Anda di halaman 1dari 117

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)


RS PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

Disusun oleh:
1. Tri Wuri Handayani (1710206084)
2. Rizky Aodina Riswandani (1910206007)
3. Septyliana Ady Putri (1910206011)
4. Vebrina Restyani Putri (1910206029)
5. Djanti Dwi Kostradam (1910206033)
6. Kurnia Nurmalita Sari (1910206044)
7. Dewi Rinjani Miranti (1910206089)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
RS PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Stase Manajemen Keperawatan


Program Studi Profesi Ners
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Disusun oleh:
1. Tri Wuri Handayani (1710206084)
2. Rizky Aodina Riswandani (1910206007)
3. Septyliana Ady Putri (1910206011)
4. Vebrina Restyani Putri (1910206029)
5. Djanti Dwi Kostradam (1910206033)
6. Kurnia Nurmalita Sari (1910206044)
7. Dewi Rinjani Miranti (1910206089)

Disahkan oleh:
Pada hari/tanggal: .................................

Perceptor, Clinical Intructor

Sobran Jamil, S.Kep.,Ns. Eko Subekti, AMK

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Ardani, M.Kep.

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas praktik profesi ners stase Manajemen
Keperawatan di ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Laporan ini dapat
terselesaikan atas bantuan, dukungan, arahan, dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ardani, M.Kep. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan
bantuannya dalam menyelesaikan laporan ini.
2. Sobran Jamil, S.Kep.,Ns selaku manajer keperawatan serta pembimbing lapangan,
yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan bantuan dalam praktik manajemen
keperawatan di ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Eko Subekti, AMK selaku kepala ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
yang telah memberikan bantuan, bimbingan, arahan dan masukan.
4. Seluruh staf karyawan ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang telah
mendukung dan membantu proses manajemen keperawatan.
5. Teman-teman seperjuangan kelompok stase manajemen keperawatan atas segala
bantuan dan kekompakan nya.
6. Bapak dan Ibu kami yang telah memberikan banyak dukungan baik secara material
maupun spiritual.
7. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satupersatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, untuk itu
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yogyakarta, 5 November 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 4
C. Manfaat 4
BAB II PENGKAJIAN
A. Gambaran Umum Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 6
B. Pendekatan Terhadap Aspek Manajemen Keperawatan Yang Dikaji 8
C. Analisa Data Hasil Pengkajian 61
D. Prioritas Masalah 63
E. Plan Of Action 65
BAB III IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Besaran Ruang dalam Bangunan ICU (Kemenkes RI, 2012) 7
Tabel 2.2 Distrubusi Jumlah Pasien Berdasarkan 6 Bulan di Ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta 9
Table 2.3 Sepuluh Kasus Penyakit Terbanyak di Ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan April- November 2019 10
Table 2.4 Distribusi Pasien Berdasarkan Kabupaten di ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta pada Bulan April - November 2019 10
Table 2.5 Rekapitulasi Data Mahasiswa Praktek Profesi Ners Di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta pada Bulan Mei – November 2019 11
Table 2.6 Distribusi Perawat di Ruang Intensive Care Unit RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta 12
Table 2.7 Standar Prosedur Operasional (SPO) RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 17
Table 2.8 Peralatan Berdasarkan Klasifikasi Pelayanan Intensive Care Unit Menurut
Permenkes RI No 1778/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Pedoman Penyelenggara
Pelayanan ICU 21
Table 2.9 Daftar Alat Medis dan Non Medis di ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 21
Table 2.10 Daftar Buku Bantu di ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 23
Table 2.11 Buku Panduan dan Pedoman Keperawatan (PPK)RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta 23
Table 2.12 Daftar Alat Medis Mesin dan di ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 25
Table 2.13 Pengkajian Unsur Proses (Manajemen Asuhan Keperawatan) Analisa
Pengkajian Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 29
Table 2.14 Pengkajian Unsur Proses (Manajemen AsuhanKeperawatan) Analisa
Diagnosa Keperawatan Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 30
Table 2.15 Pengkajian Unsur Proses (Manajemen Asuhan Keperawatan) tentang
Perencanaan Tindakan Keperawatan Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 31
Table 2.16 Pengkajian Unsur Proses (Manajemen Asuhan Keperawatan) tentang
Implementasi Tindakan Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 32
Table 2.17 Pengkajian Unsur Proses (Manajemen Asuhan Keperawatan) tentang
Perencanaan Tindakan Keperawatan Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 33
Table 2.18 Pengkajian Unsur Proses (Manajemen Asuhan Keperawatan) tentang
Catatan Asuhan Keperawatan Tindakan Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 34
Table 2.19 Hasil Kajian Organizing di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 40
Table 2.20 Penilaian Struktur Organisasi di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 41
Table 2.21 Penilaian Jadwal Dinas Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 42
Table 2.22 Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Di Ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta 47
Table 2.23 Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah

ix
Yogyakarta 48
Table 2.24 Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga (Operan) Di Bangsal ICU RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta 49
Table 2.25 Pelaksanaan Meeting Morning Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 50
Table 2.26 Pelaksanaan Pre Conference di Bangsal ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 51
Table 2.27 Pelaksanaan Post Conference Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 52
Table 2.28 Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruang di Bangsal ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta 53
Table 2.29 Pelaksanaan Pengkajian Unsur Proses (Proses Manajemen Pelayanan)
tentang Penilaian Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik di Bangsal ICU RS PKU
Muhammadyah Yogyakarta dari 10 perawat 54
Table 2.30 Penilaian Rapat Keperawatan Di Bangsal ICU RS PKU Muhammadyah
Yogyakarta 55
Table 2.31 Pengkajian unsur output tentang penelian penerapan patient safety
peningkatan komunikasi yang efektif di bangsal ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 56
Table 2.32 Pengkajian Unsur Output tetang Penilaian Penerapan Patien Safety
Peningkatan Keamanan obat yang perlu diwaspadai di bangsal ICU RS
PKUMuhammadiyah Yogyakarta 57
Table 2.33 Pengkajian Unsur Output tentang Penilian Penerapan Patien Safety
Pengurangan risiko infeksi terkait hand hygine di Ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta 58
Table 2.34 Pengkajian Unsur Output tentang Penilian Penerapan Patien Safety
Pengurangan risiko jatuh di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 59
Table 2.35 Pengkajian Unsur Output tentang (Evaluasi Mutu Bimbingan Praktik
Klinik Keperawatan) tentang Evaluasi Pembimbing Praktek Klinik Keperawatan Di
Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 61
Table 2.36 Pengkajian Unsur Output (Evaluasi Mutu Asuhan Keperawatan) Nilai
Rata-Rata Instrumen A di Ruang ICU RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta 62
Table 2.37 Pengkajian Unsur Output tentang Hasil Evaluasi Mutu Pelayanan
(Instrumen B) di ruang ICU RS PKU Yogyakarta 63
Table 2.38 Pengkajian Unsur Output tentang penilaianpenerapan Patient Safety
Klinik Keperawatan Di Bangsal ICU Muhammadiyah Yogyakarta 65
Table 2.39 Pengkajian Unsur Output (Kepuasan Kerja Perawat) tentang Kuesioner
Kepuasan Kerja pada Perawat Di Ruang Intensive Care Unit RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta 68
Table 2.40 Analisa Data Hasil Pengkajian di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta 69
Table 2.41 Prioritas Masalah dan Alternatif Penyelesaian Masalah di Ruang ICU
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 71
Table 3.1 Program Peningkatan Kepatuhan Hand Hygiene Perawat 76
Table 3.2 Program peningkatan metode penugasan asuhan keperawatan 79
Table 3.3 Program peningkatan pelaksanaan pre conference dan post conference 82
Table 3.4 Hasil implementasi pelaksanaan meeting morning 84
Table 3.5 Hasil implementasi pelaksanaan keefektifan operan jaga 86
Table 3.6 Hasil implementasi pelaksanaan mini seminar VAP 88

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Denah Ruangan ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 6

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang didirikan dan
dikembangkan dengan kebutuhan masyarakat yang berfungsi untuk melakukan
upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan atau kesehatan penunjang, didalam
menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa memperhatikan fungsi sosial
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Salah satu fungsi
rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang
merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara
kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Pelayanan keperawatan memiliki
kontribusi sangat besar terhadap citra sebuah rumah sakit untuk melakukan
evaluasi atas pelayanan yang telah diberikan (Nursalam, 2011). Pelayanan
kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang dberikan kepada
klien oleh suatu tim multidisiplin termasuk tim keperawatan. Menyelenggarakan
pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai standar kesehatan rumah sakit
adalah salah satu fungsi rumah sakit (UU RI no. 44 tahun 2009). Pelayanan
kesehatan di rumah sakit meliputi pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,
rehabilitasi medik dan pelayanan keperawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan
melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap. Sasaran
pelayanan kesehatan rumah sakit bukan hanya untuk individu pasien tetapi juga
berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. Fokus perhatian pada
pasien yang datang atau yang dirawat sebagai individu dan bagian dari keluarga,
atas dasar sikap seperti itu, pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan
pelayanan kesehatan yang paripurna (Herlambang & Murwani, 2012).
Keperawatan merupakan asuhan professional yang bersifat humanistic
dengan menggunakan pendekatan holistic yang dilakukan berdasarkan ilmu dan
kiat keperawatan, beriorientasi, pada kebutuhan objek pasien, mengacu pada
standar operasional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai
tuntunan utama (Nursalam, 2014). Sehingga sebagai perawat dituntut untuk
selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar atau rasional, baik serta
etis dalam praktik keperawatan di rumah sakit. Praktik keperawatan dirumah
sakit merupakan tindakan keperawatan professional menggunakan pengetahuan
2

teoritis dari berbagai ilmu dasar dan ilmu keperawatan sebagai landasan untuk
melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, menyusun rencana
tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi
hasil tindakan keperawatan serta mengadakan tindakan selanjutnya (Nursalam,
2014).
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk
memiliki kemampuan menejerial yang tangguh, sehingga pelayanan yang
diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Sehingga asuhan keperawatan
jika diaplikasikan secara optimal akan memberikan kontribusi yang positif bagi
pelayanan dan pengembangan rumah sakit. Kualitas rumah sakit akan semakin
bagus apabila terdapat manajemen yang bagus didalamnya. Seringkali pelayanan
rumah sakit mengalami permasalahan baik yang menyangkut tentang
ketidakpuasan masyarakat terhadap mutu pelayanan rumah sakit maupun
keselamatan pasien sendiri yang dianggap kurang memadai atau memuaskan
(Hidayah, 2014). Proses yang dinamis, yang senantiasa berubah sesuai dengan
tuntutan perkembangan serta proses mengorganisir sumber-sumber untuk
mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai ditetapkan berdasarkan
visi, misi, filosofi organisasi adalah manajemen (Mugianti, 2016).
Perawat juga mempunyai fungsi autonomi yang didefinisikan sebagai
fungsi profesional yang membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien
yang bersifat segera, hal tersebut merupakan tanggung jawab perawat untuk
mengetahui kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya (Ratnasari, 2009).
Salah Satu bagian dari manajemen keperawatan yaitu MPKP (Model Praktek
Keperawatan Professional) di Indonesia pertama kali dikembangkan oleh FIK-
UI-RSUPNCM pada tahun 1997 oleh Sitorus. Model ini merupakan penataan
struktur dan proses pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat
sehingga memungkinkan pemberian asuhan keperawatan profesional. Pada aspek
struktur ditetepkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai
dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai dengan
kebutuhan menjadi hal yang penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai
dengan kebutuhan klien, tidak ada waktu perawat untuk melakukan tindakan
keperawatan yang seharusnya dilakukan sesuai dengan rencana asuhan
keperawatan (renpra), akibatnya waktu perawat hanya cukup untuk melakukan
tindakan kolaborasi.
3

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta terletak di Jalan Ahmad Dahlan


No. 20 Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta awalnya didirikan
berupa klinik pada tanggal 15 Februari 1923 dengan lokasi pertama di Kampung
Jagang Notoprajan No. 72 Yogyakarta. Awal berdirinya RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta bernama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem)
yang bertujuan menyediakan pelayanan kesehatan bagi kaum dhuafa. Pendirian
klinik ini pertama kali atas inisiatif H.M. Sudjak yang didukung sepenuhnya oleh
K.H. Ahmad Dahlan. Seiring dengan berjalannya waktu, nama PKO berubah
menjadi PKU (Pembina Kesejahteraan Umat).
Pada tahun 1928 perkembangan klinik semakin bertambah besar dan
berkembang besar dan berkembang menjadi poliklinik PKO Muhammadiyah.
Lokasi juga harus lebih luas dan perlu dipindahkan ketempat yang lebih memadai
dengan menyewa sebuah bangunan di Jalan Ngabean No. 12 B Yogyakarta
(sekarang Jalan K.H. Ahmad Dahlan). Delapan tahun kemudian, tepatnya pada
tahun 1936 polikilinik PKO Muhammadiyah pindah lokasi lagi ke Jalan K.H.
Ahmad Dahlan No. 20 Yogyakarta hingga saat ini. Dan pada tahun 1970-an
status klinik dan poliklinik berubah menjadi RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta hingga saat ini. Mulai tahun 1970 semakin berkembang menjadi
Rumah Sakit yang lebih representatif dengan layanan kesehatan yang lebih
lengkap serta sebagai rujukan di wilayah DIY maupun Jawa Tengah bagian
selatan.
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah RS tipe B milik
Pimpinan Pusat Persyarikatan Muhammadiyah. Telah terakreditasi 16 bidang
pelayanan, telah tersertifikasi sistem menejemen mutu ISO 9001:2008. Selain
memberikan pelayanan kesehatan juga digunakan sebagai tempat pendidikan
bagi calon dokter, perawat, apoteker, laboratorium dan berbagai pendidikan
kesehatan lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi sebagai mahasiswa/
mahasiswi Co-ners PSIK UNISA dituntut untuk dapat mengaplikasikan
pengetahuan dan kemampuannya di dalam bidang manajerial di ruang ICU RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan bimbingan preceptor akademik dan
preceptor klinik sesuai dengan permasalahan yang ada. Berdasarkan hasil
observasi di ICU terdapat 6 masalah yang belum dijalankan dengan tepat sesuai
dengan SOP yang ada. Keenam masalah tersebut belum dilakukan secara rutin
4

oleh perawat seperti pre dan post conference, meeting morning, pemahaman dan
penggunaan SPO, kualitas operan jaga, metode organisasi dan diskusi refleksi
kasus di dalam ruangan. Adanya praktik di lapangan ini diharapkan mahasiswa
mampu menerapkan ilmu selama perkuliahan maupun saat profesi ini untuk
mengelola ruang perawatan dengan pendekatan proses manajemen.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran praktik manajemen
keperawatan di ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta selama 3
minggu diharapkan mahasiswa mampu memahami manajemen keperawatan
di ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan dapat menerapkan ilmu
yang sudah didapatkan untuk diimplementasikan ke bangsal tersebut.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta mahasiswa mampu :

a. Untuk mengetahui analisa tentang gambaran umum di ICU RS PKU


Muhammadiyah Yogyakarta.
b. Untuk mengetahui analisa aspek manajemen di ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
c. Untuk mengetahui prioritas permasalahan yang ada di ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
d. Untuk mengetahui rencana kegiatan yang sesuai untuk mengatasi
permasalahan yang ada di ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
e. Untuk mengetahui efektifitas dari implementasi untuk mengatasi masalah
di ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
C. MANFAAT
1. Bagi Institusi Bidang Perawatan Rumah Sakit
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian akan membantu sebagai bahan
masukan bagi Rumah Sakit dalam upaya peningkatan mutu manajerial
pelayanan rumah sakit khususnya dalam bidang keperawatan.
2. Bagi Profesi (Mahasiswa Praktikan)
a. Mahasiswa lebih terampil dalam penerapan aplikasi prinsip-prinsip
manajemen keperawatan di lapangan.
5

b. Mahasiswa mendapatkan pengalaman baru di lapangan dalam hal


penerapan manajemen keperawatan.
3. Bagi Perawat
Menambah pengetahuan tenaga perawat tentang manajemen pelayanan dan
manajemen asuhan keperawatan melalui bermain peran oleh mahasiswa (role
play) dan penyegaran yang diberikan sesuai dengan masalah yang ditemukan.
6
BAB II
PENGKAJIAN

A. GAMBARAN UMUM RUANG KEPERAWATAN


1. Gambaran Umum Ruang ICU
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta memiliki beberapa ruang
pelayanan, salah satunya yaitu ruang ICU. Ruang ICU merupakan suatu
bagian dari rumah sakit yang memiliki staff khusus dan perlengkapan
khusus, yang ditujukan untuk observasi dan terapi pada pasien yang
menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam jiwa
atau potensial mengancam jiwa. Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta memiliki perawat berjumlah 18 orang dan 1 orang prakarya
yang di pekerjakan di ruang ICU dan ICCU. Ruang ICU mempunyai 1
nurse station, 1 kamar mandi perawat, 1 dapur dan 1 ruang cuci alat.
Ruang ICU terdiri dari 6 tempat tidur. Ruang ICU merawat pasien laki-
laki dan perempuan.
2. Denah Bangsal

Toilet Dapur
Nurse
Station

R. Perawatan R.
Cuci
Alat

R. Perawatan

R.alat

Bagan 2.1. Denah Ruang ICU


RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

6
7

Tabel 2.1 Tabel Besaran Ruang dalam Bangunan ICU (Kemenkes RI, 2012)

No Nama Ruangan Besaran Besaran Ruang Icu Rs Keterangan


Ruang/Luas Pku Muhammadiyah
(Kemenkes RI, Yogyakarta
2012)
1. Ruang untuk tempat tidur 12 - 16 m2 /TT 5,76 m2 Belum memenuhi
pasien standar
2. Ruang isolasi pasien 16 – 20 m2 /TT Tidak ada Belum memenuhi
standar
3. Nurse station 8 - 16 m2 (dengan 21,6 m2 Memenuhi standar
memperhatikan
sirkulasi tempat
tidur pasien
didepannya)
4. R. Dokter Jaga 8 - 16 m2 7,68 m2 Tidak memenuhi
standar
5. Ruang Istirahat Petugas 2.5 m2/ petugas 16,8 m2 Sesuai standar
6. Pantri Sesuai kebutuhan 10,53 m2 Sesuai standar
7. Ruang penyimpanan alat 9 - 25 m2 5,6 m2 Belum memenuhi
medik standar
8. Ruang utilitas bersih Sesuai kebutuhan 3,36 m2 Sesuai standar
9. Ruang utilitas kotor 6 - 16 m2 Tidak ada Belum memenuhi
standar
10. Ruang Kepala ICU 6 - 12 m2 Tidak ada Belum memenuhi
standar
11. Ruang Administrasi Min. 2 m2/ Tidak ada Belum memenuhi
petugas standar
12. Parkir Troli 2 - 6 m2 Tidak ada ruangan khusus Belum memenuhi
standar
13. Ruang ganti pakaian 4 - 16 m2/ 3,78 m2 Belum memenuhi
(termasuk didalamnya Loker) ruang ganti standar
(sesuai kebutuhan)
14. Ruang Diskusi Medis Min. 1.5 m2/ org Tidak ada ruangan khusus Belum memenuhi
(misal. Kapasitas standar
10 org maka butuh
luas 15m2)
15. Ruang tunggu keluarga Min. 5 m2/ pasien 32 m2 Sesuai standar
pasien.
16. Area cuci tangan/desinfeksi 3 m2 Tidak ada ruangan khusus Belum memenuhi
keluarga pasien standar
17. Janitor/ Ruang cleaning 4 - 6 m2 Tidak ada ruangan khusus Belum memenuhi
service standar
18. Toilet @ KM/WC 2,4 m2 Memenuhi standar
pria/wanita luas 2
m2 – 3m2
19. R. Penyimpanan Silinder Gas 4 – 8 m2 Tidak ada ruangan khusus Belum memenuhi
Medik standar

Berdasarkan tabel 2.1 Didapatkan masih ada ruangan yang belum


memenuhi standar ruang ICU yang ditentukan oleh Kementerian
Kesehatan RI yaitu ruang untuk tempat tidur pasien, ruang isolasi pasien,
ruang dokter jaga, ruang penyimpanan alat medik, ruang utilitas kotor,
8

ruang administrasi, parker troli, ruang ganti pakaian, ruang diskusi medis,
area cuci tangan, ruang cleaning service, ruang penyimpanan silinder gas
medik. Hal tersebut dikarenakan belum tersedianya ruangan khusus dan
besaran ruangan yang belum memenuhi standar yang telah ditentukan.

