Disusun oleh:
1. Tri Wuri Handayani (1710206084)
2. Rizky Aodina Riswandani (1910206007)
3. Septyliana Ady Putri (1910206011)
4. Vebrina Restyani Putri (1910206029)
5. Djanti Dwi Kostradam (1910206033)
6. Kurnia Nurmalita Sari (1910206044)
7. Dewi Rinjani Miranti (1910206089)
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
1. Tri Wuri Handayani (1710206084)
2. Rizky Aodina Riswandani (1910206007)
3. Septyliana Ady Putri (1910206011)
4. Vebrina Restyani Putri (1910206029)
5. Djanti Dwi Kostradam (1910206033)
6. Kurnia Nurmalita Sari (1910206044)
7. Dewi Rinjani Miranti (1910206089)
Disahkan oleh:
Pada hari/tanggal: .................................
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Ardani, M.Kep.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas praktik profesi ners stase Manajemen
Keperawatan di ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Laporan ini dapat
terselesaikan atas bantuan, dukungan, arahan, dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ardani, M.Kep. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan
bantuannya dalam menyelesaikan laporan ini.
2. Sobran Jamil, S.Kep.,Ns selaku manajer keperawatan serta pembimbing lapangan,
yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan bantuan dalam praktik manajemen
keperawatan di ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Eko Subekti, AMK selaku kepala ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
yang telah memberikan bantuan, bimbingan, arahan dan masukan.
4. Seluruh staf karyawan ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang telah
mendukung dan membantu proses manajemen keperawatan.
5. Teman-teman seperjuangan kelompok stase manajemen keperawatan atas segala
bantuan dan kekompakan nya.
6. Bapak dan Ibu kami yang telah memberikan banyak dukungan baik secara material
maupun spiritual.
7. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satupersatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, untuk itu
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 4
C. Manfaat 4
BAB II PENGKAJIAN
A. Gambaran Umum Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 6
B. Pendekatan Terhadap Aspek Manajemen Keperawatan Yang Dikaji 8
C. Analisa Data Hasil Pengkajian 61
D. Prioritas Masalah 63
E. Plan Of Action 65
BAB III IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Besaran Ruang dalam Bangunan ICU (Kemenkes RI, 2012) 7
Tabel 2.2 Distrubusi Jumlah Pasien Berdasarkan 6 Bulan di Ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta 9
Table 2.3 Sepuluh Kasus Penyakit Terbanyak di Ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan April- November 2019 10
Table 2.4 Distribusi Pasien Berdasarkan Kabupaten di ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta pada Bulan April - November 2019 10
Table 2.5 Rekapitulasi Data Mahasiswa Praktek Profesi Ners Di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta pada Bulan Mei – November 2019 11
Table 2.6 Distribusi Perawat di Ruang Intensive Care Unit RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta 12
Table 2.7 Standar Prosedur Operasional (SPO) RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 17
Table 2.8 Peralatan Berdasarkan Klasifikasi Pelayanan Intensive Care Unit Menurut
Permenkes RI No 1778/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Pedoman Penyelenggara
Pelayanan ICU 21
Table 2.9 Daftar Alat Medis dan Non Medis di ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 21
Table 2.10 Daftar Buku Bantu di ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 23
Table 2.11 Buku Panduan dan Pedoman Keperawatan (PPK)RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta 23
Table 2.12 Daftar Alat Medis Mesin dan di ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 25
Table 2.13 Pengkajian Unsur Proses (Manajemen Asuhan Keperawatan) Analisa
Pengkajian Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 29
Table 2.14 Pengkajian Unsur Proses (Manajemen AsuhanKeperawatan) Analisa
Diagnosa Keperawatan Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 30
Table 2.15 Pengkajian Unsur Proses (Manajemen Asuhan Keperawatan) tentang
Perencanaan Tindakan Keperawatan Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 31
Table 2.16 Pengkajian Unsur Proses (Manajemen Asuhan Keperawatan) tentang
Implementasi Tindakan Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 32
Table 2.17 Pengkajian Unsur Proses (Manajemen Asuhan Keperawatan) tentang
Perencanaan Tindakan Keperawatan Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 33
Table 2.18 Pengkajian Unsur Proses (Manajemen Asuhan Keperawatan) tentang
Catatan Asuhan Keperawatan Tindakan Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 34
Table 2.19 Hasil Kajian Organizing di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 40
Table 2.20 Penilaian Struktur Organisasi di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 41
Table 2.21 Penilaian Jadwal Dinas Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 42
Table 2.22 Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Di Ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta 47
Table 2.23 Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
ix
Yogyakarta 48
Table 2.24 Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga (Operan) Di Bangsal ICU RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta 49
Table 2.25 Pelaksanaan Meeting Morning Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 50
Table 2.26 Pelaksanaan Pre Conference di Bangsal ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 51
Table 2.27 Pelaksanaan Post Conference Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 52
Table 2.28 Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruang di Bangsal ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta 53
Table 2.29 Pelaksanaan Pengkajian Unsur Proses (Proses Manajemen Pelayanan)
tentang Penilaian Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik di Bangsal ICU RS PKU
Muhammadyah Yogyakarta dari 10 perawat 54
Table 2.30 Penilaian Rapat Keperawatan Di Bangsal ICU RS PKU Muhammadyah
Yogyakarta 55
Table 2.31 Pengkajian unsur output tentang penelian penerapan patient safety
peningkatan komunikasi yang efektif di bangsal ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 56
Table 2.32 Pengkajian Unsur Output tetang Penilaian Penerapan Patien Safety
Peningkatan Keamanan obat yang perlu diwaspadai di bangsal ICU RS
PKUMuhammadiyah Yogyakarta 57
