Anda di halaman 1dari 16

Skenario B (INTOKSIKASI EKSTASI) NON CEKLIS

Skenario Kasus
Ronald, seorang laki-laki, 26 tahun diantar temannya ke IGD kerena tampak gelisah sejak
2 jam sebelum masuk RS. Tiga jam sebelum masuk RS, Ronald menelan 2 tablet pil ekstansi.
Setelah itu, Ronald tampak gelisah, sesak napas, bicara melantur, kadang-kadang menjerit disertai
sakit kepala.
Pemeriksaan Fisik
Primary Survey:
-Airway : bisa berbicara dengan jelas, tidak terdapat suara napas tambahan
-Breathing : pernapasan 24x/menit, suara napas kiri dan kanan vesikuler, ronkhi tidak ada,
wheezing tidak ada
-Circulation : tekanan darah 130/80 mmhg, Nadi 100x/menit
-Disability :membuka mata secara spontan, bisa menggerakan ekstremitas sesuai perintah,
bila ditanya jawaban melantur, pupil isokor, refleks cahaya (+)
-Exposure : Suhu 36,8oC
Secondary Survey :
-Kepala :
a. Mata : conjungtiva tidak anemis
b. THT : tidak ada kelainan
-Leher : dalam batas normal, vena jugularis datar (tidak distensi)
-Thorax :
a. Inspeksi : gerak napas simetris, frekuensi napas 24x/menit
b. Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavikula sinistra, stem Fremitus kanan
dan kiri sama.
c. Perkusi : batas jantung normal, sonor pada kanan dan kiri
d. Auskultasi : suara jantung jelas dan reguler, HR : 100x/menit, suara paru vesikuler,
ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada.
-Abdomen :
a. Inspeksi : datar
b. Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar-lien dalam batas normal
c. Perkusi : timpani
d. Auskultasi : bising usus dalam batas normal
-Ekstremitas Inferior dan Superior : refleks fisiologis meningkat.

2.1 Identifikasi Masalah

1 Ronald, seorang laki-laki, 26 tahun diantar temannya ke IGD kerena tampak gelisah sejak 2
jam sebelum masuk RS.
2 Tiga jam sebelum masuk RS, Ronald menelan 2 tablet pil ekstansi. Setelah itu, Ronald
tampak gelisah, sesak napas, bicara melantur, kadang-kadang menjerit disertai sakit kepala.
3 Pemeriksaan Fisik. Primary Survey:
4 Secondary Survey :

2.5 Analisis masalah


1. Ronald, seorang laki-laki, 26 tahun diantar temannya ke IGD kerena tampak gelisah sejak
2 jam sebelum masuk RS.
a. Apa makna Ronald tampak gelisah sejak 2 jam sebelum masuk RS ?
Terjadinya gangguan pada sistem saraf pusat (otak) yang dapat diakibatkan oleh gangguan perfusi
darah atau gangguan neotransmitter saraf.

Merupakan manifestasi intoksikasi ringan ekstasi.


Gejala intoksikasi Amfetamin Ectasy (XTC): (ringan-berat)
Skenario B (INTOKSIKASI EKSTASI) NON CEKLIS
 Nyeri kepala, palpitasi, sesak, nyeri dada
 Parestesi, banyak omong, euphoria, empati
 Terlalu percaya diri, insomnia
 Kadang perubahan persepsi visual ringan
Keracunan Ringan :
a) Mudah tersinggung, mulut kering, palpitasi
b) Hipertensi ringan, gelisah, susah beristirahat
c) Tremor, midriasis dan flushing
Keracunan sedang :
a) Rasa takut, agitasi, mual, muntah, nyeri perut
b) Kejang otot, hiperrefleksi, diaforesis, takikardi
c) Hipertensi, hipertermi, panik dan halusinasi
Keracunan berat :
a) Delirium, kejang-kejang, gejala fokal SSP (perdarahan intrakranial), koma, aritmia
b) Otot kaku, hipertensi, gangguan hemostasis, gagal nafas, gagal ginjal akut, meninggal

b. Apa saja kemungkinan peyebab dari gelisah ?


1) Alkoholisme
2) Kafein
3) Obat psikoaktif
4) Hipertiroidisme
5) Nikotin withdrawal
6) Opiat withdrawal
7) Theophyline atau obat lainnya yang punya efek neurologis
8) Defisiensi vit B6
9) Gangguan struktur dan fungsi otak (sistem limbik, prefrontal, dll).
10) Gangguan keseimbangan neurotransmitter (serotonin, dopamine, norepinefrin, dll).
11) Faktor psikoedukasi, dll

c. Bagaimana struktur dan fungsi dari sistem yang terlibat (neuroanatomi)?


