Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PERSIAPAN PENYEMPURNAAN


PROSES PEMUTIHAN OPTIK (OBA) PADA KAPAS DAN POLIESTER
DENGAN VARIASI METODA

Kelompok 2
Disusun oleh : Ahmad Jauhari N. (15020092)
Arlin Rosmanita (15020093)
Atih Fauzi H. (15020095)
Ryan Suryadi (15020116)
Grup : 2K4
Nama Dosen : M. Ichwan, AT , MS.Eng.
Asisten Dosen : Eka O., S.ST., MT.
Priatna
Tanggal Praktikum : 3 November 2016

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
BANDUNG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
Melaksanakan proses pemutih optik atau optical brightening (OBA) pada kain
kapas dan polyester menggunakan variasi metoda (exhaust dan padding) dan resep.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum :
 Memvariasikan Metoda (exhaust dan padding) dan resep untuk mengetahui
pengaruh terhadap hasil proses
 Mengevaluasi masing-masing kain terhadap masing-masing metoda dengan cara uji
penilaian spektrofotometri
 Mengidentifikasi metoda dan yang optimal untuk digunakan pada proses pemutih
optik.
Sehingga praktikan dapat memahami pengaruh metoda exhaust, dan padding terhadap hasil
pengelantangan, serta dapat menentukan metoda yang optimal untuk digunakan pada
proses.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Serat Kapas
Menurut perkiraan serat kapas telah dikenal sejak + 500 tahun sebelum masehi
dan para ahli sependapat India adalah Negara tertua yang menggunakan kapas pada
tahun + 500 sebelum masehi.
Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman, yang termasuk dalam jenis
Gossypium, yaitu :
 Gossypium arboreum (berasal dari India)
 Gossypium herbareum (asal tidak jelas)
 Gossypium barbadense (berasal dari peru)
 Gossypium hirsutum (berasal dari Meksiko selatan, dan Amerika tengah)
Spesies yang berhasil di kembangkan menjadi tanaman industri adalah Gossypium
hirsutum yang dikenal sebagai kapas upland yang merupakan 87% produksi dunia.
Gossypium barbadense di Amerika kemudian muncul sebagai tanaman yang menghasilkan
kapas dengan mutu tinggi karena seratnya halus dan stapelnya panjang yang dikenal dengan
kapas sea island dan merupakan 8% produksi dunia, kapas ini digunakan untuk bahan-
bahan tekstil dengan mutu tinggi. Tanaman ini tumbuh dengan baik didaerah lembab dan
banyak disinari matahari. Sifat dan kualitas kapas tergantung pada tempat berkembang.
Adapun komposisi serat kapas dapat dilihat pada tabel berikut :

Komposisi % Pada Serat % Pada Dinding Primer


Selulosa 88 – 96 52
Pektin 0,7 - 1,2 12
Lilin 0,4 – 0,1 7
Protein 1,1 – 1,9 12
Abu 0,7 – 1,6 3
Senyawa Organik 0.5 – 1,0 14
*Sumber : Serat-serat Tekstil, Institut Teknologi Tekstil Bandung.

Komposisi selulosa murni diketahui sebagai suatu zat yang terdiri dari unit-unit
anhidro-β-glukosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n , dimana n merupakan derajat
polimerisasi yang tergantung dari besarnya molekul, berikut ini merupakan struktur
molekul dari selulosa :