Table 2.33 Pengkajian Unsur Output tentang Penilian Penerapan Patien Safety
Pengurangan risiko infeksi terkait hand hygine di Ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta 58
Table 2.34 Pengkajian Unsur Output tentang Penilian Penerapan Patien Safety
Pengurangan risiko jatuh di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 59
Table 2.35 Pengkajian Unsur Output tentang (Evaluasi Mutu Bimbingan Praktik
Klinik Keperawatan) tentang Evaluasi Pembimbing Praktek Klinik Keperawatan Di
Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 61
Table 2.36 Pengkajian Unsur Output (Evaluasi Mutu Asuhan Keperawatan) Nilai
Rata-Rata Instrumen A di Ruang ICU RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta 62
Table 2.37 Pengkajian Unsur Output tentang Hasil Evaluasi Mutu Pelayanan
(Instrumen B) di ruang ICU RS PKU Yogyakarta 63
Table 2.38 Pengkajian Unsur Output tentang penilaianpenerapan Patient Safety
Klinik Keperawatan Di Bangsal ICU Muhammadiyah Yogyakarta 65
Table 2.39 Pengkajian Unsur Output (Kepuasan Kerja Perawat) tentang Kuesioner
Kepuasan Kerja pada Perawat Di Ruang Intensive Care Unit RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta 68
Table 2.40 Analisa Data Hasil Pengkajian di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 69
Table 2.41 Prioritas Masalah dan Alternatif Penyelesaian Masalah di Ruang ICU
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 71
Table 3.1 Program Peningkatan Kepatuhan Hand Hygiene Perawat 76
Table 3.2 Program peningkatan metode penugasan asuhan keperawatan 79
Table 3.3 Program peningkatan pelaksanaan pre conference dan post conference 82
Table 3.4 Hasil implementasi pelaksanaan meeting morning 84
Table 3.5 Hasil implementasi pelaksanaan keefektifan operan jaga 86
Table 3.6 Hasil implementasi pelaksanaan mini seminar VAP 88
x
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang didirikan dan
dikembangkan dengan kebutuhan masyarakat yang berfungsi untuk melakukan
upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan atau kesehatan penunjang, didalam
menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa memperhatikan fungsi sosial
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Salah satu fungsi
rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang
merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara
kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Pelayanan keperawatan memiliki
kontribusi sangat besar terhadap citra sebuah rumah sakit untuk melakukan
evaluasi atas pelayanan yang telah diberikan (Nursalam, 2011). Pelayanan
kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang dberikan kepada
klien oleh suatu tim multidisiplin termasuk tim keperawatan. Menyelenggarakan
pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai standar kesehatan rumah sakit
adalah salah satu fungsi rumah sakit (UU RI no. 44 tahun 2009). Pelayanan
kesehatan di rumah sakit meliputi pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,
rehabilitasi medik dan pelayanan keperawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan
melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap. Sasaran
pelayanan kesehatan rumah sakit bukan hanya untuk individu pasien tetapi juga
berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. Fokus perhatian pada
pasien yang datang atau yang dirawat sebagai individu dan bagian dari keluarga,
atas dasar sikap seperti itu, pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan
pelayanan kesehatan yang paripurna (Herlambang & Murwani, 2012).
Keperawatan merupakan asuhan professional yang bersifat humanistic
dengan menggunakan pendekatan holistic yang dilakukan berdasarkan ilmu dan
kiat keperawatan, beriorientasi, pada kebutuhan objek pasien, mengacu pada
standar operasional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai
tuntunan utama (Nursalam, 2014). Sehingga sebagai perawat dituntut untuk
selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar atau rasional, baik serta
etis dalam praktik keperawatan di rumah sakit. Praktik keperawatan dirumah
sakit merupakan tindakan keperawatan professional menggunakan pengetahuan
2
teoritis dari berbagai ilmu dasar dan ilmu keperawatan sebagai landasan untuk
melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, menyusun rencana
tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi
hasil tindakan keperawatan serta mengadakan tindakan selanjutnya (Nursalam,
2014).
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk
memiliki kemampuan menejerial yang tangguh, sehingga pelayanan yang
diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Sehingga asuhan keperawatan
jika diaplikasikan secara optimal akan memberikan kontribusi yang positif bagi
pelayanan dan pengembangan rumah sakit. Kualitas rumah sakit akan semakin
bagus apabila terdapat manajemen yang bagus didalamnya. Seringkali pelayanan
rumah sakit mengalami permasalahan baik yang menyangkut tentang
ketidakpuasan masyarakat terhadap mutu pelayanan rumah sakit maupun
keselamatan pasien sendiri yang dianggap kurang memadai atau memuaskan
(Hidayah, 2014). Proses yang dinamis, yang senantiasa berubah sesuai dengan
tuntutan perkembangan serta proses mengorganisir sumber-sumber untuk
mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai ditetapkan berdasarkan
visi, misi, filosofi organisasi adalah manajemen (Mugianti, 2016).
Perawat juga mempunyai fungsi autonomi yang didefinisikan sebagai
fungsi profesional yang membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien
yang bersifat segera, hal tersebut merupakan tanggung jawab perawat untuk
mengetahui kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya (Ratnasari, 2009).
Salah Satu bagian dari manajemen keperawatan yaitu MPKP (Model Praktek
Keperawatan Professional) di Indonesia pertama kali dikembangkan oleh FIK-
UI-RSUPNCM pada tahun 1997 oleh Sitorus. Model ini merupakan penataan
struktur dan proses pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat
sehingga memungkinkan pemberian asuhan keperawatan profesional. Pada aspek
struktur ditetepkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai
dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai dengan
kebutuhan menjadi hal yang penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai
dengan kebutuhan klien, tidak ada waktu perawat untuk melakukan tindakan
keperawatan yang seharusnya dilakukan sesuai dengan rencana asuhan
keperawatan (renpra), akibatnya waktu perawat hanya cukup untuk melakukan
tindakan kolaborasi.