3. Falsafah, Visi, Misi dan Motto


a. Motto dan Falsafah.
Motto: “ AMANAH (Antusias, Mutu, Aman, Nyaman, Akurat,
Handal”.
Falsafah: Rumah Sakit PKU Muhammadiyah adalah perwujudan dari
amal shalih sebagai sarana ibadah yang dilandasi iman dan taqwa
kepada Allah SWT.
b. Visi dan Misi.
Visi : “Menjadi rumah sakit Islam yang berdasar pada Al Qur’an dan
Sunnah Rasulullah SAW, dan sebagai rujukan terpercaya di Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan kualitas pelayanan
kesehatan yang Islami, profesional, cepat, nyaman dan bermutu, setara
dengan kualitas pelayanan rumah sakit – rumah sakit terkemuka di
Indonesia”.
Misi : “Mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi semua
lapisan masyarakat melalui pendekatan pemeliharaan, pencegahan,
pengobatan, pemulihan kesehatan secara menyeluruh sesuai dengan
peraturan/ketentuan perundang-undangan. Mewujudkan peningkatan
mutu bagi tenaga kesehatan melalui sarana pelatihan dan pendidikan
yang diselenggarakan secara profesional dan sesuai tuntunan ajaran
Islam. Mewujudkan da’wah Islam, amar ma’ruf nahi munkar di bidang
kesehatan dengan senantiasa menjaga tali silaturrahim, sebagai
bagian dari da’wah Muhammadiyah”.
B. PENDEKATAN TERHADAP ASPEK MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Unsur Input
a. Raw Input
1) Pasien
a) Tinjauan Teori
9

Pasien adalah orang yang memiliki kelemahan fisik atau


mentalnya menyerahkan pengawasan dan perawatannya,
menerima dan mengikuti pengobatan yang ditetapkan oleh tenaga
kesehatan (Wilhamda, 2011). Manajemen keperawatan adalah
suatu proses pengelolaan melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam,
2014). Unsur raw input terkait pasien meliputi distribusi pasien
berdasarkan 6 bulan, 10 penyakit terbanyakdan berdasarkan
tempat tinggal.
b) Tinjauan Data
(1) Distribusi pasien berdasarkan jumlah pasien
Berdasarkan buku regisitrasi pasien di ruang ICU dari bulan
April-November 2019 didapatkan bahwa pasien yang pernah
dirawat sebanyak 66 Pasien dengan rincian setiap bulan
sebagai berikut:
Tabel 2.2 Distrubusi Jumlah Pasien Berdasarkan 6 Bulan di Ruang
ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No Bulan Jumlah
1 April 2 Pasien
2 Mei 12 Pasien
3 Juni 11 Pasien
4 Juli 11 Pasien
5 Agustus 12 Pasien
6 September 13 Pasien
7 November 5 pasien
Total 66 Pasien
Sumber: Data Primer 2019
Dari tabel 2.2 didapatkan jumlah pasien terbanyak yaitu pada
bulan September sebanyak 13 pasien, sedangkan jumlah
pasien paling sedikit pada bulan April yaitu 2 pasien.
(2) Distribusi pasien berdasarkan 10 penyakit terbanyak di
bangsal
Pasien yang dirawat di ruang ICU merupakan pasien dengan
berbagai macam penyakit. Berdasarkan buku registrasi pasien
persebaran kasus penyakit di ruang ICU tergambar dalam tabel
berikut ini:
10

Tabel 2.3 Sepuluh Kasus Penyakit Terbanyak di Ruang ICU RS


PKU Muhammadiyah Yogyakarta 6 Bulan Terakhir
NO PENYAKIT N
1 Diabetes Mellitus 8
2 Anemia 8
3 Gagal nafas 6
4 Pneumonia 6
5 Cidera otak 3
6 DHF 3
7 CKD 2
8 Sepsis 2
9 Tumor 2
10 Henti jantung 1
Total 41
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 2.3 dapat diketahui bahwa 10 besar kasus


penyakit di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sesuai
dengan index rekam medis terbanyak adalah Diabetes Mellitus
dan Anemia dengan frekuensi 8 pasien, sedangkan penyakit
yang paling sedikit yaitu henti jantung dengan frekuensi 1
pasien.
(3) Distribusi Pasien Berdasarkan Tempat Tinggal
Pasien yang datang di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta
berasal dari berbagai Kabupaten baik dalam lingkup daerah
Yogyakarta maupun luar daerah Yogyakarta, sehingga
didapatkan distribusi pasien ruang ICU berdasarkan kabupaten
sebagai berikut:
Tabel 2.4 Distribusi Pasien Berdasarkan Kabupaten di ruang ICU
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada Bulan April -
November 2019
No Asal Daerah Jumlah
1 Bantul 23
2 Banyumas 1
3 Blora 1
4 Cilacap 1
5 Gunung Kidul 8
6 Kodya Yogyakarta 16
7 Kulon Progo 5
8 Magelang 1
9 Minahasa 1
10 Purworejo 1
11 Sleman 7
12 Tanah Datar 1
Total 66
11

Sumber: Data Primer 2019


Dari tabel 2.4 dapat dilihat bahwa distribusi pasien
berdasarkan tempat tinggal dari bulan April-November 2019
terbanyak adalah berasal dari kabupaten Bantul yaitu 23
pasien. Sedangkan yang paling sedikit berasal dari Banyumas,
Blora, Cilacap, Magelang, Minahasa dan Tanah Datar yang
masing-masing sebanyak 1 pasien.
2) Mahasiswa
a) Tinjauan Teori
Pendidikan keperawatan merupakan satu proses penting
yang harus dilalui oleh setiap perawat. Hal ini merupakan suatu
upaya penjaminan mutu penyelenggaraan pendidikan keperawatan
dimana diperlukan sebuah standar penyelengaraan pendidikan dan
pengembangan penelitian keperawatan (Lestari, 2014). Langkah
yang paling awal dan penting dilakukan dalam proses
profesionalisme keperawatan di Indonesia adalah menata
pendidikan keperawatan sebagai pendidikan professional, agar
peserta didik memperoleh pendidikan dan pengalaman belajar
sesuai dengan tuntutan profesi keperawatan. Oleh karena itu sifat
pendidikan keperawatan juga harus menekankan pemahaman
tentang keprofesian (Nurhidayah, 2011).
b) Tinjauan Data
Tabel 2.5 Rekapitulasi Data Mahasiswa Praktek Profesi Ners Di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada Bulan Mei – November 2019
No. Nama Universitas Periode Jumlah

1 Stikes Muhammadiyah Klaten Mei 2

2 Stikes Muhammadiyah Gombong Juni 17

3 Universitas Muhammadiyah Agustus 14


Yogyakarta
4 Universitas Ahmad Yani November 16
Yogyakarta
5 Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta November 13

Sumber: Data Primer 2019


Berdasarkan tabel 2.5 dapat diketahui bahwa 6 bulan
terakhir mahasiswa profesi ners terbanyak yang pernah
12

melakukan praktek di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta


ditemukan berasal dari Stikes Muhammadiyah Gombong.
b. Instrumental Input
1) Man / Tenaga
a) Kualitas Tenaga Keperawatan
(1) Tinjauan Teori
Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit dalam
memberikan pelayanan kesehatan yaitu dengan pemberian
asuhan keperawatan yang berkualitas dan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas dan professional sesuai
dengan tugas dan fungsinya. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan No: 1778/MENKES/SK/XII/2010 pemberi
pelayanan di ICU adalah tenaga kesehatan yang mempunyai
pengetahuan yang memadai, mempunyai ketrampilan yang
sesuai dan mempunyai komitmen terhadap waktu. Termasuk
diantaranya yaitu dokter yang mempunyai dasar
pengetahuan, ketramilan teknis, komitmen waktu dan fisik
selalu berada di tempat untuk melakukan perawatan titrasi
dan berkelanjutan, sedangkan perawat juga harus
berkelanjutan dan bersifat proaktif yang menjamin pasien
dikelola dengan cara aman, manusiawi, dan efektif dengan
menggunakan sumber daya yang ada, sehingga memberikan
kualitas pelayanan yang tinggi dan hasil optimal.
(2) Tinjauan Data
Tabel 2.6 Distribusi Perawat di Ruang ICU
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No Nama Pendidi Jabatan Masa Kerja Pelatihan yang pernah diikuti
kan
1. Eko Subekti, D III Karu 28 tahun - Pengembangan Al Islam
AMK dan Kemuhammadiyahan
- Seminar/workshop
keperawatan

2. Giyarno, AMK D III Koor shift 25 tahun 11 -


bulan

3. M. Amin Rois, D III Koor shift 11 tahun 6 -


AMK bulan
13

4. Heni W, AMK D III Koor shift - -

5. Saloma, AMK D III Koor shift 23 tahun 9 - Pengembangan Al Islam


bulan dan Kemuhammadiyahan
6. Nuzulaika, S1 Koor shift 11 tahun 6 - Seminar/workshop
S.Kep.Ns bulan keperawtan
- Pengembangan Al Islam
dan Kemuhammadiyahan

7. Dwi Nur Hadi, D III PA 14 tahun 9 -


AMK bulan

8. Sulasmiati, D III PA 7 bulan -


AMK

9. Sri Retna, D III Koor shift 24 tahun 7 - Pengembangan Al Islam


AMK bulan dan Kemuhammadiyahan

10. Sri Werdi, D III Koor shift 22 tahun 10 - Pengembangan Al Islam


AMK bulan dan Kemuhammadiyahan
- Seminar/workshop
keperawatan
- Pelatihan dasar PPI

11. Rifai Tri A, D III PA 5 tahun 9 - Pengembangan Al Islam


AMK bulan dan Kemuhammadiyahan

12. Wahyu, AMK D III Koor shift 19 tahun 7 -


bulan
13. Rena R, AMK D III PA 18 tahun 11 -
bulan
14. Siwi N, AMK D III PA 23 tahun 9 - Pengembangan Al Islam
bulan dan Kemuhammadiyahan

15. Ernawati, D III PA 5 tahun 9 - Ventilator


AMK bulan - Pengembangan Al Islam
dan Kemuhammadiyahan
- Pelatihan dasar PPI
16. Agus A, AMK D III PA 9 tahun 6 - Pengembangan Al Islam
bulan dan Kemuhammadiyahan
- Perawatan luka
17. Listiyanah, D III PA 6 tahun 4 - Seminar/workshop
AMK bulan keperawatan

18. Ima, AMK D III PA - -

19. Ari Wijayanti DI 9 tahun 6 -


Perawat bulan
Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 2.6 didapatkan, 10 perawat ruang


ICU sudah pernah mengikuti pelatihan-pelatihan baik
didalam maupun diluar rumah sakit. Pelatihan perlu
14

dilakukan untuk mengembangkan pengetahuan dan


keterampilan demi meningkatkan mutu pelayanan. Di Ruang
ICU juga terdapat 1 Pekarya.
b) Kuantitas Tenaga Keperawatam
(1) Perawat Intensive Care Unit (Ilyas)
Tenaga Perawat (TP)
= A X B X 365
(365- C ) X Jam kerja/Hari
= 12 x 4,98 x 365
255 x 6
= 21.812,4
1530
= 14,2 perawat/hari
= 15 perawat/hari
= 5 perawat/shift
Jumlah perawat yang dibutuhkan 5 perawat per shift,
sehingga dalam satu hari di ruang ICU memerlukan 15 orang
perawat dengan perincian 1 perawat bertanggung jawab
dengan 1-2 pasien, sedangkan untuk jumlah perawat shift pagi,
siang dan malam di ruang ICU ada 13 orang, sehingga perawat
di ICU kurang 2 orang setiap harinya serta kurang 1 orang
setiap shiftnya.
2) Money/Dana
a) Tinjauan Teori
Memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun non-
medis merupakan salah satu fungsi rumah sakit agar
pelayanannya dapat berjalan secara optimal dan dapat dirasakan
oleh seluruh masyarakat. Untuk itu rumah sakit perlu
mempersiapkan peralatan atau bahan medis, non-medis, dan jasa
pemborongan
b) Tinjauan Data
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta bukan merupakan
RS milik pemerintah melainkan RS swasta yang berdiri sendiri
dan sumber dana berasal dari organisasi Muhammadiyah dan tarif
15

yang dikenakan kepada pasien baik dari rawat inap maupun rawat
jalan.

3) Method/metode
a) Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
(1) Tinjauan Teori
Standar praktek keperawatan merupakan uraian
pernyataan tingkat kinerja yang diinginkan, sehingga kualitas
struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan
keperawatan berarti pernyataan kualitas yang diinginkan dan
dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap
pasien/klien. Hubungan antara kualitas dan standar menjadi
dua hal yang saling berkaitan erat, karena melalui standar
dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat atau
memburuk (Wilkinson, 2006). Sedangkan menurut Gillies
(1989 dalam Idris, 2017) standar praktek keperawatan
merupakan suatu pernyataan yang menguraikan suatu
kualitas yang diinginkan terhadap pelayanan keperawatan
yang diberikan untuk klien. Fokus utama standar praktek
keperawatan adalah klien. Digunakan untuk mengetahui
proses dan hasil pelayanan keperawatan yang diberikan
dalam upaya mencapai pelayanan keperawatan. Melalui
standar praktik dapat diketahui apakah intervensi atau
tindakan keperawatan itu yang telah diberi sesuai dengan
yang direncanakan dan apakah klien dapat mencapai tujuan
yang diharapkan. Komponen standar keperawatan yaitu:
(a) Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan
memusatkan upaya meningkatkan motivasi perawat
terhadap pencapaian tujuan.
(b) Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan
mengurangi kegiatan asuhan keperawatan yang tidak
penting.
(c) Memberikan landasan untuk menentukan kelalaian
keperawatan dengan mengantisipasi suatu hasil yang
16

tidak memenuhi standar asuhan keperawatan, serta


menentukan bahwa kegagalan dari perawat untuk
memenuhi standar dapat membahayakan pasien.
Standar asuhan keperawatan terdiri dari kriteria-kriteria
yang harus dipenuhi dalam pemberian asuhan keperawatan,
apabila kriteria-kriteria tersebut dapat dipenuhi maka mutu
asuhan keperawatan dapat dipertanggung jawabkan secara
professional untuk pemenuhan kebutuhan dalam aspek-aspek
keamanan dan kenyamanan pasien serta untuk standar asuhan
keperawatan professional selanjutnya. Saat ini telah
dikembangkan persamaan penggunaan bahasa standar dalam
penentuan Kasus Keperawatan berdasarkan NANDA (North
American Nursing Diagnosis Association), penetapan tujuan
dengan NOC (Nursing Outcome Classification) dan rencana
intervensi dengan NIC (Nursing Intervention Clasiffication).
Prosedur tetap (protap) tindakan yang berlaku dan panduan
Asuhan Keperawatan (PAK) minimal 10 penyakit terbanyak
yang sering muncul secara resmi yang dipahami dan
diterapkan oleh seluruh staf di ruang rawat inap sebagai
idealnya suatu ruang rawat inap perawatan di sebuah rumah
sakit.
(2) Tinjauan Data
(a) Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Hasil wawancara dengan manajer keperawatan
didapatkan bahwa SAK di ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta dapat diakses melalui
komputer yang ada diruangan. Akan tetapi saat
dilakukan pengkajian dan ditanyakan kepada perawat
dan kepala ruang tidak terdapat SAK diruangan
tersebut. Manajer keperawatan juga mengungkapkan
SAK yang ada akan diganti dengan SAK yang mengacu
pada SDKI sehingga sementara tidak terdapat SAK
tertulis di ruang ICU.
(b) Standar Prosedur Perawatan (SPO)
17

Hasil wawancara dengan manajer keperawatan


didapatkan bahwa SPO di ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta dapat diakses melalui
komputer yang ada diruangan. Namun menurut kepala
ruang dan perawat hanya terdapat SPO secara general
dari rumah sakit.
Tabel 2.7 Standar Prosedur Operasional (SPO)
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Identitas
No Nama Dokumen
Tanggal Terbit Revisi Hal
1 Asuhan Keperawatan 01 Oktober 2014 1 1
2. Mencuci Tangan 01 Oktober 2014 1 1
3. Mencegah Infeksi HAI’S 01 Oktober 2014 1 1
4. Pemberian Oksigen 01 Oktober 2014 0 1
5. Perawatan tracheostomy 01 Oktober 2014 1 2
6. Memasang Pengikat Restarin 01 Oktober 2014 1 1
7. Pemberian makanan melalui NGT 01 Oktober 2014 1 1
8. Mengukur Suhu Badan di Ketiak 01 Oktober 2014 1 1
9. Melaksanakan Komunikasi 01 Oktober 2014 1 1
Terapeutik
10. Memasang Pembalut pada Luka 01 Oktober 2014 1 2
11 Mengganti Balutan Luka 01 Oktober 2014 1 2
12. Mencuci Rambut Pasien 01 Oktober 2014 1 2
13. Mengganti Alat Tenun Tempat 01 Oktober 2014 1 2
Tidur Pasien Tanpa
Memindahkan Pasien dari Tempat
Tidur
14. Permitaan Darah Transfusi 01 Oktober 2014 1 1
15. Melaksanakan Mobilisasi Dini 01 Oktober 2014 1 1
16. Pengambilan Spesimen Veses dan 01 Oktober 2014 1 1
Urin pada Pasien dan Pengiriman
ke Laboratorium
17. 5 Benar dalam Pemberian Obat 01 Oktober 2014 1 1
18. Perawatan Isolasi 01 Oktober 2014 1 2
19. Membantu Klien Untuk 01 Oktober 2014 1 1
Beribadah
20. Memenuhi Kebutuhan Istirahat 01 Oktober 2014 1 1
dan Tidur
21. Merujuk dan Menerima Rujukan 01 Oktober 2014 0 2
Pasien
22. Pengisian Surat Kematian 01 Oktober 2014 1 1
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan table 2.7 hasil observasi dan
wawancara kepada perawat dan kepala ruang di ICU RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta mengenai SPO yang
terdapat di ruangan didapatkan data bahwa tidak terdapat
dokumen SPO. Sedangkan hasil wawancara dengan
manajer keperawatan didapatkan data bahwa sudah
terdapat SPO yang dapat diakses melalui komputer di
18

setiap ruangan. Hal tersebut menunjukan bahwa


pemahaman dan penggunaan SPO belum dilakukan
secara maksimal.
c) Model Penugasan Asuhan Keperawatan
Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan
keperawatan ada enam macam, yaitu: model kasus,
model fungsional, model tim, model primer, model
manajemen perawatan, dan model perawatan berfokus
pada pasien.
(1) Tinjauan Teori
(a)Model Fungsional
Model pemberian asuhan keperawatan ini
berorientasi pada penyelesaian tugas dan prosedur
keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan
tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada semua
pasien yang dirawat di ruangan.
(b)Metode TIM
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan tim yang
terdiri atas kelompok klien dan perawat.
Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang
berijazah dan berpengalaman kerja serta
memiliki pengetahuan dibidangnya (Regestered
Nurse).
(c)Metode Primer.
Keperawatan primer merupakan suatu metode
pemberian asuhan keperawatan di mana perawat
primer bertanggung jawab selama 24 jam terhadap
perencanaan pelaksanaan pengevaluasi satu atau
beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit
sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam
kerja, perawat primer memberikan perawatan
langsung secara total untuk klien.
(d)Metode Kasus
19

