Anda di halaman 1dari 52

BAB I

MATERI DAN ENERGI

Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari penyusun suatu materi, perubahannya
menjadi zat lain serta energi yang terlibat dalam perubahannya, ilmu yang mempelajari
materi dan perubahannya, unsur dan senyawa, merupakan zat-zat yang terlibat dalam
perubahan kimia.

Sifat fisis dan kimia untuk mengetahui ciri suatu senyawa, perlu mengetahui sifat
fisisnya, yang dapat diamati tanpa mengubah identitasnya dan sifat-sifat kimia dapat
ditunjukkan dengan adanya perubahan kimia.

I. MATERI
MATERI merupakan segala sesuatu yg menempati ruang dan mempunyai massa.
Materi berada dalam tiga wujud, yaitu :
A. Padat : benda yang rigid (kaku) dengan bentuk yang pasti.
B. Cair : tidak serigid materi padat dan bersifat fluida yaitu dapat mengalir dan
mengambil bentuk sesuai dengan wadahnya.
C. Gas : bersifat fluida tetapi tidak seperti cairan, gas dapat mengembang tanpa
batas.

Ketiga wujud tersebut dapat berubah wujud dari wujud yang satu menjadi wujud yang
lain dengan cara sebagai berikut :

A. Pemanasan: padatan akan meleleh menjadi cairan.


B. Pemanasan lebih lanjut mengubah cairan menjadi gas.
C. Pendinginan gas akan mengembunkan menjadi cairan.
D. Pendinginan lebih lanjut mengubah menjadi padat.

Penggolongan materi menurut susunan dan sifatnya :

A. Zat
Merupakan materi yang memiliki susunan tertentu atau tetap dan sifat-sifat zat
tertentu pula. Contoh : air, perak, etanol, garam dapur (natrium klorida, karbon
dioksida. Zat yang satu berbeda dengan zat lain, dapat diidentifikasi dari bau,
rasa, penampilan dan sifat lainnya.
B. Campuran
Merupakan penggabungan dua atau lebih zat dimana dalam penggabungan zat
tersebut mempertahankan identitasnya masing-masing. Contoh : udara,
minuman ringan, susu dan semen. Campuran tidak memiliki susunan yang tetap,
seperti udara perkotaan dengan desa berbeda karena cemaran polusi, campuran
antara heterogen dan homogen. Contoh larutan homogen : Larutan gula setelah
diaduk susunan dari campurannya diseluruh bagian larutan akan sama.
Campuran heterogen: pasir dan serbuk besi susunannya tidak seragam. Minyak
dan air juga tidak memiliki susunan yang konstan. Setiap campuran apakah
heterogen maupun homogen dapat dipisahkan secara fisika menjadi komponen
murninya tanpa megubah identitas dari setiap komponen.
C. Unsur
Merupakan suatu zat yang tidak dapat dipisahkan lagi menjadi menjadi zat yang
lebih sederhana dengan cara kimia. Unsur dibagi menjadi :
1. Unsur logam
Sifat logam : Pada temperatur kamar umumnya berbentuk padatan kecuali
raksa. Merupakan penghantar yang baik untuk panas dan listrik bersifat
dapat ditempa memiliki kekerasan yang tinggi.
2. Unsur non logam
Sifat non logam : Penghantar yang jelek baik untuk panas maupun listrik,
cenderung bersifat rapuh. Banyak non logam berupa gas pada temperatur
kamar.
3. Unsur metaloid
Sifat metaloid : Memiliki sifat baik sebagai logam maupun non logam.
Metalloid lebih rapuh dari logam, kurang rapuh dibandingkan dengan
padatan non logam umumnya bersifat sebagai semikonduktor terhadap
listrik Beberapa metaloid berkilau seperti logam
Contoh tabel unsur :
D. Senyawa
Merupakan suatu zat yang tersusun atas atom-atom dari 2 unsur atau lebih yang
terikat secara kimia dengan perbandingan yang tetap. Tidak seperti campuran,
senyawa hanya dapat dipisahkan secara kimia menjadi unsur-unsur
pembentuknya.

II. ENERGI
Energi adalah suatu kemampuan untuk melakukan kerja atau kegiatan.Energi dapat
memindahkan materi dari suatu tempat ke tempat lain. Bermacam-macam bentuk
energi antara lain gerak, cahaya, panas, tenaga kimia dan tenaga atom. Energi dapat
diubah dari bentuk satu ke bentuk lainyang disebut juga transfrmasi energi.
Macam-macam energi :
I. Energi Mekanik
Energi mekanik dapat dibedakan menjadi dua pengertian yaitu energi potensial
dan energi kinetik. Jumlah dari kedua energi itu dinamakan energi mekanik.
Setiap benda yang memiliki berat baik dalam keadaan diam atau bergerak
memiliki energi.
II. Energi Panas
Energi panas disebut juga kalor, pemeberian panas kepada suatu benda dapat
menyebabkan kenaikan suhu benda itu ataupun terkadang dapat menyebabkan
perubahan bentuk, perubahan ukuran dan perubahan volume benda itu.
III. Energi Magnetik
Energi magnetik dapat dipahami dengan mengamati gejala yang timbul ketika
dua batang magnet yang kutubnya saling di dekatkan satu sama lain. Setiap
magnet memiliki dua macam kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Kedua
kutub magnet mempunyai kemampuan untuk saling melakukan gerakan,
kemampuan itu adalah energi yang tersimpan di dalam magnet dan energi inilah
yangdisebut energi magnetik.
IV. Energi Listrik
Energi listrik ditimbulkan dengan berbagai macam cara, seperti :
1. Dengan sungai atau air terjun yang memiliki energi kinetik.
2. Dengan energi angin yang dipakai untuk menggerkan kincir angin.
3. Dengan menggunakan energi kimia.
4. Dengan menggunakan tenaga uap yang dapat memutar generator listrik.
5. Dengan menggunakan tenaga diesel.
6. Dengan menggunakan tenaga nuklis.
V. Energi Kimia
Energi kimia adalah energi yang diperoleh melalui suatu proses kimia.
VI. Energi Bunyi
Energi bunyi dapat juga diartikan sebagai energi getaran. Getaran selaras
mempunyai dua macam energi yaitu energi potensial dan kinetik.
VII. Energi Nuklir
Energi nuklir adalah reaksi yang terjadi antara partikel dengan inti atom yang
digolongkan dalam kelompok heavy atom seperti aktinida.
VIII. Energi Cahaya
Energi cahaya adalah energy yang ditimbulkan dari sinar pada suatu gelombang
yang sama dan amat kuat.
IX. Energi Matahari
Energi matahari merupakan energi yang utama yang mempengaruhi energy lain
baik secara langsung dan tidak langsung.
BAB II

SIFAT FISIKA DAN KIMIA

I. SIFAT FISIKA
Sifat fisika adalah perubahan yang dialami suatu benda tanpa membentuk zat baru.
Sifat ini dapat diamati tanpa mengubah zat-zat penyusun materi tersebut. Sifat fisika
antara lain wujud zat, warna, bau, titik leleh, titik didih, massa jenis, kekerasan,
kelarutan, kekeruhan, kemagnetan, dan kekentalan. Berikut ini pembahasan mengenai
sifat-sifat fisika tersebut :
I. Wujud zat
Wujud zat dibedakan atas zat padat, cair, dan gas. Zat tersebut dapat berubah
dari satu wujud ke wujud lain. Beberapa peristiwa perubahan yang kita kenal,
yaitu : menguap, mengembun, mencair, membeku, meyublim, dan mengkristal.
II. Warna
Setiap benda memiliki warna yang berbeda-beda. Warna merupakan sifat fisika
yang dapat diamati secara langsung. Warna yang dimiliki suatu benda
merupakan ciri tersendiri yang
membedakan antara zat satu dengan zat lain. Misal, susu berwarna putih, karbon
berwarna hitam, paku berwarna kelabu pudar dan lain–lain.
III. Kelarutan
Kelarutan suatu zat dalam pelarut tertentu merupakan sifat fisika. Air
merupakan zat pelarut untuk zat-zat terlarut. Tidak semua zat dapat larut dalam
zat pelarut. Misal, garam dapat larut dalam air, tetapi kopi tidak dapat larut
dalam air.
IV. Daya hantar listrik
Daya hantar listrik merupakan sifat fisika. Benda yang dapat menghantarkan
listrik dengan baik disebut konduktor, sedangkan benda yang tidak dapat
menghantarkan listrik disebut isolator. Benda logam pada umumnya dapat
menghantarkan listrik. Daya hantar listrik pada suatu zat dapat diamati dari
gejala yang ditimbulkannya. Misal, tembaga dihubungkan dengan sumber
tegangan dan sebuah lampu. Akibat yang dapat diamati adalah lampu dapat
menyala.
V. Kemagnetan
Berdasarkan sifat kemagnetan, benda digolongkan menjadi dua yaitu benda
magnetik dan benda non magnetik. Benda magnetik adalah benda yang dapat
ditarik kuat oleh magnet, sedangkan benda non magnetik adalah benda yang
tidak dapat ditarik oleh magnet.
VI. Titik Didih
Titik didih merupakan suhu ketika suatu zat mendidih.
VII. Titik Leleh
Titik leleh merupakan suhu ketika zat padat berubah menjadi zat cair.

II. SIFAT KIMIA


Sifat kimia adalah perubahan yang dialami suatu benda yang membentuk zat baru.
ciri-ciri suatu zat yang berhubungan dengan terbentuknya zat jenis baru. Contoh sifat
kimia antara lain mudah terbakar, mudah busuk, mudah meledak , beracun, dan
berkarat (korosif).
Sifat kimia juga dapat kita lihat dari tabel periodik
BAB III
HUKUM KEKEKALAN MASSA

I. SEJARAH HUKUM KEKEKALAN MASSA


Hukum kekekalan massa diformulasikan oleh Antoine Lavoisier pada tahun 1789. Oleh
karena hasilnya ini, ia sering disebut sebagai bapak kimia modern. Sebelumnya,
Mikhail Lomonosov (1748) juga telah mengajukan ide yang serupa dan telah
membuktikannya dalam eksperimen. Sebelumnya, kekekalan massa sulit dimengerti
karena adanya gaya buoyan(gaya apung) atmosfer bumi. Setelah gaya ini dapat
dimengerti, hukum kekekalan massa menjadi kunci penting dalam mengubah alkemi
menjadi kimia modern. Ketika ilmuwan memahami bahwa senyawa tidak pernah
hilang ketika diukur, mereka mulai melakukan studi kuantitatif transformasi senyawa.
Studi ini membawa kepada ide bahwa semua proses dan transformasi kimia
berlangsung dalam jumlah massa tiap elemen tetap. “Massa zat

II. HUKUM LAVOISER


Hukum kekekalan massaatau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov adalah suatu
hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan meskipun
terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut (dalam sistem tertutup Massa
zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama (tetap/konstan).
Pernyataan yang umum digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa adalah
massa dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Untuk
suatu proses kimiawi di dalam suatu sistem tertutup, massa dari reaktan harus sama
dengan massa produk.
Contoh:
hidrogen + oksigen → hidrogen oksida
(4g) + (32g) → (36g)
Misalnya besi direaksikan dengan belerang sesuai persamaan berikut
Fe(s) + S(s) →FeS(s)
Gambar tahap
Tahap mereaksikannya sebagai berikut
Data percobaan yang diperoleh sebagai berikut :
Fe

Percobaan Fe S FeS
1 56 32 88
2 28 16 44
3 112 64 176
BAB IV
HUKUM PERBANDINGAN TETAP

I. SEJARAH HUKUM PERBANDINGAN TETAP


Perbandingan tetap pertama kali dikemukakan oleh Joseph Proust, setelah
serangkaian eksperimen pada tahun 1797 dan 1804.[1] Hal ini telah sering diamati
sejak lama sebelum itu, namun Proust-lah yang mengumpulkan bukti-bukti dari
hukum ini dan mengemukakannya[2] Pada saat Proust mengemukakan hukum ini,
konsep yang jelas mengenai senyawa kimia belum ada (misalnya bahwa air adalah
H2O dsb.). Hukum ini memberikan kontribusi pada konsep mengenai bagaimana
unsur-unsur membentuk senyawa. Pada 1803 John Dalton mengemukakan sebuah
teori atom, yang berdasarkan pada hukum perbandingan tetap dan hukum
perbandingan berganda, yang menjelaskan mengenai atom dan bagaimana unsur
membentuk senyawa.