Organisasi Struktural Sistem Saraf
1) Sistem saraf pusat (SSP). Terdiri dari otak dan medulla spinalis yang dilindungi tulang
kranium dan kanal vertebral.
2) Sistem saraf perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem ini terdiri dari
saraf cranial dan saraf spinal yang menghubungkan otak dan medulla spinalis dengan
Skenario B (INTOKSIKASI EKSTASI) NON CEKLIS
reseptor dan efektor. Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen
dan sistem eferen.
a) Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke SSP
b) Saraf eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke otot dan kelenjar.
Sistem eferen dari sistem saraf perifer memiliki dua sub divisi :
 Divisi somatic (volunter) berkaitan dengan perubahan_ lingkungan eksternal dan
pembentukan respons motorik volunteer pada otot rangka.
 Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon involunter pada otot
polos, otot jantung dan kelenjar dengan cara mentransmisi impuls saraf melalui dua
jalur:
 Saraf simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla spinalis
 Saraf parasimpatis berasal dari area otak dan sacral pada medulla spinalis.
Sebagian besar organ internal di bawah kendali otonom memiliki inervasi
simpatis dan parasimpatis.

Neurotransmitter otak
1) Serotonin
Serotonin merupakan salah satu neurotransmitter yang terdapat di otak. Serotonin juga
dikenali sebagai 5-hydoxytryptamine (5-HT) (Goldman, 1994).
a) Sintesa dan degradasi serotonin
Proses pertama dimulai dengan enzim tryptophan hydroxylase. Bahan bakunya
adalah asam amino triptofan. Serotonin dimetabolisme oleh monoamine oxidase
menjadi 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA). Hanya 1-2% konsentrasi serotonin yang
terdapat dalam otak dan selebihnya terdapat dalam platlet, sel mast, dan sel
enterokromaffin di mukosa intestinal. Oleh karena serotonin tidak dapat menembusi
sawar otak, maka otak harus mensintesa sendiri neurotransmitter ini.
b) Jalur serotoninergik
Neuron serotonin paling banyak terdapat di bagian median dan dorsal nukleus
raphe, caudal locus cereleus, area postrema dan area interpedunkular. Dari bagian
medial dan dorsal ini, jalur ini proyeksi ke talamus, hipotalamus, dan ganglia basalis.
Neuron medial juga proyeksi ke amigdala, korteks piriform, dan korteks serebral. Jalur
desending serotonin ini menginnervasi ke medulla spinalis, dan memodulasi sensitivitas
terhadap rasa sakit. Pada badan pineal, ia mengandung 50x ganda kandungan serotonin
berbanding kadar serotonin di otak dan mengandung semua enzim yang dibutuhkan
untuk sintesis serotonin. Melatonin merupakan hormon yang disintesa dari serotonin.
Oleh karena aktivitas serotonin meningkat saat terjaga, arousal, dan berkurang saat
Skenario B (INTOKSIKASI EKSTASI) NON CEKLIS
REM sleep, maka dikatakan serotonin dalam badan pineal berfungsi dalam kontrol
circadian system.

2) Asetilkolin (Acetylcholine)
Asetilkolin memiliki peran mendasar yang sangat penting dalam penyimpanan
berbagai  materi yang kita hafal atau kita ingat.Kita juga banyak menggunakan
asetilkolin ketika kita membutuhkan konsentrasi dan  kesadaran. Defisiensi asetil kolin
menyebabkan terjadinya penyakit alzheimer.
3) GABA
GABA adalah neurotransmitter yang berfungsi meredam kecepatan trasmisi pesan-
pesan antar neuron. Kalau saja asam jenis ini tidak ada, maka “panas”  didalam otak
kita pasti akan meningkat tajam ketika ia sedang digunakan untuk berfikir keras.
4) Asam Glutamin (Glutamic Acid)
Dengan adanya asam jenis ini, maka berbagai informasi baru dapat
“melekat”didalam benak kita dan berbagai informasi lama dapat  kembali dimunculkan.
5) Dopamine
Dopamin adalah neurotransmitter yang berfungsi mengatur gerak otot tubuh dan
membentuk postur tubuh agar menjadi proporsional. Defisiensi dopamin menyebabkan
penyakit parkinson.
6) Endorfin
Endorfin adalah neurotransmitter yang berfungsi meredam rasa sakit, sehingga
dapat membuat kita merasa tenang secara fisik dan mental. Bahkan efek yang 
ditimbulkan endorfin dapat mendekati kondisi ekstase. Endorfin dapat melepaskan
berbagai tekanan fiik dan mental sehingga  dapat dikatakan bahwa endorfin adalah
semacam morfin yang diproduksi oleh tubuh kita.
7) Noradrenalin (Norepinefrin)
Norepinefrin adalah neurotransmitter yang membuat otak tetap sadar dan terjaga.
Tugas noradrenalin juga bertfungsi untuk merangsang hasrat seksual serta  membentuk
kondisi mental yang dapat meredam nafsu makan. Neurotransmitter jenis ini banyak
dihasilkan oleh mereka yang sedang  dimabuk cinta. Noradrenalin juga bertugas
memindahkan materi-materi yang telah kita simpan didalam “hippocampus” (tempat 
penyimpanan informasi jangka pendek) ke lapisan otak yang disebut neocortex ( tempat
penyimpanan informasi jangka panjang).

d. Bagaimana mekanisme tampak gelisah sejak 2 jam sebelum masuk RS?