H OH CH 2 OH H OH CH 2 OH

HO H H O H O
OH H O OH H OH
H H H

H H H O H
O OH H OH
H H H
O O
CH 2 OH H OH CH 2 OH H OH

2.1.1. Morfologi serat


 Penampang membujur : seperti pipa terpilin
 Penampang melintang : seperti ginjal
 Dimensi serat : Pada umumnya bervariasi
dari (p:d) 1000 : 1 sampai 5000 : 1
2.1.2. Sifat-sifat Serat Kapas
Sifat - sifat kimia
Serat kapas pada umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan,
pengolahan dan pemakaian yang normal. Beberapa zat oksidasi atau penghidrolisa
dapat menyebabkan penurunan kekuatan. Kerusakan karena oksidasi ditandai
dengan terbentuknya oksiselulosa yang biasanya terjadi pada proses pemutihan
yang berlebih, penyinaran dalam kondisi lembab atau pemanasan yang lama pada
suhu 140℃ .
Asam-asam menyebabkan hidrolisa ikatan-ikatan glukosa dalam rantai
selulosa membentuk hidroselulosa. Asam kuat dalam larutan menyebabkan
degradasi yang cepat sedangkan larutan yang encer apabila dibiarkan mongering
pada serat akan menyebabkan penurunan kekuatan.
Alkali mempunyai sedikit pengaruh pada kapas kecuali larutan alkali kuat
dengan konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan penggelembungan pada serat
seperti pada proses merserisasi. Pada kondisi ini dinding primer menahan
penggelembungan serat kapas keluar sehingga bagian lumennya sebagian tertutup,
irisan melintang menjadi lebih bulat, puntirannya berkurang dan serat menjadi lebih
berkilau, lebih kuat dan afinitas terhadap zat warna menjadi lebih besar.

Sifat – sifat fisika


1. Warna, warna serat kapas sedikit cream tidak berwarna putih.
2. Kekuatan, kekuatan serat kapas perbundelnya adalah 70.000 sampai 96.700 pon
per inci persegi. Dalam keadaan basah kekuatan serat kapas akan lebih besar.
3. Mulur, mulur serat kapas sekitar 4-13% dengan rata-ratanya 7%.
4. Moisture regain serat kapas pada kondisi standar adalah 7 – 8,5%
5. Berat jenis kapas berkisar 1,50 – 1,56.
6. Indeks bias serat kapas yang sejajar sumbu serat adalah 1,58 sedangkan yang
tegak lurus adalah 1,53.

2.2. Serat Polyester


Serat polyester merupakan suatu polimer (sebuah molekul raksasa yang merupakan
gabungan monomer-monomer/molekul molekul terkecil) dimana masing-masing unit
dihubungkan oleh sambungan ester. Nama lazim dari polyester adalah poly (etilen
tereftalat), sedangkan nama sehari-harinya tergantung pada pemakaiannya, apakah
digunakan sebagai serat atau sebagai material untuk membuat produk seperti botol untuk
minuman ringan. Jika digunakan sebagai serat untuk membuat kain, biasanya sering disebut
dengan polyester, terylene atau Dacron. Sedang untuk membuat botol biasa disebut PET.

2.2.1. Pembuatan Serat Polyester


 Etilena glikol dan asam tereftalat di Polimerisasikan dan disemprotkan melalui
spinneret, sehingga berbentuk pita dan dipotong-potong membentuk seperti chip
dan dikeringkan.
 Setelah menjadi chip kemudian dibuat filamen dengan cara pemintalan leleh dan
filamen tersebut dibuat tow dengan cara perangkapan.
 Tow kemudian diregangkan, disempurnakan dan dikeringkan sehingga menjadi tow
kering yang stabil dan keriting.
 Tow kering yang stabil itu dipotong dan dibundel serta dibungkus sehingga menjadi
serat pendek yang siap pakai/stapel fibrer.

2.2.2. Sifat-Sifat Serat Polyester


Sifat Fisika Polyester
 Mempunyai elastisitas yang baik sehingga tahan kusut.
 Stabilitas terhadap panas sangat baik.
 MR serat polyester dalam kondisi standar dengan RH 65% adalah 0,4%. Sedangkan
dalam kelembaban relatif/MC 100% adalah 0,6-0,8%.
 Berat jenis polyester adalah 1,38 gr/cm3.
 Ketahan sinar dapat berkurang kekuatannya dalam penyinaran yang lama.
 Polyester merupakan isolator yang baik.
 Pada suhu 230-2400C dapat melunak, dan pada 255-2600C akan meleleh.
 Meskipun polyester dapat dibakar, tetapi karena diikuti dengan pelelehan yang
kemudian akan terlepas jatuh, maka nyala api tidak akan menjalar. Tetapi jika
dicampur dengan serat lain yang membantu pembakaran kain, maka akan terbakar.
 Bau hasil pembakaran seperti zat kimia terbakar dan sedikit manis.
 Abu/sisa hasil pembakaran berbentuk bulat keras dan berwarna abu-abu.