II. HUKUM PERBANDINGAN TETAP


Salah satu sifat sifat yang membedakan senyawa dengan campuran yaitu senyawa
memiliki susunan yang tetap. Hal ini diungkapkan oleh Joseph Louis Proust seorang
ahli kimia Perancis yang kini dikenal sebagai hukum perbandingan tetap atau Hukum
Proust, berbunyi “unsur-unsur dalam senyawa adalah selalu tetap walaupun berasal
dari daerah yang berbeda dan dibentuk dengan cara yang berbeda”
Misalnya besi (Fe) direaksikan dengan belerang (S) membentuk besi(III) sulfida dan
massa reaktan, produk dan sisa reaktan seperti yang tertera pada tabel berikut

Fe (g) S (g) FeS (g) Sisa (g)

7 4 11 -
8 4 21 S=1
14 9 22 S=1
22 14 33 S = 2, Fe = 1

Dari data-data di atas dapat diketahui setiap 7g besi bereaksi dengan 4g belerang. Hal
ini menunjukan massa besi dan belerang yang ada dalam FeS selalu tetap yaitu 7 : 4.
Perbandingan massa unsur dalam senyawa dapat ditentukan dengan cara mengalikan
jumlah atom dengan atom relatif masing-masing unsur.

Misalnya H2O perbandingan massa hidrogen dengan oksigen = 1 : 8. Perbandingan ini


dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut.

Massa atom H : massa atom O = (2 x Ar.H) : (1 x Ar.O)

= (2 x 1) : (1 x 16)

= 2 : 16

=1:8
Keuntungan dari hukum Proust : Bila diketahui massa suatu senyawa atau massa
salah satu unsur yang membentuk senyawa tersebut maka massa unsur lainnya
dapat diketahui.
BAB V

SEJARAH PERKEMBANGAN TEORI ATOM

I. Teori Atom
Dalam kimia dan fisika, Teori Atom adalah teori ilmiah sifat alami materi, yang
menyatakan bahwa materi tersusun atas satuan diskret yang disebut atom. Ini dimulai
dari konsep filosofis pada masa Yunani kuno dan menjadi aliran ilmiah utama di awal
abad ke-19, ketika diungkap dalam bidang kimia. Ilmu kimia ini membuktikan bahwa
materi memang berperilaku seperti jika ia tersusun atas atom-atom.
Istilah atom berasal dari kata sifat Yunani Kuno atomos, yang berarti "tidak dapat
dipecah". Kimiawan abad ke-19 mulai menggunakan istilah sehubungan dengan
meningkatnya jumlah unsur kimia yang tidak dapat diperkecil lagi. Meskipun
tampaknya benar, sekitar pergantian abad ke-20, melalui berbagai eksperimen dengan
elektromagnetisme dan radioaktivitas, fisikawan menemukan bahwa apa yang disebut
"atom yang tidak dapat dipecah" sebenarnya adalah gabungan berbagai partikel
subatomik (terutama, elektron, proton dan neutron) yang dapat ada secara terpisah
dari satu sama lain. Bahkan, di lingkungan ekstrem tertentu, seperti bintang neutron,
suhu dan tekanan ekstrem sama sekali mencegah pembentukan atom. Karena atom
yang ditemukan dapat dibagi, fisikawan kemudian menciptakan istilah "partikel
elementer" untuk menggambarkan bagian yang "tak bisa dipotong", meskipun bisa
dihancurkan, dari sebuah atom. Bidang ilmu yang mempelajari partikel subatomik
adalah fisika partikel, dan di bidang ini para fisikawan berharap dapat menemukan
sifat dasar sejati suatu materi.

II. Filosofi Atomisme


Gagasan bahwa materi terdiri dari unit diskret adalah salah satu yang sangat tua,
muncul dalam banyak kebudayaan kuno seperti Yunani dan India. Namun, ide-ide ini
lebih berdasarkan penalaran filosofis dan teologis daripada bukti ilmiah dan
eksperimen. Oleh karena itu, mereka tidak bisa meyakinkan semua orang, jadi
atomisme hanyalah salah satu dari sejumlah teori yang bersaing pada sifat materi.
Menjelang abad ke-19 ide tersebut dipelajari dan disempurnakan oleh ilmuwan,
sebagai zaman keemasan ilmu kimia yang menghasilkan penemuan-penemuan yang
dapat dengan mudah dijelaskan menggunakan konsep atom.

III. Sejarah Atom

Konsep bahwa materi terdiri dari satuan-satuan terpisah yang tidak dapat dibagi lagi
menjadi satuan yang lebih kecil telah ada selama satu milenium. Namun, pemikiran
tersebut masihlah bersifat abstrak dan filosofis, daripada berdasarkan pengamatan
empiris dan eksperimen. Secara filosofis, deskripsi sifat-sifat atom bervariasi
tergantung pada budaya dan aliran filosofi tersebut, dan seringkali pula mengandung
unsur-unsur spiritual di dalamnya. Walaupun demikian, pemikiran dasar mengenai
atom dapat diterima oleh para ilmuwan ribuan tahun kemudian, karena ia secara
elegan dapat menjelaskan penemuan-penemuan baru pada bidang kimia.

Referensi paling awal mengenai konsep atom dapat ditilik kembali kepada zaman India
kuno pada tahun 800 sebelum masehi, yang dijelaskan dalam naskah filsafat Jainisme
sebagai anu dan paramanu. Aliran mazhab Nyaya dan Vaisesika mengembangkan teori
yang menjelaskan bagaimana atom-atom bergabung menjadi benda-benda yang lebih
kompleks. Satu abad kemudian muncul Referensi mengenai atom di dunia Barat oleh
Leukippos, yang kemudian oleh muridnya Demokritos pandangan tersebut
disistematiskan. Kira-kira pada tahun 450 SM, Demokritos menciptakan istilah átomos
(bahasa Yunani: ἄτομος), yang berarti "tidak dapat dipotong" ataupun "tidak dapat
dibagi-bagi lagi". Teori Demokritos mengenai atom bukanlah usaha untuk
menjabarkan suatu fenomena fisis secara rinci, melainkan suatu filosofi yang mencoba
untuk memberikan jawaban atas perubahan-perubahan yang terjadi pada alam.
Filosofi serupa juga terjadi di India, namun demikian ilmu pengetahuan modern
memutuskan untuk menggunakan istilah "atom" yang dicetuskan oleh Demokritos.

Kemajuan lebih jauh pada pemahaman mengenai atom dimulai dengan


berkembangnya ilmu kimia. Pada tahun 1661, Robert Boyle mempublikasikan buku
The Sceptical Chymist yang berargumen bahwa materi-materi di dunia ini terdiri dari
berbagai kombinasi "corpuscules", yaitu atom-atom yang berbeda. Hal ini berbeda
dengan pandangan klasik yang berpendapat bahwa materi terdiri dari unsur-unsur
udara, tanah, api, dan air. Pada tahun 1789, istilah element (unsur) didefinisikan oleh
seorang bangsawan dan peneliti Perancis, Antoine Lavoisier, sebagai bahan dasar yang
tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi dengan menggunakan metode-metode kimia.

Pada tahun 1803, John Dalton menggunakan konsep atom untuk menjelaskan
mengapa unsur-unsur selalu bereaksi dalam perbandingan yang bulat dan tetap, serta
mengapa gas-gas tertentu lebih larut dalam air dibandingkan dengan gas-gas lainnya.
Ia mengajukan pendapat bahwa setiap unsur mengandung atom-atom tunggal unik,
dan atom-atom tersebut selanjutnya dapat bergabung untuk membentuk senyawa-
senyawa kimia.

Teori partikel ini kemudian dikonfirmasikan lebih jauh lagi pada tahun 1827, yaitu
ketika botaniwan Robert Brown menggunakan mikroskop untuk mengamati debu-
debu yang mengambang di atas air dan menemukan bahwa debu-debu tersebut
bergerak secara acak. Fenomena ini kemudian dikenal sebagai "Gerak Brown". Pada
tahun 1877, J. Desaulx mengajukan pendapat bahwa fenomena ini disebabkan oleh
gerak termal molekul air, dan pada tahun 1905 Albert Einstein membuat analisis
matematika terhadap gerak ini.[11][12][13] Fisikawan Perancis Jean Perrin kemudian
menggunakan hasil kerja Einstein untuk menentukan massa dan dimensi atom secara
eksperimen, yang kemudian dengan pasti menjadi verifikasi atas teori atom Dalton.

Berdasarkan hasil penelitiannya terhadap sinar katode, pada tahun 1897 J. J. Thomson
menemukan elektron dan sifat-sifat subatomiknya. Hal ini meruntuhkan konsep atom
sebagai satuan yang tidak dapat dibagi-bagi lagi.

Thomson percaya bahwa elektron-elektron terdistribusi secara merata di seluruh


atom, dan muatan-muatannya diseimbangkan oleh keberadaan lautan muatan positif
(model puding prem).

Namun pada tahun 1909, para peneliti di bawah arahan Ernest Rutherford
menembakkan ion helium ke lembaran tipis emas, dan menemukan bahwa sebagian
kecil ion tersebut dipantulkan dengan sudut pantulan yang lebih tajam dari yang apa
yang diprediksikan oleh teori Thomson. Rutherford kemudian mengajukan pendapat
bahwa muatan positif suatu atom dan kebanyakan massanya terkonsentrasi pada inti
atom, dengan elektron yang mengitari inti atom seperti planet mengitari matahari.
Muatan positif ion helium yang melewati inti padat ini haruslah dipantulkan dengan
sudut pantulan yang lebih tajam. Pada tahun 1913, ketika bereksperimen dengan hasil
proses peluruhan radioaktif, Frederick Soddy menemukan bahwa terdapat lebih dari
satu jenis atom pada setiap posisi tabel periodik. Istilah isotop kemudian diciptakan
oleh Margaret Todd sebagai nama yang tepat untuk atom-atom yang berbeda namun
merupakan satu unsur yang sama. J.J. Thomson selanjutnya menemukan teknik untuk
memisahkan jenis-jenis atom tersebut melalui hasil kerjanya pada gas yang terionisasi.

Sementara itu, pada tahun 1913 fisikawan Niels Bohr mengkaji ulang model atom
Rutherford dan mengajukan pendapat bahwa elektron-elektron terletak pada orbit-
orbit yang terkuantisasi serta dapat meloncat dari satu orbit ke orbit lainnya,
meskipun demikian tidak dapat dengan bebas berputar spiral ke dalam maupun keluar
dalam keadaan transisi. Suatu elektron haruslah menyerap ataupun memancarkan
sejumlah energi tertentu untuk dapat melakukan transisi antara orbit-orbit yang tetap
ini. Apabila cahaya dari materi yang dipanaskan memancar melalui prisma, ia
menghasilkan suatu spektrum multiwarna. Penampakan garis-garis spektrum tertentu
ini berhasil dijelaskan oleh teori transisi orbital ini.

Ikatan kimia antar atom kemudian pada tahun 1916 dijelaskan oleh Gilbert Newton
Lewis sebagai interaksi antara elektron-elektron atom tersebut. Atas adanya
keteraturan sifat-sifat kimiawi dalam tabel periode kimia.

Kimiawan Amerika Irving Langmuir tahun 1919 berpendapat bahwa hal ini dapat
dijelaskan apabila elektron-elektron pada sebuah atom saling berhubungan atau
berkumpul dalam bentuk-bentuk tertentu. Sekelompok elektron diperkirakan
menduduki satu set kelopak elektron di sekitar inti atom.

Percobaan Stern-Gerlach pada tahun 1922 memberikan bukti lebih jauh mengenai
sifat-sifat kuantum atom. Ketika seberkas atom perak ditembakkan melalui medan
magnet, berkas tersebut terpisah-pisah sesuai dengan arah momentum sudut atom
(spin). Oleh karena arah spin adalah acak, berkas ini diharapkan menyebar menjadi
satu garis. Namun pada kenyataannya berkas ini terbagi menjadi dua bagian,
tergantung dari apakah spin atom tersebut berorientasi ke atas ataupun ke bawah.