Skenario B (INTOKSIKASI EKSTASI) NON CEKLIS
Secara kimia, struktur ATS (Amphetamine Type-Substance) mirip dengan neurotransmitter
dopamin, serotonin dan neorepinefrin, bekerja dengan menstimulus pelepasan neurotransmitter
tersebut dan menghambat proses “re-uptake” neurotransmitter tersebut. Hal ini kemudian
menyebabkan neurotransmitter tersebut bertahan lebih lama di sinaps sehingga menyebabkan
stimulus berlanjut.

Mekanisme :

 Konsumsi ekstasi (amfetamin)  pelepasan serotonin dan menghambat re-uptake serotonin


pada presinaps dengan reversal dari fungsi serotonin transporter (SERT)  lebih banyak
serotonin yang berkumpul di ruang sinaps  pada saat terjadi intoksikasi, akson terminal
neuron serotonin rusak/terganggu  penurunan level serotonin di sinaps  gelisah

 Konsumsi ekstasi (MDMA/methylene-dioxy-metamphetamine, analog amfetamin ( akumulasi


serotonin di presinaps ( kerusakan akson terminal presinaps ( kerusakan serotonin dan serotonin di
sinaps menurun ( rendahnya level serotonin di neuron serotonin ( neuron serotonin proyeksi ke
amygdala ( ketidakseimbangan atau rendahnya serotonin amygdala ( mempengaruhi fungsi amygdala
dalam pengaturn mood atau emosi ( gelisah

2. Tiga jam sebelum masuk RS, Ronald menelan 2 tablet pil ekstansi. Setelah itu, Ronald
tampak gelisah, sesak napas, bicara melantur, kadang-kadang menjerit disertai sakit
kepala.
a. Apa makna ronald tampak gelisah sesak napas, bicara melantur, kadang-kadang menjerit
disertai sakit kepala ?
Tanda dari intoksikasi amfetamin. Kondisi intoksikasi akan menimbulkan beberapa gejala psikotik,
beberapa hari sampai beberapa minggu. Gejala psikologik penggunaan amfetamin yaitu agitasi
psikomotor, rasa gembira, harga diri meningkat, bayak bicara (melantur), kewaspadaan meningkat,
halusinasi penglihatan, mudah tersinggung. Gejala fisik yang ditimbulkan menurut yaitu jantung berdebar
(palpitasi), pupil melebar (dilatasi pupil), tekanan darah naik, keringat berlebihan, mual dan muntah,
tingkah laku maladaptif, sulit tidur, gangguan delusi.

b. Apa efek dari penggunaan pil ekstansi?


Efek ekstasi adalah:
1) Efek psikologi dan fisik akut:
Dosis rendah Dosis tinggi
Sistem saraf pusat, - Peningkatan stimulasi, - Stereotipi atau perilaku yang
neurologis, perilaku insomnia, dizziness, tremor sukar ditebak
ringan - Perilaku kasar atau irasional,
- Euforia/disforia, bicara mood yang berubah-ubah,
Skenario B (INTOKSIKASI EKSTASI) NON CEKLIS
berlebihan termasuk kejam dan agresif
- Meningkatkan rasa percaya - Bicara tidak jelas
diri dan kewaspadaan diri - Paranoid, kebingungan dan
- Cemas, panik gangguan persepsi
- Supresi nafsu makan - Sakit kepala, pandangan kabur,
- Dilatasi pupil dizziness
- Peningkatan energi, stamina - Psikosis (halusinasi, delusi,
dan penurunan rasa lelah paranoia)
- Dengan peningkatan dosis, - Gangguan serebrovaskular
dapat meningkatkan libido - Kejang
- Sakit kepala - Koma
- Gemerutuk gigi - Gemerutuk gigi
- Distorsi bentuk tubuh secara
keseluruhan
Kardiovaskular - Takikardi (mungkin saja - Stimulasi kardiak (takikardi,
bradikardi, hipertensi) angina, MI)
- Palpitasi, aritmia - Vasokontriksi / hipertensi
- Kolaps kardiovaskuler
Pernapasan - Peningkatan frekuensi napas - Kesulitan bernapas/gagal napas
dan kedalaman pernapasan
Gastrointestinal - Mual dan muntah - Mulut kering
- Konstipasi, diare atau kram - Mual dan muntah
abdominal - Kram abdominal
Kulit - Kulit berkeringat, pucat -Kemerahan atau flushing
- Hiperpireksia -Hiperpireksia, disforesis
Otot Peningkatan reflex tendon