Metode kasus adalah metode dimana perawat


bertanggung jawab terhadap pasien tertentu yang
didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu
pasien dengan pemberian perawatan konstan untuk
periode tertentu.
(e)Metode Modifikasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode
asuhan keperawatan dengan modifikasi antara tim
dan primer.
(2) Tinjauan Data
Metode yang digunakan di ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta yaitu metode
fungsional dimana perawat bekerja berdasarkan
orientasi tugas (tindakan) tertentu berdasarkan
jadwal kegiatan yang ada dan berfokus pada semua
pasien.
4) Matherial/ fasilitas
a) Tinjauan Teori
Setiap rumah sakit memiliki keadaan yang berbeda-beda
yang dapat mempengaruhi manajemen pelayanan keperawatan
termasuk pengelolaan fasilitas dan peralatan kesehatan untuk
pelayanan keperawatan bagi pasien. Dalam manajemen
keperawatan sangat diperlukan adanya pengelolaan peralatan
sebagai faktor pendukung dan penunjang terlaksananya
keperawatan. Peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan
adalah semua bentuk alat kesehatan yang dipergunakan dalam
melaksanakan tindakan untuk menunjang kelancaran
pelaksanaan asuhan keperawatan, sehingga diperoleh tujuan
keperawatan yang efisien dan efektif. Oleh karena itu diperlukan
adanya standar pengelolaan fasilitas dan peralatan kesehatan
untuk pelayanan keperawatan sebagai pedoman bagi manager
keperawatan dalam menggunakan sumber daya fasilitas peralatan
demi mencapai pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien.
Sumber daya yang dibutuhkan yaitu mengenai fasilitas serta alat
20

kedokteran maupun keperawatan yang seharusnya dapat


dipenuhi dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-
masing institusi dengan memperhatikan jenis alat, bahan, warna,
ukuran, jenis kegiatan, dan jumlah yang dibutuhkan.
Tata ruang sebuah ruang rawat inap dapat dilengkapi
dengan adanya ruang keperawatan, ruang perawat jaga yang
sebaiknya terletak di tengah-tengah ruang perawatan pasien,
ruang ganti perawat, ruang tindakan perawatan, ruang obat dan
peralatan, ruang penyimpanan alat tenun, ruang diskusi, kamar
mandi pasien, kamar mandi perawat atau petugas. Secara
kualitatif fasilitas yang tersedia seharusnya sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.
Fasilitas dan alat kedokteran maupun keperawatan dipenuhi
melalui standar resmi yang telah ditetapkan yang disesuaikan
dengan jenis dan kapasitas unit pelayanan. Syarat sebuah
ruangan perawatan yang baik antara lain:
(1) Tenaga Medis dan Non Medis
(2) Terjaga Kebersihannya
(3) Sirkulasi udara dan cahaya baik
(4) Luas ruangan cukup nyaman
(5) Privacy klien terjaga
(6) Memenuhi standar keamanan pasien
21

b) Tinjauan data
Table 2.8 Peralatan Berdasarkan Klasifikasi Pelayanan ICU Menurut
Permenkes RI No 1778/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Pedoman
Penyelenggara Pelayanan ICU
No Nama Alat Keterangan
.
1. Ventilasi mekanik Canggih
2. Alat hisap Ada
3. Alat ventilasi manual dan alat Ada
penunjang jalan nafas
4. Peralatan akses vaskuler Ada
5. Peralatan monitor
- Invasive
 Monitor tekanan darah invasive Ada
 Tekanan vena central
 Tekanan baji a. Pulmonalis Ada
(Swan Ganz) Tidak ada
- Non infasive
 Tekanan darah
 EKG dan laju jantung Ada
Ada
 Saturasi Oksigen (Pulse
Ada
Oxymeter)
 Kapnograf
Ada
6. Suhu Ada
7. EEG Ada
8. Defibrillator dan alat pacu jantung Ada
9. Alat pengatur suhu pasien Ada
10. Peralatan drain thoraks Ada
11. Pompa infus dan pompa syringe Ada
12. Bronchoscopy Ada
13. Echokardiografi Ada
14. Peralatan portable untuk transportasi Ada
15. Tempat tidur khusus Ada
16. Lampu untuk tindakan Ada
17. Alat hemodialisis Ada
18. CRRT Ada
Sumber: Data Primer 2019
Tabel 2.9 Daftar Alat Medis dan Non Medis di ICU
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No Alat Jumlah
1 Stetoscope 8
2 Termometer 2
3 Nebulizer 6
4 Suction 6
5 Infus pump 6
6 EKG 1
7 Ventilator 6
8 Oksimetri 6
9 Bedside Monitor 6
10 Syringe pump 7
11 O2 6
22

12 Dressing Set 3
13 Tiang Infus 17
14 Bak Instrumen 5
15 Korentang 1
16 GV Set -
17 Ambubag 2
18 Gelas Ukur 3
19 Baskom Mandi 8
20 Tourniquet 2
21 Tas CSSD 2
22 Kursi 12
23 Meja 6
24 Jam dinding 2
25 Ners call 2
26 Tempat gerus obat 1
27 Gunting verban 3
28 Pinset 6
29 Oksigen Transport 2
30 Selang suction 17
31 Oral higine 8
32 Flow sensor 5
33 Selang ventilator 9
34 Tabung sputum 4
35 Kaca mata google 2
36 Handrab 8
37 Handwash 1
38 Komputer 2
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai
peralatan di ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
yang selanjutnya dibandingkan dengan standar peralatan yang
harus ada berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU menurut
Permenkes RI No 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang
pedoman penyelenggara pelayanan ICU didapatkan hasil
bahwa peralatan yang belum tersedia di ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta yaitu Bronkoskopi,
Ekokardiografi, CRRT.
23

Tabel 2.10 Daftar Buku Bantu


di ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No Alat Jumlah
1 Buku follow up 5
2 Buku Rekam Medis 5
3 Buku
4 Buku Daftar Hadir Mahasiswa 1
5 Buku Pinjaman Alat Medis 1
6 Buku Operan Jaga 1
7 Buku Ekspedisi Lab
8 Buku Laporan Kerusakan 1
9 Buku Pasien Operasi 1
10 Buku serah Terima Barang
11 Buku Catatan Pasien Tranfusi Darah
12 Buku Penempelan Barcode Pasien Baru
13 Buku Pemakaian Alat 1
14 Buku Inventaris 1
15 Buku Ekspedisi Radiologi
Sumber: Data Primer, 2019
Tabel 2.11 Buku Panduan dan Pedoman Keperawatan (PPK)
RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No Judul Nomor Dokumen
1 Imunnosupresan 3656/SK.3.2/I/2015
2 Kemoterapi 1922/SK.3.2/VI/2015
3 Triage 3657/SK.3.2/X/2015
4 PPI dalam pengendalian
2342/SK.3.2/VII/2015
lingkungan
5 Transfer pasien eksternal 4167/SK.3.2/VI/2015
6 Identifikasi pasien 3465/SK.3.2/IX/2015
7 Kamar isolasi pencegahan dan
1926/SK.3.2/VI/2015
pengendalian infeksi
8 Perlindunmgan kekerasan fisik 4123/SK.3.2/XII/2015
9 Pasien terminal 1547/SK.3.2/VI/2014
10 Daftar obat emergency di setiap
3471/SK.3.2/IX/2015
ruangan
11 PPI : Kesehatan karyawan 2796/SK.3.2/VIII/2015
12 Komunikasi efektif 3453/SK.3.2/VI/2015
13 Hak pasien dan keluarga 3962/SK.3.2/X/2015
14 Pemberian terapi melalui intravena
3435/SK.3.2/IX/2015
15 perifer secara aman
16 Hygine respirasi 2253/SK.3.2/VII/2015
17 Resume medis 4275/SK.3.2/VI/2015
18 Penundaan pelayanan 3658/SK.3.2/X/2015
19 Rujukan 3659/SK.3.2/X/2015
20 CCTV 4250/SK.3.2/X/2015
21 PPI dalam penempatan pasien 2341/SK.3.2/VII/2015
22 Penatalaksanaan restrain 4128/SK.3.2/IX/2015
23 Pelayanan ambulance 3660/SK.3.2/X/2015
24 Pengelolaan istrumen 3912/SK.3.2/VII/2015
25 PPI alat pelindung diri 2404/SK.3.2/VII/2015
26 Pelayanan berfokus pasien 1550/SK.3.2/VI/2015
24

27 Transfer pasien internal 4164/SK.3.2/VI/2015


28 Pelayanan pasien dengan penyakit
4664/SK.3.2/XI/2015
menular
29 Daftar tindakan yang perlu inform
3452/SK.3.2/IX/2015
consent
30 Kebutuhan privasi 3958/SK.3.2/X/2015
31 Identifikasi dan manajemen
penanganan tindakan dalam 4171/SK.3.2/VI/2015
populasi pasien
32 Pemberian informasi dan edukasi
3458/SK.3.2/VI/2015
pasien dan keluarga
33 Pendaftaran pasien rawat jalan dan
4170/SK.3.2/VI/2015
rawat inap
34 Pelayanan anastesi 3300/SK.3.2/IX/2015
35 Pelayanan kerohanian 3970/SK.3.2/X/2015
36 Panduan DPJP 2291/SK.3.2/VI/2015
37 Resiko jatuh 3413/SK.3.2/VI/2015
38 Second opinion 4116/SK.3.2/X/2015
39 Panduan penanganan keluhan 3965/SK.3.2/X/2015
40 Inform consent 3459/SK.3.2/VI/2015
Sumber: Data Primer 2019
5. Machine/Mesin
a) Tinjauan Teori
Pemakaian alat atau mesin medis dapat membantu
seseorang memperoleh kulitas kesehatan yang lebih baik
merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh seseorang
secara pribadi yang mengalami penurunan kondisi tubuh, maupun
oleh instansi kesehatan dalam membantu para pasein memulihkan
suatu penyakit yang diderita atau memulihkan kondisi tubuh yang
sedang mengalami penurunan kesehatan.
Alat-alat yang dipakai tersebut dikenal dengan istilah alkes
yang berbentuk mesin yang dipergunakan dalam bidang
kesehatan. Mesin kesehatan ini diciptakan dalam rangka
membantu dan mempermudah petugas layanan kesehatan untuk
melakukan tindakan perawatan terhadap pasiennya.
Difinisi yang resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah
melalui Permenkes Nomor 70 Tahun 2014 Alat kesehatan
diartikan sebagai "instrumen, aparatus, mesin, perkakas, dan/atau
implan, reagen in vitro dan kalibrator, perangkat lunak, bahan
atau material yang digunakan tunggal atau kombinasi, untuk
mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan, dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
25

tubuh, menghalangi pembuahan, desinfeksi alat kesehatan, dan


pengujian in vitro terhadap spesimen dari tubuh manusia, dan
dapat mengandung obat yang tidak mencapai kerja utama pada
tubuh manusia melalui proses farmakologi, imunologi atau
metabolisme untuk dapat membantu fungsi/kinerja yang
diinginkan." Semua yang tersebut didalamnya merupakan alat
kesehatan.
b) Tinjauan Data
Tabel 2.12 Daftar Alat Medis Mesin dan di ICU
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No Mesin medis Jumlah
1 Bed Side Monitor 6
2 Ventilator 6
3 X-ray 1
4 Komputer monitor 1
5 Nebulizer 6
6 Syringe pump 7
7 EKG 1
Sumber: Data Primer 2019
2. Unsur Proses
a. Proses Manajemen Asuhan Keperawatan
1) Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
Metode studi dokumentasi menggunakan instrumen A
a) Tinjauan Teori
Proses manajemen keperawatan adalah rangkaian pelaksanaan
kegiatan yang saling berhubungan, mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungan. Setiap sistem terdiri atas lima
unsur, yaitu input, prosces, output, control dan mekanisme
umpan balik (feedback). Input dalam proses manajemen
keperawatan berupa informasi, personel, peralatan dan fasilitas.
Proses pada umumnya melibatkan kelompok manajer dari
tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai pada perawat
pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang dalam
melakukann perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan
(Parmin, 2010). Proses keperawatan merupakan pemberian
26

asuhan keperawatan yang logis, sistematis, dinamis dan teratur.


Langkah - langkah proses keperawatan dilakukan secara
berurutan sebagai berikut:
(1) Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses
keperawatan secara keseluruhan. Asuhan keperawatan
memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara
terus menerus untuk menentukan kebutuhan dan masalah
kesehatan atau keperawatan yang dialami pasien. Tahap
penganalisis data terdiri dari tiga kegiatan yaitu:
(a) Pengumpulan data keperawatan
(b) Pengelompokan data atau analisa data
(c) Perumusan diagnosa
(2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan dari masalah
pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang
dikumpulkan, yang pemecahanya dapat dilakukan dalam
batas wewenang perawat melakukanya. Perumusan diagnose
keperawatan mengacu pada toksonomi NANDA 2018-2020:
(a) Rumus PES untuk diagnose aktual: problem (masalah),
etiologi (penyebab)dan syimptoms (gejala,tanda).
(b) Rumus PE untuk diagnose resiko: problem (masalah),
etiologi (penyebab).
(c) Rumus P untuk masalah kolaboratif: Problem
(masalah).
(3) Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana
tindakan keperawatan yang akan menanggulangi masalah
sesuai dengan diagnose keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan memenuhi kebutuhan pasien. Perumusan
tujuan diutamakan menggunakan NOC dan perumusan
perencanaan diutamakan menggunakan NIC. Langkah-
langkah penyusunan perencanaan keperawatan terdiri dari
tiga kegiatan:
27

(a) Menetapkan urutan prioritas masalah.


(b) Merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai.
(c) Menentukan rencana tindakan keperawatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan
adalah sebagai berikut:
(a) Spesifik (Specific) artinya pernyataan tujuan harus
merupakan perilaku pasien yang menunjukkan
berkurangnya masalah pasien. Masalah tersebut telah
diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan.
(b) Measurable yaitu ditulis secara singkat dan jelas
sehingga mudah dimengerti oleh perawat atau tenaga
kesehatan lainnya.
(c) Dapat diukur (achievable) artinya dapat diamati,
ditafsirkan dan dinilai. Hindari penggunaan kata-kata
baik, cukup, normal, dll.
(d) Realitas (reality) artinya dapat dilaksanakan dengan
tenaga dan fasilitas yang tersedia serta realistis untuk
kemampuan pasien pada waktu yang telah ditetapkan.
(e) Time yaitu tujuan di tegakan berdasarkan diagnosis
keperawatan dan kriteria waktu tertentu.
(f) Rumusan penulisan tujuan menggunakan formula
T = S + P + K + KO
Keterangan:
T : tujuan S : subjek
P : predikat K : kriteria
KO : kondisi
(4) Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana
tindakan yang telah ditentukan, dengan maksud agar
kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal. Tindakan
keperawatan dapat dilaksanakan sebagian oleh pasien itu
sendiri, perawat secara mandiri atau mungkin dilakukan
secara kerjasama dengan anggota tim kesehatan lainya.
28

(5) Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta
pengkajian ulang rencana keperawatan. Tujuan evaluasi
adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu
melaksanakan peranya sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang
menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan
(Nursalam,2012). Kriteria evaluasi keperawatan meliputi:
(a) Setiap tindakan keperawatan harus dilakukan evaluasi.
(b) Evaluasi hasil menggunakan indicator perubahan
fisiologis dan tingkah laku pasien.
(c) Hasil evaluasi segera dicatat dan ditindak lanjuti.
(d) Evaluasi melibatkan keluarga, pasien dan tim kesehatan
lainya.
(e) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar (tujuan yang
ingin dicapai dan standar praktik keperawatan).
Ruang lingkup standar praktik keperawatan menurut
PPNI (1999):
(a) Standart 1 : ilmu pengetahuan
(b) Standart 2 : akuntabilitas profesional
(c) Standart 3 : pengkajian
(d) Standart 4 : perencanaan
(e) Standart 5 : pelaksanaan
(f) Standart 6 : evaluasi
Metode Pengumpulan Data
Metode studi dokumentasi menggunakan instrumen A.
Instrumen A merupakan evaluasi terhadap
pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah baku.
Evaluasi dilakukan terhadap dokumentasi asuhan pasien
yang dirawat minimal 3 hari. Prosentase dari masing-
masing instrumen akan menentukan tingkat mutu asuhan
keperawatan yang dilakukan. Rentang nilai untuk instrumen
A adalah:
29

(a) 76-100% adalah baik. Keterangan:


Dipertahankan.
(b) 56-75% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 40-55% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) 0-39% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan pelatihan dan pendidikan khusus.
Penerapan SAK dengan metode studi dokumentasi
menggunakan instrumen A. Berdasarkan hasil studi
dokumentasi diperoleh data tentang pendokumentasian
asuhan keperawatan.
b) Tinjauan Data
(1) Pengkajian Keperawatan
Ruang ICU memiliki 6 Rekam Medis sesuai dengan jumlah
bed yang ada akan tetapi ketika pengkajian hanya 5 RM
pasien sehingga kami mengambil 5 RM tersebut sebagai
sampel dalam penilaian pendokumentasian Asuhan
Keperawatan. Adapun hasilnya sebagai berikut:
Tabel 2.13 Pengkajian Unsur Proses (Manajemen
Asuhan Keperawatan) Analisa Pengkajian Di Ruang
ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

No Aspek yang dinilai Kode Berkas Rekam Medik Pasien


1 2 3 4 5 6
1 Mencatat data yang dikaji sesuai √ √ √ √ √
dengan pedoman pengkajian
Dikosongkan

2 Data dikelompokkan (Bio-psiko- √ √ √ √ √


sosio-spiritual)
3 Data yang dikaji sejak pasien √ √ √ √ √
masuk sampai pulang
4 Memonitor pasien setiap jam - - - - -
SUBTOTAL 3 3 3 3 3
TOTAL 20
PERSENTASE 75%
Sumber: Data Primer 2019
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
30

(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:


Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan tabel 2.13 dapat diketahui bahwa setelah
dilakukan observasi terkait pengkajian yang dilakukan
perawat di ruang ICU dapat disimpulkan bahwa Rekam
Medis sudah masuk dalam kategori baik sesuai dengan aspek
yang ditentukan. Namun terdapat kekurangan pada pengisian
monitor hemodinamik yaitu kurang tepatnya waktu dalam
pengisian.
(2) Diagnosa Keperawatan
Tabel 2.14 Pengkajian Unsur Proses (Manajemen AsuhanKeperawatan)
Analisa Diagnosa Keperawatan Di Ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta

No. Aspek yang dinilai Kode berkas rekam medis


pasien
1 2 3 4 5 6
1. Diagnosa keperawatan √ √ √ √ √

DIKOSONGKAN
berdasarkan masalah yang
dirumuskan
2. Diagnosa keperawatan - √ - √ √
mencerminkan PE/PES
3. Merumuskan diagnosa √ √ √ √ √
keperawatan actual atau potensial
SUBTOTAL 2 3 2 3 3
TOTAL 13
PERSENTASE 86.66%
Sumber: Data Primer 2019

Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
31

Berdasarkan tabel 2.14 dapat diketahui bahwa


setelah dilakukan observasi terkait diagnosa yang dilakukan
perawat di ruang ICU dapat disimpulkan bahwa sebanyak
rekam medis sudah masuk dalam kategori baik sesuai
dengan aspek yang ditentukan dengan prosentase 86.66%.
Harapannya adalah agar ini bisa dipertahankan dalam
melakukan diagnose keperawatan.
(3) Intervensi Keperawatan
Tabel 2.15 Pengkajian Unsur Proses (Manajemen Asuhan
Keperawatan) tentang Perencanaan Tindakan Keperawatan
Di Ruang ICU RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Kode Berkas Rekam Medik


No Aspek yang Dinilai Pasien
1 2 3 4 5 6
1 Berdasarkan diagnosa keperawatan √ √ √ √ √
2 Disusun sesuai urutan prioritas √ √ √ √ √
3 Rumusan tujuan mengandung komponen √ √ √ √ √
pasien /subyek, perubahan perilaku,
kondisi pasien atau kriteria
4 Rencana tindakan mengacu pada tujuan √ √ Dikosongkan √ √ √
dengan kalimat perintah, terinci, dan jelas
dan atau melibatkan pasien dan keluarga
5 Rencana tindakan menggambarkan √ √ √ √ √
keterlibatan pasien atau keluarga
6 Rencana tindakan menggambarkan kerja √ √ √ √ √
sama dengan tim kesehatan lain
SUB TOTAL 6 6 6 6 6
TOTAL 30
PERSENTASE 100%

Sumber: Data Primer 2019


32

Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan tabel 2.15 dapat diketahui bahwa
setelah dilakukan observasi terkait perencanaan asuhan
keperawatan yang dilakukan perawat di ruang ICU dapat
disimpulkan bahwa sebanyak 5 rekam medis sudah masuk
dalam kategori baik sesuai dengan aspek yang ditentukan
dengan prosentase 100%.