Pada tahun 1926, dengan menggunakan pemikiran Louis de Broglie bahwa partikel
berperilaku seperti gelombang, Erwin Schrödinger mengembangkan suatu model
atom matematis yang menggambarkan elektron sebagai gelombang tiga dimensi
daripada sebagai titik-titik partikel. Konsekuensi penggunaan bentuk gelombang untuk
menjelaskan elektron ini adalah bahwa adalah tidak mungkin untuk secara matematis
menghitung posisi dan momentum partikel secara bersamaan. Hal ini kemudian
dikenal sebagai prinsip ketidakpastian, yang dirumuskan oleh Werner Heisenberg pada
1926. Menurut konsep ini, untuk setiap pengukuran suatu posisi, seseorang hanya
bisa mendapatkan kisaran nilai-nilai probabilitas momentum, demikian pula
sebaliknya. Walaupun model ini sulit untuk divisualisasikan, ia dapat dengan baik
menjelaskan sifat-sifat atom yang terpantau yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan
oleh teori mana pun. Oleh sebab itu, model atom yang menggambarkan elektron
mengitari inti atom seperti planet mengitari matahari digugurkan dan digantikan oleh
model orbital atom di sekitar inti di mana elektron paling berkemungkinan berada.

Perkembangan pada spektrometri massa mengizinkan dilakukannya pengukuran


massa atom secara tepat. Peralatan spektrometer ini menggunakan magnet untuk
membelokkan trayektori berkas ion, dan banyaknya defleksi ditentukan dengan rasio
massa atom terhadap muatannya. Kimiawan Francis William Aston menggunakan
peralatan ini untuk menunjukkan bahwa isotop mempunyai massa yang berbeda.
Perbedaan massa antar isotop ini berupa bilangan bulat, dan ia disebut sebagai kaidah
bilangan bulat.[25] Penjelasan pada perbedaan massa isotop ini berhasil dipecahkan
setelah ditemukannya neutron, suatu partikel bermuatan netral dengan massa yang
hampir sama dengan proton, yaitu oleh James Chadwick pada tahun 1932. Isotop
kemudian dijelaskan sebagai unsur dengan jumlah proton yang sama, namun memiliki
jumlah neutron yang berbeda dalam inti atom.
Pada tahun 1950-an, perkembangan pemercepat partikel dan detektor partikel
mengizinkan para ilmuwan mempelajari dampak-dampak dari atom yang bergerak
dengan energi yang tinggi.

Neutron dan proton kemudian diketahui sebagai hadron, yaitu komposit partikel-
partikel kecil yang disebut sebagai kuark. Model-model standar fisika nuklir kemudian
dikembangkan untuk menjelaskan sifat-sifat inti atom dalam hal interaksi partikel
subatom ini.

Sekitar tahun 1985, Steven Chu dkk. di Bell Labs mengembangkan sebuah teknik untuk
menurunkan temperatur atom menggunakan laser. Pada tahun yang sama,
sekelompok ilmuwan yang diketuai oleh William D. Phillips berhasil memerangkap
atom natrium dalam perangkap magnet. Claude Cohen-Tannoudji kemudian
menggabungkan kedua teknik tersebut untuk mendinginkan sejumlah kecil atom
sampai beberapa mikrokelvin. Hal ini mengizinkan ilmuwan mempelajari atom dengan
presisi yang sangat tinggi, yang pada akhirnya membawa para ilmuwan menemukan
kondensasi Bose-Einstein.

Dalam sejarahnya, sebuah atom tunggal sangatlah kecil untuk digunakan dalam
aplikasi ilmiah. Namun baru-baru ini, berbagai peranti yang menggunakan sebuah
atom tunggal logam yang dihubungkan dengan ligan-ligan organik (transistor elektron
tunggal) telah dibuat. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memerangkap dan
memperlambat laju atom menggunakan pendinginan laser untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai sifat-sifat atom.
BAB IV

STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK

I. Struktur Atom
Merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron
bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran proton
yang bermuatan positif dan neutron yang bermuatan netral (terkecuali pada
Hidrogen-1 yang tidak memiliki neutron). Elektron-elektron pada sebuah atom terikat
pada inti atom oleh gaya elektromagnetik. Demikian pula sekumpulan atom dapat
berikatan satu sama lainnya membentuk sebuah molekul. Atom yang mengandung
jumlah proton dan elektron yang sama bersifat netral, sedangkan yang mengandung
jumlah proton dan elektron yang berbeda bersifat positif atau negatif dan merupakan
ion. Atom dikelompokkan berdasarkan jumlah proton dan neutron pada inti atom
tersebut. Jumlah proton pada atom menentukan unsur kimia atom tersebut, dan
jumlah neutron menentukan isotop unsur tersebut.

II. Perkembangan Model Atom


Seorang filsuf Yunani yang bernama Democritus berpendapat bahwa jika suatu benda
dibelah terus menerus, maka pada saat tertentu akan didapat bagian yang tidak dapat
dibelah lagi. Bagian seperti ini oleh Democritus disebut atom. Istilah atom berasal dari
bahasa yunani “a” yang artinya tidak, sedangkan “tomos” yang artinya dibagi. Jadi,
atom artinya tidak dapat dibagi lagi. Pengertian ini kemudian disempurnakan menjadi,
atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak dapat dibelah lagi namun
masih memiliki sifat kimia dan sifat fisika benda asalnya.
Atom dilambangkan dengan ZXA, dimana A = nomor massa (menunjukkan massa
atom, merupakan jumlah proton dan neutron), Z = nomor atom (menunjukkan jumlah
elektron atau proton). Proton bermuatan positif, neutron tidak bermuatan (netral),
dan elektron bermuatan negatif. Massa proton = massa neutron = 1.800 kali massa
elektron. Atom-atom yang memiliki nomor atom sama dan nomor massa berbeda
disebut isotop, atom-atom yang memiliki nomor massa sama dan nomor atom
berbeda dinamakan isobar, atom-atom yang memiliiki jumlah neutron yang sama
dinamakan isoton.

III. Macam-Macam Model Atom


Dalton mengatakan bahwa atom - atom seperti bola pejal atau bola tolak peluru JJ.
Thomson mengatakan bahwa atom seperti roti kismis E. Rutherford mengemukakan
atom seperti tata surya.
A. Model Atom John Dalton
Pada tahun 1808, John Dalton yang merupakan seorang guru di Inggris,
melakukan perenungan tentang atom. Hasil perenungan Dalton
menyempurnakan teori atom Democritus. Bayangan Dalton dan Democritus
adalah bahwa atom berbentuk pejal. Dalam renungannya Dalton
mengemukakan postulatnya tentang atom :
1. Setiap unsur terdiri dari partikel yang sangat kecil yang dinamakan dengan
atom.
2. Atom dari unsur yang sama memiliiki sifat yang sama.
3. Atom dari unsur berbeda memiliki sifat yang berbeda pula.
4. Atom dari suatu unsur tidak dapat diubah menjadi atom unsur lain dengan
reaksi kimia, atom tidak dapat dimusnahkan dan atom juga tidak dapat
dihancurkan.
5. Atom-atom dapat bergabung membentuk gabungan atom yang disebut
molekul.
6. Dalam senyawa, perbandingan massa masing-masing unsur adalah tetap.
Teori atom Dalton mulai membangkitkan minat terhadap penelitian mengenai
model atom. Namun, teori atom Dalton memiliki kekurangan, yaitu tidak dapat
menerangkan suatu larutan dapat menghantarkan arus listrik. Bagaimana
mungkin bola pejal dapat menghantarkan arus listrik padahal listrik adalah
elektron yang bergerak. Berarti ada partikel lain yang dapat menghantarkan arus
listrik.
B. Model Atom J.J. Thomson
Kelemahan dari Dalton diperbaiki oleh JJ. Thomson, eksperimen yang
dilakukannya tabung sinar katoda. Hasil eksperimennya menyatakan ada partikel
bermuatan negatif dalam atom yang disebut elektron. Suatu bola pejal yang
permukaannya dikelilingi elektron dan partikel lain yang bermuatan positif
sehingga atom bersifat netral. Gambar atom model Thomson :
Kelemahan model Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif
dan negatif dalam bola atom tersebut.
C. Model Atom Rutherford
Rutherford melakukan penelitian tentang hamburan sinar α (alpha) pada
lempeng emas. Hasil pengamatan tersebut dikembangkan dalam hipotesis
model atom Rutherford.
1. Sebagian besar dari atom merupakan permukaan kosong.
2. Atom memiliki inti atom bermuatan positif yang merupakan pusat massa
atom.
3. Elektron bergerak mengelilingi inti dengan kecepatan yang sangat tinggi.
4. Sebagian besar partikel α lewat tanpa mengalami
pembelokkan/hambatan. Sebagian kecil dibelokkan, dan sedikit sekali yang
dipantulkan.

Kelemahan Model Atom Rutherford

1. Menurut hukum fisika klasik, elektron yang bergerak mengelilingi inti


memancarkan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik.
Akibatnya, lama-kelamaan elektron itu akan kehabisan energi dan akhirnya
menempel pada inti.
2. Model atom rutherford ini belum mampu menjelaskan dimana letak
elektron dan cara rotasinya terhadap inti atom.
3. Elektron memancarkan energi ketika bergerak, sehingga energi atom
menjadi tidak stabil.
4. Tidak dapat menjelaskan spektrum garis pada atom hidrogen (H).
D. Model Atom Niels Bohr
Pada tahun 1913, Niels Bohr mengemukakan pendapatnya bahwa elektron
bergerak mengelilingi inti atom pada lintasan-lintasan tertentu yang disebut kulit
atom. Model atom Bohr merupakan penyempurnaan dari model atom
Rutherford.
Gagasan Niels Bohr :
Elektron bergerak mengelilingi inti pada tingkat - tingkat energi tertentu
Dalam orbital tertentu, energi elektron adalah tetap. Elektron akan menyerap
energi jika berpindah ke orbit yang lebih luar dan akan membebaskan energi jika
berpindah ke orbit yang lebih dalam
Kelebihan model atom Bohr
Atom terdiri dari beberapa kulit untuk tempat berpindahnya elektron.
Kelemahan model atom Bohr
1. Tidak dapat menjelaskan efek Zeeman dan efek Stark.
2. Tidak dapat menerangkan kejadian-kejadian dalam ikatan kimia dengan
baik, pengaruh medan magnet terhadap atom-atom, dan spektrum atom
yang berelektron lebih banyak.