2) Efek fisik dan psikologis jangka panjang:


- Berat badan menurun, malnutrisi, penurunan kekebalan
- Gangguan makan, anoreksia dan defisiensi gizi
- Kemungkinan atrofi otak dan cacat fungsi neuropsikologis
- Daerah injeksi: bengkak, skar, abses
- Kerusakan pembuluh darah dan organ akibat sumbatan partikel amfetamin pada
pembuluh darah yang kecil
- Disfungsi seksual
- Gejala kardiovaskular
Skenario B (INTOKSIKASI EKSTASI) NON CEKLIS
- Delirium dan beberapa gejala psikosis seperti paranoia, ansietas akut dan halusinasi.
Gejala psikosis akibat penggunaan amfetamin ini akan berkurang bila penggunaan
zat dihentikan, bersamaan dengan diberikan medikasi jangka pendek
- Depresi, gangguan mood yang lain, atau adanya gangguan makan pada kondisi
gejala putus zat yang berkepanjangan
- Penurunan fungsi kognitif, terutama daya ingat dan konsentrasi

c. Apa farmakologi dari pil ekstasi?


Amfetamin merupakan campuran dari isomer d-amfetamin dan lamfetamin. D-amfetamin bekerja
dengan cara membebaskan dopamin ke celah sinaptik sedangkan isomer l-amfetamin bekerja dengan cara
membebaskan norepinefrin. Oleh karena itu, Amfetamin dikatakan sebagai obat simpatomimetik yang
bekerja secara tidak langsung dengan menekankan pada pembebasan neurotransmitter simpatetik
daripada bekerja secara aktif pada reseptor α- maupun β- adrenergik.
Strukturnya sangat mirip dengan katekolamin endogen seperti epinefrin, norepinefrin dan
dopamin. Efek alfa dan beta adrenergik disebabkan oleh keluarnya neurotransmiter dari daerah presinap.
Amfetamine juga mempunyai efek menghalangi re-uptake dari katekolamin oleh neuron presinap dan
menginhibisi aktivitas monoamine oksidase, sehingga konsentrasi dari neurotransmitter cenderung
meningkat dalam sinaps.
Mekanisme kerja amfetamin pada susunan saraf pusat dipengaruhi oleh pelepasan biogenik amine
yaitu dopamin, norepinefrin dan serotonis atau ketiganya dari tempat penyimpanan pada presinap yang
terletak pada akhiran saraf. Efek yang dihasilkan dapat melibatkan neurotransmitter atau sistim
monoamine oxidase (MAO) pada ujung presinaps saraf.
ABSORBSI melalui permukaan mukosa dari saluran cerna, nasofaring, cabang trakheobronkhus dan
vagina.
DISTRIBUSI: Penggunaan intravena akan langsung mencapai otak dalam beberapa detik,pada
penggunaan yang dihirup pertama kali dikondensasi di paru-paru dan secara cepat diabsorbsi kedalam
pembuluh darah. Kadar plasma puncak setelah penggunaan oral terjadi 1-3 jam, hal ini bervariasi
tergantung pada aktivitas fisik dan jumlah makanan dalam lambung.
METABOLISME: degradasi luas dalam hati dengan menghasilkan sejumlah metabolit, beberapa
diantaranya masih mempunyai aktifitas farmakologi. Bentuk yang tidak dirubah dan metabolitnya akan
diekskresi melalui urine.
EKSRESI: melalui urine. Ekskresi melalui ginjal secara kuat ditentukan oleh pH urine, dalam urine
dengan pH asam (misalnya pH5) kurang lebih 99% dari dosis amfetamine diionisasi oleh filtrasi glomerulus
dan sisanya diabsorpsi kedalam sistem sirkulasi. Dengan demikian pengobatan dari overdosis adalah
dengan pengasaman urine.

d. Apa jenis-jenis dari narkoba ?