(4) Implementasi Keperawatan


Tabel 2.16 Pengkajian Unsur Proses (Manajemen Asuhan
Keperawatan) tentang Implementasi Tindakan Di Ruang
ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No Kode berkas rekam medik pasien
Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5 6
1 Tindakan dilaksanakan √ √ √ √ √
mengacu pada rencana
perawatan.
2 Perawat mengobservasi √ √ √ √ √
Dikosongkan

respon pasien terhadap


tindakan keperawatan.
3 Revisi tindakan berdasarkan √ √ √ √ √
hasil evaluasi
4 Semua tindakan yang telah √ √ √ √ √
dilaksanakan dicatat ringkas
dan jelas
SUB TOTAL 4 4 4 4 4
TOTAL 20
PERSENTASE 100%
33

Sumber: Data Primer 2019


Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan tabel 2.16 dapat diketahui bahwa
setelah dilakukan observasi terkait tindakan asuhan
keperawatan yang dilakukan perawat di ruang ICU dapat
disimpulkan bahwa rekam medis sudah masuk dalam
kategori baik sesuai dengan aspek yang ditentukan dengan
prosentase 100%.

(5) Evaluasi Keperawatan


Tabel 2.17 Pengkajian Unsur Proses (Manajemen Asuhan
Keperawatan) tentang Evaluasi Tindakan Di Ruang
ICU RSU PK Muhammadiyah Yogyakarta
No Aspek yang dinilai Kode Berkas Rekam Medik
Pasien
34

1 2 4 5 6
1 Evaluasi mengacu pada √ √ √ √ √

Kosong
tujuan (SOAP)
2 Evaluasi dituliskan setiap √ √ √ √ √
shift.
SUBTOTAL 2 2 2 2 2
TOTAL 10
PERSENTASE 100%
Sumber: Data Primer 2019
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan tabel 2.17 dapat diketahui bahwa setelah
dilakukan observasi terkait tindakan asuhan keperawatan yang
dilakukan perawat di ruang ICU dapat disimpulkan bahwa
sebanyak 5 RM sudah masuk dalam kategori baik sesuai
dengan aspek yang ditentukan dengan prosentase 100%.

(6) Catatan Asuhan Keperawatan


35

Tabel 2.18 Pengkajian Unsur Proses (Manajemen Asuhan


Keperawatan) tentang Catatan Asuhan Keperawatan Tindakan
Di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No Aspek yang Dinilai Kode Berkas Rekam Medik Pasien
1 2 3 4 5 6
1 Menulis pada format yang baku √ √ √ √ √
2 Pencatatan ditulis sesuai dengan √ √ √ √ √
tindakan yang dilaksanakan
3 Pencatatan ditulis dengan jelas, √ - √ √ √
ringkas, istilah baku

Dikosongkan
4 Setiap melakukan - - - - -
tindakan/kegiatan perawat
mencantumkan paraf/nama jelas
dan tanggal jam
dilakasanakannya tindakan
5 Berkas catatan keperawatan √ √ √ √ √
disimpan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
Subtotal 4 3 4 4 4

Total 23

Persentase 92%

Sumber: Data Primer 2019


Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan: Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan: Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu dilakukan
pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
36

Berdasarkan tabel 2.18 dapat diketahui bahwa setelah


dilakukan observasi terkait catatan asuhan keperawatan tindakan
yang dilakukan perawat di ruang ICU dapat disimpulkan bahwa
sebanyak 5 rekam medis sudah masuk dalam kategori baik
sesuai dengan aspek yang ditentukan dengan prosentase 92%.
Dalam hal ini terdapat sedikit kekurangan yaitu dalam hal
pencatatan evaluasi hanya terdapat paraf, nama perawat hanya
terdapat di kolom jaga per shift.
37

2 Proses Manajemen Pelayanan/ Keperawatan


a) Planning
1) Tinjauan Teori
Perencanaan menjadikan spesifik pada apa yang akan
dilakukan dimasa akan datang, serta bagaimana hal itu dilakukan
dan apa yang kita butuhkan untuk mencapai tujuan (Parmin,
2010). Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan
keputusan yang diperhitungkan secara matang tentang hal-hal
yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang oleh suatu
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Siagian,
1992). Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan
adalah suatu keputusan dimasa yang akan datang tentang apa,
siapa, kapan, dimana, berapa, dan bagaimana yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat ditinjau

dari proses, fungsi dan keputusan.


Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu
perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan dibuat untuk
menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua
pasien. Menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja,
memutuskan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat
pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas
staf serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional
untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan.
Perencanaan yang disusun mengacu kepada kerangka
utama rencana strategi rumah sakit dengan mempertimbangkan
kekuatan, kelemahan, peluang yang nyata dan ancaman eksternal
yang harus diantisipasi. Kerangka perencanaan terdiri dari:
(a) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana
langkah-langkah dari profesi keperawatan dalam
melaksanakan visi yang telah ditetapkan.
(b) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
(c) Tujuan, berikan tujuan yang akan dicapai.
38

(d) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai


tujuan
(e) Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan
(f) Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang
menyinggung
Sedangkan ciri-ciri pelaksanaan yang baik antara lain:
(a) Disusun atas dasar tujuan yang telah ditetapkan.
(b) Dimengerti dengan baik oleh orang-orang yang akan
melaksanakan kegiatan.
(c) Penjabaran kegiatan lengkap dan jelas.
(d) Dikoordinasikan dengan perencanaan yang disusun oleh
satuan.
(e) Kerja lain yang ada hubungannya
(f) Fleksibel/luwes
Rencana jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP terdiri
dari rencana harian, bulanan.
(a) Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
perawat sesuai dengan peranya masing-masing, yang dibuat
setiap regu. Isi kegiatan disesuaikan dengan peran dan fungsi
perawat. Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan
dan dilengkapi pada saat operan dan pre conference
(1) Rencana harian kepala ruangan
Meliputi: asuhan keperawatan supervisi katim dan
perawat pelaksana, supervisi tenaga selain perawat dan
kerjasama dengan unit lain yang terkait
(2) Rencana harian ketua tim
Isi rencana harian ketua tim adalah: penyelenggaraan
asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi
tanggung jawabnya, melakukan supervisi perawat
pelaksana, kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
yang lain, alokasi pasien sesai perawat yang dinas.
(3) Rencana harian perawat pelaksana
Meliputi tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien
39

yang dirawat pada sift dinasnya. Rencana harian perawat


pelaksana shift sore dan malam berbeda jika hanya satu
orang dalam 1 tim maka perawat tersebut berperan
sebagai ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak
ada kegiatan pre dan post conference.
(b) Rencana bulanan
(1)Rencana bulanan karu
Setiap akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluasi
hasil keempat pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan
evaluasi tersebut kepala ruang akan membuat rencana
tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualiatas hasil.
(2)Rencana bulanan katim
Setiap akhir bulan katim melakukan evaluasi keberhasilan
kegiatan yang dilakukan di timnya.
b) Organizing
1) Tinjauan Teori
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan,
menetapkan tugas pokok dan wewenang serta pendelegasian
wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai
tujuan (Muninjaya, 2004). Pengorganisasian merupakan fungsi
manajemen organisasi yang kedua sesudah perencanaan. Manfaat
pengorganisasian untuk penjabaran secara terinci semua pekerjaan
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan, pembagian beban
kerja sesuai dengan kemampuan perorangan/kelompok, dan
mengatur mekanisme kerja antar masing-masing anggota kelompok
untuk hubungan dan koordinasi. Menurut Nursalam (2007), fungsi
pengorganisasian dari kepala ruang adalah sebagai berikut:
(a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
(b) Merumuskan tujuan metode penugasan.
(c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas.
(d) Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 5 ketua tim
dan ketua tim membawahi 4-6 perawat.
(e) Mengatur dan mengendalikan logistik unit.
40

(f) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.


(g) Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di tempat
kepada ketua tim.
(h) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi klien.
(i) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya
(j) Identifikasi masalah dan cara penanganan.
Ada beberapa Metode Pelayanan Keperawatan Professional yang
sudah ada dan akan terus dikembangkan, antara lain:
(a) MPKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat Ruang dibagi menjadi 3 tim/grup
yang terdiri atas tenaga professional, teknikal dan pembantu
dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Konsep metode Tim:
(1) Ketua Tim sebagai perawat professional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan.
(2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas
rencana keperawatan terjamin.
(3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
(4) Peran kepala Ruangan penting dalam model tim, model
tim akan berhasil bila didukung oleh kepala Ruang.
(b) MPKP Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat
bertanggungjawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.
Konsep dasar metode primer:
41

(1) Ada tanggungjawab dan tanggung gugat


(2) Ada otonomi
(3) Ketertiban pasien dan keluarga
(c) MPKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saatshift. Pasien dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan
kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi dalam
memberikan asuhan keperawatan khusus seperti kasus isolasi
dan intensive care.
Kelebihannya:
(1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
(2) System evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangannya:
(1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggungjawab.
(2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama.
(d) MPKP Modifikasi: MPKP Tim-Primer
Model MPKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi
dari kedua system. Menurut Ratna S. Sudarsono (2008),
penetapan sistem model MPKP ini didasarkan pada beberapa
alasan:
(1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawat primer harus mempunyai latar belakang
pendidikan S-1 keperawatan atau setara
(2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena
tanggungjawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi
pada berbagai tim.
Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada primer, karena pada saat ini
perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan DIII,
42

bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat


primer/ketua tim.
2) Tinjauan Data
Ruang ICU menggunakan MPKP dengan metode modifikasi yaitu
secara primer dan tim yang dipimpin oleh seorang kepala ruang, 2
perawat koordinator shift, serta memiliki 8 perawat anggota tim A
dan 10 perawat anggota tim B. Akan tetapi pembagian tugas di
ruang ICU tidak berjalan sesuai pembagian tim yang telah
ditentukan.
Tabel 2.19 Hasil Kajian Organizing di Ruang ICU
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No Aspek yang dinilai (%) Keterangan
1. Pembagian tugas 50 Sudah ada pembagian tugas dan
tim, akan tetapi tidak berjalan
sesuai dengan tugas masing-
masing.
2. Koordinasi tugas 100 Koordinasi antar perawat sudah
terkoordinasi dengan baik
3. Pengaturan/manajemen waktu 100 Pengaturan waktu sudah sesuai
4. Pengembangan MPKP dengan
metode modifikasi:
a. Pelaksanaan Tugas 95 Karu sudah melaksanakan
1. KARU tugasnya berdasarkan uraian
tugas
2. Tugas Ko-Shift 100 Pelaksanaan ko-shift sudah baik
b. Hubungan profesional
1. Staf keperawatan dengan 90 Hubungan profesional antara staf
pasien dengan pasien, antar
stafkeperawatan, tim dokter/tim
100 kesehatan lain dan peserta didik
2. Antar staf keperawatan
sudah terjalin baik.
3. Staf keperawatan dengan 100
tim dokter/tim kesehatan
yang lain
c. Pelaksanaan operan jaga 90 Setiap pergantian shift sudah
dilakukan operan jaga, sudah
dilakukan dengan baik namun
kurang lengkap dalam
penyampaian diagnosa
d. Pelaksanaan pre conference 0 Pelaksanaan pre conference tidak
pernah dilakukan

e. Pelaksanaan post conference 0 Pelaksanaan post conference


tidak pernah dilakukan

f. Meeting morning 0 Pelaksanaan meeting mornig


tidak pernah dilakukan

Persentase 68,75
Sumber: Data Primer 2019
43

Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan: Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan: Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu dilakukan
pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan: Perlu dilakukan
Berdasarkan tabel 2.19 didapatkan hasil kajian organizing
sebesar 68,75% atau termasuk dalam kategori baik. Organizing
ruang ICU baik, tetapi masih ada hal yang harus ditingkatkan
seperti struktur organisasi, pelaksanaan pre conference dan post
conference, dan meeting morning.
Tabel 2.20 Penilaian Struktur Organisasi di Ruang ICU
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No Aspek yang dinilai Skor Keterangan
1 Menggambarkan 1 Struktur organisasi sudah menggambarkan
kedudukan kepala kedudukan kepala ruang
ruang
2 Adanya posisi tim 0 Struktur organisasi menggambarkan 2 tim,
A dan tim B namun di ruang ICU tidak dijalankan tugas
sesuai pembagian tim
3 Mencantumkan 1 Jumlah perawat pada struktur organisasi
jumlah perawat sesuai dengan jumlah perawat yang ada di
pelaksana ruangan
Total 2
Persentase 66.67%
Sumber: Data Primer 2019
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan dari tabel 2.20 hasil penilaian struktur
organisasi sebanyak 66.67% atau termasuk dalam kategori
kurang. Struktur organisasi di ruang ICU sudah sesuai dengan
yang telah di tetapkan namun untuk pembagian tugas tidak
44

dijalankan sesuai pembagian tugas tim, sehingga dapat


ditingkatkan dan diperbarui.
45

Tabel 2.21 Penilaian Jadwal Dinas Di Ruang ICU


RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No Aspek yang dinilai Skor Keterangan
1 Menggunakan format yang 1 Format di buat oleh kepala
disediakan ruang
2 Tercantum nama-nama 1 Tercantum nama-nama
perawat per Tim perawat per tim
3 Tergambar adanya 1 Ada penanggungjawab
penanggung jawab harian harian
4 Susunan dinas per shift pagi, 1 Dinas pershift sudah
siang dan malam tersusun
5 Jadwal dibuat untuk satu 1 Sudah dibuat untuk satu
bulan bulan
Total 5
100
Persentase
%
Sumber: Data Primer 2019
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan tabel 2.21 penilaian jadwal dinas di ruang ICU
PKU Muhammadiyah Yogyakarta dalam kategori baik dengan
persentase sebesar 100% sehingga agar tetap dapat
dipertahankan.
c) Staffing
(1)Tinjauan Teori
Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam
manajemen keperawatan. Pengaturan staf keperawatan merupakan
proses yang teratur, sistematis, rasional diterapkan untuk
menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar
yang ditetapkan sebelumnya pada kelompok pasien dalam situasi
tertentu. Pengaturan staf memerlukan banyak perencanaan dari
manajer. Perencanaan pengaturan staf dipengaruhi oleh misi dan
46

tujuan institusi, dan dipengaruhi oleh kebijakan personel (Marquis


& Huston, 2010).

(a) Kepala Ruang


Fungsi:
 Menentukan standar pelaksanaan kerja.
 Memberi pengarahan kepada ketua dan anggota tim
 Supervisi dan evaluasi tugas staf.
Uraian Tugas:
 Perencanaan:
- Menunjuk ketua tim yang bertugas di kamar masing-
masing.
- Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya.
- Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien.
- Mengidentifikasi jumlah perawat yang
dibutuhkanberdasarkan aktifitas dan kebutuhan pasien.
- Merencanakan metode penugasan dan penjadwalan staf.
- Merencanakan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan.
- Merencanakan kebutuhan logistik dan fasilitas ruangan
kelolaan.
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
 Pengorganisasian dan ketenagaan:
- Merumuskan metode penugasan keperawatan.
- Merumuskan tujuan dari metode penugasan keperawatan.
- Merumuskan rincian tugas ketua tim dan anggota tim
secara jelas
- Membuat rentang kendali diruang rawat.
- Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, misal:
membuat jadwal dinas, mengatur tenaga yang ada setiap
hari sesuai dengan jumlah dan kondisi pasien.
- Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan asuhan
keparawatan dalam bentuk diskusi, bimbingan dan
penyampaian informasi.
47

- Mengatur dan mengendalikan logistik dan fasilitas


ruangan
- Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek.
- Mendelegasikan tugas kepada ketua tim
- Melakukan koordinasi dengan tim kesehatan lain
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
 Pengarahan:
- Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
- Memberikan pengarahan kepada ketua tim tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan dan fungsi-fungsi
manajemen
- Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.
- Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
- Membimbing bawahan yang kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
- Memberi pujian kepadabawahan yang melaksanakan tugas
dengan baik.
- Memberi teguran kepada bawahan yang membuat
kesalahan.
- Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
 Pengawasan:
- Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun anggota tim/
pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
secara langsung kepada pasien.
- Melalui evaluasi: mengevaluasi upaya/ kerja ketua tim
dan anggota tim/ pelaksana dan membandingkan dengan
peran masing-masing serta dengan rencana keperawatan
yang telah disusun.
- Memberi umpan balik kepada ketua tim
48

- Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut.