IV. Sistem Periodik Unsur


Pengertian Sistem Periodik Unsur adalah suatu daftar unsur-unsur yang disusun
dengan semua unsur yang sudah dikenal ada dalam daftar tersebut. Sistem periodik
unsur juga merupakan sistem pengelompokkan unsur berdasarkan hukum periodik,
mencakup periode dan golongan yang keduanya saling berhubungan dan
menentukan keperiodikkan sifat unsur, disajikan ke dalam bentuk tabel yang disebut
Tabel Periodik Unsur.
Sistem periodik modern disusun berdasarkan nomor atom dan kemiringan sifat.
Lajur-lajur horizontal disusun berdasarkan kenaikkan nomor atom, sedangkan kolom
vertikal disusun berdasarkan kemiringan sifat. Itulah sebabnya daftar dimulai dengan
hydrogen, sebab hydrogen mempunyai nomor atom I, Litium ditempatkan dibawah
hidrogen karena litium mempunyai kemiripan sifat dengan hydrogen. Sebagaimana
tampak dalam gambar, hydrogen diikuti oleh unsur nomor atom 2, kemudian nomor
atom 3, dan unsur-unsur dalam satu kolom vertikal mempunyai kemiripan sifat satu
dengan yang lainnya.
Sistem periodik unsur adalah sistem pengelompokkan unsur berdasarkan hukum
periodik, mencakup periode dan golongan yang keduanya saling berhubungan dan
menentukan keperiodikkan sifat unsur, disajikan ke dalam bentuk tabel yang disebut
Tabel Periodik Unsur.
Tabel periodik adalah tabel data unsur yang sangat berguna. Tabel ini dirancang
sedemikian rupa sehingga setiap kolom vertikal mengandung unsur yang serupa
secara kimia. Unsur-unsur dalam kolom disebut golongan, atau famili. Unsur dalam
beberapa golongan dapat mirip satu sama lain. Unsur dalam golongan lain kurang
serupa.
Selain itu, Unsur-unsur dapat diklasifikasikan menurut banyak cara. Cara yang paling
tegas ialah berdasarkan wujud pada keadaan SATP (Standard Ambient Temperature
and Pressure). Atas dasar ini unsur-unsur dibedakan dalam wujud gas (11 unsur),
wujud cair (2 unsur), dan sisanya wujud padat.
Tabel periodik terdiri atas baris-baris mendatar yang disebut periode dan diberi
nomor 1 sampai nomor 7 dimulai dari sebelah kiri tabel. Kolom-kolom tegak lurus
disebut kelompok atau golongan. Unsur-unsur pada golongan ini memiliki sifat-sifat
yang sama.
Sedangkan, periode dan golongan diidenfikasi secara berbeda. Periode diberi label
dari 1 sampai 7.
Beberapa acuan menggunakan nomor periode. Golongan umumnya diacu
berdasarkan nomornya. Golongan dapat diberi label dengan tiga cara berbeda :
A. Klasik: golongan utama diberi label IA sampai VIIA plus 0. Golongan transisi
diberi label IB sampai VIII (meskipun tidak dengan urutan itu).
B. Perubahan: golongan utama dan golongan transisi diberi label IA sampai VIII
dan kemudian IB sampai VIIB plus 0.
C. Modern, golongan diberi label dengan angka arab dari 1 sampai 18.

V. Sejarah Perkembangan Sistem Periodik Unsur


Pada tahun 1786, baru dikenal 26 unsur dan pada tahun 1870 sebanyak 60 unsur,
sedangkan kini sudah dikenal lebih dari 100 unsur. Setiap unsur mempunyai sifat
kimia dan fisika tertentu, dan cukup sulit diingat satu persatu.
Sistem periodik unsur merupakan sebuah tabel yang memuat semua unsur kimia
yang dikenal oleh IUPAC (International Union of Pure and Appied Chemistry) di dalam
tabel itu unsur kimia dikelompokkan berdasarkan kenaikan nomor atom kesamaan
sifatnya. Sejarah perkembangan Sistem Periodik Unsur dan penyusunan Sistem
Periodik Unsur telah mengalami banyak penyempurnaan. Di abad kesembilan belas,
ketika para kimiawan masih samar-samar dalam memahami gagasan tentang atom
dan molekul, dan belum mengetahui adanya elektron dan proton. Mereka menyusun
tabel periodik dengan menggunakan pengetahuannya tentang massa atom. Mereka
telah melakukan pengukuran massa atom dari sejumlah unsur engan teliti.
Penyususan unsur-unsur menurut massa atomnya dalam tabel periodik tampak logis
bagi para kimiawan yang berpendapat bahwa prilaku kimia bagaimanapun juga
harus berhubungan dengan massa atom.
Pada tahun 1864 kimiawan inggris Jhon Newlands memperhatikan bahwa jika unsur-
unsur yang telah diikenal pada waktu itu disusun menurut massa atom, maka setiap
unsur kedelapan memiliki sifat-sifat yang mirip. Newlands menyebut hubungan yang
istimewa ini sebagai hukum oktaf. Akan tetapi,”hukum” ini tidak cocok untuk unsur-
unsur setelah kalsium, dan karya Newlands tidak terima oleh masyarakat ilmiah.
Lima tahun kemudian kimiawan Rusia Dmitri mendleev dan kimiawan Jerman Lothar
Meyer secara terpisah mengusulkan penyusunan tabulasi unsur-unsur lebih luas
berdasarkan keteraturannya, sifat yang berulang secara periodik. Penggolongan yang
disusun  oleh Mendleev lebih baik dibandingkan yang disusun oleh Newlands karna
disebabkan oleh dua hal. Pertama, ia menggolongkan unsur-unsur dengan lebih
tepat menurut sifat-sifatnya. Selain itu yang sama pentingnya yaitu adanya
kemungkinan meramal sifat-sifat beberapa unsur yang belum ditemukan. Misalnya,
Mendeeliv mengusulkan adanya unsur yang belum ditemukan yang disebutnya eka-
aluminium.
Eka-Aluminium (Ea) Galium  (Ga)

Massa atom 68 sma 69,9 sma


Titik leleh rendah             29,78 C
Kerapatan 5,9 g/cm3 5,94 g/cm3
Rumus oksida Ea2O3 Ga2O3
Namun demikian,versi awal tabel periodik jelas memiliki ketidakkonsistenan.
Misalnya, massa atom argon (39,95 sma) lebih besar dari pada massa atom Galium
(39,10 sma) jika unsur-unsur ini semata-mata disusun berdasarkan kenaikkan massa
atom, argon akan menempati posisi yang ditempati kalium dalam tabel periodik
modern. Tetapi tidak ada kimiawan yang akan menepatkan argon, suatu gas inert,
dalam golongan yang sama dengan litium dan natrium, dua golongan sangat reaktif.
Hal ini dan pembedaan lainnya menyarankan adanya beberapa sifat mendasarkan
lainnya selain massa atom yang nerupakan dasar sifat periodik yang teramati. Sifat
ini akhirnya ditemukan berkaitan dengan nomor atom.
Dengan menggunakan data dari percobaan hamburan sinar–α. Rutherford dapat
memperkirakan jumlah muatan positif dalam inti untuk beberapa unsur, tetapi
sampai tahun 1913 tidak terdapat cara umum untuk nomor atom. Pada tahun yang
sama seorang fisikawan muda inggris Hendry Moseley, menemukan terkaitan antara
nomor atom dan frekuensi sinar x yang dihasilkan dari penembakkan unsur yang
sedang dikaji dengan elektro berenergi tinggi. Dengan sedikit pengecualin, Moseley
menemukan bahwa urutan kenaikkan nomor atom sama dengan urutan kenaikkan
massa atom. Misalnya, kalsium adalah unsur ke dua puluh dalam kenaikkan massa
atom, dan kalium mempunyai nomor atom 20. Penyimpanan yang tadinya
membingungkan ilmuan sekarang menjadi masuk akal. Nomor atom argon adalah 18
dan kalium adalah 19, jadi kalium harus ditempatkan setelah argon dalam tabel
periodik.
Pada abad kesembilan belas kimiawan menemukan pengulangan periodik yang
teratur dalam sifat-sifat fisika dan unsur. Secara khusus, tabel periodik yang disusun
oleh Mendeleev menggolongkan unsur-unsur secara akurat dan dapat meramalkan
sifat-sifat beberapa unsur yang pada saat itu belum ditemukan.

BAB VII
IKATAN KIMIA

I. Pengertian Ikatan Kimia

Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam interaksi
gaya tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu senyawa
diatomik atau poliatomik menjadi stabil. Penjelasan mengenai gaya tarik menarik ini
sangatlah rumit dan dijelaskan oleh elektrodinamika kuantum. Dalam praktiknya,
para kimiawan biasanya bergantung pada teori kuantum atau penjelasan kualitatif
yang kurang kaku (namun lebih mudah untuk dijelaskan) dalam menjelaskan ikatan
kimia. Secara umum, ikatan kimia yang kuat diasosiasikan dengan transfer elektron
antara dua atom yang berpartisipasi. Ikatan kimia menjaga molekul-molekul, kristal,
dan gas-gas diatomik untuk tetap bersama. Selain itu ikatan kimia juga menentukan
struktur suatu zat.

Kekuatan ikatan-ikatan kimia sangatlah bervariasi. Pada umumnya, ikatan kovalen


dan ikatan ion dianggap sebagai ikatan "kuat", sedangkan ikatan hidrogen dan ikatan
van der Waals dianggap sebagai ikatan "lemah". Hal yang perlu diperhatikan adalah
bahwa ikatan "lemah" yang paling kuat dapat lebih kuat daripada ikatan "kuat" yang
paling lemah.

Tinjauan

Elektron yang mengelilingi inti atom bermuatan negatif dan proton yang terdapat
dalam inti atom bermuatan positif, mengingat muatan yang berlawanan akan saling
tarik menarik, maka dua atom yang berdekatan satu sama lainnya akan membentuk
ikatan.

Dalam gambaran yang paling sederhana dari ikatan non-polar atau ikatan kovalen,
satu atau lebih elektron, biasanya berpasangan, ditarik menuju sebuah wilayah di
antara dua inti atom. Gaya ini dapat mengatasi gaya tolak menolak antara dua inti
atom yang positif, sehingga atraksi ini menjaga kedua atom untuk tetap bersama,
walaupun keduanya masih akan tetap bergetar dalam keadaan kesetimbangan.
Ringkasnya, ikatan kovalen melibatkan elektron-elektron yang dikongsi dan dua atau
lebih inti atom yang bermuatan positif secara bersamaan menarik elektron-elektron
bermuatan negatif yang dikongsi.

Dalam gambaran ikatan ion yang disederhanakan, inti atom yang bermuatan positif
secara dominan melebihi muatan positif inti atom lainnya, sehingga secara efektif
menyebabkan satu atom mentransfer elektronnya ke atom yang lain. Hal ini
menyebabkan satu atom bermuatan positif dan yang lainnya bermuatan negatif
secara keseluruhan. Ikatan ini dihasilkan dari atraksi elektrostatik di antara atom-
atom dan atom-atom tersebut menjadi ion-ion yang bermuatan.

Semua bentuk ikatan dapat dijelaskan dengan teori kuantum, namun dalam
praktiknya, kaidah-kaidah yang disederhanakan mengizinkan para kimiawan untuk
memprediksikan kekuatan, arah, dan polaritas sebuah ikatan. Kaidah oktet (Bahasa
Inggris: octet rule) dan teori VSEPR adalah dua contoh kaidah yang disederhanakan
tersebut. Ada pula teori-teori yang lebih canggih, yaitu teori ikatan valens yang
meliputi hibridisasi orbital dan resonans, dan metode orbital molekul kombinasi
linear orbital atom (Bahasa Inggris: Linear combination of atomic orbitals molecular
orbital method) yang meliputi teori medan ligan. Elektrostatika digunakan untuk
menjelaskan polaritas ikatan dan efek-efeknya terhadap zat-zat kimia.

Sejarah

Spekulasi awal dari sifat-sifat ikatan kimia yang berawal dari abad ke-12
mengganggap spesi kimia tertentu disatukan oleh sejenis afinitas kimia. Pada tahun
1704, Isaac Newton menggarisbesarkan teori ikatan atomnya pada "Query 31" buku
Opticksnya dengan mengatakan atom-atom disatukan satu sama lain oleh "gaya"
tertentu.

Pada tahun 1819, setelah penemuan tumpukan volta, Jöns Jakob Berzelius
mengembangkan sebuah teori kombinasi kimia yang menekankan sifat-sifat
elektrogenativitas dan elektropositif dari atom-atom yang bergabung. Pada
pertengahan abad ke-19 Edward Frankland, F.A. Kekule, A.S. Couper, A.M. Butlerov,
dan Hermann Kolbe, beranjak pada teori radikal, mengembangkan teori valensi yang
pada awalnya disebut "kekuatan penggabung". Teori ini mengatakan sebuah
senyawa tergabung berdasarkan atraksi kutub positif dan kutub negatif. Pada tahun
1916, kimiawan Gilbert N. Lewis mengembangkan konsep ikatan elektron
berpasangan. Konsep ini mengatakan dua atom dapat berkongsi satu sampai enam
elektron, membentuk ikatan elektron tunggal, ikatan tunggal, ikatan rangkap dua,
atau ikatan rangkap tiga.

Pada tahun yang sama, Walther Kossel juga mengajukan sebuah teori yang mirip
dengan teori Lewis, namun model teorinya mengasumsikan transfer elektron yang
penuh antara atom-atom. Teori ini merupakan model ikatan polar. Baik Lewis dan
Kossel membangun model ikatan mereka berdasarkan kaidah Abegg (1904).