Skenario B (INTOKSIKASI EKSTASI) NON CEKLIS
1) Narkotika
Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat, juga memiliki daya toleran
(penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat tinggi, dimana ketiga sifat inilah
yang menyebabkan pemakai narkotika sulit untuk melepaskan ketergantungannya.
Narkotika diklasifikasikan menjadi 3 golongan, yaitu :
a) Narkotika Golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya dengan daya adiktif yang
sangat tinggi. Karenanya tidak diperbolehkan penggunaannya untuk terapi pengobatan,
kecuali penelitian dan pengembangan pengetahuan. Narkotika yang termasuk golongan
ini adalah ganja, heroin, kokain, morfin, opium, dan lain sebagainya .
b) Narkotika Golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Meskipun demikian penggunaan narkotika
golongan II untuk terapi atau pengobatan sebagai pilihan terakhir jika tidak ada pilihan
lain. Contoh dari narkotika golongan II ini adalah benzetidin, betametadol, petidin dan
turunannya, dan lain-lain.
c) Narkotika Golongan III adalah jenis narkotika yang memiliki daya adiktif atau potensi
ketergantungan ringan dan dapat dipergunakan secara luas untuk terapi atau pengobatan
dan penelitian. Adapun jenis narkoba yang termasuk dalam golongan III adalah kodein
dan turunannya, metadon, naltrexon dan sebagainya.

Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibedakan ke dalam3 jenis yaitu narkotika


alami, narkotika semisintesis, dan narkotika sintesis. Narkotika alami adalah narkotika yang
zat adiktifmya diambil dari tumbuh-tumbuhan (alam), seperti :
a) Ganja
Pada tanaman ganja terkandung tiga zat utama yaitu tetrehidro kanabinol, kanabinol
dan kanabidiol.
b) Hasis
c) Koka
d) Opium
Narkotika semi-sintesis adalah berbagai jenis narkotika alami yang diolah dan diambil zat
adiktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan kedokteran. Beberapa jenis narkotika semi-sintesis yang disalahgunakan
adalah sebagai berikut :
a) Getah Opium / Morfin Mentah Kodein. Dengan khasiat analgesic yang lemah, kodein
dipakai untuk obat penghilang (peredam) batuk.
b) Morfin biasa dipakai di dunia kedokteran sebagai penghilang rasa sakit atau pembiusan
pada operasi (pembedahan).
Skenario B (INTOKSIKASI EKSTASI) NON CEKLIS
c) Heroin

2) Psikotropika
Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa
(psyche) yang terbagi menjadi 4 golongan, yaitu :
a) Golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, dilarang
digunakan untuk terapi dan hanya untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan, seperti MDMA/ekstasi, LSD dan STP.
b) Golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat, akan tetapi berguna
untuk pengobatan dan penelitian, contohnya amfetamin, metilfenidat atau ritalin.
c) Golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang dan berguna untuk
pengobatan dan penelitian (lumibal, buprenorsina, pentobarbital, Flunitrazepam
dan sebagainya).
d) Golongan IV yaitu jenis psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta
berguna untuk pengobatan, seperti nitrazepam (BK, mogadon, dumolid),
diazepamdan lain sebagainya.

3) Bahan Adiktif
Adapun zat suatu benda yang termasuk dalam kategori bahan adiktif adalah:
a) Rokok
b) Kelompok alkohol dan minuman lain yang dapat menimbulkan hilangnya
kesadaran (memabukkan), dan menimbulkan ketagihan
c) Thinner dan zat-zat lain yang jika dihirup dapat memabukkan, seperti lem kayu,
penghapus cair, aseton, cat, bensin dan lain sebagainya.

Secara klinis obat psikotropik dibagi menjadi 4 golongan, yaitu :