- Pengendalian logistik dan fasilitas ruangan.
- Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelayanan
keperawatan.
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
(b) Koordinator Shift
 Tugas pokok:
- Mengkoordinir dan mengontrol tim dalam memberikan
asuhan keperawatan dan pelayanan pasien
- Memberikan pelayanan asuhan keperawatan
- Menerapkan etika profesi keperawatan
 Wewenang:
- Mengkoordinir pelaksanaan asuhan keperawatan di unit
bangsal
- Mengambil keputusan darurat sehubungan dengan
masalah yang ada di unit apabila kepala ruang tidak ada,
dengan persetujuan kepala ruang
- Mengatur dan melakukan pembinaan kepada perawat
dibawah tanggung jawabnya, apabila dalam
melaksanakan tugas tidak sesuai dengan visi, misi dan
tujuan rumah sakit
- Melaksanakan kewenangan klinis baik kewenangan
mandiri perawat maupun tindakan delegasi dari profesi
lain sesuai tingkatan PK yang dimiliki.
 Uraian tugas:
- Perencanaan, menyusun rencana jangka pendek (rencana
harian, bulanan, tahunan)
- Pengorganisasian, membagi alokasi pasien kepada
perawat pelaksanan
 Pengarahan
- Memimpin pre conference
- Memimpin post conference
- Menciptakan iklim motivasi
49

- Mengatur pendelegasian dalam timnya


- Melaksanakan supervisi kepada anggota timnya
 Pengendalian
- Mengobservasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada
pasien
- Memberikan umpan balik pada perawat pelaksana
- Melaporkan dan mengkoordinasikan dengan kepala
ruang tentang kebutuhan dan pengunaan sumber daya,
peralatan di ruang perawatan
(c) Anggota tim/ pelaksana
Peran sebagai anggota tim/ pelaksana
 Perencanaan:
- Bersama kepala ruang dan ketua tim mengadakan serah
terima tugas.
- Menerima pembagian tugas dari ketua tim.
- Bersama ketua tim menyiapkan keperluan untuk
pelaksanaan asuhan keperawatan.
- Mengikuti ronde keperawatan bersama kepala ruangan.
- Menerima pasien baru.
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
 Pengorganisasian dan ketenagaan:
- Menerima penjelasan tujuan dari metode penugasan
keperawatan tim.
- Menerima rincian tugas dari ketua tim sesuai dengan
perencanaan terhadap pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dalam pemberian asuhan keperawatan.
- Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua tim.
- Melaksanakan koordinasi pekerjaan dengan tim
kesehatan lain.
- Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim/
pelaksana lainnya
- Melaksanakan asuhan keperawatan.
50

- Menunjang pelaporan dan pendokumentasian tindakan


keperawatan yang dilakukan.

 Pengarahan:
- Menerima pengarahan dan bimbingan dari ketua tim
tentang tugas setiap anggota tim/ pelaksana.
- Menerima informasi dari ketua timberhubungan dengan
asuhan keperawatan.
- Menerima pujian dari ketua tim
- Dapat menerima teguran dari ketua tim apabila
melalaikan tugas atau membuat kesalahan.
- Mempunyai motivasi terhadap upaya perbaikan.
- Terlibat aktif dari awal sampai dengan akhir kegiatan.
- Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.
 Pengawasan:
- Menyiapkan dan menunjukkan bahan yang diperlukan
untuk proses evaluasi serta terlibat aktif dalam
mengevaluasi kondisi pasien.
- Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.
(2) Tinjauan Data
(a) Karu
Tabel 2.22 Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Di Ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta

No. Responden Hasil persentase


1. Perawat 1 66,66%
2. Perawat 2 63,33%
3. Perawat 3 53,33%
4. Perawat 4 66,66%
5. Perawat 5 83,33%
6. Perawat 6 63,33%
7. Perawat 7 80,33%
8. Perawat 8 83,33%
9. Perawat 9 83,33%
Rata-rata 71,54%
Sumber: Data Primer 2019
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
51

(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan: Ditingkatkan.


(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu dilakukan
pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan hasil dari tabel 2.22 didapatkan pelaksanaan
tugas kepala ruang di ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta dengan rata-rata 71,54% atau dapat dikategorikan
cukup. Penilaian tersebut didapatkan dari perhitungan koesioner
yang telah diisi oleh perwakilan perawat sebanyak 9 orang. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala ruang di
ruang ICU RS PKU Muhammadiyah cukup dan diharapkan
untuk ditingkatkan.
(b) Perawat
Tabel 2.23 Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta

No. Responden Hasil persentase


1. Perawat 1 66,66%
2. Perawat 2 66,66%
3. Perawat 3 74,07%
4. Perawat 4 51,85%
5. Perawat 5 66,66%
6. Perawat 6 72,22%
7. Perawat 7 74,07%
8. Perawat 8 84,07%
9. Perawat 9 86,00%
Rata-rata 71,36%
Sumber: Data Primer 2019
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan hasil dari tabel 2.23 didapatkan kepuasan kerja perawat di
ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan rata-rata 71,36%
52

atau dapat dikategorikan cukup. Penilaian tersebut didapatkan dari


perhitungan koesioner yang telah diisi oleh perwakilan perawat sebanyak 9
orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepuasan kerja perawat di ruang
ICU RS PKU Muhammadiyah cukup dan diharapkan untuk ditingkatkan.
d) Actuating
(1) Tinjauan Teori
Pengarahan adalah tindakan manajemen keperawatan yang
bertujuan menyelesaikan sasaran keperawatan atau proses
penerapan rencana manajemen untuk menyelesaikan sasaran
keperawatan. Pengarahan meliputi proses pendelegasian,
pengawasan, koordinasi dan pengendalian, implementasi, rencana
organisasi (Swanburg dalam Nursalam 2014).
Actuating tidak lepas dari kemampuan manajer/pimpinan
untuk bisa mengarahkan stafnya ataupun bawahannya untuk
menjalankan fungsi masing-masing dengan baik. Tiga elemen
utama dalam pengarahan adalah mewujudkan pengawasan dalam
personel perawatan: motivasi, kepemimpinan dan komunikasi
(Swanburg dalam Nursalam 2014).
(2) Tinjauan Data
(a) Operan jaga
Tabel 2.24 Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga (Operan) Di Ruang
ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
SL SR KD TP
No Aspek yang Dinilai
(3) (2) (1) (0)
1 Ketepatan waktu dalam √
memulai operan jaga
2 Karu/Pj Shift membuka acara √
dengan salam
3 Ketua tim/anggota tim √
mengoperkan Diagnosa
Keperawatan
4 Ketua tim/anggota tim √
mengoperkan tindakan yang
sudah dilaksanakan
5 Ketua tim/anggota tim √
mengoperkan tindakan yang
sudah dilaksanakan
6 Ketua tim/anggota tim √
mengoperkan hasil Asuhan
Keperawatan
7 Ketua tim/anggota tim √
mengoperkan Tindak Lanjut
8 PJ tim berikutnya √
mengklarifikassi
53

9 Karu memimpin ronde √


10 Karu merangkum informasi √
operan
11 Karu memimpin doa dan √
menutup acara
Jumlah 7 2 2 0
Sub total 21 4 2 0
Total 81,8 %
Sumber: Data Primer 2019
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan table 2.24 hasil observasi pelaksanaan operan jaga
di ruang ICU dalam kategori baik yaitu sebesar 81,8 %. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pelaksanaan operan jaga di ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah sudah baik dan diharapkan tetap dipertahankan.
(b) Meeting morning
Tabel 2.25 Pelaksanaan Meeting Morning Di Ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta

No Variabel yang dinilai SL SR KD TP


(3) (2) (1) (0)
1 Kepala ruang menyiapkan tempat untuk melakukan √
meeting morning
2 Kepala ruang memberikan arahan kepada staf √
dengan materi yang telah disiapkan sebelumnya
3 Kepala ruang melakukan klarifikasi apa yang telah √
disampaikan kepada staff
4 Memberikan kesempatan staf untuk √
mengungkapkan permasalahan yang muncul di
ruangan
5 Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan √
masalah yang dapat ditempuh
6 Kepala ruang memberi motivasi dan reinforcement √
kepada staff
7 Meeting morning diikuti oleh seluruh staf √

Jumlah 4 0 3 0
Sub total 12 0 3 0
Total 71,42%
Sumber: Data Primer 2019
54

Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan tabel 2.25 pelaksanaan meeting morning di
ruang ICU, meeting morning dilakukan namun hanya kadang-
kadang. Hal tersebut harus ditingkatkan agar mutu pelayanan di
ruang ICU tetap dapat berjalan dengan baik.

(c) Pre conference


Tabel 2.26 Pelaksanaan Pre Conference di Bangsal ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
No Aspek yang Dinilai SL SR KD TP
(3) (2) (1) (0)
1. Menyiapkan ruang/tempat √
2. Menyiapkan rekam medis pasien yang akan √
menjadi tanggungjawabnya
3. Menjelaskan tujuan dilakukannya pre √
conference
4. Memandu pelaksanaan pre conference √
5. Menjelaskan masalah keperawatan pasien,
keperawatan dan rencana keperawatan yang √
menjadi tanggung jawabnya
6. Membagi tugas anggota tim sesuai kemampuan √
yang dimiliki dengan mempertimbangkan
keseimbangan kerja
7. Mendiskusikan cara kerja dan strategi √
pelaksanaan asuhan keperawatan pasien
8. Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan √
penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan
9 Mengklarifikasi kesiapan anggota tim untuk
melaksanakan asuhan keperawatan kepada √
pasien yang menjadi tanggung jawabnya
10 Memberikan reinforcemen positif pada anggota √
tim
11 Menyimpulkan hasil pre conference √
Jumlah 5 0 2 4
Total Skor 15 0 2 0
55

Persentase 51,51%
Sumber: Data Primer 2019
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan table 2.26 pelaksanaan pre conference di
ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta harus
dilakukan pelatihan dan ditingkatkan agar mutu pelayanan di
ruang ICU tetap dapat berjalan dengan baik.
56

(d) Post conference


Tabel 2.27 Pelaksanaan Post Conference Di Ruang ICU
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
SL SR KD TP
No. Aspek yang Dinilai
(3) (2) (1) (0)
1 Menyiapkan ruang/tempat √
2 Menyiapkan rekam medis pasien yang menjadi √
tanggungjawabnya
3 Menjelaskan tujuan dilakukannya post conference √
4 Menerima penjelasan dari anggota tim tentang hasil
tindakan/hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan √
anggota tim
5 Mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam
memberikan asuhan keperawatan pasien dan mencari √
upaya penyelesaian masalahnya
6 Memberikan reinforcement pada anggota tim √
7 Menyimpulkan hasil post conference √
8 Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan operan tugas √
jaga pada shift jaga
Jumlah 3 1 1 3
Total Skor 9 2 1 0
Persentase 50%
Sumber: Data Primer 2019
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan table 2.27 pelaksanaan post conference di
ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta perlu
dilakukan pelatihan dan ditingkatkan agar mutu pelayanan di
ruang ICU tetap dapat berjalan dengan baik.
57
58

(e) Supervisi
Tabel 2.28 Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruang di Bangsal
ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Supervisi disusun secara terjadwal 0
2. Semua staf mengetahui jadwal supervisi 0
3. Materi supervisi dipahami oleh supervisor
1
maupun staf
4. Supervisor mengorientasikan materi supervisi
1
kepada staf yang disupervisikan
5. Supervisor mengkaji kinerja staf sesuai sengan
1
materi supervisi
6. Supervisor mengidentifikasi pencapaian staf dan
memberikan reinforcement 1
7 Supervisor mengidentifikasi aspek kinerja yang
1
perlu ditingkatkan oleh staf
8 Supervisor memberikan solusi dan role model
1
bagaimana meningkatkan kinerja perawat
9 Supervisor menjelaskan tindak lanjut supervisi
1
yang telah dilakukan
10 Supervisor memberikan reinforcement terhadap
1
pencapaian keseluruhan staf
Total Skor 8
Persentase 80%
Sumber: Data Primer 2019
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan table 2.28 hasil wawancara dengan
beberapa perawat didapatkan hasil bahwa pelaksanaan
supervisi di bangsal ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 80% sehingga
diharapkan supervisor mampu meningkatkan kualitas dan
kinerja perawat dalam mempertahankan pelayanan yang baik
dan optimal.
59

(f) Komunikasi terapeutik


Tabel 2.29 Pelaksanaan Pengkajian Unsur Proses (Proses Manajemen
Pelayanan) tentang Penilaian Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik
di Bangsal ICU RS PKU Muhammadyah
Yogyakarta dari 10 perawat
No Komponen Y T
A. PRE INTERAKSI
1. Mengumpulkan data tentang klien 5 0
2. Menyiapkan alat 5 0
3. Mencuci tangan 5 0
B. FASE ORIENTASI
1. Mengucapkan salam dan tersenyum pada klien/keluarga klien 5 0
2. Memperkenalkan diri 5 0
3. Melakukan validasi dengan menanyakan nama klien 5 0
4. Memberitahukan kegiatan yang akan dilakukan 5 0
5. Menjelaskan tujuan kegiatan 5 0
6. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan 4 1
7. Menjaga privacy klien 5 0
C. FASE KERJA
1. Memberi kesempatan pada klien/keluarga klien bertanya 5 0
2. Menanyakan keluhan klien yang mungkin berkaitan dengan 5 0
kelancaran pelaksanaan kegiatan
D. FASE TERMINASI
1. Menyimpulkan hasil kegiatan: evaluasi proses dan evaluasi 5 0
hasil
2. Memberikan reinforcement positif 5 0
3. Merencanakan tindak lanjut dengan klien/keluarga klien 4 1
Jumlah persentase (%) 96,7%

Sumber: Data Primer 2019


Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan tabel 2.29 hasil observasi dan wawancara
didapatkan bahwa persentase komunikasi terapeutik di bangsal ICU
60

RS PKU Muhammadyah Yogyakarta sebesar 96,7 % yang


termasuk dalam kategori baik sehingga perlu dipertahankan.
e) Controling
(1) Tinjauan Teori
Nursalam (2014) pengawasan melalui komunikasi,
mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim
maupun pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien. Fungsi pengawasan dan pengendalian
merupakan fungsi terkahir dari proses menejeman.
(2) Tinjauan Data
Tabel 2.30 Penilaian Rapat Keperawatan Di Bangsal ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
No Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
1. Ada jadwal rapat 0 Rapat hanya ada pada kondisi
keperawatan rutin tertentu (situasional)
2. Ada notulen rapat 1 Notulen rapat keperawatan
keperawatan sudah ada
3 Agenda rapat membahas 1 Sudah ada agenda rapat yang
masalah-masalah ruangan membahas masalah ruangan

4. Dalam notulen, masalah 1 Dalam notulen masalah


terbahas tuntas terbahas tuntas
5. Ada kesimpulan rapat 1 Sudah ada kesimpulan rapat
6. Ada daftar hadir rapat 1 Sudah ada daftar hadir rapat
Persentase 83,3 %
Sumber: Data Primer 2019
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan tabel 2.30 hasil data wawancara penilaian
rapat keperawatan di bangsal ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta didapatkan hasil persentase 83,3% (baik) namun
akan lebih baik jika rapat dijadwalkan secara rutin.
61

(3) Peningkatan komunikasi yang efektif


Berdasarakan data yang didapat sebagai berikut rincian
tentang Pengkajian unsur output tentang penerapan patient safety
peningkatan komunikasi yang efektif di bangsal ICU
Tabel 2.31 Pengkajian unsur output tentang penilaian penerapan
patient safety peningkatan komunikasi yang efektif di bangsal ICU RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No Aspek yang dinilai SL SR KD TP
(3) (2) (1) (0)

A Situation (kondisi terkini yang


terjadi pada pasien)

1 Perawat menyebutkan nama dan umur √


pasien

2 Perawat menyebutkan tanggal pasien √


masuk ruangan dan hari perawatannya

3 Perawat menyebutkan nama dokter √


yang menangani pasein

4 √
Perawat menyebutkan diagnose medis
pasien/masalah kesehatan yang
dialami pasien (penyakit)

B Background (info penting yang


berhubungan dengan kondisi pasien
terkini)

6 Perawat menjelaskan √
intervensi/tindakan dari setiap masalah
keperawatan pasien
62

7 Perawat menyebutkan riwayat, alergi, √


riwayat pembedahan

8 Perawat menyebutkan pemasangan √


alat invasive (infus, dan alat bantu
seperti kateter dll), serta pemberian
obat dan cairan infuse

9 Perawat menjelaskan dan √


mengidentifikasi pengetahuan pasien
terhadap penyakit yang dialami pasien

C Assement ( hasil pengkajian dari


kondisi pasien terkini)

10 Perawat menjelaskan hasil pengkajian √


pasein terkini

11 Perawat menjelaskan kondisi klinik √


lain yang mendukung seperti hasil lab,
Rontgent dll

D Recommendation/rekomendasi

12 Perawat menjelaskan √
intervensi/tindakan yang sudah teratasi
dan belum teratasi serta tindakan yang
harus dihentikan, dilanjutkan atau
dimodifikasi

8 0 2 1
Jumlah
24 0 2 0
Total Skor

Persentase 72%

Sumber: Data Primer 2019


Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan tabel 2.32 komunikasi efektif dalam kategori cukup
yaitu 72%. hal tersebut perlu ditingkatkan lagi agar dapat
meningkatkan mutu pelayanan.
(4) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
63

Berdasarkan data yang didapat sebagai berikut rincian data


tentang Pengkajian Unsur Output tetang Penilaian Penerapan
Patien Safety Peningkatan Keamanan obat yang perlu
diwaspadai di ruang ICU.
Tabel 2.32 Pengkajian Unsur Output tetang Penilaian Penerapan
Patien Safety Peningkatan Keamanan obat yang perlu diwaspadai di
bangsal ICU RS PKUMuhammadiyah Yogyakarta
No Aspek yang dinilai SL SR KD TP
(3) (2) (1) (0)

1 Melakukan cross cek dan double cek untuk √


memberikan obat dengan lima benar

2 Melakukan cross cek dan double cek untuk √


tepat waktu pemberian obat

3 Melakukan cross cek dan double cek untuk √


tepat pemberian obat

4 Melakukan cross cek dan double cek untuk √


cara pemberian obat

5 Melakukan cross cek dan double cek untuk √


tepat dosis pemberian obat

6 Obat ditempatkan ditempat obat atau troli √


dengan identitas pasein yang jelas terbaca

7 Memberikan edukasi atau penjelasan √


kepada pasien atau keluarga pasien sebelum
oabt diberikan

8 Pemberian obat terdokumentasi dengan √


jelas di rekam medis

Jumlah 7 0 1 0

Total 21 0 1 0

Presentase 91,66 %

Sumber: Data Primer 2019


Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
64

(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:


Perlu dilakukan
Berdasarkan tabel 2.33 keamanan obat dalam kategori baik
yaitu 91,66%. Hal tersebut perlu dipertahankan untuk tetap
menjaga keselamatan pasien.
(5) Pengurangan risiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan
Berdasarkan data yang didapat sebagai berikut rincian data
tentang Pengkajian unsur output tentang penilian penerapan
Patient Safety Pengurangan risiko infeksi terkait hand hygiene
di ruang ICU.
Tabel 2.33 Pengkajian unsur output tentang penilian penerapan Patient
Safety Pengurangan risiko infeksi terkait hand hygiene di ruang ICU
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No Pertanyaan SL SR KD TP
(3) (2) (1) (0)

1 Apakah anda sebagai perawat melakuan √


Hand Hygiene sebelum kontak dengan
pasein?

2 Apakah anda sebagai perawat melakuan √


Hand Hygiene sebelum tindakan invasi?

3 Apakah anda sebagai perawat melakuan √


Hand Hygiene setelah kontak dengan
cairan tubuh pasien ?

4 Apakah anda sebagai perawat melakuan √


Hand Hygiene setelah kontak dengan
pasein ?

