PENDAHULUAN
membuka mulut dan leher, harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses
leher dalam. Abses leher dalam terbentuk didalam ruang potensial diantara fasia
leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi,
mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda
klinik biasanya berupa nyeri dan pembengkakan di ruang leher dalam yang
terlibat.1
Anatomi dari abses leher dalam sangat komplek, sehingga sulit untuk
menentukan lokasi infeksi. Untuk membuat diagnosis dari abses leher dalam
cukup sulit karena abses ini ditutupi oleh beberapa jaringan lunak yang ada pada
leher dan juga sulit untuk mempalpasi serta menginspeksi dari luar.2
berada di bawah abses peritonsil dan retrofaring. Namun dewasa ini, angka
kejadiannya menduduki urutan tertinggi dari seluruh abses leher dalam. 70 – 85%
dari kasus disebabkan oleh infeksi dari gigi, selebihnya karena sialadenitis,
limfadenitis, laserasi dinding mulut atau fraktur mandibula. Selain itu, angka
kejadian juga ditemukan lebih tinggi pada daerah dengan fasilitas kesehatan yang
kurang lengkap. Komplikasi juga lebih sering pada daerah yang tidak mudah
1
1.2. Batasan Masalah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial di antara fasia leher
dalam sebagai kelanjutan infeksi dari daerah kepala leher. Pada abses
submandibular, ruang potensial ini terdiri dari ruang sublingual dan submaksila
2.2. Anatomi
fascia leher dalam memanjang dari hyoid ke mandibula, batas lateral dibentuk
oleh mandibula itu sendiri dan batas superior yaitu mukosa dari dasar mulut.2
3
Ruang submandibula terbagi atas ruang sublingual dan submaksila yang
ruang submaksila melalui batas posterior dari Muskulus Miohyoid, disekitar inilah
pus dapat dengan mudah terkumpul. Ruang submaksila dibagi oleh anterior belly
submaksila lateral.2
2.3. Etiologi
dapat berasal dari gigi-geligi (odontogenic infection) faring, atau akibat trauma
pada saluran nafas dan organ cerna atas (upper aerodigetive trauma), dimana
terjadi perforasi pada membrana mukosa pelindung mulut atau ruang faring.
Selain itu, infeksi kelenjar liur, infeksi saluran napas atas,benda asing dan
intervensi alat-alat medis (iatrogenic) dapat menjadi factor penyebab abses leher
dalam. Namun masih terdapat sekitar 20% dari kasus yang terjadi, penyebabnya
Pada abses submandibula, infeksi terjadi akibat perjalan dari infeksi gigi
dan jaringan sekitarnya yaitu pada P1,P2,M2,M2 namun jarang terjadi pada M3.
Beberapa jenis bakteri yang menjadi penyebab abses submandibula ini dibagi
Stafilokokus
4
Bakteroides
Peptostreptokokus
Peptokoki
Fusobakterium nukleatum
2.4. Patofisiologi
Ruang sublingual dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot milohiod. Ruang
submaksila selanjutnya dibagi lagi atas ruang submental dan ruang submaksila
submandibula atau salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari dareah
Abses leher dalam dapat terjadi karena berbagai macam penyebab melalui
1. Penyebaran abses leher dalam dapat timbul dari rongga mulut ,wajah atau
abses fokal.
3. Infeksi yang menyebar ke ruang leher dalam melalui celah antar ruang
leher dalam
5
molar dibawah mielohioideus, maka infeksi supurativa pada mulut dan gigi geligi
2.5. Diagnosis
Diagnosis abses submandibula ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala
klinis, dan pemeriksaan penunjang seperti foto polos jaringan lunak leher atau
tomografi komputer.4
Tanda dan gejala dari suatu abses leher dalam timbul oleh karena : 4
1. efek massa atau inflamasi jaringan atau cavitas abses pada sekitar struktur
abses.
2. keterlibatan daerah sekitar abses dalam proses infeksi.
A. Anamnesis
Beberapa gejala berikut dapat ditemukan pada pasien dengan abses
submandibula adalah : 1
1. asimetris leher karena adanya massa atau limfadenopati pada sekitar 70%.
2. trismus karena proses inflamasi pada m.pterigoides
3. torticolis dan penyempitan ruang gerak leher karena proses inflamasi pada
leher.
Riwayat penyakit dahulu sangat bermanfaat untuk melokalisasi etiologi dan
perjalanan abses pasien seharus ditanya : 1
1. tentang riwayat tonsillitis dan peritonsil abses.
2. riwayat trauma retrofaring contoh intubasi
3. dental caries dan abses.
B. Pemeriksaan Klinik
Diagnosis untuk suatu abses leher dalam kadang-kadang sulit ditegakkan
bila hanya berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik saja. Ditemukan
pembengkakan dibawah rahang baik unilateral maupun bilateral dan berfluktuasi.