3
oleh perawat seperti pre dan post conference, meeting morning, pemahaman dan
penggunaan SPO, kualitas operan jaga, metode organisasi dan diskusi refleksi
kasus di dalam ruangan. Adanya praktik di lapangan ini diharapkan mahasiswa
mampu menerapkan ilmu selama perkuliahan maupun saat profesi ini untuk
mengelola ruang perawatan dengan pendekatan proses manajemen.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran praktik manajemen
keperawatan di ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta selama 3
minggu diharapkan mahasiswa mampu memahami manajemen keperawatan
di ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan dapat menerapkan ilmu
yang sudah didapatkan untuk diimplementasikan ke bangsal tersebut.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta mahasiswa mampu :
Toilet Dapur
Nurse
Station
R. Perawatan R.
Cuci
Alat
R. Perawatan
R.alat
6
7
Tabel 2.1 Tabel Besaran Ruang dalam Bangunan ICU (Kemenkes RI, 2012)
ruang administrasi, parker troli, ruang ganti pakaian, ruang diskusi medis,
area cuci tangan, ruang cleaning service, ruang penyimpanan silinder gas
medik. Hal tersebut dikarenakan belum tersedianya ruangan khusus dan
besaran ruangan yang belum memenuhi standar yang telah ditentukan.
yang dikenakan kepada pasien baik dari rawat inap maupun rawat
jalan.
3) Method/metode
a) Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
(1) Tinjauan Teori
Standar praktek keperawatan merupakan uraian
pernyataan tingkat kinerja yang diinginkan, sehingga kualitas
struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan
keperawatan berarti pernyataan kualitas yang diinginkan dan
dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap
pasien/klien. Hubungan antara kualitas dan standar menjadi
dua hal yang saling berkaitan erat, karena melalui standar
dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat atau
memburuk (Wilkinson, 2006). Sedangkan menurut Gillies
(1989 dalam Idris, 2017) standar praktek keperawatan
merupakan suatu pernyataan yang menguraikan suatu
kualitas yang diinginkan terhadap pelayanan keperawatan
yang diberikan untuk klien. Fokus utama standar praktek
keperawatan adalah klien. Digunakan untuk mengetahui
proses dan hasil pelayanan keperawatan yang diberikan
dalam upaya mencapai pelayanan keperawatan. Melalui
standar praktik dapat diketahui apakah intervensi atau
tindakan keperawatan itu yang telah diberi sesuai dengan
yang direncanakan dan apakah klien dapat mencapai tujuan
yang diharapkan. Komponen standar keperawatan yaitu:
(a) Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan
memusatkan upaya meningkatkan motivasi perawat
terhadap pencapaian tujuan.
(b) Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan
mengurangi kegiatan asuhan keperawatan yang tidak
penting.
(c) Memberikan landasan untuk menentukan kelalaian
keperawatan dengan mengantisipasi suatu hasil yang
16
b) Tinjauan data
Table 2.8 Peralatan Berdasarkan Klasifikasi Pelayanan ICU Menurut
Permenkes RI No 1778/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Pedoman
Penyelenggara Pelayanan ICU
No Nama Alat Keterangan
.
1. Ventilasi mekanik Canggih
2. Alat hisap Ada
3. Alat ventilasi manual dan alat Ada
penunjang jalan nafas
4. Peralatan akses vaskuler Ada
5. Peralatan monitor
- Invasive
Monitor tekanan darah invasive Ada
Tekanan vena central
Tekanan baji a. Pulmonalis Ada
(Swan Ganz) Tidak ada
- Non infasive
Tekanan darah
EKG dan laju jantung Ada
Ada
Saturasi Oksigen (Pulse
Ada
Oxymeter)
Kapnograf
Ada
6. Suhu Ada
7. EEG Ada
8. Defibrillator dan alat pacu jantung Ada
9. Alat pengatur suhu pasien Ada
10. Peralatan drain thoraks Ada
11. Pompa infus dan pompa syringe Ada
12. Bronchoscopy Ada
13. Echokardiografi Ada
14. Peralatan portable untuk transportasi Ada
15. Tempat tidur khusus Ada
16. Lampu untuk tindakan Ada
17. Alat hemodialisis Ada
18. CRRT Ada
Sumber: Data Primer 2019
Tabel 2.9 Daftar Alat Medis dan Non Medis di ICU
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No Alat Jumlah
1 Stetoscope 8
2 Termometer 2
3 Nebulizer 6
4 Suction 6
5 Infus pump 6
6 EKG 1
7 Ventilator 6
8 Oksimetri 6
9 Bedside Monitor 6
10 Syringe pump 7
11 O2 6
22
12 Dressing Set 3
13 Tiang Infus 17
14 Bak Instrumen 5
15 Korentang 1
16 GV Set -
17 Ambubag 2
18 Gelas Ukur 3
19 Baskom Mandi 8
20 Tourniquet 2
21 Tas CSSD 2
22 Kursi 12
23 Meja 6
24 Jam dinding 2
25 Ners call 2
26 Tempat gerus obat 1
27 Gunting verban 3
28 Pinset 6
29 Oksigen Transport 2
30 Selang suction 17
31 Oral higine 8
32 Flow sensor 5
33 Selang ventilator 9
34 Tabung sputum 4
35 Kaca mata google 2
36 Handrab 8
37 Handwash 1
38 Komputer 2
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai
peralatan di ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
yang selanjutnya dibandingkan dengan standar peralatan yang
harus ada berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU menurut
Permenkes RI No 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang
pedoman penyelenggara pelayanan ICU didapatkan hasil
bahwa peralatan yang belum tersedia di ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta yaitu Bronkoskopi,
Ekokardiografi, CRRT.
23
DIKOSONGKAN
berdasarkan masalah yang
dirumuskan
2. Diagnosa keperawatan - √ - √ √
mencerminkan PE/PES
3. Merumuskan diagnosa √ √ √ √ √
keperawatan actual atau potensial
SUBTOTAL 2 3 2 3 3
TOTAL 13
PERSENTASE 86.66%
Sumber: Data Primer 2019
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
31
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan tabel 2.15 dapat diketahui bahwa
setelah dilakukan observasi terkait perencanaan asuhan
keperawatan yang dilakukan perawat di ruang ICU dapat
disimpulkan bahwa sebanyak 5 rekam medis sudah masuk
dalam kategori baik sesuai dengan aspek yang ditentukan
dengan prosentase 100%.