1. Antipsikotik
Obat yang digunakan untuk terapi kejiwaan akut maupun kronis. Efek dari obat ini adalah
menenangkan penderita kejiwaan yang agresif, hiperaktif atau yang sedang labil. Obat ini tidak
menimbulkan ketergantungan psikik dan fisik. Contoh dari obat ini yaitu cpz
(klorpromazin),dengan nama da- perbaikan alam perasaan, bertambahnya aktivitas gang largactil.
Cpz menimbulkan efek menidurkan yang disertai sikap acuh tak acuh terhadap rangsang dan
lingkungan.
2. Antineurosis
Obat ini berguna untuk pengobatan gejala penyakit kejiwaan. Digunakan sebagai penenang,
terapi rasa cemas, mengendurkan otot dan alkoholisme. Penggunaan dosis terapi tidak
Skenario B (INTOKSIKASI EKSTASI) NON CEKLIS
menimbulkan kantuk. Efek yang unik dari beberapa obat golongan ini adalah perangsang nafsu
makan. Obat ini sering digunakan untuk percobaan bunuh diri oleh penderita dengan mental labil.
Pemakaian dosis tinggi dan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan ketergantungan fisik
maupun mental. Contoh obat antineurosis yaitu diazepam dan klordiazepoksid.
3. Psikotogenik
Obat golongan ini dapat menimbulkan kelainan tingkah laku disertai halusinasi, ilusi,
gangguan cara berpikir dan perubahan alam perasaan. Contoh obat psikotogenik yaitu meskalin dan
lsd (n,n-dietillisergamida). Obat ini dapat menimbulkan perasaan gembira, curiga dan agresif.
Meskalin dan lsd tidak digunakan untuk pengobatan atau diagnosa, tetapi digunakan untuk
menimbulkan keadaan mirip psikosis (kelainan mental).
4. Antidepresi
Obat golongan antidepresi digunakan untuk mengatasi tekanan mental ( depresi). Obat ini
terbukti dapat menghilangkan atau mengurangi depresi yang timbul pada beberapa penyakit
kejiwaan. Perbaikan depresi ditandai dengan perbaikan alam perasaan, bertambahnya aktivitas fisik
dan kewaspadaan mental, nafsu makan dan pola tidur yang lebih baik. Contoh dari obat golongan
antidepresi adalah amphetamin. Beberapa senyawa turunan amphetamin, salah satunya ekstasi
(mdma: 3,4-methylenedioxy methamphetamine), memiliki efek antidepresi.
Oleh sebab itu senyawa turunan amphetamin termasuk obat perangsang susunan saraf pusat
yang paling kuat. Efek yang ditimbulkan yaitu peningkatan kewaspadaan, hilangnya rasa kantuk,
berkurangnya rasa ielah, perbaikan mood, bertambahnya inisiatif, keyakinan diri dan daya
konsentrasi, rasa gembira berlebihan, peningkatan aktivitas motorik dan aktivitas bicara.
Penggunaan jangka waktu lama dan dosis besar dapat menyebabkan depresi mental,
kelelahan fisik dan pada kasus penyalahgunaan obat dapat menimbulkan kematian. Senyawa
turunan amphetamin ini dapat menimbulkan adiksi yaitu dosis yang digunakan untuk menimbulkan
efek yang diinginkan semakin lama semakin besar. Obat ini seringkali digunakan untuk menunda
kelelahan. Dalam hal ini mengurangi hilangnya perhatian akibat kurang tidur sehingga dapat
konsentrasi terus-menerus. Efek anoreksi (berkurangnya nafsu makan) juga dapat ditimbulkan oleh
obat-obat turunan amphetamin. Itulah sebabnya dapat digunakanjuga untuk terapi kegemukan.
Obat yang telah lama digunakan sebagai anoreksi yaitu dekstroamphetamin dan methamphetamin.

e. Bagaimana mekanisme gelisah, sesak napas, bicara melantur, kadang-kadang menjerit


disertai sakit kepala ?
 Intoksikasi derivat amfetamin yaitu MDMA  pelepasan katekolamin (norepinefrin, dopamin,
serotonin) dan juga inhibisi re-uptake katekolamin oleh neuron pre-sinaps dan monoamine
oksidase  konsentrasi neurotransmitter katekolamin cenderung meningkat di sinaps 
pengaruhi sistem saraf pusat, seperti di medulla oblongata dan korteks, RAS peningkatan
Skenario B (INTOKSIKASI EKSTASI) NON CEKLIS
kewaspadaan yang menyebabkan gelisah, aktivitas lokomotor dan aktivitas motoric yang
menyebabkan bicara melantur dan kadang menjerit, peningkatan tekanan sistolik dan diastolik,
sakit kepala.
 Efek dopaminergik amfetamin di medulla oblongata  perangsanan pusat nafas, peningkatan kerja
kardiovaskular  sesak napas

 Intoksikasi amfetamin  gangguan keseimbangan serotonin  rendahnya serotonin amigdala 


gangguan psikis atau mood  gelisah

 Intoksikasi amfetamin  MDMA serotonin selective  peningkatan pelepasan serotonin &


penekanan reuptake serotonin  akumulasi serotonin di ruang sinaps  kerusakan akson
terminal neuron serotonin  level serotonin neuron menurun (withdrawal)  efek
serotonergik proyeksi amygdala  bicara melantur (disorientasi), kadang menjerit
(halusinogenik)

f. Apa makna Ronald menelan 2 tablet pil ekstansi ?


Pengaruh amfetamin terhadap pengguna bergantung pada jenis amfetamin, jumlah yang
digunakan, dan cara menggunakannya. Dosis kecil semua jenis amphetamine akan meningkakan tekanan
darah, mempercepat denyut nadi, melebarkan bronkus, meningkatkan kewaspadaan, menimbulkan
euphoria, menghilangkan kantuk, mudah terpacu, menghilangkan kantuk, mudah terpacu, menghilangkan
rasa lelah dan rasa lapar, meningkatkan aktivitas motoric, banyak bicara dan merasa kuat. Dosis sedang
amfetamin 20-50 mg akan menstimulasi pernafasan menimbulkan tremor ringan, gelisah, meningkatkan
aktivitas motoric, insomnia, agitasi, mencegah lelah, menekan nafsu makan, menghilangkan kantuk dan
mengurangi tidur.

g. Bagaimana tatalaksana awal pasien intoksikasi ekstasi?