Pada tahun 1927, untuk pertama kalinya penjelasan matematika kuantum yang
penuh atas ikatan kimia yang sederhana berhasil diturunkan oleh fisikawan Denmark
Oyvind Burrau.[1] Hasil kerja ini menunjukkan bahwa pendekatan kuantum terhadap
ikatan kimia dapat secara mendasar dan kuantitatif tepat. Namun metode ini tidak
mampu dikembangkan lebih jauh untuk menjelaskan molekul yang memiliki lebih
dari satu elektron. Pendekatan yang lebih praktis namun kurang kuantitatif
dikembangkan pada tahun yang sama oleh Walter Heitler and Fritz London. Metode
Heitler-London menjadi dasar dari teori ikatan valensi. Pada tahun 1929, metode
orbital molekul kombinasi linear orbital atom (Bahasa Inggris: linear combination of
atomic orbitals molecular orbital method), disingkat LCAO, diperkenalkan oleh Sir
John Lennard-Jones yang bertujuan menurunkan struktur elektronik dari molekul F 2
(fluorin) dan O2 (oksigen) berdasarkan prinsip-prinsip dasar kuantum. Teori orbital
molekul ini mewakilkan ikatan kovalen sebagai orbital yang dibentuk oleh orbital-
orbital atom mekanika kuantum Schrödinger yang telah dihipotesiskan untuk atom
berelektron tunggal. Persamaan ikatan elektron pada multielektron tidak dapat
diselesaikan secara analitik, namun dapat dilakukan pendekatan yang memberikan
hasil dan prediksi yang secara kualitatif cukup baik. Kebanyakan perhitungan
kuantitatif pada kimia kuantum modern menggunakan baik teori ikatan valensi
maupun teori orbital molekul sebagai titik awal, walaupun pendekatan ketiga, teori
fungsional rapatan (Bahasa Inggris: density functional theory), mulai mendapatkan
perhatian yang lebih akhir-akhir ini.

Pada tahun 1935, H. H. James dan A. S. Coolidge melakukan perhitungan pada


molekul dihidrogen.Berbeda dengan perhitungan-perhitungan sebelumnya yang
hanya menggunakan fungsi-fungsi jarak antara elektron dengan inti atom, mereka
juga menggunakan fungsi yang secara eksplisit memperhitungkan jarak antara dua
elektron.[2] Dengan 13 parameter yang dapat diatur, mereka mendapatkan hasil yang
sangat mendekati hasil yang didapatkan secara eksperimen dalam hal energi
disosiasi. Perluasan selanjutnya menggunakan 54 parameter dan memberikan hasil
yang sangat sesuai denganhasil eksperimen. Perhitungan ini meyakinkan komunitas
sains bahwa teori kuantum dapat memberikan hasil yang sesuai dengan hasil
eksperimen. Namun pendekatan ini tidak dapat memberikan gambaran fisik seperti
yang terdapat pada teori ikatan valensi dan teori orbital molekul. Selain itu, ia juga
sangat sulit diperluas untuk perhitungan molekul-molekul yang lebih besar.

II. Jenis-Jenis Ikatan Kimia

A. Ikatan kovalen

Ikatan kovalen adalah ikatan yang umumnya sering dijumpai, yaitu ikatan
yang perbedaan elektronegativitas (negatif dan positif) di antara atom-atom
yang berikat sangatlah kecil atau hampir tidak ada. Ikatan-ikatan yang
terdapat pada kebanyakan senyawa organik dapat dikatakan sebagai ikatan
kovalen. Lihat pula ikatan sigma dan ikatan pi untuk penjelasan LCAO
terhadap jenis ikatan ini.

B. Ikatan kovalen polar

Ikatan kovalen polar merupakan ikatan yang sifat-sifatnya berada di antara


ikatan kovalen dan ikatan ion.

C. Ikatan ion

Ikatan ion merupakan sejenis interaksi elektrostatik antara dua atom yang
memiliki perbedaan elektronegativitas yang besar. Tidaklah terdapat nilai-
nilai yang pasti yang membedakan ikatan ion dan ikatan kovalen, namun
perbedaan elektronegativitas yang lebih besar dari 2,0 bisanya disebut ikatan
ion, sedangkan perbedaan yang lebih kecil dari 1,5 biasanya disebut ikatan
kovalen. Ikatan ion menghasilkan ion-ion positif dan negatif yang berpisah.
Muatan-muatan ion ini umumnya berkisar antara -3 e sampai dengan +3e.

D. Ikatan kovalen koordinasi

Ikatan kovalen koordinasi, kadangkala disebut sebagai ikatan datif, adalah


sejenis ikatan kovalen yang keseluruhan elektron-elektron ikatannya hanya
berasal dari salah satu atom, penderma pasangan elektron, ataupun basa
Lewis. Konsep ini mulai ditinggalkan oleh para kimiawan seiring dengan
berkembangnya teori orbital molekul. Contoh ikatan kovalen koordinasi
terjadi pada nitron dan ammonia borana. Susunan ikatan ini berbeda dengan
ikatan ion pada perbedaan elektronegativitasnya yang kecil, sehingga
menghasilkan ikatan yang kovalen. Ikatan ini biasanya ditandai dengan tanda
panah. Ujung panah ini menunjuk pada akseptor elektron atau asam Lewis
dan ekor panah menunjuk pada penderma elektron atau basa Lewis.
E. Ikatan pisang

Ikatan pisang adalah sejenis ikatan yang terdapat pada molekul-molekul yang
mengalami terikan ataupun yang mendapat rintangan sterik, sehingga orbital-
orbital ikatan tersebut dipaksa membentuk struktur ikatan yang mirip dengan
pisang. Ikatan pisang biasanya lebih rentan mengalami reaksi daripada ikatan-
ikatan normal lainnya.

F. Ikatan 3c-2e dan 3c-4e

Dalam ikatan tiga-pusat dua-elektron, tiga atom saling berbagi dua elektron.
Ikatan sejenis ini terjadi pada senyawa yang kekurangan elektron seperti pada
diborana. Setiap ikatan mengandung sepasang elektron yang
menghubungkan atom boron satu sama lainnya dalam bentuk pisang dengan
sebuah proton (inti atom hidrogen) di tengah-tengah ikatan, dan berbagi
elektron dengan kedua atom boron. Terdapat pula Ikatan tiga-pusat empat-
elektron yang menjelaskan ikatan pada molekul hipervalen.

G. Ikatan tiga elektron dan satu electron

Ikatan-ikatan dengan satu atau tiga elektron dapat ditemukan pada spesi
radikal yang memiliki jumlah elektron gasal (ganjil). Contoh paling sederhana
dari ikatan satu elektron dapat ditemukan pada kation molekul hidrogen H 2+.
Ikatan satu elektron seringkali memiliki energi ikat yang setengah kali dari
ikatan dua elektron, sehingga ikatan ini disebut pula "ikatan setengah".
Namun terdapat pengecualian pada kasus dilitium. Ikatan dilitium satu
elektron, Li2+, lebih kuat dari ikatan dilitium dua elektron Li 2. Pengecualian ini
dapat dijelaskan dengan hibridisasi dan efek kelopak dalam.

Contoh sederhana dari ikatan tiga elektron dapat ditemukan pada kation
dimer helium, He2+, dan dapat pula dianggap sebagai "ikatan setengah"
karena menurut teori orbital molekul, elektron ke-tiganya merupakan orbital
antiikat yang melemahkan ikatan dua elektron lainnya sebesar setengah.
Molekul oksigen juga dapat dianggap memiliki dua ikatan tiga elektron dan
satu ikatan dua elektron yang menjelaskan sifat paramagnetiknya.
Molekul-molekul dengan ikatan elektron gasal biasanya sangat reaktif. Ikatan
jenis ini biasanya hanya stabil pada atom-atom yang memiliki
elektronegativitas yang sama.

H. Ikatan aromatik

Pada ikatan logam, elektron-elektron ikatan terdelokalisasi pada kekisi


(lattice) atom. Berbeda dengan senyawa organik, lokasi elektron yang berikat
dan muatannya adalah statik. Oleh karena delokalisai yang menyebabkan
elektron-elektron dapat bergerak bebas, senyawa ini memiliki sifat-sifat mirip
logam dalam hal konduktivitas, duktilitas, dan kekerasan.

I. Ikatan antarmolekul

Terdapat empat jenis dasar ikatan yang dapat terbentuk antara dua atau
lebih molekul, ion, ataupun atom. Gaya antarmolekul menyebabkan molekul
saling menarik atau menolak satu sama lainnya. Seringkali hal ini
menentukan sifat-sifat fisik sebuah zat (seperti pada titik leleh).

J. Ikatan hydrogen

Ikatan hidrogen bisa dikatakan sebagai dipol permanen yang sangat kuat
seperti yang dijelaskan di atas. Namun, pada ikatan hidrogen, proton
hidrogen berada sangat dekat dengan atom penderma elektron dan mirip
dengan ikatan tiga-pusat dua-elektron seperti pada diborana. Ikatan hidrogen
menjelaskan titik didih zat cair yang relatif tinggi seperti air, ammonia, dan
hidrogen fluorida jika dibandingkan dengan senyawa-senyawa yang lebih
berat lainnya pada kolom tabel periodik yang sama.
BAB VIII

