Anda di halaman 1dari 4

Argumen Kosmologi Kontingensi

Argumen adalah rangkaian dari beberapa pernyataan yang menghasilkan sebuah kesimpulan.
Sebuah argumen dianggap kuat apabila memenuhi dua hal yaitu:

1. Premis-premisnya benar,

2. dan Kesimpulannya berdasarkan alur dari premis-premisnya.

Dan akan lebih sempurna, apabila premis yang mendasari argumen tersebut lebih mudah
diterima dari pada premis sebaliknya. Pertanyaannya, adakah argumen yang mendasari
keyakinan akan keberadaan Tuhan? Kalaupun ada, apakah argumen tersebut bisa dikatakan
sebagai argumen yang kuat?

Argumen yang merupakan variasi lain dari argumen kosmologi ini berangkat dari pertanyaan-
pertanyaan filosofis yang sangat mendasar. Mengapa sesuatu itu ada(anything)? Mengapa tidak
tiada(nothing) saja? Kenapa manusia, bumi, alam semesta ada? Kenapa tidak tiada saja?

Menurut G.W Leibniz (1646 – 1716), Filsuf yang juga pakar Matematika, segala sesuatu yang
ada pasti mempunyai penjelasan kenapa dia ada. Dengan dasar pemikiran ini, dirangkailah
argumentasi bagi keberadaan Tuhan. Rangkaian argumentasi yang dikenal dengan Argument
From Contingency berbunyi:

1. Segala sesuatu yang ada mempunyai penjelasan atas keberadaannya, bisa berupa sebab
eksternal dari luar dirinya atau internal dari dalam dirinya sendiri.

2. Jika alam semesta mempunyai penjelasan atas keberadaannya, maka penjelasannya adalah
Tuhan.

3. Alam semesta ada.

4. Maka, alam semesta mempunyai penjelasan atas keberadaannya. (dari 1 dan 3)

5. Maka, penjelasan atas keberadaan alam semesta adalah Tuhan. (dari 2 dan 4)

Mari kita cermati ketiga premis di atas. Apakah memang termasuk premis yang sesuai dengan
kenyataan atau tidak.
1. Segala yang sesuatu yang ada memiliki penjelasan atas keberadaannya yang berupa penjelasan
eksternal dari luar dirinya ataukah internal dari dalam dirinya sendiri.

Anggaplah anda sedang berjalan di tengah padang pasir, tiba-tiba anda menemukan sebuah bola
tenis. Tentu secara otomatis pikiran anda bertanya-tanya, apa yang menyebabkan bola bulat tenis
bisa berada di sini? Kalau ada yang mengatakan bahwa bola tenis tersebut ada disini tanpa
adanya penjelasan, tentu anda tidak akan mempercayainya. Karena hukum akal kita menyatakan
bahwa keberadaan sesuatu pasti mempunyai penjelasan akan keberadannya.

Lalu seandainya yang kita temukan adalah bola yang ukurannya lebih besar, anggaplah sebesar
bola sepak, masihkah anda masih bertanya-tanya apa yang menyebabkan bola tersebut bisa
berada disini? Tentu saja. Kalau seandainya bola yang anda temukan besarnya seukuran rumah,
masihkah anda akan bertanya apa penyebab keberadaannya? Tentu saja. Hal ini terjadi karena
sebesar apapun ukuran bolanya, tetap saja harus mempunyai penjelasan bagi keberadaannya.
Apakah ukurannya sebesar bola tenis, bola sepak, rumah, planet bahkan sebesar matahari, tetap
saja harus mempunyai penjelasan bagi keberadannya.

Besar ataupun kecil ukurannya, tetap saja harus mempunyai penjelasan bagi keberadannya.
Karena perbedaan ukuran tidak menghilangkan adanya penjelasan bagi keberadaannya. Maka,
bola tersebut dapat kita ganti dengan objek lain yang lebih besar ukurannya. Seperti Bumi,
Bulan, Matahari, bahkan Alam Semesta itu sendiri. Semua objek yang lebih besar ukurannya
tersebut, tetaplah harus mempunyai penjelasan bagi keberadaannya.