Prinsip pengobatan menghindari kontak/eliminasi obat dengan cara :
1) ABCDE
2) Mencegah konsumsi obat tersebut
3) Beri norit / obat katarsis
4) Rangsang muntah bila kesadaran baik
5) Bilas lambung
6) Diuresis paksa (karena obat ini di ekskresikan ke ginjal)
Pengobatan simtomatis : (ectasy)
1) Ansietas : diazepam 0,05-0,1 mg/kgBB IV atau oral. Dapat diulang 5-10 menit
2) Agitasi/psikosis : haldol 5-19 mg iv. Dapat diulang 10-60 menit
3) Hipertensi berat : beta blocker/vasodilator
4) Takikardi supraventrikular dengan iskemia jantung : beta bloker
5) Iskemia miokard : morfin, nitrat
6) Hipertermia : ruangan dingin
Skenario B (INTOKSIKASI EKSTASI) NON CEKLIS
7) Koagulopati : heparin.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan primary survey?
Airway : tidak ada sumbatan/obstruksi jalan nafas
Breathing : RR : 24x : takipnea
Circulation : TD :130/80 : Prehipertensi
Disabili
Jenis Pemeriksaan Nilai
Respon buka mata (Eye Opening, E)
·      Respon spontan (tanpa stimulus/rangsang) 4
15 ·      Respon
: sadar terhadap suara (suruh buka mata) 3
13 ·      Respon
– 14 : penurunan kesadaran
terhadap ringan
nyeri (dicubit) 2
9 –·      Tida
12 : penurunan kesadaran sedang
ada respon (meski dicubit) 1
3 – 8 : penurunan kesadaran berat (koma)
Respon verbal (V)
Interpretasi GCS : 14 : penurunan kesadaran ringan
·    Berorientasi baik 5
E x p o s u r e
·    Berbicara mengacau (bingung) 4
normal
·    Kata-kata tidak teratur  3
(36 ,5 - 37,5o)
·    Suara tidak jelas (tanpa arti, mengerang) 2
·    Tidak ada suara 1
a. Bagaimana mekanisme
Respon motorik Konsumsi ekstasi
(M) dari pemeriksaan primary survey?
·    Ikut perintah 6
·   Melokalisir nyeri  5
·   Fleksi normal (menarik anggota yang dirangsang) 4
Pelepasan norepinefrin, serotonin, dan dopamin di pre sinaps
·  Fleksi abnormal 3
·  Ekstensi abnormal  2
·   Tidak ada (flasid) 1
Total halang reuptake katekolamin di presinaps & inhibisi 14
aktivitas MAO

Berinteraksi Berinteraksi dengan Mengikat


dengan dopamin monoamine pengangkut
tranporter (DET) vesikuler trasporter serotonin (SERT)
(VTMAT)

Menguras Mengganggu Ekstasi dengan cepat ↑ konsentrasi


neurotransmitter di vesikelnya diabsorp keujung saraf serotonin
vesikel sinaps noradrenergik melalui NET ekstrasel

Serat simpatis pasca sinaps deplesi serotonin


↑ dopamin di ↑ dopamin di
ganglion lepas norepinefrin intrasel
celah sinaps sitosol

↑ aktivitas dopamin Ujung saraf adrenergik


di pasca sinaps
↑ neuron adrenergik
pasca sinaps

RR↑ GCS 13 Agitasi (+)


Skenario B (INTOKSIKASI EKSTASI) NON CEKLIS

4. Secondary Survey :
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan secondary survey?
Hasil Pemeriksaan Interpretasi
Kepala : Normal
a. Mata : conjungtiva tidak anemis
b. THT : tidak ada kelainan
Leher : dalam batas normal, vena jugularis datar (tidak distensi) Normal
Thorax : Normal
Abdomen : Normal
Ekstremitas Inferior dan Superior : refleks fisiologis meningkat. Abnormal

b. Bagaimana mekanisme dari pemeriksaan secondary survey?