Karena itu diperlukan studi radiografi untuk membantu menegakkan diagnosis,
menyingkirkan kemungkinan penyakit lainnya dan perluasan penyakit. 2
Pemeriksaan tomography komputer dapat ditemukan daerah dengan
densitas rendah, peningkatan gambaran kontras pada dinding abses dan edem
6
jaringan sekitar abses. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas test dilakukan untuk
mengetahui jenis kuman dan antibiotik yang sesuai. 2
C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan anjuran yang digunakan di antaranya: 1,3
1. Roentgen leher posisi lateral
Terdapat gambaran tissue swelling, tampak sebagai bayangan
radioopak.
2. CT-scan
Dengan menggunakan kontras, merupakan gold standar untuk
mengevaluasi infeksi pada daerah leher dalam.
Abses akan tampak sebagai bangunan atau lesi, air fluid level, dan
lokulasi.
Pemerksaan fisik yang ditunjang CT-scan memiliki sensitivitas
95%.
2.6. Komplikasi
Defisit neurologis seperti disfungsi saraf kranial atau saraf otonom di leher
7
Emboli septik pada paru-paru, otak.
Shock sepsis
akibat penyebaran infeksi melalui fasia. Hal ini memiliki angka morbiditas
komplikasi, yaitu jenis kelamin dimana wanita lebih sering dari pria, pasien
keadaan umum.
2.7. Prognosis
Pada awalnya, kematian yang terjadi akibat kasus abses submandibula ini
lebih dari 50% kasus. Namun seiring dengan penggunaaan antibiotic yang
semakin luas, angka mortalitas tersebut turun hingga mencapai di bawah 5%.
8
pada masa-masa awal kasus penyakit. Kemudian tindakan operasi dilakukan jika
terjadi obstruksi jalan napas, abses yang terlokalisir dan kegagalan penggunanaan
BAB III
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS
Nama/MR : Tn.N / 573973
Umur : 71 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat :-
Pekerjaan : Tukang
Agama : Islam
Suku Bangsa :-
ANAMNESIS
Keluhan utama:
Keluar nanah dari benjolan di leher kanan sejak 2 hari yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang:
Benjolan pada leher kanan sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya sebesar telur
bebek, kemudian makin membesar hingga sebesar tinju orang dewasa dan
meluas hingga ke sebelah kiri. Benjolan disertai nyeri dan panas. Kulit di
tempat benjolan tampak memerah. Benjolan kemudian pecah dan
mengeluarkan nanah berwarna kuning kehijauan dan tidak berbau.
Pasien demam sejak 6 hari yang lalu, menggigil, tidak disertai kejang,
tidak terus menerus, dan tidak terlalu tinggi. Sebelumnya pasien jarang
demam.
Pasien susah membuka mulut sejak 6 hari yang lalu sehingga sulit makan,
minum, dan berbicara. Oleh karena itu, nafsu makan menurun.
Pasien tidak mengeluhkan nyeri dan sulit menelan.
9
Pasien tidak mengeluhkan sesak nafas dan sakit kepala.
Suara serak disangkal.
Lidah terasa terangkat tidak ada.
Riwayat keluar darah atau nanah dari mulut tidak ada.
Riwayat sering bersin dan hidung berair tidak ada.
Pasien menyangkal pernah sakit di telinga, hidung, dan tenggorokan
sebelumnya.
Pasien mengeluhkan sakit gigi yaitu pada gigi di rahang bawah.
Riwayat penyakit dahulu:
Gigi berlobang sejak 21 tahun yang lalu.
Tidak pernah menderita sakit atau bengkak di leher sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang menderita pembengkakan atau sakit di leher.
Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi, dan lingkungan:
Pasien bekerja sebagai tukang, golongan ekonomi menengah kebawah, dan
pendidikan terakhir adalah SD.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Tanda vital
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : komposmentis kooperatif
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Frekuensi nadi : 98x/menit
Frekuensi nafas : 26x/menit
Suhu tubuh : 38o C
Pemeriksaan sistemik
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
KGB : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening leher.
