun kita seringkali mengghadapi kesulitan, kita sebisa
mungkin intuk tidak memperlihatkan kesedihan kepada sesama manusia, tetapi
lebih suka mengadukan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya kepada Allah
SWT.

Anda mungkin juga menyukai