1 2 4 5 6
1 Evaluasi mengacu pada √ √ √ √ √
Kosong
tujuan (SOAP)
2 Evaluasi dituliskan setiap √ √ √ √ √
shift.
SUBTOTAL 2 2 2 2 2
TOTAL 10
PERSENTASE 100%
Sumber: Data Primer 2019
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan tabel 2.17 dapat diketahui bahwa setelah
dilakukan observasi terkait tindakan asuhan keperawatan yang
dilakukan perawat di ruang ICU dapat disimpulkan bahwa
sebanyak 5 RM sudah masuk dalam kategori baik sesuai
dengan aspek yang ditentukan dengan prosentase 100%.
Dikosongkan
4 Setiap melakukan - - - - -
tindakan/kegiatan perawat
mencantumkan paraf/nama jelas
dan tanggal jam
dilakasanakannya tindakan
5 Berkas catatan keperawatan √ √ √ √ √
disimpan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
Subtotal 4 3 4 4 4
Total 23
Persentase 92%
Persentase 68,75
Sumber: Data Primer 2019
43
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan: Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan: Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu dilakukan
pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan: Perlu dilakukan
Berdasarkan tabel 2.19 didapatkan hasil kajian organizing
sebesar 68,75% atau termasuk dalam kategori baik. Organizing
ruang ICU baik, tetapi masih ada hal yang harus ditingkatkan
seperti struktur organisasi, pelaksanaan pre conference dan post
conference, dan meeting morning.
Tabel 2.20 Penilaian Struktur Organisasi di Ruang ICU
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No Aspek yang dinilai Skor Keterangan
1 Menggambarkan 1 Struktur organisasi sudah menggambarkan
kedudukan kepala kedudukan kepala ruang
ruang
2 Adanya posisi tim 0 Struktur organisasi menggambarkan 2 tim,
A dan tim B namun di ruang ICU tidak dijalankan tugas
sesuai pembagian tim
3 Mencantumkan 1 Jumlah perawat pada struktur organisasi
jumlah perawat sesuai dengan jumlah perawat yang ada di
pelaksana ruangan
Total 2
Persentase 66.67%
Sumber: Data Primer 2019
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan dari tabel 2.20 hasil penilaian struktur
organisasi sebanyak 66.67% atau termasuk dalam kategori
kurang. Struktur organisasi di ruang ICU sudah sesuai dengan
yang telah di tetapkan namun untuk pembagian tugas tidak
44
Pengarahan:
- Menerima pengarahan dan bimbingan dari ketua tim
tentang tugas setiap anggota tim/ pelaksana.
- Menerima informasi dari ketua timberhubungan dengan
asuhan keperawatan.
- Menerima pujian dari ketua tim
- Dapat menerima teguran dari ketua tim apabila
melalaikan tugas atau membuat kesalahan.
- Mempunyai motivasi terhadap upaya perbaikan.
- Terlibat aktif dari awal sampai dengan akhir kegiatan.
- Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.
Pengawasan:
- Menyiapkan dan menunjukkan bahan yang diperlukan
untuk proses evaluasi serta terlibat aktif dalam
mengevaluasi kondisi pasien.
- Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.
(2) Tinjauan Data
(a) Karu
Tabel 2.22 Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Di Ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
Jumlah 4 0 3 0
Sub total 12 0 3 0
Total 71,42%
Sumber: Data Primer 2019
54
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan tabel 2.25 pelaksanaan meeting morning di
ruang ICU, meeting morning dilakukan namun hanya kadang-
kadang. Hal tersebut harus ditingkatkan agar mutu pelayanan di
ruang ICU tetap dapat berjalan dengan baik.
Persentase 51,51%
Sumber: Data Primer 2019
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan table 2.26 pelaksanaan pre conference di
ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta harus
dilakukan pelatihan dan ditingkatkan agar mutu pelayanan di
ruang ICU tetap dapat berjalan dengan baik.
56
(e) Supervisi
Tabel 2.28 Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruang di Bangsal
ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Supervisi disusun secara terjadwal 0
2. Semua staf mengetahui jadwal supervisi 0
3. Materi supervisi dipahami oleh supervisor
1
maupun staf
4. Supervisor mengorientasikan materi supervisi
1
kepada staf yang disupervisikan
5. Supervisor mengkaji kinerja staf sesuai sengan
1
materi supervisi
6. Supervisor mengidentifikasi pencapaian staf dan
memberikan reinforcement 1
7 Supervisor mengidentifikasi aspek kinerja yang
1
perlu ditingkatkan oleh staf
8 Supervisor memberikan solusi dan role model
1
bagaimana meningkatkan kinerja perawat
9 Supervisor menjelaskan tindak lanjut supervisi
1
yang telah dilakukan
10 Supervisor memberikan reinforcement terhadap
1
pencapaian keseluruhan staf
Total Skor 8
Persentase 80%
Sumber: Data Primer 2019
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan table 2.28 hasil wawancara dengan
beberapa perawat didapatkan hasil bahwa pelaksanaan
supervisi di bangsal ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 80% sehingga
diharapkan supervisor mampu meningkatkan kualitas dan
kinerja perawat dalam mempertahankan pelayanan yang baik
dan optimal.
59
4 √
Perawat menyebutkan diagnose medis
pasien/masalah kesehatan yang
dialami pasien (penyakit)
6 Perawat menjelaskan √
intervensi/tindakan dari setiap masalah
keperawatan pasien
62
D Recommendation/rekomendasi
12 Perawat menjelaskan √
intervensi/tindakan yang sudah teratasi
dan belum teratasi serta tindakan yang
harus dihentikan, dilanjutkan atau
dimodifikasi
8 0 2 1
Jumlah
24 0 2 0
Total Skor
Persentase 72%
Jumlah 7 0 1 0
Total 21 0 1 0
Presentase 91,66 %
Jumlah 3 0 2 0
Total 9 0 2 0
Presentase 73 %
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
65
Jumlah 2 1 0 0
Total 6 2 0 0
Persentase 88%
Jumlah: 12 1 1
Persentase % 85,7%
Sumber: hasil observasi November 2019
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan: Perlu dilakukan
Berdasarkan tabel 2.36 evaluasi pembimbing praktik klinik dalam
kategori baik yaitu 85,7%.