GAS, CAIR DAN PADAT

I. Gas
Gas adalah salah satu dari empat wujud dasar materi (laiinya adalah padat, cairan,
dan plasma). Gas murni dapat tersusun dari atom (misalnya gas mulia seperti neon),
molekul elemen yang tersusun dari satu jenis atom (misalnya oksigen), atau molekul
senyawa yang tersusun dari berbagai macam atom (misalnya karbon dioksida).
Campuran gas akan mengandung beragam gas murni seperti udara. Hal yang
membedakan gas dari cairan dan padat adalah pemisahan partikel gas yang sangat
besar. Pemisahan ini biasanya membuat gas tak berwarna menjadi tak terlihat oleh
pengamatan manusia. Interaksi partikel gas dengan adanya medan listrik dan medan
gravitasi dapat diabaikan seperti ditunjukkan oleh vektor kecepatan konstan pada
gambar. Salah satu jenis gas yang umum dikenal adalah kukus.
Materi berwujud gas dijumpai antara wujud cairan dan plasma, yang terakhir
memberikan batas suhu atas untuk gas. Batas bawah skala suhu terletak gas
kuantum degeneratif yang mendapatkan perhatian meningkat. Gas atom dengan
berdensitas tinggi yang didinginkan super pada suhu sangat rendah diklasifikasikan
menurut perilaku statistiknya baik sebagai gas Bose atau gas Fermi.
Gas Unsur
Unsur kimia yang membentuk molekul homonuklir diatomik pada STP hanyalah
hidrogen (H2), nitrogen (N2), oksigen (O2), dan dua halogen: fluor (F2) dan klor (Cl2).
Ketika dikelompokkan bersama-sama dengan gas mulia monoatomik – helium (He),
neon (Ne), argon (Ar), kripton (Kr), xenon (Xe), dan radon (Rn) – gas-gas ini disebut
sebagai "gas unsur" atau "gas elemental". Alternatifnya, mereka kadang-kadang
dikenal sebagai "gas molekuler" untuk membedakannya dari molekul yang juga
senyawa kimia.
Karakteristik fisik
Oleh karena sebagian besar gas sulit untuk diamati secara langsung, mereka
digambarkan melalui empat sifat fisik atau karakteristik makroskopis: tekanan,
volume, jumlah partikel (kimiawan mengelompokkannya dengan mol) dan suhu.
Empat karakteristik ini berulang-ulang diamati oleh para ilmuwan seperti Robert
Boyle, Jacques Charles, John Dalton, Joseph Gay-Lussac dan Amedeo Avogadro untuk
beragam gas dalam berbagai situasi. Studi terperinci mereka pada akhirnya
menghasilkan hubungan matematis di antara sifat-sifat ini yang dinyatakan melalui
hukum gas ideal (lihat bagian model yang disederhanakan di bawah ini).
Partikel gas dipisahkan berjauhan satu sama lain, dan akibatnya, memiliki ikatan
antarmolekul yang lebih lemah daripada cairan atau padatan. Gaya antarmolekul ini
dihasilkan dari interaksi elektrostatik antar partikel gas. Daerah gas bermuatan
sejenis dengan partikel gas yang berbeda saling tolak-menolak, sementara daerah
yang bermuatan berbeda saling tarik menarik satu sama lain; gas yang mengandung
ion bermuatan permanen dikenal sebagai plasma. Senyawa gas dengan ikatan
kovalen polar mengandung ketidakseimbangan muatan permanen dan dengan
demikian mengalami gaya antarmolekul yang relatif kuat, walaupun muatan bersih
senyawanya tetap netral. Sementara itu, muatan yang diinduksi secara acak berada
pada molekul berikatan kovalen non-polar dan interaksi elektrostatik yang
disebabkan olehnya disebut sebagai gaya Van der Waals. Interaksi gaya antarmolekul
ini bervariasi di dalam zat yang menentukan banyak sifat fisik yang unik untuk setiap
gas. Perbandingan titik didih untuk senyawa yang terbentuk oleh ikatan ionik dan
kovalen membawa kita pada kesimpulan ini. Partikel asap yang bergerak melayang
pada gambar memberikan beberapa wawasan tentang perilaku gas bertekanan
rendah.
Dibandingkan wujud materi lainnya, gas memiliki densitas dan viskositas rendah.
Tekanan dan suhu mempengaruhi partikel dalam volume tertentu. Variasi
pemisahan dan kecepatan partikel ini disebut sebagai kompresibilitas. Pemisahan
dan ukuran partikel ini mempengaruhi sifat optik gas seperti dapat ditemukan dalam
daftar indeks bias berikut. Akhirnya, partikel gas menyebar terpisah atau berdifusi
agar terdistribusi secara merata ke seluruh wadah.
Makroskopis
Saat mengamati gas, biasanya ditentukan menggunakan kerangka acuan atau skala
panjang. Skala panjang yang lebih besar sesuai dengan skala makroskopis atau sudut
pandang global gas. Wilayah ini (disebut volume) ukurannya harus cukup dalam
untuk menampung sampel partikel gas yang besar. Analisis statistik yang dihasilkan
dari ukuran sampel ini menghasilkan perilaku "rata-rata" (yaitu kecepatan, suhu atau
tekanan) dari semua partikel gas di wilayah ini. Sebaliknya, skala panjang yang lebih
kecil sesuai dengan skala mikroskopis atau sudut pandang partikel.
Secara makro, karakteristik gas yang diukur adalah dari segi partikel gas itu sendiri
(kecepatan, tekanan, atau suhu) ataupun sekelilingnya (volume). Sebagai contoh,
sebagian kecil karier Robert Boyle adalah mempelajari kimia pneumatik. Salah satu
eksperimennya menyangkut sifat makroskopis tekanan dan volume gas.
Eksperimennya menggunakan manometer tabung J yang terlihat seperti tabung
reaksi berbentuk huruf J. Boyle memerangkap gas lembam dengan kolom raksa pada
ujung tertutup tabung reaksi, sehingga membuat jumlah partikel dan suhu konstan.
Ia mengamati bahwa ketika tekanan dalam gas dinaikkan, dengan menambahkan
lebih banyak raksa pada kolom, volume gas yang terperangkap menurun (ini dikenal
sebagai hubungan terbalik). Lebih lanjut, ketika Boyle mengalikan tekanan dan
volume setiap pengamatan, hasilnya adalah konstan. Hubungan ini berlaku untuk
setiap gas yang diamati oleh Boyle sehingga mengarah pada hukum Boyle, yang
dinamakan sesuai namanya untuk menghormati karyanya pada bidang ini.
Tersedia banyak instrumen matematika untuk menganalisis sifat-sifat gas. Karena
kondisi gas yang ekstrim, instrumen-instrumen ini menjadi sedikit lebih kompleks,
dari persamaan Euler (en) untuk aliran tanpa viskositas sampai persamaan Navier–
Stokes yang sepenuhnya memperhitungkan efek viskositas. Persamaan-persamaan
ini diadaptasi ke kondisi sistem gas yang dipertanyakan. Peralatan laboratorium
Boyle memungkinkan penggunaan aljabar untuk memperoleh hasil analisisnya.
Hasilnya dimungkinkan karena ia melakukan studi gas-gas dalam situasi tekanan
yang relatif rendah, situasi yang membuat gas-gas tersebut berperilaku "ideal".
Hubungan ideal ini diterapkan pada perhitungan keselamatan untuk beragam kondisi
penerbangan pada material yang digunakan. Peralatan berteknologi tinggi yang
digunakan saat ini dirancang untuk membantu kita mengeksplorasi secara aman
lingkungan operasi eksotis di mana gas-gas tidak lagi berperilaku "ideal". Matematika
tingkat tinggi ini, termasuk statistika dan kalkulus multivariabel, memungkinkan
penyelesaian situasi dinamis yang kompleks seperti masuknya pesawat ulang-alik
kembali ke Bumi. Contohnya adalah analisis gambaran masuknya pesawat ulang-alik
ke atmosfer Bumi untuk memastikan sifat bahan cocok di bawah kondisi ekstrem
semacam itu. Dalam kawasan penerbangan ini, gas tidak lagi berperilaku ideal.
Tekanan
Simbol atau lambang yang digunakan untuk mewakili tekanan dalam persamaan
adalah p atau P dengan satuan SI Pascal.
Ketika menjelaskan satu wadah gas, istilah tekanan (atau tekanan absolut) merujuk
pada gaya rata-rata per satuan luas yang dberikan oleh gas pada permukaan wadah.
Dalam volume ini, kadang-kadang lebih mudah memvisualisasikan partikel gas
bergerak dalam garis lurus sampai mereka menumbuk dinding wadah (lihat diagram
di atas artikel ini). Gaya yang diberikan oleh partikel gas kepada wadah saat
tumbukan ini adalah perubahan momentum partikel.[5] Saat terjadi tumbukan, hanya
kecepatan komponen normal yang berubah. Partikel yang bergerak sejajar dengan
dinding tidak mengalami perubahan momentum ini. Oleh karena itu, gaya rata-rata
pada permukaan dinding wadah harus merupakan rata-rata perubahan momentum
linier dari seluruh tumbukan partikel gas ini.
Tekanan adalah jumlah seluruh gaya komponen normal yang diberikan oleh partikel
yang menabrak dinding wadah dibagi dengan luas permukaan dinding.
Suhu
Simbol atau lambang yang digunakan untuk menandakan suhu dalam persamaan
adalah T dengan satuan SI kelvin.
Laju partikel gas berbanding lurus dengan suhu absolutnya. Volume balon dalam
video menyusut saat partikel gas yang terperangkap melambat dengan penambahan
nitrogen yang sangat dingin. Suhu dari setiap sistem fisik berhubungan dengan
gerakan partikel (molekul dan atom) yang membentuk sistem [gas].Dalam mekanika
statistika, suhu adalah ukuran energi kinetik rata-rata yang tersimpan dalam partikel.
Metode penyimpanan energi ini didikte oleh derajat kebebasan partikel itu sendiri
(moda energi). Energi kinetik yang ditambahkan (proses endotermik) pada partikel
gas melalui tumbukan menghasilkan gerakan linier, rotasi, dan vibrasi. Sebaliknya,
penambahan panas pada molekul padatan hanya dapat meningkatkan moda
vibrasinya karena struktur kristal kisi mencegah gerak linier maupun rotasi. Molekul
gas yang dipanaskan ini memiliki rentang kecepatan lebih besar yang selalu
bervariasi karena konstan bertumbukan dengan partikel lain. Rentang kecepatan
dapat digambarkan dengan distribusi Maxwell-Boltzmann. Penggunaan distribusi ini
menyiratkan gas ideal di dekat kesetimbangan termodinamika untuk sistem partikel
yang dipertimbangkan.
Volume spesifik
Simbol yang digunakan untuk mewakili volume spesifik dalam persamaan adalah "v"
dengan satuan SI meter kubik per kilogram (m3/kg).
Simbol yang digunakan untuk mewakili volume dalam persamaan adalah "V" dengan
satuan SI meter kubik (m3).
Saat melakukan analisis termodinamika, biasanya dibahas tentang sifat ekstensif dan
intensif. Sifat yang bergantung pada jumlah gas (baik massa maupun volume) disebut
sifat ekstensif, sedangkan sifat yang tidak bergantung pada jumlah gas disebut sifat
intensif. Volume spesifik adalah contoh sifat intensif karena ini adalah rasio volume
terhadap satuan massa gas yang identik di seluruh sistem pada kesetimbangan. [7]
Seribu atom gas menempati ruang yang sama seperti 1000 atom lainnya pada suhu
dan tekanan tertentu. Konsep ini lebih mudah divisualisasikan untuk padatan seperti
besi yang tak termampatkan (en) dibandingkan gas. Volume adalah sifat ekstensif,
karena gas mengisi wadah mana pun yang ditempatinya.

II. Cair

Cairan adalah fluida tak termampatkan yang menyesuaikan dengan bentuk


wadahnya tetapi mempertahankan volume yang (hampir) konstan tidak tergantung
pada tekanan. Dengan demikian, ini adalah salah satu dari empat wujud dasar materi
(yang lain adalah padat, gas, dan plasma), dan merupakan satu-satunya keadaan
dengan volume yang pasti namun tidak memiliki bentuk yang tetap. Cairan terdiri
dari partikel materi dengan vibrasi halus, seperti atom, yang disatukan oleh gaya
antarmolekul. Air, sejauh ini, adalah cairan yang paling umum di Bumi. Seperti gas,
cairan bisa mengalir dan berbentuk seperi wadahnya. Sebagian besar cairan tak
dapat dimapatkan, meski yang lain bisa dimapatkan. Tidak seperti gas, cairan tidak
menyebar untuk mengisi setiap ruang wadah, dan mempertahankan densitas dengan
cukup konstan. Sifat khas dari wujud cairan adalah tegangan permukaan, yang
mengarah pada fenomena pembasahan.

Densitas cairan biasanya mendekati padatan, dan jauh lebih tinggi daripada gas. Oleh
karena itu, cair dan padat keduanya disebut benda terkondensasi. Di sisi lain, karena
cairan dan gas berbagi kemampuan untuk mengalir, keduanya disebut fluida.
Meskipun air berlimpah di Bumi, wujud materi ini sebenarnya adalah yang paling
tidak umum di alam semesta yang diketahui, karena keberadaan cairan memerlukan
rentang suhu/tekanan yang relatif sempit. Materi yang paling dikenal di alam
semesta ada dalam bentuk gas (dengan jejak materi padat yang dapat dideteksi)
sebagai awan antarbintang atau dalam bentuk plasma di dalam bintang.

Volume

Kuantitas cairan diukur dalam satuan volume. Ini meliputi satuan SI meter kubik (m3)
beserta turunannya, terutama desimeter kubik, yang lebih umum disebut sebagai
liter (1 dm3 = 1 L = 0,001m 3), dan sentimeter kubik, yang juga disebut mililiter (1 cm 3
= 1 mL = 0,001 L = 10−6 m3).

Volume cairan adalah fungsi dari suhu dan tekanan. Cairan biasanya memuai ketika
dipanaskan, dan menyusut ketika didinginkan. Air pada suhu antara 0 °C dan 4 °C
adalah pengecualian. Cairan memiliki sedikit kompresibilitas. Air, misalnya, hanya
46,4 bagian per jutanya yang akan terkompresi untuk setiap satuan kenaikan
tekanan atmoser (bar).[11] Pada tekanan sekitar 4.000 bar (58.000 psi), pada suhu
ruang, air hanya mengalami penurunan volume sebesar 11%.[12] Dalam studi
dinamika fluida, cairan sering diperlakukan sebagai tak termampatkan, terutama
ketika mempelajari aliran tak termampatkan (en). Sifat tak termampatkan membuat
cairan cocok untuk menyalurkan daya hidrolik, karena sangat sedikit energi yang
hilang dalam bentuk kompresi.[12] Namun, kompresibilitas yang sangat kecil memang
menyebabkan fenomena lain. Benturan pada pipa, yang disebut palu air (water
hammer), terjadi saat katup tiba-tiba ditutup, menciptakan lonjakan tekanan yang
sangat besar pada katup yang bergerak berbalik arah melalui sedikit di bawah
kecepatan suara. Fenomena lain yang disebabkan oleh ketaktermampatkan cairan
adalah kavitasi. Oleh karena cairan memiliki sedikit elastisitas, mereka benar-benar
dapat ditarik hingga terpisah di daerah dengan turbulensi tinggi atau perubahan arah
yang dramatis, seperti tepi jejak baling-baling perahu atau sudut tajam pada pipa.
Cairan di daerah bertekanan rendah (vakum) menguap dan membentuk gelembung,
yang kemudian runtuh saat memasuki daerah bertekanan tinggi. Hal ini
menyebabkan cairan mengisi rongga yang ditinggalkan oleh gelembung dengan
kekuatan lokal yang luar biasa, mengikis permukaan padat yang berdekatan.