Segala sesuatu yang keberadaannya mampu kita tangkap dengan panca indera bersifat
Kontingen. Yang berarti keberadaannya bergantung pada sebab yang berada di luar dirinya.
Seperti Manusia, Hewan, Planet, Matahari dan Galaksi. Bahkan alam semesta itu sendiri bisa
dikatakan bersifat Kontingen. Alam Semesta disusun oleh kumpulan benda-benda yang bersifat
Kontingen. Karena benda penyusunnya adalah benda-benda yang bersifat kontingen maka alam
semesta sebagai keseluruhan dari kumpulan benda-benda tersebut pun bersifat Kontingen.

Dengan demikian kita mengetahui bahwa Alam Semesta haruslah mempunyai penjelasan bagi
keberadaannya. Dan karena Alam Semesta bersifat Kontingen, maka penjelasan bagi
keberadaannya haruslah berupa penjelasan eksternal yang berada dari luar dirinya. Penjelasan
yang berada di luar Alam Semesta.
2. Jika alam semesta memiliki penjelasan atas keberadaannya, maka penjelasannya adalah
Tuhan.

Mungkin kita bertanya-tanya terhadap premis kedua. Kenapa kok tahu-tahu penjelasannya
adalah Tuhan? Sebenarnya premis ini adalah kebalikan dari premis yang mewakili sudut
pandang Ateis. Menurut Ateis, Alam Semesta adalah ultimate reality. Satu-satunya realitas yang
ada. Tidak ada realitas lain di luar dirinya. Karena tidak ada realitas lain di luar dirinya, maka
keberadaan Alam Semesta tidak mempunyai penjelasan apa-apa. Alam semesta sekedar ada apa
adanya. Seperti pernyataan terkenal dari seorang Filsuf Ateis ternama abad 19, Bertrand Russell
(1872-1970), “I should say that the universe is just there, and that’s all” (Pokoknya alam semesta
ada. Itu saja, titik).

Jadi alur logika premis kedua sebagai berikut:

Ateis adalah kebalikan dari Teis.

Anggapan Tuhan tidak ada adalah kebalikan dari anggapan Tuhan itu ada.

Tidak ada penjelasan bagi keberadaan Alam Semesta adalah kebalikan dari adanya penjelasan
bagi keberadaannya.

Jika Tuhan tidak ada, maka Ateis benar. Jika Ateis benar, artinya tidak ada penjelasan bagi Alam
Semesta. Namun, jika Alam Semesta mempunyai penjelasan bagi keberadaannya (premis 1),
maka ateis salah. Jika ateis salah, maka teis benar. Jika teis benar, artinya Tuhan ada. Kalau
Tuhan ada, artinya dialah penjelasan bagi keberadaan Alam Semesta.

Disamping itu, premis kedua ini diperkuat oleh sifat Alam Semesta yang kontingen (Premis 1).
Jika alam semesta kita pahami sebagai keseluruhan entitas (wujud –ed.) materi dan energi yang
berada dalam ruang dan waktu, maka hal ini menunjukkan bahwa penjelasan bagi keberadaan
Alam Semesta mestilah di luar Alam Semesta. Karena di luar Alam Semesta, maka penjelasan
ini pastilah sesuatu yang immaterial dan berada di luar cakupan ruang dan waktu. Penjelasan
yang bersifat immaterial, yang berada di luar cakupan ruang dan waktu inilah yang dikenal
sebagai Tuhan oleh Teis.

3. Alam semesta ada.


Hal ini tidak perlu dipertanyakan lagi. Melalui pengamatan empiris saja, kita sudah bisa
mengetahui bahwa Alam Semesta ada. Maka kesimpulannya:

4. Alam semesta memiliki penjelasan atas keberadaannya. (dari premis 1 dan 3)

5. Penjelasan bagi keberadaan alam semesta adalah Tuhan. (dari premis 2 dan 4)

Ketiga premis di atas menghantarkan kita kepada kesimpulan akan adanya penjelasan bagi
keberadaan Alam Semesta. Penjelasan yang bersifat Immaterial dan berada di luar cakupan
ruang dan waktu. Sifat immaterial dan berada di luar cakupan ruang dan waktu merupakan
sebagian sifat dari apa yang disebut sebagai Tuhan.

Kairo, 30/4/2013

Anda mungkin juga menyukai