Jantung : iktus jantung tidak terlihat, batas jantung normal, bunyi
murni, reguler, bising tidak ada
10
Paru : simetris, fremitus kiri dan kanan sama, sonor, suara nafas
vesikuler, tidak ada suara tambahan
Abdomen : tidak membuncit, hepar dan lien tidak teraba, timpani, bising
usus normal
Ekstremitas : tidak ada paresis atau paralisis, reflek fisiologis (+/+), reflek
patologis (-/-)
STATUS LOKALIS THT
Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Kongenital - -
Trauma - -
Radang - -
Daun telinga
Metabolik - -
Nyeri tarik - -
Nyeri tekan tragus - -
Cukup Cukup lapang Cukup lapang
lapang/sempit
Dinding liang
Hiperemi - -
telinga
Edema - -
Massa - -
Sekret/serumen Tidak ada Tidak ada
Utuh/tidak Utuh Utuh
Warna Putih berkilat Putih berkilat
Reflek cahaya Jam 5 Jam 7
Membran timpani
Bulging - -
Retraksi - -
Atrofi - -
Tanda radang - -
Fistel - -
Mastoid Sikatrik - -
Nyeri takan - -
Nyeri ketok - -
Rinne + +
Tes garputala Schwabach Normal Normal
Weber Lateralisasi tidak ada
Kesimpulan tes Normal Normal
garputala
Audiometri Tidak dilakukan
Hidung
11
Kongenital - -
Trauma - -
Radang - -
Massa - -
Nyeri tekan - -
Sinus paranasal
Nyeri ketok - -
Rinoskopi anterior
Vibrise Normal Normal
Vestibulum
Radang - -
Cavum nasi Luas Cukup lapang Cukup lapang
Sekret Ada/tidak ada - -
Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
Konkha inferior
Permukaan Licin Licin
Edema - -
Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
Konkha media
Permukaan Licin Licin
Edema - -
Cukup Cukup lurus Cukup lurus
lurus/deviasi
Permukaan Licin Licin
Warna Merah muda Merah muda
Septum
Spina - -
Krista - -
Abses - -
Perforasi - -
Massa Ada/tidak ada Tidak ada Tidak ada
12
Post nasal drip Ada/tidak ada (-) (-)
Laringoskopi indirek
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Epiglotis Bentuk
Warna
Edema
Pinggir
Massa
Aritenoid Warna
Edema
Massa
Gerakan
Ventricular band Warna
Edema
Massa
Plica vocalis Warna
Gerakan
Pinggir medial
13
Massa
Subglotis/trakhea Massa
Sekret
Sinus piriformis Massa
Sekret
Valakule Massa
Sekret
FOLLOW UP
8 Januari 2008
Anamnesis :
Pasien mengeluh masih demam terutama pada malam hari.
masih ada nanah keluar dari luka di leher,
nyeri di leher pasien sudah berkurang.
Pemeriksaan fisik :
menunjukkan tanda vital pasien stabil; ditemukan trismus 2cm; di regio
submental
tampak kulit yang terkelupas dan hiperemis, terdapat pus, darah tidak ada,
nyeri tekan.
Di regio submandibula kiri dan kanan bengkak, hiperemis, tidak ada
fluktuasi, nyeri tekan, teraba panas.
Diagnosis :
Abses submandibula dalam perawatan hari ke 2.
Terapi :
Ceftriaxone 2x1 gram i.v
Metronidazole 3x500 mg
14
Dexametason 3x1 ampul
Parasetamol 3x500 mg
Redresing menggunakan H2O2 3% + betadin 2x sehari dan luka
ditutup.
16 Januari 2008
Anamnesis :
Demam tidak ada
nanah keluar dari luka di leher berkurang
nyeri di leher pasien sudah berkurang.
Mulut hanya bisa dibuka 2 jari
Pemeriksaan fisik :
menunjukkan tanda vital pasien stabil; ditemukan trismus 2cm; di regio
submental
tampak kulit yang terkelupas dan hiperemis, terdapat pus, darah tidak ada,
nyeri tekan.
Di regio submandibula terdapat : Jaringan granulasi (+), Pus (+)
berkurang,darah (-)
Diagnosis :
Abses submandibula dalam perawatan hari ke 2.
Terapi :
Ceftriaxone 2x1 gram i.v
Metronidazole 3x500 mg
tidur dalam posisi tredelenberg.
Dilakukan redresing menggunakan H2O2 3% + betadin 2x sehari dan
luka ditutup.
17 Januari 2008
Anamnesis :
Demam tidak ada
nanah keluar dari luka di leher berkurang
nyeri di leher pasien sudah berkurang.
Mulut sudah lebih mudah dibuka
Pemeriksaan fisik :
menunjukkan tanda vital pasien stabil
tampak kulit yang terkelupas dan hiperemis, terdapat pus, darah tidak ada,
nyeri tekan.
Di regio submandibula terdapat : Jaringan granulasi (+), Pus (+)
berkurang,darah (+)
Diagnosis :
Abses submandibula dalam perawatan
Terapi :
Ceftriaxone 2x1 gram i.v
Metronidazole 3x500 mg
Gentamicin 2x80mg
Tidur dalam posisi tredelenberg.
15
Dilakukan redresing menggunakan H2O2 3% + betadin 2x sehari dan
luka ditutup.
30 Januari 2008
Anamnesis :
Demam tidak ada
nyeri di leher pasien sudah berkurang.
Mulut sudah lebih mudah dibuka
Pemeriksaan fisik :
menunjukkan tanda vital pasien stabil
Diagnosis :
Abses submandibula dalam perawatan
Terapi :
Ciprofloksasin 2x 5gr i.v
Metronidazole 3x500 mg
As.mefenamat 3x500 mg
Tidur dalam posisi tredelenberg.
Dilakukan redresing menggunakan H2O2 3% + betadin 2x sehari dan
luka ditutup.
Ekstraksi gigi Insisivus sentral dan lateral kanan bawah,
16
DAFTAR PUSTAKA
17
18