Aliran

Viskositas mengukur resistensi cairan terhadap deformasi akibat tekanan geser [14]
maupun tekanan eksternal. Dengan kata lain, viskositas adalah resistensi cairan
untuk mengalir.

Ketika cairan mengalami pendinginan super menuju transisi kaca, viskositasnya


mengalami peningkatan dramatis. Cairan kemudian menjadi medium viskoelastis
yang menunjukkan elastisitas layaknya benda padat sekaligus fluiditas layaknya
cairan, tergantung pada skala waktu pengamatan atau frekuensi perturbasi.

Faktor struktur statik

Dalam cairan, atom-atom tidak membentuk kisi kristal maupun menunjukkan bentuk
orde jangkau jauh (en). Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya puncak Bragg (en)
pada difraksi sinar-X maupun neutron. Di bawah kondisi normal, pola difraksi
memiliki simetri sirkular, menunjukkan isotropi cairan. Pada arah radial, intensitas
difraksi berosilasi dengan lancar. Ini biasanya dijelaskan sebagai faktor struktur statis
S(q), dengan bilangan gelombang pada panjang gelombang λ dari kuar (probe) (foton
atau neutron) dan sudut Bragg θ. Osilasi S(q) menyatakan orde dekat cairan, yaitu
korelasi antara atom dan beberapa kelopak dari tetangga terdekat, kedua terdekat.
Penjelasan korelasi ini yang lebih intuitif diberikan oleh fungsi distribusi radial g(r),
yang berdasarkan pada transformasi Fourier S(q). Ia menyajikan rata-rata spasial
korelasi pasangan dalam cairan.

III. Padat

Padat adalah salah satu dari empat wujud materi fundamental (lainnya adalah
cairan, gas, dan plasma). Ia ditandai dengan kekakuan strukturnya dan resistensinya
terhadap perubahan bentuk atau volume. Tidak seperti cairan, objek padat tidak
mengalir untuk mengambil bentuk seperti wadahnya, tidak pula berekspansi mengisi
seluruh volume yang dapat diisi seperti gas. Atom-atom dalam padatan terikat kuat
satu sama lain, baik dalam kisi geometri (en) teratur (padatan kristal, yang mencakup
logam dan es) maupun tak teratur (padatan amorf seperti kaca jendela pada
umumnya).

Cabang ilmu fisika yang berurusan dengan padatan disebut fisika benda padat, dan
merupakan cabang utama fisika benda terkondensasi (yang juga meliputi cairan).
Perhatian utama ilmu bahan adalah sifat fisika dan kimia padatan. Kimia benda padat
fokus pada sintesis bahan baru, dan juga analisis serta komposisi kimia.

Deskripsi mikroskopis

Atom, molekul atau ion yang menyusun padatan mungkin tertata dalam pola
berulang yang teratur, atau tak teratur. Bahan yang konstituennya tertata dalam
pola teratur dikenal sebagai kristal. Dalam beberapa hal, penataan teratur dapat
terus tak terpatahkan dalam skala besar, misalnya intan, di mana setiap intan
merupakan kristal tunggal. Objek padat yang cukup besar untuk dilihat dan ditangani
jarang terdiri dari kristal tunggal, tetapi terbuat dari sejumlah besar kristal-kristal
tunggal, dikenal sebagai kristalit, yang ukurannya bervariasi mulai beberapa
nanometer hingga beberapa meter. Bahan semacam ini disebut polikristal. Hampir
semua logam yang sering dijumpai, dan banyak keramik, adalah polikristal.

Dalam bahan lain, tidak ada urutan posisi atom jarak jauh. Padatan ini dikenal
sebagai padatan amorf; contohnya antara lain polistirena dan kaca.
Padatan, baik kristal maupun amorf, tergantung pada bahan yang terlibat, dan
kondisi pembentukannya. Padatan yang terbentuk melalui pendinginan lambat
cenderung membentuk kristal, sementara padatan yang didinginkan dengan cepat
lebih cenderung berbentuk amorf. Begitu pula, struktur kristal spesifik yang diadopsi
oleh padatan kristal bergantung pada bahan yang terlibat dan cara
pembentukannya.

Sementara banyak objek, seperti es batu atau koin, secara kimiawi keseluruhannya
identik, banyak bahan umum terdiri dari sejumlah zat yang berbeda yang terkemas
bersama-sama. Misalnya, batu biasa adalah agregat beberapa mineral dan
mineraloid yang berbeda, tanpa komposisi kimia yang spesifik. Kayu adalah bahan
organik alami yang komponen utamanya adalah serat selulosa yang tersemat dalam
matriks lignin organik. Dalam ilmu bahan, komposit lebih dari satu konstituen bahan
dapat dirancang untuk memiliki sifat yang diinginkan.

Klasifikasi Padatan

Gaya antara atom-atom dalam padatan dapat mengambil beragam bentuk.


Misalnya, kristal natrium klorida (garam biasa) tersusun dari ion natrium dan klor,
yang disatukan oleh ikatan ionik.Dalam intan atau silikon, atom-atom berbagi
elektron dan membentuk ikatan kovalen. Dalam logam, elektron dimiliki bersama
dalam ikatan logam.Beberapa padatan, terutama senyawa organik, disatukan oleh
gaya van der Waals yang dihasilkan dari polarisasi muatan awan elektron pada
masing-masing molekul. Perbedaan antar jenis padatan adalah hasil dari perbedaan
ikatan mereka.

Contoh Benda Padat Antara Lain :

A. Logam

B. Keramik

C. Keramik Kaca

D. Padatan Organik

E. Kayu
F. Polimer

G. Mineral Padatan Alami

BAB IX

STOIKIOMETRI

Pengertian Stoikiometri dalam ilmu kimia, stoikiometri (kadang disebut stoikiometri reaksi
untuk membedakannya dari stoikiometri komposisi) adalah ilmu yang mempelajari dan
menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan
kimia). Kata ini berasal dari bahasa Yunani stoikheion (elemen) dan metriā (ukuran).

MASSA ATOM RELATIF (Ar) dan MASSA MOLEKUL RELATIF (Mr)

I. Massa Atom Relatif (Ar)

IUPAC telah menetapkan 1 sma = 1/12 massa satu atom C-12 isotop Atom H
mempunyai kerapatan 8,400% dari kerapatan C-12. Jadi, massa atom H = 0,08400 x
12,00 sma = 1,008 sma. Dari perhitungan yang sama kita bisa mengetahui massa atom
O = 16,00 sma. Demikian juga massa atom unsur-unsur yang lain. Massa Atom Relatif
(Ar) adalah perbandingan massa rata-rata suatu atom unsur terhadap 1/12 massa satu
atom isotop C-12.

Di alam umumnya unsur terdiri atas campuran isotop, sehingga massa atomnya
diambil rata-rata dari campuran isotopnya. Contoh: Di alam terdapat campuran 35Cl
dan 37Cl dengan perbandingan 75% dan 25%.

Ar Cl = (75%x35) + (25%x37) = 35,5

II. Massa Molekul Relatif (Mr)

Massa molekul relatif (Mr) adalah perbandingan massa rata-rata satu molekul suatu
senyawa terhadap 1/12 massa 1 atom isotop C-12. Berdasarkan pengertian molekul
yang menyatakan bahwa molekul merupakan gabungan dari atom atomnya, maka Mr
merupakan jumlah Ar atom-atom penyusunnya.

KONSEP MOL

Mol adalah satuan bilangan kimia yang jumlah atom-atomnya atau molekul-molekulnya
sebesar bilangan Avogadro dan massanya = Mr senyawa itu.

J
ika bilangan Avogadro = L maka :

L = 6.023 x 1023

1 mol atom = L buah atom, massanya = Ar atom tersebut.


1 mol molekul = L buah molekul massanya = Mr molekul tersebut.

Massa 1 mol zat disebut sebagai massa molar zat

Contoh:

Berapa molekul yang terdapat dalam 20 gram NaOH ?

Mr NaOH = 23 + 16 + 1 = 40

mol NaOH = massa / Mr = 20 / 40 = 0.5 mol

Banyaknya molekul NaOH = 0.5 L = 0.5 x 6.023 x 1023 = 3.01 x 1023 molekul.
Saat kita membeli apel atau daging kita selalu mengatakan kepada penjual berapa kilogram
yang ingin kita beli, demikian pula berapa liter saat kita ingin membeli minyak tanah. Jarak
dinyatakan dalam satuan meter atau kilometer. Ilmu kimia menggunakan satuan mol untuk
menyatakan satuan jumlah atau banyaknya materi, Unsur dengan jumlah mol berbeda

Hubungan Mol dengan Tetapan Avogadro

Kuantitas atom, molekul dan ion dalam suatu zat dinyatakan dalam satuan mol. Misalnya,
untuk mendapatkan 18 gram air maka 2 gram gas hidrogen direaksikan dengan 16 gram gas
oksigen.
2H2O + O2 → 2H2O

Dalam 18 gram air terdapat 6,023×1023 molekul air. Karena jumlah partikel ini sangat besar
maka tidak praktis untuk memakai angka dalam jumlah yang besar. Sehingga iistilah mol
diperkenalkan untuk menyatakan kuantitas ini. Satu mol adalah jumlah zat yang
mangandung partikel (atom, molekul, ion) sebanyak atom yang terdapat dalam 12 gram
karbon dengan nomor massa 12 (karbon-12, C-12). Jumlah atom yang terdapat dalam 12
gram karbon-12 sebanyak 6,02×1023 atom C-12. tetapan ini disebut tetapan Avogadro.

Tetapan Avogadro (L) = 6,02×1023 partikel/mol

Lambang L menyatakan huruf pertama dari Loschmidt, seorang ilmuwan austria yang pada
tahun 1865 dapat menentukan besarnya tetapan Avogadro dengan tepat. Sehingga,

1 mol emas = 6,02×1023 atom emas

1 mol air = 6,02×1023 atom air

1 mol gula = 6,02×1023 molekul gula

1 mol zat X = L buah partikel zat X

Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel

Telah diketahui bahwa 1mol zat X = l buah partikel zat X, maka


2 mol zat X = 2 x L partikel zat X

5 mol zat X = 5 x L partikel zat X

n mol zat X = n x L partikel zat X

Jumlah partikel = n x L

Contoh soal:

Berapa mol atom timbal dan oksigen yang dibutuhkan untuk membuat 5 mol timbal
dioksida (PbO2).

Jawab : 1 mol timbal dioksida tersusun oleh 1 mol timbal dan 2 mol atom oksigen (atau 1
mol molekul oksigen, O2). Sehingga terdapat

Atom timbal = 1 x 5 mol = 5 mol

Atom oksigen = 2 x 5 mol = 10 mol (atau 5 mol molekul oksigen, O2)

Massa Molar

Telah diketahui bahwa satu mol adalah jumlah zat yang mengandung partikel (atom,
molekul, ion) sebanyak atom yang terdapat dalam 12 gram karbon dengan nomor massa 12
(karbon-12, C-12). Sehingga terlihat bahwa massa 1 mol C-12 adalah 12 gram. Massa 1 mol
zat disebut massa molar. Massa molar sama dengan massa molekul relatif (Mr) atau massa
atom relatif (Ar) suatu zat yang dinyatakan dalam gram.