5 Apakah anda sebagai perawat melakuan √


Hand Hygiene setelah kontak dengan
lingkungan pasien ?

Jumlah 3 0 2 0

Total 9 0 2 0

Presentase 73 %

Sumber: Data Primer 2019

Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
65

(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:


Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan tabel 2.34 pengurangan resiko infeksi hand
hygiene dalam kategori cukup. Hal tersebut masih perlu
ditingkatkan untuk mengurangi risiko infeksi.
(6) Pengurangan resiko pasien jatuh
Berdasarkan data yang didapat sebagai berikut rincian data
tentang Pengkajian Unsur Output tentang Penilian Penerapan
Patien Safety Pengurangan risiko jatuh di Ruang ICU
Tabel 2.34 Pengkajian Unsur Output tentang Penilian Penerapan
Patien Safety Pengurangan risiko jatuh di Ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
No Pertanyaan SL SR KD TP
(3) (2) (1) (0)

1 Mamasang pengamanan di sisi kanan √


dan kiri tempat tidur pasein

2 Memasang tanda segetiga kuning jika √


pasien potensial jatuh

3 Memberikan edukasi ke keluarga terkait √


risiko jatuh pada pasien

Jumlah 2 1 0 0

Total 6 2 0 0

Persentase 88%

Sumber: Data Primer 2019


Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
66

(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:


Perlu dilakukan
Berdasarkan tabel 2.35 pengurangan resiko jatuh dalam kategori
baik yaitu 88%. Hal tersebut perlu dipertahankan.

(7) Proses Manajemen Bimbingan Praktik Klinik Keperawatan


(a)Tinjauan Teori
Praktek Klinik Keperawatan (PKK) merupakan proses
transformasi dari siswa yang akan menjadi seorang
perawat professional. Metode mendidik mahasiswa
keperawatan diharapkan memungkinkan pendidik
memilih dan menetapkan cara mendidik yang sesuai
dengan objektif (tujuan) dan karakteristik individual
peserta didik berdasarkan kerangka konsep
pembelajaran. Evaluasi klinik merupakan komponen
utama dalam menilai kemampuan peserta didik pada
pendidikan tinggi keperawatan.penguji klinik
merupakan kunci dalam pengkajian kompetensi
mahasiswa keperawatan. evaluasi hasil belajar pada
performa klinik perlu disusun dengan baik,
berkelanjutan dan memberikan kesempatan pada
mahasiswa untuk menampilkan kemampuan profsional
yang optimal, sehingga kompetensi yang harus dicapai
setiap tahap dapat terpenuhi (Nursalam, 2012).

Jenis metode pengajaran klinik antara lain


eksperensial, konferensi, bed site teaching, observasi
dan ronde keperawatan, dan proses insiden. Dengan
metode tersebut memungkinkan identifikasi masalah,
penentuan tindakan yang akan diambil, implementasi
pengetahuan ke dalam masalah klinik, dan diskusi
untuk menggali proses berpikir dalam menanggapi
situasi.
Tugas pembimbing praktek klinik meliputi :
67

a. Mengorientasikan mahasiswa di unit menyangkut:


karakteristik unitan, klien, protap dan alat.
b. Memonitor pelaksanaan dinas mahasiswa.
c. Menyerahkan dan membimbing mahasiswa dalam
rangka praktek.
d. Memotivasi minat dan semangat belajar untuk
peningkatan kemampuan mahasiswa.
e. Berusaha mengatasi masalah yang ditemukan dan
mengadakan hubungan serta melaporkan kepada
pihak yangterkait.
f. Mengevaluasi bimbingan paktek yang meliputi
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
g. Menyampaikan masalah yang berhubungan dengan
praktek siswa atau mahasiswa dengan kesatuan
kinerja yang terkait.
h. Mengikuti rapat yang terkait satuan kerja yang ada di
rumah sakit dan institusi pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan bimbingan.
(b) Tinjauan Data
Tabel 2.35 Pengkajian Unsur Output (Evaluasi Mutu Bimbingan
Praktik Klinik Keperawatan) tentang Evaluasi Pembimbing Praktek
Klinik Keperawatan Di Ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
No Standar SL SR KD TP
1 Pembimbing selalu mengadakan orientasi ruangan √
2 Mengadakan pre dan post conference √
3 Menguasai materi dan tindakan yang akan dipandu √
4 Selalu menyediakan waktu untuk membimbing √
5 Mengikut sertakan praktikan dalam kegiatan asuhan √
keperawatan
6 Memberikan contoh pelaksanaan prosedur yang benar (bed side √
teaching)
7 Mengarahkan dan membimbing praktikan dalam pencapaian √
target motivasi
8 Memotivasi minat dan semangat belajar untuk meningkatkan √
kemampuan praktikan
9 Memonitor pelaksanaan praktik yang meliputi: kemampuan √
praktikan dan ketaatan dalam memenuhi aturan RS dan
instansi pendidikan
10 Melakukan ronde keperawatan √
11 Melakukan evaluasi bimbingan praktik (kognitif, afektif, √
psikomotor)
12 Memeriksa dan memberikan penilaian yang dibuat praktikan √
13 Memberikan bimbingan kepada praktikan minimal 2 kali dalam √
1 minggu
14 Memberikan umpan balik kepada praktikan √
68

Jumlah: 12 1 1
Persentase % 85,7%
Sumber: hasil observasi November 2019
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan: Perlu dilakukan
Berdasarkan tabel 2.36 evaluasi pembimbing praktik klinik dalam
kategori baik yaitu 85,7%.
3. Unsur Output
1. Hasil evaluasi mutu asuhan keperawatan
Studi dokumentasi 5 pasien di ruang ICU dengan kriteria pasien lama
perawatan minimal tiga hari, data yang diperoleh dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.36 Pengkajian Unsur Output (Evaluasi Mutu Asuhan Keperawatan)
Nilai Rata-Rata Instrumen A di Ruang ICU RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta
No Aspek yang Dinilai Hasil Keterangan
1 Pengkajian 75% Pengkajian sudah baik.
2 Diagnosa 86% Diagnosa yang disusun sudah
berdasarkan prioritas.
3 Perencanaan 100% Tindakan keperawatan sudah
tertulis dalam asuhan keperawatan
pasien.
4 Implementasi 100% Implemetasi sudah baik.
5 Evaluasi 100% Dalam dokumentasi keperawatan
sudah mencantumkan tujuan,
pencatatan dalam evaluasi dari
setiap shif sudah menampilkan
keadaan pasien,
6 Catatan asuhan 92% Catatan asuhan keperawatan sudah
keperwatan baik. SOAP yang diberikan sesuai
dengan kondisi pasien tersebut
Rata-rata (%) 92%

Sumber: studi dokumentasi tanggal 4-7 November 2019


69

Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan table 2.37 hasil studi dokumentasi terhadap 5
pasien asuhan keperawatan pasien maka nilai mutu asuhan
keperawatan dari instrumen sebanyak 92% yang berarti dalam
kategori baik dan perlu dipertahankan.
70

2. Hasil Evaluasi Mutu Pelayanan Keperawatan


A. Instrumen B
Tabel 2.37 Pengkajian Unsur Output tentang Hasil Evaluasi Mutu Pelayanan
(Instrumen B) di ruang ICU RS PKU Muhammadyah Yogyakarta
Observasi
Jenis Kegiatan ASPEK YANG DINILAI
Ya Tdk
Memberi-kan obat Kriteria Persiapan :
melalui injeksi 1) Spuit disposible sesuai kebutuhan. 5
2) Kapas alcohol 70%. 5
3) Obat yang akan diberikan. 5
4) Pasien diberikan penjelasan. 5
Kriteria Pelaksanaan :
1) Cuci tangan 5
2) Mempertahankan prinsip aseptic 5
3) Membaca etiket obat 5
4) Membaca dosis obat 5
5) Memasukkan obat ke dalam spuit, kemudian udara 5
dalam spuit dikeluarkan
6) Mengatur posisi pasien 5
7) Menentukan daerah yang akan diinjeksi 5
8) Mendesinfeksi kulit sesuai dengan jenis injeksi
9) Memasukkan jarum sesuai tekhnik penyuntikan 5
melakukan aspirasi
10)Memasukkan obat dengan perlahan 5
11)Memperhatikan respon klien 5
12)Mencabut jarum perlahan 5
13)Mendesinfeksi kulit/daerah injeksi dengan kapas 5
alcohol 70%
14)Memeriksa respon pasien 5
Total 85
Persentase 100%

Dressing 1. Kriteria Persiapan


Infus 1) Siapkan alat: plester, dressing transparan dan 5
plester betadin, perlak, bengkok/ kantong plastik
2) Ucapkan salam 5
3) Beritahu pasien tindakan dan tujuan yang akan 5
dilakukan
4) Cuci tangan sebelum tindakan 5
5) Atur posisi sesuai dengan bagian yang diinfus 5
2. Kriteria Pelaksanaan
1) Baca bismillah 5
2) Letakkan perlak dibawah bagian tubuh yang 5
dipasang infus
3) Buka plester secara perlahan dan tahan bagian 5
tusukan dan pangkal kateter intravena agar tidak
tercabut
4) Disinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah 5
sekitar tusukan kemudian ganti balutan baru
dengan dressing transparan atau plester baru dan
ditutup
5) Cek ulang sambungan infus transfusi set dengan 5
pangkal kateter intravena, kencangan agar kuat
dan tidak lepas
6) Beri plester pada ujung infus atau transfusi set 5
7) Akhiri tindakan dengan hamdallah 5
71

8) Rapikan alat 5
9) Cuci tangan sesudah tindakan 5
10)Dokumentasikan di rekam medis 5

Total 70 5
Presentase 93,3% 6,7%
Sumber: hasil observasi 4-7 November 2019
Keterangan :
(a) 80-100% adalah baik. Keterangan:
Dipertahankan.
(b) 70-79% adalah cukup. Keterangan:
Ditingkatkan.
(c) 50-69% adalah kurang. Keterangan: Perlu
dilakukan pelatihan
(d) <50% adalah sangat kurang. Keterangan:
Perlu dilakukan
Berdasarkan hasil tabel 2.38 evaluasi mutu pelayanan instrument B
menunjukkan dalam kategori baik yaitu 0,85+0,93/2 x 100= 89%
hal ini agar dapat dijadikan pedoman dalam meningkatkan mutu
pelayanan.
B. Evaluasi Mutu Keperawatan KARS Indonesia

1. Kajian Teori

Mutu pelayanan keperawatan adalah suatu proses


kegiatan yang dilakukan oleh profesi keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan pasien dalam mempertahankan keadaan
dari segi biologis, psikologis, sosial dan spiritual pasien (Suarli
dan Bahtiar, 2012).
2. Kajian Data
Dalam rangka meningkatkan mutu, RS PKU
Muhamadiyah Yogyakarta sudah dilakukan Akreditasi Rumah
Sakit KARS dengan lulus “Tingkat Paripurna” (Bintang Lima)
dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit pada bulan November 2018.
Penerapan standar asuhan keperawatan salah satunya yaitu
72

dengan menggunakan PAK (Panduan Asuhan Keperawatan)


untuk dijadikan panduan dalam pelayanan keperawatan.
3. Hasil evaluasi mutu bimbingan praktek klinik keperawatan
Hasil dari jumlah nilai total evaluasi bimbingan Praktek
Klinik Keperawatan di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta didapatkan persentase 85,7% atau dikategorikan baik
dan perlu dipertahankan.
4. Hasil Evaluasi Penerapan Patient Safety
Tabel 2.38 Pengkajian Unsur Output tentang penilaian penerapan Patient Safety
Klinik Keperawatan Di Bangsal ICU
Muhammadiyah Yogyakarta

No Aspek Yang dinilai %

1 Ketepatan identifikasi pasien 100

2 Peningkatan komunikasi yang efektif 91,7

3 Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai 89

5 Pengurangan risiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan 100

6 Pengurangan risiko pasein jatuh 100

5. Efisiensi Ruang Rawat


Indikator
No Bulan Bor LOS TOI BTO
(%) (hari) (hari) (kali)
1 Mei 82,80 5,09 2,91 1,83
2 Juni 90,00 8,50 1,13 2,67
3 Juli 87,10 5,08 2,00 2,00
4 Agustus 87,63 12,46 1,77 2,17
5 September 80,00 8,92 2,77 2,17
6 Oktober 81,18 10,58 2,92 2,00
Rata-rata 84,78 6,93 2,25 2,14
Sumber : Data Primer 2019
a. BOR (Bed Occupancy Ratio)
BOR merupakan prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR
yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005). Di ruang ICU
pada bulan mei sampai oktober didapatkan nilai rata-rat BOR sebesar
84,78%,. Hal itu menunjukkan bahwa nilai BOR di ruang ICU sudah
ideal. Semakin tinggi nilai BOR menunjukkan semakin tinggi pula
73

penggunaan tempat tidur yang ada untuk perawatan pasien, namun


perlu diperhatikan bahwa semakin banyak pasien yang dilayani,
semakin sibuk dan berat pula beban kerja petugas di unit tersebut.
b. LOS (Length Of Stay)
Menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat
efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan. Secara
umum nilai LOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005). Di ruang
ICU pada bulan mei sampai oktober didapatkan nilai rata-rata LOS
sebesar 7 hari. Hal itu menunjukkan bahwa mutu pelayanan di ruang
ICU sudah efisien.
c. TOI (Turn Over Internal)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat
tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan
tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran
1-3 hari. Di ruang ICU pada bulan mei sampai oktober didapatkan
nilai rata-rata TOI sebesar 2 hari. Hal itu menunjukkan bahwa rata-
rata tempat tidur di ruang ICU tidak terisi selama 2 hari.
d. BTO (Bed Turn Over)
BTO merupakan frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu
periode, beberapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu
tertentu. Idealnya dalam satu bulan 1 tempat tidur dipakai 4-5 kali.
Di ruang ICU pada bulan mei sampai oktober didapatkan nilai rata-
rata BTO sebesar 2 kali. Hal itu menunjukkan bahwa pemakaian
tempat tidur di ruang ICU belum maksimal.
6. Kepuasan Kerja Perawat
a. Tinjauan teori
Seorang perawat selain harus memiliki kemampuan intelektual,
interpersonal dan teknik juga harus mempunyai otonomi dan bersedia
menanggung risiko, bertanggung jawab, dan bertanggung gugat
terhadap semua tindakan yang dilakukan. Dengan pekerjaannya
diharapkan perawat dapat memperoleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja
mencerminkan tingkat dimana seseorang menyukai pekerjaannya.
74

Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah sebuah tanggapan afektif atau


emosional terhadap segi pekerjaan seseorang (Kreitner, 2014). Menurut
Juliansyah (2013), faktor faktor kepuasan kerja adalah pay satisfaction,
promotion satisfaction, supervision
satisfaction, coworker satisfaction dan satisfaction with the work self.
Sedangkan menurut Robbins (1996) yang dikutip oleh Badeni (2013)
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah pekerjaan itu
sendiri, gaji, rekan kerja, atasan, promosi dan lingkungan kerja.
C. ANALISIS DATA HASIL PENGKAJIAN
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan di ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta didapatkan beberapa masalah yang dapat dilihat
dalam tabel dibawah ini:

Table 2.39 Analisa Data Hasil Pengkajian di Ruang ICU RS PKU


Muhammadiyah Yogyakarta
No Data Focus Masalah
1.  Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Patient Safety:
didapatkan bahwa perawat di ruang ICU kurang optimal Ketidakefektifan
dalam melakukan hand hygiene sebelum kontak dengan hand hygiene sesuai
pasien dan sebelum melakukan tindakan aseptik lima momen (2
sebelum: sebelum
kontak dengan
pasien dan sebelum
melakukan tindakan
aseptik)

2.  Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat dalam Ketidakefektifan


melakukan asuhan keperawatan cenderung Metode penugasan
berkerjasama dan tidak ada pembagian tugas yang jelas asuhan keperawatan
75

sesuai peran. di ruang icu


 Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruangan
ICU pada tanggal 4 November telah terdapat pembagian
tim A dan tim B tetepi tidak berjalan sesuai dengan
yang telah ditetapkan
 Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 5 November
2019 dengan karu belum terdapat bagan struktur
organisasi yang jelas di ruang ICU
 Perawat mengatakan perlu adanya bagan struktur
organisasi yang tertulis di ruang ICU
3.  Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang ICU pada Ketidakefektifan
tanggal 5 November 2019 didapatkan tidak dilakukan pre pelaksanaan pre
conference di ruang ICU conference dan post
 Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 5 November conference di ruang
2019 didapatkan tidak ada kegiatan pre conference ICU
 Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang ICU pada
tanggal 5 November 2019 didapatkan tidak dilakukan post
conference di ruang ICU
 Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 5 November
2019 didapatkan tidak ada kegiatan post conference

4.  Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang ICU pada Ketidakefektifan


tanggal 5 November 2019 didapatkan tidak dilakukan pelaksanaan meeting
meeting morning morning
 Berdasarkan hasil observasi di ruang ICU pada tanggal 5
November 2019 didapatkan tidak ada kegiatan meeting
morning

5.  Berdasarkan observasi pada tanggal 4-8 November 2019 Ketidakefektifan


didapatkan hasil saat operan jaga perawat tidak pelaksanaan operan
menyebutkan diagnose medis pasien jaga

6.  Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang di ICU pada Resiko Terjadinya


tanggal 4 November 2019 didapatkan bahwa sebagian Ventilator
besar pasien di ICU terpasang ventilator, hal tersebut Associated
dapat beresiko terjadinya VAP. Pneumonia (VAP)
76

D. PRIORITAS MASALAH DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH

Tabel 2.40 Prioritas Masalah dan Alternatif Penyelesaian Masalah


di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Prioritas Masalah
Ʃ Priority
No Masalah Importensi

P S RI PC DU PE T R I

1. Pemahaman dan penggunaan SPO untuk


5 5 4 1 3 3 2 3 5 31 1
mempertahankan budaya belajar SPO

2. Ketidakefektifan Metode penugasan asuhan


4 3 2 1 3 2 2 3 3 23 2
keperawatan di ruang icu

3. Ketidakefektifan pelaksanaan pre conference dan post


4 3 3 1 3 2 2 3 2 23 3
conference di ruang ICU

4. Ketidakefektifan pelaksanaan meeting morning 3 3 2 1 3 2 2 2 3 21 4

5. Ketidakefektifan pelaksanaan operan jaga 3 3 2 1 3 2 2 2 3 21 5

6. Resiko Terjadinya Ventilator Associated Pneumonia 3 2 2 1 3 3 2 2 2 20 6


77

Keterangan :

Importancy (I)` : pentingnya masalah

Prevalency (P) : masalah lebih banyak ditemukan


Severity (S) : akibat yang ditimbulkan lebih serius
Rate of Increase (RI) : kenaikan jumlah masalah lebih cepat
Publict concert (PC) : keprihatinan masyarakat
Degree of Ummeetneeds (DU) : tingkat keinginan yang tidak terpenuhi untuk
selesainya masalah
Political Elimate (PE) : iklim politik mendukung
Technology (T) : tekhnologi yang tersedia
Resource (R) : sumber daya (manusia, dana, alat)
Rentang penilaian mulai dari 1 sampai 5
1 : Sangat tidak penting
2 : Tidak penting
3 : Penting
4 : Sangat penting
5 : Paling penting