3. Unsur Output
1. Hasil evaluasi mutu asuhan keperawatan
Studi dokumentasi 5 pasien di ruang ICU dengan kriteria pasien lama
perawatan minimal tiga hari, data yang diperoleh dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.36 Pengkajian Unsur Output (Evaluasi Mutu Asuhan Keperawatan)
Nilai Rata-Rata Instrumen A di Ruang ICU RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta
No Aspek yang Dinilai Hasil Keterangan
1 Pengkajian 75% Pengkajian sudah baik.
2 Diagnosa 86% Diagnosa yang disusun sudah
berdasarkan prioritas.
3 Perencanaan 100% Tindakan keperawatan sudah
tertulis dalam asuhan keperawatan
pasien.
4 Implementasi 100% Implemetasi sudah baik.
5 Evaluasi 100% Dalam dokumentasi keperawatan
sudah mencantumkan tujuan,
pencatatan dalam evaluasi dari
setiap shif sudah menampilkan
keadaan pasien,
6 Catatan asuhan 92% Catatan asuhan keperawatan sudah
keperwatan baik. SOAP yang diberikan sesuai
dengan kondisi pasien tersebut
Rata-rata (%) 92%
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan table 2.37 hasil studi dokumentasi terhadap 5
pasien asuhan keperawatan pasien maka nilai mutu asuhan
keperawatan dari instrumen sebanyak 92% yang berarti dalam
kategori baik dan perlu dipertahankan.
70
8) Rapikan alat 5
9) Cuci tangan sesudah tindakan 5
10)Dokumentasikan di rekam medis 5
Total 70 5
Presentase 93,3% 6,7%
Sumber: hasil observasi 4-7 November 2019
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan hasil tabel 2.38 evaluasi mutu pelayanan instrument B
menunjukkan dalam kategori baik yaitu 0,85+0,93/2 x 100= 89%
hal ini agar dapat dijadikan pedoman dalam meningkatkan mutu
pelayanan.
B. Evaluasi Mutu Keperawatan KARS Indonesia
1. Kajian Teori
P S RI PC DU PE T R I
Keterangan :
PRIORITAS MASALAH
1. Pemahaman dan penggunaan SPO untuk mempertahankan budaya belajar
SPO
2. Ketidakefektifan Metode penugasan asuhan keperawatan di ruang ICU
3. Ketidakefektifan pelaksanaan pre conference dan post conference di ruang
ICU
4. Ketidakefektifan pelaksanaan meeting morning
5. Ketidakefektifan pelaksanaan operan jaga
6. Resiko Terjadinya Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
78
Diskusikan ke
kepala ruang
tentang upaya Untuk
Berdasarkan hasil meningkatan menyamakan FGD
wawancara dengan kepatuhan hand persepsi setiap (Focus
kepala ruangan hygiene perawat perawat Discusio
Patient Safety: didapatkan bahwa dalam 5 momen n Group)
Ketidakefektifan hand perawat di ruang Menyampaikan ke Untuk
hygiene sesuai lima ICU kurang perawat mengenai meminimalkan Mini
momen (2 sebelum: optimal dalam pentingnya cuci penyebaran infeksi seminar Kepala ruang
1. Selasa Rizky
sebelum kontak melakukan hand tangan 5 momen pada pasien mengenai dan perawat
dengan pasien dan hygiene sebelum (khususnya 2 hand
sebelum melakukan kontak dengan momen sebelum) Untuk hygiene
tindakan aseptik) pasien dan Mengobservasi meningkatkan dalam 5
sebelum perilaku perawat perilaku perawat momen
melakukan dalam melakukan dalam melakukan
tindakan aseptic cuci tangan dalam cuci tangan dalam
5 momen 5 momen
(khususnya 2
momen sebelum)
2. Ketidakefektifan Berdasarkan Mengenalkan Untuk menambah Ceramah Kepala ruang Selasa Wuri
Metode penugasan hasil wawancara macam-macam pemahaman karu dan perawat
asuhan dengan perawat metode asuhan dan perawat FGD
keperawatan di dalam keperawatan terhadap macam- (Focus
79
Perawat mengatakan
perlu adanya bagan
struktur organisasi
yang tertulis di ruang
ICU
3. Ketidakefektifan Berdasarkan Diskusikan dengan Untuk mengetahui Role play semua Rabu Vebri
pelaksanaan pre wawancara dengan kepala ruang dan apa yang akan perawat yang
conference dan kepala ruang ICU perawat mengenai dilakukan untuk ada di ruang
post conference di pada tanggal 5 pentingnya pre shift berikutnya ICU
ruang ICU November 2019 conference
didapatkan tidak Diskusikan dengan Untuk mencegah
dilakukan pre kepala ruang dan terjadinya
conference di perawat mengenai kegagalan
ruang ICU pentingnya post komunikasi
Berdasarkan hasil conference
Untuk
observasi pada
meningkatkan
tanggal 5
patient safety
November 2019
didapatkan tidak Untuk mengetahui
ada kegiatan pre apa yang sudah
conference dilakukan pada
Berdasarkan shift tersebut
wawancara dengan
kepala ruang ICU Untuk mencegah
pada tanggal 5 terjadinya
November 2019 kegagalan
didapatkan tidak komunikasi
dilakukan post
conference di Untuk
ruang ICU meningkatkan
Berdasarkan hasil patient safety
observasi pada
81
tanggal 5
November 2019
didapatkan tidak
ada kegiatan post
conference
Berdasarkan
wawancara dengan
kepala ruang ICU
pada tanggal 5 Untuk
November 2019 menyampaikan
didapatkan tidak Diskusikan dengan informasi tentang
FGD
Ketidakefektifan dilakukan meeting kepala ruang dan kegiatan yang akan Ke semua
(Focus
4 pelaksanaan meeting morning perawat mengenai berlangsung di RS pegawai yang Kamis Kurnia
Discusio
morning Berdasarkan hasil pentingnya ada di ICU
n Group)
observasi di ruang meeting morning
ICU pada tanggal
5 November 2019
didapatkan tidak
ada kegiatan
meeting morning
82
Berdasarkan
observasi pada Diskusikan dengan -Agar tercapainya
tanggal 4-8 kepala ruang dan operan jaga yang
Ketidakefektifan optimal semua
November 2019 perawat mengenai
pelaksanaan operan didapatkan hasil pentingnya perawat yang
5 jaga -Untuk mencegah Role play Jum’at Adam
saat operan jaga menyebutkan ada di ruang
insiden
perawat tidak diagnose ICU
keselamatan pasien
menyebutkan keperawatan secara
diagnose medis lengkap
pasien
Berdasarkan
wawancara
dengan kepala
ruang di ICU pada Untuk Kepala Ruang
Focus
Resiko Terjadi tanggal 4 mendiskusikan ICU
Diskusikan dengan Disscus
Ventilator November 2019 pentingnya
kepala ruang ion Kepala Ruang Dewi &
Associated didapatkan bahwa pencegahan VAP
6 mengenai VAP Grup dan semua Rabu Septylian
Pneumonia sebagian besar Untuk me-refresh
Mengadakan mini Mini perawat yang a
pasien di ICU pengetahuan
seminar terkait VAP Semina ada di ruang
terpasang perawat
r ICU
ventilator, hal mengenai VAP
tersebut dapat
beresiko
terjadinya VAP.