Amfetamin meningkatkan pelepasan serotonin namun P-Chloro-N-metilamfetamin mengosongkan
kadar 5-hidroksitriptopan, menurunkan 5-hidroksiindolasetic acid (5-HIAA) dan menurunkan 5-HT
reuptake  kadar serotonin turun  proyeksi ke thalamus turun  kontrol motorik terganggu 
reflek fisiologis meningkat

5. Bila semua gejala digabungkan, maka:


c. Apa pemeriksaan tambahan pada kasus ini?
Satu-satunya cara untuk mendiagnosis pasti keracunan obat ini adalah melalui
analisis laboratorium. Bahan untuk analisis berasal dari darah, cairan lambung, kuku,
rambut atau urin. Obat golongan amfetamin akan tertahan dalam urin selama 2 hari.
Pemeriksaan dan penyaringan yang cepat dan sederhana menggunakan kromatografi
lapisan tipis dapat digunakan untuk mendeteksi 90% keracunan umum
Pemeriksaan tambahan lain perlu dilakukan jika intoksikasi menimbulkan gejala
berat. Pemeriksaan tambahan tersebut berupa: Analisis Gas Darah, pemeriksaan
elektrolit, EKG, Urine Output, fungsi ginjal,
Pada kasus: perlu dilakukan pemeriksaan Urine Output, EKG, dan AGD.
Skenario B (INTOKSIKASI EKSTASI) NON CEKLIS
d. Gangguan apa yang paling mungkin terjadi pada kasus ini? Intoksikasi ekstasi.

e. Bagaimana tatalaksana pada kasus ini secara komprehensif?


a) A, B, C
Airway ( memperlancar jalan nafas.
Breathing ( observasi nafas, jika menunjukkan tanda sesak nafas beri oksigen.
Circulation ( menurunkan tekanan darah.
b) Cegah konsumsi obat tersebut
c) Pengeluaran bahan:
1. Beri norit/obat katarsis ( sorbitol 70% atau magnesium sulfat jika fungsi ginjal rusak.
2. Rangsang muntah ( sirup ipekak peoral 30 ml untuk dewasa, atau 10-15 ml untuk anak-
anak.
3. Bilas lambung ( bila pasien terjaga dan kurang dari 4 jam setelah minum obat/toksis, pipa
yang digunakan harus sebesar mungkin ( mencegah hipotermia, urutan: larutan garam
0,9%.
d) Antipsikosis: haldol 5-19 mg IV.
e) Antiansietas: diazepam 0,05 -0,1 mg/kgBB IV atau oral.
f) Rujuk ke dokter spesialis jiwa/psikiatri.

f. Bagaimana jika tidak diatasi secara komprehensif?


Akibat penyalahgunaan amfetamin (termasuk ectasy dan shabu) adalah :
1) Problem fisik
a) Malnutrisi akibat defisiensi vitamin, kehilangan nafsu makan
b) Denyut jantung meninggi sehingga membahayakan bagi mereka yang pernah
mempunyai riwayat penyakit jantung
c) Gangguan ginjal, emboli paru dan stroke
d) Hepatitis
e) HIV / AIDS bagi mereka yang menggunakan suntian amfetamin
2) Problem psikiatri
a) Perilaku agresif
b) Confusional state, psikosis paranoid sampai skizofrenia
c) Kondisi putus zat menyebabkan: letargi, fatique, exhausted, serangan panic,
gangguan tidur
d) Depresi berat sampai suicide
e) Halusinasi (terutama ectasy) dan shabu)
3) Problem sosial
Skenario B (INTOKSIKASI EKSTASI) NON CEKLIS
a) Tindakan kekerasan (berkelahi)
b) Kecelakaan lalu lintas
c) Aktivitas criminal
4) Sebab kematian
a) Suicide
b) Serangan jantung
c) Tindakan kekerasan, kecelakaan lalu lintas
d) Dehidrasi, sindrom keracunan air

 Gangguan kardiovaskular
 Amfetamin dapat menyebabkan hipertensi, sinus takikardi, iskemik miokard.
 Kerusakan ginjal
 Gangguan saluran pencernaan
 Gangguan fungsi seksual
 Hipertermia
 Gangguan kesadaran, dll

g. Apa prognosis pada kasus ini? Dubia et bonam


h. Bagaimana pandangan islam pada kasus ini?
QS Al Baqarah: 168
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagimu.”
QS Al-Baqarah 195:
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan”.
Hadits Rasulullah:
“Rasulullah saw melarang dari segala yang memabukkan dan mufattir” (HR. Abu Daud dan
Ahmad).

Kesimpulan
Ronald, seorang laki-laki 26 tahun mengalami gelsah, sesak napas, bicara melantur dan sakit kepala
karena intoksikasi ekstasi.
Kerangka Konsep
Konsumsi ektasi

Intoksikasi ekstasi

Gangguan neurotrasmiter pada


otak
Skenario B (INTOKSIKASI EKSTASI) NON CEKLIS

Efek dopaminergik, serotonergik,


norepinefrin

Gelisah, sesak napas, bicara


melantur, sakit kepala dan reflex
fisiologis meningkat

Anda mungkin juga menyukai