PRIORITAS MASALAH
1. Pemahaman dan penggunaan SPO untuk mempertahankan budaya belajar
SPO
2. Ketidakefektifan Metode penugasan asuhan keperawatan di ruang ICU
3. Ketidakefektifan pelaksanaan pre conference dan post conference di ruang
ICU
4. Ketidakefektifan pelaksanaan meeting morning
5. Ketidakefektifan pelaksanaan operan jaga
6. Resiko Terjadinya Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
78

E. Plan Of Action (POA)


Tabel 3.41 Prioritas Masalah dan Alternatif Penyelesaian Masalah
di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
METOD
NO DIAGNOSA MASALAH URAIAN KEGIATAN TUJUAN SASARAN WAKTU PJ
E

 Diskusikan ke
kepala ruang
tentang upaya Untuk
Berdasarkan hasil meningkatan menyamakan FGD
wawancara dengan kepatuhan hand persepsi setiap (Focus
kepala ruangan hygiene perawat perawat Discusio
Patient Safety: didapatkan bahwa dalam 5 momen n Group)
Ketidakefektifan hand perawat di ruang  Menyampaikan ke Untuk
hygiene sesuai lima ICU kurang perawat mengenai meminimalkan Mini
momen (2 sebelum: optimal dalam pentingnya cuci penyebaran infeksi seminar Kepala ruang
1. Selasa Rizky
sebelum kontak melakukan hand tangan 5 momen pada pasien mengenai dan perawat
dengan pasien dan hygiene sebelum (khususnya 2 hand
sebelum melakukan kontak dengan momen sebelum) Untuk hygiene
tindakan aseptik) pasien dan  Mengobservasi meningkatkan dalam 5
sebelum perilaku perawat perilaku perawat momen
melakukan dalam melakukan dalam melakukan
tindakan aseptic cuci tangan dalam cuci tangan dalam
5 momen 5 momen
(khususnya 2
momen sebelum)

2. Ketidakefektifan  Berdasarkan  Mengenalkan Untuk menambah Ceramah Kepala ruang Selasa Wuri
Metode penugasan hasil wawancara macam-macam pemahaman karu dan perawat
asuhan dengan perawat metode asuhan dan perawat FGD
keperawatan di dalam keperawatan terhadap macam- (Focus
79

ruang ICU melakukan kepada karu dan macam metode Discusio


asuhan perawat penugasan asuhan n Group)
keperawatan  Diskusikan dengan keperawatan
cenderung karu dan perawat Pembuata
berkerjasama mengenai metode Untuk n bagan
dan tidak ada yang tepat untuk mendapatkan struktur
pembagian tugas dilaksanakan di kesimpulan metode organisas
yang jelas sesuai ruang ICU penugasan asuhan i
peran.  Fasilitasi karu dan keperawatan yang
 Berdasarkan perwat untuk akan digunakan di
hasil wawancara memilih metode ruang ICU
dengan perawat asuhan
ruangan ICU keperawatan yang Menyamakan
pada tanggal 4 tepat untuk persepsi antara
November telah dilaksanakan di karu dan perawat
terdapat ruang ICU untuk menyamakan
pembagian tim A  Diskusikan dengan persepsi antara
dan tim B tetepi karu mengenai mahasiswa dan
tidak berjalan struktur organisasi karu dalam
sesuai dengan ruang ICU merancang struktur
yang telah  Pembuatan bagan organisasi
ditetapkan struktur organisasi
 Berdasarkan ruang ICU untuk
hasil pengkajian memfasilitasi
pada tanggal 5 jelasnya alur
November 2019 pengorganisasian
dengan karu dan jelasnya peran
belum terdapat perawat
bagan struktur
organisasi yang
jelas di ruang
ICU
80

Perawat mengatakan
perlu adanya bagan
struktur organisasi
yang tertulis di ruang
ICU
3. Ketidakefektifan  Berdasarkan  Diskusikan dengan Untuk mengetahui Role play semua Rabu Vebri
pelaksanaan pre wawancara dengan kepala ruang dan apa yang akan perawat yang
conference dan kepala ruang ICU perawat mengenai dilakukan untuk ada di ruang
post conference di pada tanggal 5 pentingnya pre shift berikutnya ICU
ruang ICU November 2019 conference
didapatkan tidak  Diskusikan dengan Untuk mencegah
dilakukan pre kepala ruang dan terjadinya
conference di perawat mengenai kegagalan
ruang ICU pentingnya post komunikasi
 Berdasarkan hasil conference
Untuk
observasi pada
meningkatkan
tanggal 5
patient safety
November 2019
didapatkan tidak Untuk mengetahui
ada kegiatan pre apa yang sudah
conference dilakukan pada
 Berdasarkan shift tersebut
wawancara dengan
kepala ruang ICU Untuk mencegah
pada tanggal 5 terjadinya
November 2019 kegagalan
didapatkan tidak komunikasi
dilakukan post
conference di Untuk
ruang ICU meningkatkan
 Berdasarkan hasil patient safety
observasi pada
81

tanggal 5
November 2019
didapatkan tidak
ada kegiatan post
conference

 Berdasarkan
wawancara dengan
kepala ruang ICU
pada tanggal 5 Untuk
November 2019 menyampaikan
didapatkan tidak  Diskusikan dengan informasi tentang
FGD
Ketidakefektifan dilakukan meeting kepala ruang dan kegiatan yang akan Ke semua
(Focus
4 pelaksanaan meeting morning perawat mengenai berlangsung di RS pegawai yang Kamis Kurnia
Discusio
morning  Berdasarkan hasil pentingnya ada di ICU
n Group)
observasi di ruang meeting morning
ICU pada tanggal
5 November 2019
didapatkan tidak
ada kegiatan
meeting morning
82

 Berdasarkan
observasi pada  Diskusikan dengan -Agar tercapainya
tanggal 4-8 kepala ruang dan operan jaga yang
Ketidakefektifan optimal semua
November 2019 perawat mengenai
pelaksanaan operan didapatkan hasil pentingnya perawat yang
5 jaga -Untuk mencegah Role play Jum’at Adam
saat operan jaga menyebutkan ada di ruang
insiden
perawat tidak diagnose ICU
keselamatan pasien
menyebutkan keperawatan secara
diagnose medis lengkap
pasien

 Berdasarkan
wawancara
dengan kepala
ruang di ICU pada Untuk Kepala Ruang
 Focus
Resiko Terjadi tanggal 4 mendiskusikan ICU
 Diskusikan dengan Disscus
Ventilator November 2019 pentingnya
kepala ruang ion Kepala Ruang Dewi &
Associated didapatkan bahwa pencegahan VAP
6 mengenai VAP Grup dan semua Rabu Septylian
Pneumonia sebagian besar Untuk me-refresh
 Mengadakan mini  Mini perawat yang a
pasien di ICU pengetahuan
seminar terkait VAP Semina ada di ruang
terpasang perawat
r ICU
ventilator, hal mengenai VAP
tersebut dapat
beresiko
terjadinya VAP.
83

BAB III
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
1) Hasil Implementasi Hand Hygiene

A. Agenda pelaksanaan
Tabel 3.1

Program Peningkatan Kepatuhan Hand Hygiene Perawat

No. Masalah Data awal Tindakan Hasil


1. Patient Safety: Ketidakefektifan hand hygiene Berdasarkan hasil wawancara Persiapan Kepala ruang menyetujui dan
sesuai lima momen (2 sebelum: sebelum kontak dengan kepala ruangan Selasa, 12 November 2019 mengijinkan rencana program
dengan pasien dan sebelum melakukan didapatkan bahwa perawat di Koordinasi dengan kepala
tindakan aseptik) ruang ICU kurang optimal ruang mengenai kegiatan yang
dalam melakukan hand dilaksanakan dengan
hygiene sebelum kontak mendiskusikan upaya
dengan pasien dan sebelum meningkatan kepatuhan hand
84

melakukan tindakan aseptic hygiene perawat dalam 5


momen
Pelaksanaan Perawat menyadari kurang
Selasa, 12 November 2019 optimalnya dalam melakukan
Menyampaikan ke perawat di hand hygiene (2 momen:
ruang ICU bahwa dalam sebelum kontak dengan pasien
melakukan 2 momen cuci dan sebelum melakukan
tangan (sebelum kontak tindakan aseptik)
dengan pasien dan sebelum
melakukan tindakan aseptik)
belum optimal
Pelaksanaan Perawat memahami saat
Rabu, 20 November 2019 disampaikan materi mengenai
Menyampaikan materi pentingnya cuci tangan dalam
kepada perawat tentang 5 5 momen, terutama 2 momen
momen cuci tangan, yaitu (sebelum kontak dengan
terutama 2 momen yaitu pasien dan sebelum
(sebelum kontak dengan melakukan tindakan aseptik)
pasien dan sebelum
melakukan tindakan aseptik)
Evaluasi Perawat sudah melakukan cuci
Mengobservasi kepatuhan tangan sesuai dengan 5
perawat dalam melakukan momen, namun masih ada
hand hygiene dalam 5 beberapa perawat yang belum
momen melakukan dengan optimal

B. Faktor pendukung
85

Program yang telah direncanakan telah mendapat izin dan dukungan dari kepala ruang ICU sehingga kegiatan dapat berjalan sesuai yang
direncanakan. Kemudian perawat di ruang ICU juga beranggapan bahwa dengan melakukan hand hygiene dengan 5 momen cuci tangan
merupakan hal yang sangat penting dilakukan.

C. Faktor penghambat

Penyusun menilai bahwa faktor lupa dan belum terbiasanya melakukan kepatuhan cuci tangan dalam 5 momen terutama sebelum kontak
dengan pasien dan sebelum melakukan tindakan aseptik merupakan faktor penghambat dalam kepatuhan cuci tangan. Kepatuhan cuci tangan
merupakan kebiasaan yang memerlukan proses dan waktu, sehingga perawat dalam hal ini perlu membiasakan diri dalam hal ini.

D. Rencana tindak lanjut

Kepala ruang ICU perlu memonitor kepatuhan perawat dalam 5 benar momen dalam cuci tangan terutama sebelum kontak dengan pasien
dan sebelum melakukan tindakan aseptik.
86

2. Hasil implementasi metode penugasan asuhan keperawatan


A. Agenda pelaksanaan
Table 3.2
Program peningkatan metode penugasan asuhan keperawatan

No. Masalah Data awal Tindakan Hasil


1. Ketidakefektifan Metode  Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat Kepala ruang menyetujui dan
Persiapan
penugasan asuhan dalam melakukan asuhan keperawatan mengijinkan rencana program
12 November 2019
keperawatan di ruang ICU cenderung berkerjasama dan tidak ada Menyatukan persepsi karu
Mengenalkan macam-macam
pembagian tugas yang jelas sesuai peran. dan perawat mengenai
metode penugasan asuhan
 Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat macam-macam metode
keperawatan kepada karu dan
ruangan ICU pada tanggal 4 November telah penugasan asuhan
perawat
terdapat pembagian tim A dan tim B tetepi tidak keperawatan
berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan Pelaksanaan Kepala ruang dan perawat
 Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 5  Diskusikan dengan karu memahami mengenai macam-
November 2019 dengan karu belum terdapat dan perawat mengenai macam metode penugasan
bagan struktur organisasi yang jelas di ruang metode yang tepat untuk yang efektif dalam organisasi
ICU dilaksanakan di ruang Adanya kesepakatan
 Perawat mengatakan perlu adanya bagan ICU mengenai metode penugasan
struktur organisasi yang tertulis di ruang ICU  Fasilitasi karu dan asuhan keperawatan yang
perwat untuk memilih akan dilaksanakan di ruang
metode asuhan ICU
keperawatan yang tepat Adanya kesepakatan
87

untuk dilaksanakan di rancangan bagan struktur


ruang ICU organisasi di ruang ICU
 Diskusikan dengan karu Pengadaan bagan struktur
mengenai struktur organisasi di ruang ICU
organisasi ruang ICU
 Pembuatan bagan
struktur organisasi ruang
ICU
Karu dan perawat sudah
Evaluasi menerapkan tim A dan tim B
Kepala ruang dan perawat dengan lebih jelas tugas-
menerapkan metode tugasnya sesuai peran perawat
penugasan asuhan yang sudah di tetapkan dan
keperawatan MPKP TIM yang sudah tercantum pada
bagan struktur organisasi

B. Faktor pendukung

Kepala ruang dan perawat mendukung adanya suatu perbaikan mengenai metode penugasan asuhan keperawatan di ruang ICU.
Kemudian menyetujui adanya bagan struktur penugasan /struktur organisasi secara tertulis dengan jelas di ruang ICU. Ketika berdiskusi,
kepala ruang memberikan masukan maupun solusi terhadap tata letak dan desain struktur organsasi ruangan dan dengan adanya kerja sama
dengan mahasiswa stase manajemen keperawatan, program tersebut dapat terlaksana.

C. Faktor penghambat
Kondisi ruang ICU dengan pasien yang emergency menjadi faktor sulitnya menerapkan metode penugasan asuhan keperawatan secara
teoritis. Sehingga perawat melaksanakan asuhan keperawatan cenderung dengan cara berkerja sama. Namun dengan di bentuknya bagan
88

struktur penugasan/ struktur organisasi yang jelas secara tertulis di ruang ICU diharapkan pengelolaan penugasan asuhan keperawatan akan
lebih baik lagi.
D. Rencana Tindak Lanjut
Merekomendasikan kepada karu untuk menunjuk salah satu perawat yang akan menjadi penanggungjawab struktur organisasi. Sehingga
apabila ada perubahan struktur organisasi di ruang ICU dapat sesuaikan kembali.
89

3. Hasil implementasi ketidakefektifan pelaksanaan pre conference dan post conference di ruang ICU
A. Agenda pelaksanaan
Table 3.3
Program peningkatan pelaksanaan pre conference dan post conference

No Masalah Data Awal Tindakan (Implementasi) Hasil


1. Ketidakefektifan Post  Berdasarkan hasil observasi Persiapan 1. KARU membuka acara.
Conference pada tanggal 4-8 November a. Menyiapkan ruangan/tempat. 2. Katim menanyakan hasil asuhan
2019 katim/ Co- shift jarang b. Menyiapkan rekam medik pasien yang masing-masing.
melakukan post conference menjadi tanggung jawabnya. 3. Katim menanyakan kendala
 Berdasarkan wawancara 5 c. Menjelaskan tujuan dilakukannya post dalam asuhan yang diberikan.
perawat didapatkan 5 perawat conference. 4. Katim menanyakan tindak lanjut
mengatakan bahwa jarang d. Memandu pelaksanaan post asuhan pasien yang harus dioperkan
dilakukan post conference conference. ke shift berikutnya.
setelah shift jaga terlaksana. e. Menjelaskan hasil asuhan keperawatan 5. KARU menutup acara.
 Berdasarkan hasil observasi di pasien, tindakan yang telah dilakukan dan
buku pre dan post conference rencana tindak lanjut.
di ruang ICU RS PKU f. Memberikan reinforcement positif pada
Muhammadiyah yogyakarta perawat pelaksana.
tidak terdapat g. Menyimpulkan hasil post conference
pendokumentasian post
conference setiap shift jaga
perawat.

B. Faktor Pendukung
90

Kurang optimalnya pelaksanaan 5 momen hand hygiene perawat ICU terutama sebelum kontak dengan pasien dan sebelum
tindakan kepada pasien. Masukan dari karu yang mengganggap bahwa mini seminar mengenai hand hygiene sangat penting sebagai
media untuk mengupgrade pengetahuan perawat ICU mengenai perkembangan prosedur hand hygiene terbaru sebagai pengendalian
terhadap infeksi di ruang ICU.
C. Faktor Penghambat
Singkatnya waktu untuk pre conference dan post conference menyebabkan perawat sangat sulit membagi waktu untuk
melakukan pre conference dan post conference sebelum operan jaga dimulai. Selain itu, dikarenakan di ruang ICU pasiennya adalah
pasien yang emergency sehingga banyaknya tindakan yang harus segera di lakukan oleh perawat sehingga dalam pelaksanaan pre
conference dan post conference perawat terburu-buru.
D. Rencana Tindak Lanjut
Memotivasi perawat untuk rutin melaksanakan pre dan post conference secara singkat namun jelas dan terperinci sehingga tidak
memerlukan waktu yang panjang dan tidak mengganggu proses asuhan keperawatan terhadap pasien.
91

4. Hasil implementasi pelaksanaan meetimg morning


A. Agenda pelaksanaan
Table 3.4
Hasil implementasi pelaksanaan meeting morning

No Masalah Data Awal Tindakan (Implementasi) Hasil


1. Ketidakefektifan  Berdasarkan hasil observasi Persiapan 1. Kepala ruang menutup morning
Meeting Morning dan wawancara pada tanggal 1. Kepala ruang mempersiapkan materi meeting
4-8 November 2019 Kepala dan informasi mengenai kegiatan- 2. Kepala ruang dan peserta
Ruang tidak pernah melakukan kegiatan non keperawatan di ruangan morning meeting
meeting morning tersebut. menandatangani notulensi
 Berdasarkan wawancara 5 2. Kepala ruang menyiapkan tempat 3. Morning meeting dilanjutkan
perawat didapatkan 5 perawat untuk melakukan morning meeting. dengan operan jaga
mengatakan bahwa tidak 3. Mempersiapkan salah satu staf untuk
pernah dilakukan meeting menjadi notulen
morning sebelum shift pagi 4. Morning meeting diikuti oleh seluruh
jaga terlaksana. staff yang jaga pagi dan malam, ditambah
dengan tenaga administrasi ruang.

B. Faktor Pendukung
Adanya respon positif dari karu untuk dilaksanakannya meeting morning. Karu ikut serta dalam mengkoordinir perawat dalam
pelaksanaan meeting morning.
92

C. Faktor Penghambat
Waktu meeting morning yang berdekatan dengan operan jaga menjadikan pelaksanaan meeting morning kurang optimal.
D. Rencana Tindak Lanjut
Memotivasi untuk rutin melaksanakan meeting morning secara singkat namun jelas dan terperinci sehingga tidak memerlukan
waktu yang panjang dan tidak tetap tidak mengganggu keefektifan operan jaga perawat.

5. Hasil implementasi operan jaga


A. Agenda pelaksanaan
Table 3.5
93

Hasil implementasi pelaksanaan keefektifan operan jaga

No Masalah Data Awal Tindakan (Implementasi) Hasil


1. Ketidakefektifan Berdasarkan observasi pada Persiapan 1. Diskusi
Operan Jaga tanggal 4-8 November 2019 1. Overan dilaksanakan setiap pergantian 2. Pelaporan untuk overan dituliskan
didapatkan hasil saat operan sift /overan secara langsung pada format overan
jaga perawat tidak 2. Prinsip overan, terutama  pada semua yang ditandatangani oleh PP yang
menyebutkan diagnose medis pasien baru masuk dan pasien  yang jaga saat itu dan PP yang jaga
dan diagnose keperawatan dilakukan overan khususnya pasien yang berikutnya diketahui oleh kepalaa
pasien memiliki permasalahan yang belum ruang
/dapat teratasi serta yang membutuhkan 3. Ditutup oleh karu
observasi lebih lanjut
3. PP menyampaikan overan pada PP
berikutnya mengenai hal yang
perlu  disampaikan dalam overan :
a. Jumlah pasien
b. Identitas klien dan diagnosa medis
c.Data(keluhan/subyektif dan obyektif)
d. Masalah keperawatan yang masih
muncul
e. Intervensi keperawatan yang sudah dan
belum dilaksanakan  (secara umum)
f. Intervensi kolaborasi dan dependen
g. Rencana umum dan persiapan yang
perlu dilakukan (persiapan operasi,
pemeriksaan penunjang, dan lain-lain)

B. Faktor Pendukung
94

Adanya respon karu yang mendukung dan respon perawat yang kooperatif untuk dilaksanakannya operan jaga yang lebih efektif
dengan menyebutkan diagnos keperawatan pasien. Karu juga memfasilitasi mahasiswa untuk merole play kan kegiatan operan jaga di
ruang ICU.
C. Faktor Penghambat
Kondisi pasien di ruang ICU yang memerlukan tindakan keperawatan secara intensif dan harus dilakukan monitor setiap 1 jam
sehingga menjadikan pelaksanaan operan jaga harus dilaksanakan dengan waktu yang singkat namun harus jelas.
D. Rencana Tindak Lanjut
Memotivasi perawat untuk rutin melaksanakan operan jaga dengan lengkap namun singkat dan jelas agar tidak memerlukan
waktu yang panjang dan tidak mengurangi kualitas asuhan keperawatan perawat di ruang ICU.