Massa molar = Mr atau Ar suatu zat (gram)

Contoh:

 
Massa dan Jumlah Mol Atom/Molekul

Hubungan mol dan massa dengan massa molekul relatif (Mr) atau massa atom relatif (Ar)
suatu zat dapat dicari dengan

Gram = mol x Mr atau Ar

Contoh soal:

Berapa mol besi seberat 20 gram jika diketahui Ar Fe = 56 g/mol

Jawab :

Besi tersusun oleh atom-atom besi, maka jumlah mol besi

Contoh soal :

Berapa gram propana C3H8 dalam 0,21 mol jika diketahui Ar C = 12 dan H = 1

Jawab:

Mr Propana = (3 x 12) + (8 x 1) = 33 g/mol, sehingga,

gram propana = mol x Mr = 0,21 mol x 33 g/mol = 9,23 gram

Volume Molar

Avogadro mendapatkan hasil dari percobaannya bahwa pada suhu 0°C (273 K) dan tekanan
1 atmosfir (76cmHg) didapatkan tepat 1 liter oksigen dengan massa 1,3286 gram. Maka,
Karena volume gas oksigen (O2) = 1 liter

Pengukuran dengan kondisi 0°C (273 K) dan tekanan 1 atmosfir (76cmHg) disebut juga
keadaan STP(Standard Temperature and Pressure). Pada keadaan STP, 1 mol gas oksigen
sama dengan 22,3 liter.

Avogadro yang menyata-kan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang
bervolume sama mengandung jumlah molekul yang sama. Apabila jumlah molekul sama
maka jumlah molnya akan sma. Sehingga, pada suhu dan tekanan yang sama, apabila
jumlah mol gas sama maka volumenyapun akan sama. Keadaan standar pada suhu dan
tekanan yang sma (STP) maka volume 1 mol gas apasaja/sembarang berharga sama yaitu
22,3 liter. Volume 1 mol gas disebut sebagai volume molar gas (STP) yaitu 22,3 liter/mol.

Volume Gas Tidak Standar

Persamaan gas ideal

Persamaan gas ideal dinyatakan dengan:

PV=nRT

keterangan:

P; tekanan gas (atm)

V; volume gas (liter)

N; jumlah mol gas

R; tetapan gas ideal (0,082 liter atm/mol K) T; temperatur mutlak (Kelvin)x

Gas Pada Suhu dan Tekanan Sama


Avogadro melalui percobaannya menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama,
gas-gas yang bervolume sama mengandung jumlah molekul yang sama. Apabila jumlah
molekulnya sama maka jumlah molnya sama. Jadi pada suhu dan tekanan yang sama
perbandingan mol gas sama dengan perbandingan volume gas. Maka,

Molaritas

Larutan merupakan campuran antara pelarut dan zat terlarut. Jumlah zat terlarut dalam
larutan dinyatakan dalam konsentrasi. Salah satu cara untuk menyatakan konsentrasi dan
umumnya digunakan adlah dengan molaritas (M). molaritas merupakan ukuran banyaknya
mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. 

pengenceran dilakukan apabila larutan terlalu pekat. Pengenceran dilakukan dengan


penambahan air. Pengenceran tidak merubah jumlah mol zat terlarut.
Sehingga:
V1M1 = V2M2
keterangan:
V1 = volume sebelum pengenceran
M1 = molaritas sebelum pengenceran
V2 = volume sesudah pengenceran
M2 = molaritas sesudah pengenceran

Rumus empires dan Rumus molekul


Rumus kimia senyawa dapat berupa rumus molekul (molecular formula) atau rumus empiris
(empirical formula).
1. Rumus Molekul

Rumus molekul adalah rumus yang menunjukkan jumlah atom yang sebenarnya di
dalam molekul suatu senyawa.

Contoh:

Rumus molekul air yaitu H2O yang berarti dalam satu molekul air terdapat dua
atom hidrogen dan satu atom oksigen

Rumus molekul glukosa yaitu C6H12O6 yang berarti dalam satu molekul glukosa
terdapat 6 atom karbon, 12 atom hidrogen dan 6 atom oksigen

Rumus molekul etanol yaitu C2H5OH yang berarti dalam satu molekul etanol
terdapat 2 atom karbon, 6 atom hidrogen dan 1 atom oksigen.

2. Rumus Empiris

Rumus empiris adalah rumus yang menyatakan perbandingan terkecil dari jumlah
atom-atom unsur penyusun senyawa. Rumus kimia semua senyawa ion
merupakan rumus empiris.

Contoh:

Natrium klorida merupakan senyawa ion yang terdiri atas ion Na + dan ion
Cl- dengan perbandingan 1 : 1. Rumus kimia natrium klorida adalah NaCl. Rumus
ini dinamakan rumus empiris.

Kalsium klorida merupakan senyawa ion yang terdiri atas ion Ca 2+ dan ion
Cl- dengan perbandingan 2 : 1. Rumus kimia kalsium klorida adalah CaCl 2. Rumus
ini dinamakan rumus empiris.
Asam asetat memiliki rumus molekul CH3COOH. Dari rumus tersebut dapat kita
ketahui jumlah atom C =2, H = 4 dan O = 2, sehingga kita bisa menulis ulang rumus
molekul asam asetat menjadi C2H4O2. Perbandingan atom-atom penyusun senyawa
asam asetat adalah C : H : O = 2 : 4 : 2. Perbandingan ini belum merupakan
perbandingan terkecil sehingga masih bisa disederhanakan menjadi C : H : O = 1 :
2 : 1. Dari perbandingan terkecil ini maka rumus kimia asam asetat dapat kita
tuliskan CH2O. Rumus kimia asam asetat CH 2O inilah yang dinamakan rumus
empiris.

Contoh Rumus Molekul dan Rumus Empiris Beberapa Senyawa

Kadang-kadang perbandingan jumlah atom-atom pada rumus molekul merupakan


perbandingan paling sederhana sehingga rumus empiris suatu senyawa akan sama
dengan rumus molekulnya, misalnya H2O, H2SO4 dan NH3. Berikut ini adalah tabel
contoh rumus molekul dan empiris beberapa senyawa.
Senyawa Rumus Molekul Rumus Empiris
Air H2 O H2O
Glukosa C6H12O6 CH2O
Etena C2 H 4 CH2
Amonia NH3 NH3
Asam sulfat H2SO4 H2SO4
Etanol C2H5OH C2H5OH
Asam Asetat CH3COOH CH2O

Cara Menentukan Rumus Molekul dan Rumus Empiris

Rumus empiris merupakan rumus molekul yang telah disederhanakan sehingga dapat

dikatakan bahwa rumus molekul ini merupakan kelipatan dari rumus empiris. Secara

matematis, perbandingan rumus empiris dengan rumus molekul adalah sebagai

berikut.
(Rumus Empiris)n = Rumus Molekul

n merupakan bilangan yang berkaitan dengan massa molekul relatif (Mr) dari rumus
kimia suatu senyawa. Jika Mr dari rumus empiris dikalikan dengan n maka
menghasilkan Mr rumus molekul. Konsep inilah yang menjadi acuan untuk
menentukan rumus molekul dari rumus empiris suatu senyawa. Untuk menentukan
rumus empiris dan molekul senyawa, perhatikan langkah-langkah berikut ini.

Tentukan perbandingan massa unsur-unsur penyusun senyawa

Tentukan perbandingan mol unsur-unsur penyusun senyawa dengan rumus sebagai


berikut

Massa unsur
mol =
Massa atom relatif (Ar)

Tentukan perbandingan mol unsur-unsur yang paling sederhana sehingga didapatkan


rumus empiris, Tentukan rumus molekul dengan mencari faktor pengali n. Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut.

(Rumus Empiris)n = Mr

Contoh Soal dan Pembahasan

Contoh Soal #1
Yulisa menemukan suatu gas bewarna coklat. Setelah diteliti di laboratorium ternyata dalam
gas tersebut terkandung 2,34 gram nitrogen dan 5,34 gram oksigen. Tentukan rumus
empiris gas yang ditemukan yulisa tersebut jika diketahui Ar N = 14 dan Ar O = 16.

Jawab:

Menentukan perbandingan massa antara atom N dan atom O

N : O = 2,34 : 5,34

Menentukan perbandingan mol antara atom N dan atom O


N : O = massa N/Ar N : massa O/Ar O

N : O = 2,34/14 : 5,34/16

N : O = 0,167 : 0,333

Menyederhanakan perbandingan mol antara atom N dan atom O

N : O = 0,167 : 0,333

N : O = 0,167/0,167 : 0,333/0,167

N : O = 1 : 1,994

N : O = 1 : 2 (pembulatan angka)

Karena perbandingan mol antara atom nitrogen dan oksiden adalah 1 : 2, maka rumus
empiris senyawa tersebut adalah NO2

Contoh Soal #2
Suatu senyawa mengandung 40% karbon, 53,33% oksigen dan sisanya hidrogen. Jika massa
molekul relatif (Mr) senyawa tersebut adalah 180, tentukan rumus molekul senyawa itu (Ar
C = 12, Ar O = 16 dan Ar H = 1).

Jawab:

Menentukan perbandingan massa antara atom C, H dan O

C : H : O = 40 : 6,67 : 53,33

Menentukan perbandingan mol antara atom C, H dan O

C : H : O = massa C/Ar C : massa H/Ar H : massa O/Ar O

C : H : O = 40/12 : 6,67/1 : 53,33/16

C : H : O = 3,33 : 6,67 : 3,33

Menyederhanakan perbandingan mol antara atom C, H dan O


C : H : O = 3,33 : 6,67 : 3,33

C : H : O = 3,33/3,33 : 6,67/3,33 : 3,33/3,33

C:H:O=1:2:1

Jadi rumus empiris dari senyawa tersebut adalah CH2O

Mencari faktor pengali n untuk menentukan rumus molekul

(Rumus Empiris)n = Mr

(CH2O)n = Mr

{12 + (2 × 1) + 16}n = 180

30n = 180

N=6

Jadi rumus molekul dari senyawa tersebut adalah (CH 2O)6 = C6H12O6

BAB X
LARUTAN AQUEOUS, REAKSI-REAKSI KIMIA DALAM LARUTAN AQUEOUS
DAN KESEIMBANGAN IONIK

Aqueous adalah zat yang dapat larut dalam air atau menggunakan air sebagai pelarut. Di
alam jarang ditemukan air dalam keadaan murni. Ini dikareanakan struktur molekul air yang
membuat zat apapun bisa larut dengan mudah didalamnya. Air adalah pelarut universal. Hal
ini sangat penting karena jika air tidak melakukan hal ini tidak akan ada kehidupan dibumi.

PEMISAHAN (DISOSIASI) AIR

Air adalah molekul polar jika kita menggambar air dengan menggunakan struktur lewis akan
mendapatkan :

Terdapat dua pasangan elektron bebas alias yang tidak mengambil bagian dalam ikatan,
menyebabkan sisi molekul air memiliki kerapatan elektron lebih tinggi dari sisi lain dimana
atom hydrogen terikat. Sisi ini membuat molekul air lebih negative dan sisi hydrogen adalah
positif. Ini berarti bahwa satu bagian molekul memiliki muatan yang sedikit positif (kutub
positif) dan bagian lain memiliki muatan yang sedikit negatif (kutub negatif).

AIR ADALAH MOLEKUL POLAR

Ini artinya bahwa senyawa apapun yang dimasukkan ke dalam air, sepanjang mereka
memiliki kutub kutub negatif dan positif, maka dengan mudah mereka akan larut.

DISOSIASI NATRIUM KLORIDA DALAM AIR

Ini adalah sifat polar air yang memungkinkan senyawa ion larut didalamnya. Dalam kasus
NaCl misalnya, ion natrium postif tertarik kekutub negatif dari molekul air, sedangkan ion
klorida negatif tertarik kekutub positif dari molekul air, molekuk air polar dapat bekerja
dengan cara mereka ada di antara ion individu dalam kisi kisi. Molekul air mengelilingi ion
klorida negatif dan ion natrium positif dan menarik mereka pergi kedalam larutan proses ini
disebut disosiasi.

Anda mungkin juga menyukai