Sifat Kimia Polyester


 Tahan terhadap asam kuat.
 Tahan zat oksidator, alkohol, sabun dan zat-zat untuk pencucian kimia.
 Larut dalam meta kresol, dan metil salisilat.
 Serat polyester sangat tahan terhadap jamur, bakteri, dan serangga.
 Tahan terhadap zat-zat oksidator.

2.2.3. Struktur Molekul Serat Polyester

2.2.4. Morfologi Serat Polyester

Melintang Membujur
2.2. Grey
Bahan tekstil mentah (grey) dari serat alam masih mengandung kotoran-kotoran,
baik kooran alam, kotoran luar maupun kotoran yang ditambhakan seperti minyak pelumas
yang terdapat pada bahan serat-serat sintetik. kotoran ini dapat menganggu atau
menghalangi keberhasilan dan pennyerapan pada proses-proses lebih lanjut seperti proses
pengelantangan, pencelupan dan penyempurnaan Agar grey tersebut dapat diproses lebih
lanjut, diperlukan teknik dan proses-proses tertentu dengan tekologi persiapan
penyempurnaan tekstil.
Teknologi persiapan penyempurnaan tekstil adalah suatu teknologi dan proses
tekstil yang diakukan pada kain mentah dengan tujuan memperolah permukaan kain yang
halus dan rata (Singeing), menghilangkan kanji (Desizing), menghilangkan lemak, malam
dari serat, dan minyak pelumas pada kain sintetik (Scouring), meningkatkan derajat putih
(Bleaching), pengerjaan selulosa dengan campurannya menggunakan NaOH/NH4OH
(Mercerizing) untuk meningkatkan daya serap, kekuatan, kilau dan sifat kain lainnya,
menghilangkan sebagian/seluruh serisin pada kain sutera (Degumming), menstabilkan
stabilitas dimensi kain pada bahan sintetik (Heat Setting),serta pencucian dan pembilasan
yang bertujuan untuk menghilangkan/membersihkan sisa kotoran dan zat kimia setelah
masing-masing proses.

2.3. Proses Persiapan Penyempurnaan


Proses persiapan penyempurnaan adalah semua proses kimia maupun mekanik yang
dilakukan terhadap bahan tekstil yang terbuat dari serat alam maupun serat sintetik,
sebelum mengalami proses pencelupan, pencapan, dan penyempurnaan dengan tujuan
supaya proses proses tersebut dapat berjalan dengan lancar dan hasilnya sesuai dengan yang
diharapkan.
Secara garis besar proses ini meliputi penghilangan kanji, pemasakan, dan
pengelantangan, serta pretreatmen (penyikatan, bakar bulu, penghilangan kanji dan
pemasakan).
Proses persiapan pada dasarnya bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran
yang terdapat pada serat, terutama selulosa. Sehingga bahan memiliki daya serap dan
derajat putih yang baik. Adapun kotoran bahan tekstil pada umumnya adalah :
 Kotoran alamiah, kotoran ini timbul bersama dengan terjadinya pertumbuhan
serat, misalnya lemak, malam, lilin pada kapas. serisin pada sutera. keringat ,
lemak, dan lanolin pada wol
 Kotoran dari luar, adalah kotoraan yang berasal dari luar dan menempel pada
serat, benang atau kain, misalnya debu, potongan daun, ranting, noda minyak
dari mesin, dan lain-lain
 Kotoran serat yaitu berupa serat-serat yang menonjol keluar pada permukaan
kain dan dapat mengganggu/menghalangi proses-proses selanjutnya
 Kotoran yang sengaja ditambahkan untuk kelancaran proses, misalnya minyak
untuk zat anti statik pada benang, kanji pada benang lusi dan lain-lain.
Serat-serat alam seperti kapas mengandung kotoran yang lebih banyak
dibandingkan dengan serat buatan. Kotoran kotoran seperti potongan daun, ranting, debu,
lemak, malam, pelumas serta kanji dan lainnya dapat mengganggu dan menghalangi
penyerapan larutan, demikian pula adanya kotoran lain seperti warna alam, oleh karena itu
perlu dihilangkan melalui proses persiapan penyempurnaan baik secara fisika maupun
kimia.
Dengan harapan grey memiliki kerataan kain yang baik, dimensi yang stabil, tahan
kusut, lebih berkilau, dan lebar kain yang seragam serta memiliki daya serap/daya basah
yang baik, bersih dari kotoran, bebas kanji, bebas minyak pelumas, bebas kulit biji, putih
cerah dan memiliki sifat pewarnaan yang baik.