83
BAB III
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
1) Hasil Implementasi Hand Hygiene
A. Agenda pelaksanaan
Tabel 3.1
B. Faktor pendukung
85
Program yang telah direncanakan telah mendapat izin dan dukungan dari kepala ruang ICU sehingga kegiatan dapat berjalan sesuai yang
direncanakan. Kemudian perawat di ruang ICU juga beranggapan bahwa dengan melakukan hand hygiene dengan 5 momen cuci tangan
merupakan hal yang sangat penting dilakukan.
C. Faktor penghambat
Penyusun menilai bahwa faktor lupa dan belum terbiasanya melakukan kepatuhan cuci tangan dalam 5 momen terutama sebelum kontak
dengan pasien dan sebelum melakukan tindakan aseptik merupakan faktor penghambat dalam kepatuhan cuci tangan. Kepatuhan cuci tangan
merupakan kebiasaan yang memerlukan proses dan waktu, sehingga perawat dalam hal ini perlu membiasakan diri dalam hal ini.
Kepala ruang ICU perlu memonitor kepatuhan perawat dalam 5 benar momen dalam cuci tangan terutama sebelum kontak dengan pasien
dan sebelum melakukan tindakan aseptik.
86
B. Faktor pendukung
Kepala ruang dan perawat mendukung adanya suatu perbaikan mengenai metode penugasan asuhan keperawatan di ruang ICU.
Kemudian menyetujui adanya bagan struktur penugasan /struktur organisasi secara tertulis dengan jelas di ruang ICU. Ketika berdiskusi,
kepala ruang memberikan masukan maupun solusi terhadap tata letak dan desain struktur organsasi ruangan dan dengan adanya kerja sama
dengan mahasiswa stase manajemen keperawatan, program tersebut dapat terlaksana.
C. Faktor penghambat
Kondisi ruang ICU dengan pasien yang emergency menjadi faktor sulitnya menerapkan metode penugasan asuhan keperawatan secara
teoritis. Sehingga perawat melaksanakan asuhan keperawatan cenderung dengan cara berkerja sama. Namun dengan di bentuknya bagan
88
struktur penugasan/ struktur organisasi yang jelas secara tertulis di ruang ICU diharapkan pengelolaan penugasan asuhan keperawatan akan
lebih baik lagi.
D. Rencana Tindak Lanjut
Merekomendasikan kepada karu untuk menunjuk salah satu perawat yang akan menjadi penanggungjawab struktur organisasi. Sehingga
apabila ada perubahan struktur organisasi di ruang ICU dapat sesuaikan kembali.
89
3. Hasil implementasi ketidakefektifan pelaksanaan pre conference dan post conference di ruang ICU
A. Agenda pelaksanaan
Table 3.3
Program peningkatan pelaksanaan pre conference dan post conference
B. Faktor Pendukung
90
Kurang optimalnya pelaksanaan 5 momen hand hygiene perawat ICU terutama sebelum kontak dengan pasien dan sebelum
tindakan kepada pasien. Masukan dari karu yang mengganggap bahwa mini seminar mengenai hand hygiene sangat penting sebagai
media untuk mengupgrade pengetahuan perawat ICU mengenai perkembangan prosedur hand hygiene terbaru sebagai pengendalian
terhadap infeksi di ruang ICU.
C. Faktor Penghambat
Singkatnya waktu untuk pre conference dan post conference menyebabkan perawat sangat sulit membagi waktu untuk
melakukan pre conference dan post conference sebelum operan jaga dimulai. Selain itu, dikarenakan di ruang ICU pasiennya adalah
pasien yang emergency sehingga banyaknya tindakan yang harus segera di lakukan oleh perawat sehingga dalam pelaksanaan pre
conference dan post conference perawat terburu-buru.
D. Rencana Tindak Lanjut
Memotivasi perawat untuk rutin melaksanakan pre dan post conference secara singkat namun jelas dan terperinci sehingga tidak
memerlukan waktu yang panjang dan tidak mengganggu proses asuhan keperawatan terhadap pasien.
91
B. Faktor Pendukung
Adanya respon positif dari karu untuk dilaksanakannya meeting morning. Karu ikut serta dalam mengkoordinir perawat dalam
pelaksanaan meeting morning.