6. Hasil implementasi pelaksanaan mini seminar VAP


A. Agenda pelaksanaan
Table 3.6
Hasil implementasi pelaksanaan mini seminar VAP
95

No Masalah Data Awal Tindakan (Implementasi) Hasil


1. Resiko Terjadinya  Berdasarkan wawancara Persiapan Kepala ruang menyetujui dan
Ventilator Associated dengan kepala ruang di ICU Selasa, 12 November 2019 mengijinkan rencana program
Pneumonia (VAP) pada tanggal 4 November Koordinasi dengan kepala ruang
2019 didapatkan bahwa mengenai kegiatan yang akan
sebagian besar pasien di ICU dilaksanakan mini seminar terkait
terpasang ventilator, hal pencegahan VAP.
tersebut dapat beresiko
terjadinya VAP.
Pelaksanaan Perawat memahami saat
Rabu, 20 November 2019 disampaikan materi mengenai VAP
Menyampaikan materi VAP
Evaluasi Perawat sudah menerapkan
Mengobservasi perawat pemahaman pencegahan VAP kepada pasien
perawat terkait pencegahan VAP

B. Faktor Pendukung
Program yang telah direncanakan telah mendapat izin dan dukungan dari kepala ruang ICU sehingga kegiatan dapat berjalan sesuai
yang direncanakan. Kemudian perawat di ruang ICU juga beranggapan bahwa pencegahan VAP merupakan hal yang sangat penting
untuk dilakukan.
C. Faktor Penghambat
Penyusun menilai bahwa faktor penghambat dari penyampaian materi VAP pada saat mini seminar yaitu, kurangnya peserta
yang hadir dalam acara tersebut. Sehingga materi yang telah disampaikan pada saat acara mini seminar tidak tersampaikan kepada
seluruh perawat di ICU.
D. Rencana Tindak Lanjut
96

Pada saat dilakukan operan jaga perlu disampaikan kembali mengenai VAP kepada perawat yang tidak hadir dalam acara mini
seminar.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Implementasi yang telah dilakukan

1. Standar Prosedur Operasional (SPO) Hand Hygiene

Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu pedoman atau

acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai denga fungsi dan alat

penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis,

administratif dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja

pada unit kerja yang bersangkutan (Atmoko 2011).

Hand hygiene adalah istilah yang digunakan untuk mencuci tanggan

menggunakan anti septik dengan cara 6 langkah. Pada tahun 2009, WHO

mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care,

yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk petugas

kesahatan dengan my five moment for hand hygiene yang merupakan kegiatan

mencuci tagan sebelum kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan

aseptik, setelah kontak dengan pasien, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh

pasien dan setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien.

Mencuci tangan di pelayanan kesehatan merupakan salah satu upaya

preventif yang dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial atau yang

sekarang disebut sebagai Healthcare Associated Infections (HAIs). Infeksi

nosokomial atau Healthcare Associated Infections (HAIs) merupakan masalah

penting di seluruh dunia dan menjadi isu yang menarik terutama tentang upaya

pencegahan infeksi tersebut. Infeksi nosocomial ini pun tidak hanya mengenai

pasien saja, tetapi juga dapat mengenai seluruh personil yang ada di pelayanan

kesehatan. Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien

merupakan kelompok yang paling berisiko terjadimya infeksi nosocomial karena


98

infeksi ini dapat menular dari pasien ke petugas kesehatan, dari pasien ke

pengunjung atau keluarga ataupun dari petugas ke pasien.

Menurut WHO (2009), mencuci tangan yang baik dan benar ialah dengan

menggunakan tehnik 6 langkah. Mencuci tangan dapat menggunakan air

(handwash) yang memerlukan waktu 40-60 detik dan menggunakan cairan

antiseptik atau alcohol (handrub) yang memerlukan waktu hanya 20-30 menit

dalam melakukannya. Sedangkan berdasarkan rekomendesi dari WHO (2009)

dan kampanye cuci tangan dari Canadian Patient Safety campaign 2012, cuci

tangan di pelayanan kesehatan harus dilakukan dengan lima waktu (5 moment):

(1) sebelum menyentuh/memeriksa pasien: (2) Sebelum dan setelah melakukan

procedur aseptik/pembersihan; (3) Setelah terpapar cairan tubuh pasien; (4)

menyentuh /memeriksa pasien; (5) Setelah menyentuh sekeliling pasien.

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang ICU pada tanggal 5

November 2019 didapatkan tidak ada SPO yang tetap setiap ruang, hanya

terdapat SPO general, sedangkan berdasarkan wawancara dengan manager

keperawatan pada tanggal 8 November 2019 didapatkan bahwa sudah terdapat

SPO disetiap ruangan yang dapat diakses melalui computer dan hasil observasi

yang dilakukan pada tanggal 4 – 9 November didapatkan hasil bahwa perawat di

ruang ICU sudah melakukan hand hygiene dengan tepat, namun beberapa

perawat masih belum menerapkan 5 moment pada moment pertama dan kedua

yaitu sebelum kontak dengan pasien dan sebelum tindakan aseptic.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruang ICU pada tanggal 21

November 2019 setelah dilakukan mini seminar tentang hand hygiene

menunjukan belum optimalnya penerapan 2 moment sebelum kontak dengan

pasien dan sebelum tindakan aseptik sehingga kepala ruang ICU perlu
99

mengevaluasi kepatuhan perawat dalam 5 momen cuci tangan terutama sebelum

kontak dengan pasien dan sebelum melakukan tindakan aseptic, hal tersebut

untuk meningkatkan ketertiban perawat dalam melaksanakan hand hygiene dan

tetap memperhatikan 5 moment.

2. Metode Penugasan Asuhan Keperawatan

Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan catatan tentang

tanggapan/respon klien terhadap kegiatan-kegiatan pelaksanaan keperawatan

secara menyeluruh, sistematis dan terstruktur sebagai pertanggunggugatan

terhadap tindakan yang dilakukan perawat terhadap klien dalam melaksanakan

asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan

(Prabowo, 2016). Apabila pendokumentasian tidak dilakukan dengan lengkap

akan dapat menurunkan mutu pelayanan keperawatan karena tidak akan dapat

mengidentifikasi sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan keperawatan yang

telah diberikan. dalam aspek legal perawat tidak mempunyai bukti tertulis jika

suatu hari nanti klien menuntut ketidakpuasan akan pelayanan keperawatan

(Yanti, 2013)

Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis pada

pasal 1 ayat 1, menyatakan bahwa rekam medik adalah berkas yang berisikan

catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,

tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Hasil pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap perawat ICU pada

tanggal 54 November 2019 didapatkan bahwa perawat dalam menjalankan asuhan

keperawatan menggunakan cara berkerjasama, tidak ada pembagian tugas yang pasti

sesuai peran dalam tindakan keperawatan. Sedangkan dalam hasil observasi mahasiswa
100

terhadap jadwal shift perawat menemukan bahwa terdapat pembagian tugas tim A dan

tim B yang di dalamnya terdapat pembagian peran yaitu 1 orang Kepala ruang, 8 orang

Koordinator perawat, dan 9 orang perawat pelaksana namun dalam pelaksanaannya

belum berjalan optimal.

Pada tanggal 5 November 2019 hasil pengkajian mahasiswa dengan kepala ruang

mengenai struktur organisasi ruang ICU didapatkan bahwa belum terdapat bagan

struktur organisasi yang jelas dan tertulis di ruang ICU. Perawat mengatakan perlu

adanya bagan struktur organisasi yang jelas dan tertulis di ruang ICU agar alur

pengorganisasian di ruang ICU dapat sewaktu-waktu dilihat dan agar jelas pembagian

tugas dan peran perawat yang ada di ruang ICU.

Setelah dilakukan implementasi POA mengenai metode penugasan asuhan

keperawatan di ruang ICU RS PKU MUHAMMADIYAH, ruang ICU

menerapkan metode TIM sebagai metode yang digunakan untuk membagi tugas

perawat sesuai perannya yaitu terdapat kepala ruang, coordinator perawat, dan

perawat pelaksana dalam 2 tim yaitu TIM A dan TIM B. Setelah implementasi

pembuatan bagan struktur organisasi di ruang ICU menjadikan alur

pengorganisasian semakin jelas.

3. Pelaksanaan Pre dan Post Conference

Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.

Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau

malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference

sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan

dari luar.Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference.

Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah

selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh
101

ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya

satu orang, maka pre conference ditiadakan. Post conference adalah komunikasi

katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum

operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap

perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference

dipimpin oleh katim atau Pj tim.

Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-

masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah,

mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan

untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri

dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk

menghasilkan perubahan non kognitif.

Berdasarkan hasil evaluasi setelah dilakukannya role play pada tanggal

20 November 2019 didapatkan bahwa perawat telah melakukan pre conference

dan post conference.

4. Pelaksaan Meeting Morning

Meeting Morning yaitu suatu pertemuan yang dilakukan di pagi hari

sebelum dimulainya operan tugas jaga antara shift malam ke shift pagi. Tujuan

dari pelaksanaan kegiatan ini adalah koordinasi intern ruang perawatan sebagai

wahana informasi dan komunikasi. Banyak hal yang dapat disampaikan dalam

forum itu tapi waktu dibatasi hanya 15 menit. Sebagai salah satu contoh yang

kami lakukan dan dijadikan sebagai prosedur pelaksanaan morning meeting

adalah persiapan, pelaksanaan dan penutup. Meeting morning dipimpin oleh


102

kepala ruang, diikuti peserta yang terdiri dari perawat diruangan dan notulen

yang menulis hasil dari meeting morning.

Berdasarkan hasil evaluasi setelah dilakukannya role play pada tanggal 20

November 2019 didapatkan bahwa perawat telah melakukan meeting morning.

Meeting morning dilakukan pada saat membahas hal penting. Pada hari Senin,

12 November 2019 telah dilakukan role play meeting morning oleh mahasiswa

Co-Ners dengan tema hand hygiene.

5. Pelaksanaan Operan Jaga

Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk

menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan

pasien. Operan atau timbang terima adalah, suatu cara dalam menyampaikan dan

menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan kedaan pasien, bertujuan:

menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum pasien, menyampaikan hal-

hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya, tersusunnya

rencana kerja untuk dinas berikutnya.

Berdasarkan hasil evaluasi setelah dilakukannya role play, pada tanggal 20

November 2019 didapatkan bahwa perawat di ruang ICU telah melakukan

operan jaga dengan benar, yaitu telah menyebutkan diagnose medis dan

keperawatan pada masing-masing pasien yang sebelumnya telah melakukan

operan jaga namun tidak menyebutkan diagnose medis dan keperawatan.

6. Mini Seminar (Ventilator Associated Pnemonia)

Ventilator-associated pneumonia (VAP) adalah pneumonia yang terjadi

lebih dari 48 jam setelah pemasangan intubasi endotrakeal akibat dari

mikroorganisme yang masuk saluran pernapasan bagian bawah melalui aspirasi


103

sekret orofaring yang berasal dari bakteri endemik di saluran pencernaan atau

patogen eksogen yang diperoleh dari peralatan yang terkontaminasi atau petugas

kesehatan.

RS PKU Muhammadiyah merupakan rumah sakit tipe B, sebagian besar

pasien merupakan pasien rujukan dari rumah sakit lain yang rata-rata pasiennya

sudah terinfeksi VAP dari rumah sakit sebelumnya. Hal tersebut meningkatkan

kejadian VAP, maka dari itu diadakan mini seminar yang bertujuan untuk

menambah pengetahuan tentang VAP dan meminimalkan kejadian VAP di RS

PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Setelah dilakukan mini seminar mengenai VAP, didapatkan perwat lebih

paham mengenai cara pencegahan infeksi pada pasien yang terpasang ventilator.
104

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian, tindakan dan evaluasi yang telah dilakukan di
ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta selama 3 minggu, didapatkan
simpulan sebagai berikut:
1. Kepala ruang ICU perlu mengevaluasi kepatuhan perawat dalam 5 momen
cuci tangan terutama sebelum kontak dengan pasien dan sebelum
melakukan tindakan aseptic.
2. Metode asuhan keperawatan di ruang ICU menggunakan metode TIM,
namun pembagian tugas perawat telah disesuaikan perannya yaitu sebagai
kepala ruang, coordinator perawat, dan perawat pelaksana dalam 2 tim TIM
A dan TIM B. Sudah terdapat bagan struktur organisasi di ruang ICU
3. Kepala Ruang menyadari bahwa pentingnya Pre conference dan post
conference di ruang ICU
4. Pelaksanaan meeting morning mengalami peningkatan.
5. Operan jaga di ruang ICU telah dilakukan dengan benar, yaitu telah
menyebutkan diagnose medis dan keperawatan pada masing-masing pasien.
6. Pelaksanaan refreshing VAP berjalan sesuai rencana.
B. Saran
1. Bagi institusi Rumah Sakit
a. Pelaksanaan MPKP bias berjalan sesuai dengan harapan.
2. Bagi kepala ruang
a. Memonitor perawat dalam melakukan hand hygiene, pre conference,
post conference, meeting morning, operan jaga, dan pencegahan VAP.
3. Bagi perawat pelaksana
b. Mengoptimalkan pelaksanaan pre conference, post conference, meeting
morning dan operan jaga sesuai dengan kondisi di ruang ICU RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
105

DAFTAR PUSTAKA

Herlambang S dan Murwani A.2012. Manajemen Kesehatan dan Rumah Sakit.


Yogyakarta: Gosyen Publising.

Hidayah, N. (2014). Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional (MKMP)


Tim dalam Peningkatan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit. Diakses 5
November 2019, dari journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/kesehatan/article/download/60/33

Kesehatan Kemenkes RI. (2011). Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan HCU dan


ICU di Rumah Sakit.Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kementerian
Kesehatan RI.

Kementrian kesehatan RI. (2012). Pedoman Teknis Bangunan RS Ruang Perawatan


Intensive .Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Mugianti, S. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan dalam Keperawatan.


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Nurhidayah, Rika Endah. (2011). Pendidikan Keperawatan Pendekatan Kurikulum


Berbasis Kompetensi.Universitas Sumatera Utara

Nursalam. (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesioal. (4th ed). Jakarta: Salemba Medika.

Ratnasari, Septa Tri.(2009). Analisis Resiko Keselamatan Kerja Pada Proses


LAMPIRAN
Kuisioner Kepemimpinan Kepala Ruangan
Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Berilah tanda check list (√) pada salah satu dari kolom yang tersedia di samping pertanyaan
untuk menunjukkan jawaban yang anda pilih
S : sering
K : kadang-kadang
TP : tidak pernah
Inisial Nama : .................................................

NO PERNYATAAN S K TP
1 Kepala ruangan memberikan instruksi kepada perawat pelaksana dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa terlebih dahulu berdiskusi dengan
perawat.
2 Kepala ruangan mengumumkan perubahan peraturan tanpa
mendiskusikannya terlebih dahulu kepada perawat pelaksana
4 Kepala ruangan melaksanakan pengawasan yang ketat terhadap pekerjaan
yang sedang perawat pelaksana laksanakan.
5 Kepala ruangan melaksanakan pengawasan yang ketat terhadap pekerjaan
yang sedang perawat pelaksana laksanakan.
6 Kepala ruangan mendiskusikan masalah yang ada di ruangan bersama
anggotanya dan memotivasi perawat pelaksana untuk bekerja sama sebagai
tim.
7 Kepala ruangan menciptakan situasi yang kondusif dalam berkomunikasi
dengan perawat pelaksana dan suasana yang bersahabat dalam bekerja
8 Kepala ruangan mengikutsertakan seluruh perawat pelaksana dalam
menyusun rencana kegiatan asuhan keperawatan di ruangan
9 Kepala ruangan mengajak perawat pelaksana untuk berdiskusi dan meminta
pendapat perawat pelaksana tentang penerapan metode baru dalam
pemberian asuhan keperawatan.
10 Kepala ruangan menerima masukan positif, saran dan ide-ide dari perawat
pelaksana dan mempertimbangkannya dalam upaya meningkatkan
pelayanan asuhan keperawatan menjadi lebih baik
11 Kepala ruangan mendelegasikan tugas kepemimpinan kepada perawat
pelaksana yang berkompeten
12 Kepala ruangan memberikan bimbingan, pelatihan, otoritas dan memberikan
kepercayaan kepada perawat pelaksana dalam mengambil keputusan secara
mandiri
13 Kepala ruangan memfasilitasi perawat pelaksana untuk bekerjasama dengan
dokter dan tim kesehatan lainnya dalam pemberian layanan kesehatan di
rumah sakit.
14 Kepala ruangan sebagai tempat berkonsultasi dalam menyelesaikan suatu
masalah pekerjaan
15 Kepala ruangan memberi pujian/penguatan pada perawat pelaksana terhadap
keberhasilan mereka.

INSTRUMEN KEPUASAN KERJA PERAWAT


Berilah tanda check list (√) pada salah satu dari kolom yang tersedia di
samping pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang anda pilih
STP : Sangat tidak puas TP : Tidak puas
P : Puas SP : Sangat puas
Inisial Nama : ..........................................................

N PERNYATAAN STP TP P AP
O
1 Kebebasan melakukan tindakan secara mandiri dalam menyelesaikan
masalah dalam perawatan pasien
2 Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan
atau pendidikan tambahan.
3 Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih tinggi
4 Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan mendapat kenaikan
pangkat
5 Kemampuan dalam menggunakan waktu bekerja dengan penugasan
yang diberikan
6 Motivasi dan dukungan yang saya terima selama bekerja disini
7 Perlakuan atasan selama saya bekerja disini.
8 Kemampuan dalam bekerjasama antar Perawat
9 Kesesuaian antara pekerjaan dan latar belakang pendidikan saya
10 Sistem penyelesaian masalah yang dilakukan di ruangan Anggrek
11 Pelayanan Askes yang saya terima selama ini
12 Adanya kesempatan memberikan saran/ pendapat kepada kepala
ruangan
13 Perhatian instansi rumah sakit terhadap saya.
14 Imbalan yang saya terima sesuai dengan kinerja saya.
15 Penilaian yang diberikan kepada saya selama bekerja disini
16 Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang mendukung pekerjaan
17 Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar ganti pakaian, ruangan
makan, ruangan sholat
18 Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan dengan ventilasi udara,
kebersihan dan kebisingan.

Anda mungkin juga menyukai