92
C. Faktor Penghambat
Waktu meeting morning yang berdekatan dengan operan jaga menjadikan pelaksanaan meeting morning kurang optimal.
D. Rencana Tindak Lanjut
Memotivasi untuk rutin melaksanakan meeting morning secara singkat namun jelas dan terperinci sehingga tidak memerlukan
waktu yang panjang dan tidak tetap tidak mengganggu keefektifan operan jaga perawat.
B. Faktor Pendukung
94
Adanya respon karu yang mendukung dan respon perawat yang kooperatif untuk dilaksanakannya operan jaga yang lebih efektif
dengan menyebutkan diagnos keperawatan pasien. Karu juga memfasilitasi mahasiswa untuk merole play kan kegiatan operan jaga di
ruang ICU.
C. Faktor Penghambat
Kondisi pasien di ruang ICU yang memerlukan tindakan keperawatan secara intensif dan harus dilakukan monitor setiap 1 jam
sehingga menjadikan pelaksanaan operan jaga harus dilaksanakan dengan waktu yang singkat namun harus jelas.
D. Rencana Tindak Lanjut
Memotivasi perawat untuk rutin melaksanakan operan jaga dengan lengkap namun singkat dan jelas agar tidak memerlukan
waktu yang panjang dan tidak mengurangi kualitas asuhan keperawatan perawat di ruang ICU.
B. Faktor Pendukung
Program yang telah direncanakan telah mendapat izin dan dukungan dari kepala ruang ICU sehingga kegiatan dapat berjalan sesuai
yang direncanakan. Kemudian perawat di ruang ICU juga beranggapan bahwa pencegahan VAP merupakan hal yang sangat penting
untuk dilakukan.
C. Faktor Penghambat
Penyusun menilai bahwa faktor penghambat dari penyampaian materi VAP pada saat mini seminar yaitu, kurangnya peserta
yang hadir dalam acara tersebut. Sehingga materi yang telah disampaikan pada saat acara mini seminar tidak tersampaikan kepada
seluruh perawat di ICU.
D. Rencana Tindak Lanjut
96
Pada saat dilakukan operan jaga perlu disampaikan kembali mengenai VAP kepada perawat yang tidak hadir dalam acara mini
seminar.
BAB IV
PEMBAHASAN
acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai denga fungsi dan alat
administratif dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja
menggunakan anti septik dengan cara 6 langkah. Pada tahun 2009, WHO
mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care,
kesahatan dengan my five moment for hand hygiene yang merupakan kegiatan
aseptik, setelah kontak dengan pasien, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh
penting di seluruh dunia dan menjadi isu yang menarik terutama tentang upaya
pencegahan infeksi tersebut. Infeksi nosocomial ini pun tidak hanya mengenai
pasien saja, tetapi juga dapat mengenai seluruh personil yang ada di pelayanan
infeksi ini dapat menular dari pasien ke petugas kesehatan, dari pasien ke
Menurut WHO (2009), mencuci tangan yang baik dan benar ialah dengan
antiseptik atau alcohol (handrub) yang memerlukan waktu hanya 20-30 menit
dan kampanye cuci tangan dari Canadian Patient Safety campaign 2012, cuci
November 2019 didapatkan tidak ada SPO yang tetap setiap ruang, hanya
SPO disetiap ruangan yang dapat diakses melalui computer dan hasil observasi
ruang ICU sudah melakukan hand hygiene dengan tepat, namun beberapa
perawat masih belum menerapkan 5 moment pada moment pertama dan kedua
pasien dan sebelum tindakan aseptik sehingga kepala ruang ICU perlu
99
kontak dengan pasien dan sebelum melakukan tindakan aseptic, hal tersebut
akan dapat menurunkan mutu pelayanan keperawatan karena tidak akan dapat
telah diberikan. dalam aspek legal perawat tidak mempunyai bukti tertulis jika
(Yanti, 2013)
pasal 1 ayat 1, menyatakan bahwa rekam medik adalah berkas yang berisikan
Hasil pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap perawat ICU pada
keperawatan menggunakan cara berkerjasama, tidak ada pembagian tugas yang pasti
sesuai peran dalam tindakan keperawatan. Sedangkan dalam hasil observasi mahasiswa
100
terhadap jadwal shift perawat menemukan bahwa terdapat pembagian tugas tim A dan
tim B yang di dalamnya terdapat pembagian peran yaitu 1 orang Kepala ruang, 8 orang
Pada tanggal 5 November 2019 hasil pengkajian mahasiswa dengan kepala ruang
mengenai struktur organisasi ruang ICU didapatkan bahwa belum terdapat bagan
struktur organisasi yang jelas dan tertulis di ruang ICU. Perawat mengatakan perlu
adanya bagan struktur organisasi yang jelas dan tertulis di ruang ICU agar alur
pengorganisasian di ruang ICU dapat sewaktu-waktu dilihat dan agar jelas pembagian
menerapkan metode TIM sebagai metode yang digunakan untuk membagi tugas
perawat sesuai perannya yaitu terdapat kepala ruang, coordinator perawat, dan
perawat pelaksana dalam 2 tim yaitu TIM A dan TIM B. Setelah implementasi
Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh
101
ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya
satu orang, maka pre conference ditiadakan. Post conference adalah komunikasi
katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum
operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap
perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference
dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk
sebelum dimulainya operan tugas jaga antara shift malam ke shift pagi. Tujuan
dari pelaksanaan kegiatan ini adalah koordinasi intern ruang perawatan sebagai
wahana informasi dan komunikasi. Banyak hal yang dapat disampaikan dalam
forum itu tapi waktu dibatasi hanya 15 menit. Sebagai salah satu contoh yang
kepala ruang, diikuti peserta yang terdiri dari perawat diruangan dan notulen
Meeting morning dilakukan pada saat membahas hal penting. Pada hari Senin,
12 November 2019 telah dilakukan role play meeting morning oleh mahasiswa
pasien. Operan atau timbang terima adalah, suatu cara dalam menyampaikan dan
operan jaga dengan benar, yaitu telah menyebutkan diagnose medis dan
sekret orofaring yang berasal dari bakteri endemik di saluran pencernaan atau
patogen eksogen yang diperoleh dari peralatan yang terkontaminasi atau petugas
kesehatan.
pasien merupakan pasien rujukan dari rumah sakit lain yang rata-rata pasiennya
sudah terinfeksi VAP dari rumah sakit sebelumnya. Hal tersebut meningkatkan
kejadian VAP, maka dari itu diadakan mini seminar yang bertujuan untuk
paham mengenai cara pencegahan infeksi pada pasien yang terpasang ventilator.
104
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian, tindakan dan evaluasi yang telah dilakukan di
ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta selama 3 minggu, didapatkan
simpulan sebagai berikut:
1. Kepala ruang ICU perlu mengevaluasi kepatuhan perawat dalam 5 momen
cuci tangan terutama sebelum kontak dengan pasien dan sebelum
melakukan tindakan aseptic.
2. Metode asuhan keperawatan di ruang ICU menggunakan metode TIM,
namun pembagian tugas perawat telah disesuaikan perannya yaitu sebagai
kepala ruang, coordinator perawat, dan perawat pelaksana dalam 2 tim TIM
A dan TIM B. Sudah terdapat bagan struktur organisasi di ruang ICU
3. Kepala Ruang menyadari bahwa pentingnya Pre conference dan post
conference di ruang ICU
4. Pelaksanaan meeting morning mengalami peningkatan.
5. Operan jaga di ruang ICU telah dilakukan dengan benar, yaitu telah
menyebutkan diagnose medis dan keperawatan pada masing-masing pasien.
6. Pelaksanaan refreshing VAP berjalan sesuai rencana.
B. Saran
1. Bagi institusi Rumah Sakit
a. Pelaksanaan MPKP bias berjalan sesuai dengan harapan.
2. Bagi kepala ruang
a. Memonitor perawat dalam melakukan hand hygiene, pre conference,
post conference, meeting morning, operan jaga, dan pencegahan VAP.
3. Bagi perawat pelaksana
b. Mengoptimalkan pelaksanaan pre conference, post conference, meeting
morning dan operan jaga sesuai dengan kondisi di ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
105
DAFTAR PUSTAKA
Berilah tanda check list (√) pada salah satu dari kolom yang tersedia di samping pertanyaan
untuk menunjukkan jawaban yang anda pilih
S : sering
K : kadang-kadang
TP : tidak pernah
Inisial Nama : .................................................
NO PERNYATAAN S K TP
1 Kepala ruangan memberikan instruksi kepada perawat pelaksana dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa terlebih dahulu berdiskusi dengan
perawat.
2 Kepala ruangan mengumumkan perubahan peraturan tanpa
mendiskusikannya terlebih dahulu kepada perawat pelaksana
4 Kepala ruangan melaksanakan pengawasan yang ketat terhadap pekerjaan
yang sedang perawat pelaksana laksanakan.
5 Kepala ruangan melaksanakan pengawasan yang ketat terhadap pekerjaan
yang sedang perawat pelaksana laksanakan.
6 Kepala ruangan mendiskusikan masalah yang ada di ruangan bersama
anggotanya dan memotivasi perawat pelaksana untuk bekerja sama sebagai
tim.
7 Kepala ruangan menciptakan situasi yang kondusif dalam berkomunikasi
dengan perawat pelaksana dan suasana yang bersahabat dalam bekerja
8 Kepala ruangan mengikutsertakan seluruh perawat pelaksana dalam
menyusun rencana kegiatan asuhan keperawatan di ruangan
9 Kepala ruangan mengajak perawat pelaksana untuk berdiskusi dan meminta
pendapat perawat pelaksana tentang penerapan metode baru dalam
pemberian asuhan keperawatan.
10 Kepala ruangan menerima masukan positif, saran dan ide-ide dari perawat
pelaksana dan mempertimbangkannya dalam upaya meningkatkan
pelayanan asuhan keperawatan menjadi lebih baik
11 Kepala ruangan mendelegasikan tugas kepemimpinan kepada perawat
pelaksana yang berkompeten
12 Kepala ruangan memberikan bimbingan, pelatihan, otoritas dan memberikan
kepercayaan kepada perawat pelaksana dalam mengambil keputusan secara
mandiri
13 Kepala ruangan memfasilitasi perawat pelaksana untuk bekerjasama dengan
dokter dan tim kesehatan lainnya dalam pemberian layanan kesehatan di
rumah sakit.
14 Kepala ruangan sebagai tempat berkonsultasi dalam menyelesaikan suatu
masalah pekerjaan
15 Kepala ruangan memberi pujian/penguatan pada perawat pelaksana terhadap
keberhasilan mereka.
N PERNYATAAN STP TP P AP
O
1 Kebebasan melakukan tindakan secara mandiri dalam menyelesaikan
masalah dalam perawatan pasien
2 Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan
atau pendidikan tambahan.
3 Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih tinggi
4 Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan mendapat kenaikan
pangkat
5 Kemampuan dalam menggunakan waktu bekerja dengan penugasan
yang diberikan
6 Motivasi dan dukungan yang saya terima selama bekerja disini
7 Perlakuan atasan selama saya bekerja disini.
8 Kemampuan dalam bekerjasama antar Perawat
9 Kesesuaian antara pekerjaan dan latar belakang pendidikan saya
10 Sistem penyelesaian masalah yang dilakukan di ruangan Anggrek
11 Pelayanan Askes yang saya terima selama ini
12 Adanya kesempatan memberikan saran/ pendapat kepada kepala
ruangan
13 Perhatian instansi rumah sakit terhadap saya.
14 Imbalan yang saya terima sesuai dengan kinerja saya.
15 Penilaian yang diberikan kepada saya selama bekerja disini
16 Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang mendukung pekerjaan
17 Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar ganti pakaian, ruangan
makan, ruangan sholat
18 Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan dengan ventilasi udara,
kebersihan dan kebisingan.