2.4. Pemutihan Optik


Pemutihan optik melalui pengelantangan hanya mendekomposisi pigmen alam
dalam serat, sehingga distribusi pemantulan sinar oleh serat menjadi lebih seragam
disepanjang spektrum sinar tampak (400-700nm) sehingga kain nampak lebih putih.
Sedangkan untuk meningkatkan efek putih sekaligus kecerahan pada bahan perlu dilakukan
proses pemutihan optik, yang bersifat flouresen.
Zat Flouresen dapat menghasilkan efek pemutihan secara fisika melalui pancaran
sinar tampak dipermukaan kain atau serat. Senyawa ini mampu menyerap energi dari sinar
ultraviolet dengan panjang gelombang kurang dari 400nm dan memancarkan kembali pada
daerah sinar tampak, yaitu antara 400-700nm, pada spectrum warna violet hingga kebiruan.
Selain sinar ini tidak berwarna dan tidak menyerap energi pada daerah sinar tampak.
Fenomena ini hanya terjadi bila bahan yang telah diberi zat pemutih optik menangkap sinar
yang merupakan sinar ultraviolet, sehingga efek ini kurang terlihat jika disinari dengan
lampu.
Sifat-sifat lain yang harus dimiliki zat pemutih optic adalah zat ini harus lebih
substantif terhadap serat tekstil, memiliki sifat migrasi yang baik, stabil terhadap garam
atau elektrolit, dan memiliki kestabilan serta reaktifitas pH dan suhu proses.
Untuk kain yang terbuat dari selulosa terutama serat kapas, terdapat tiga jenis yang
berbeda dalam afinitas dan substantifitasnya. Afinitas yang rendah dipengaruh oleh
penambahan elektrolit dan suhu proses. Jenis medium sedikit terpengaruh oleh elektrolit
dan suhu. Dan jenis afinitas tinggi sedikit terpengaruh oleh elektrollit dan suhu. Proses
pemutihan optik biasanya ddilakukan setelah pengelantangan, atau diproses simultan
dengan pengelantangan.
Proses pemutihan optic pada serat sintetik dilakukan dengan kondisi yang sama
dengan pencelupannya dengan zat warma dispersi, dan zat pemutih yang digunakan adalah
jenis non-ionik. Proses ini dapat dilakukan dengan metoda Exhaust, Pad Roll, Pad-Steam,
Pad-bake, dan Pad termosol.
BAB III
PERCOBAAN
3.1 Diagram Alir

Persiapan Bahan dan OBA

Pemutihan Optik

Soaping

Drying

Evaluasi
- Whiteness (spektro)

3.2 Skema Proses


3.2.1. Padding Kapas

Draying Baking
Padding soaping draying
100oC, 1’ 90oC, 1’
WPU 80%

3.2.2. Padding Poliester

Draying Baking
Padding soaping draying
100oC, 1’ 200oC, 1’
WPU 80%
3.2.2. Exhaust
3.2.2.1. Exhaust Kapas
900C

400C Soaping

300C

10 20 50 60 65 75

3.2.2.2. Exhaust Poliester

1300C

400C Soaping

300C

10 20 50 60 65 75

3.3 Resep
Exhaust Padding Exhaust Exhaust
Resep
(Kapas) (Kapas) (polyester) (polyester)
OBA %OWF 1 10 1 -
g
OBA ( ¿ - - - 10
L
g
NaCl ( ¿ - - - -
L
mL
CH3COOH ( ¿ - - 0,5 0,5
L
ml
Pendispersi ( ¿ - - 1 1
L
Metoda Exthaust Padding Exhaust Padding
Suhu 90oC 90oC 130oC 200oC
Waktu (menit) 30 30 30 1
Vlot 1 : 30 - 1 : 20 -
3.4 Perhitungan Resep
1
Based on % OWF : ×berat bahan
100
g 1
Based on : ×berat bahan
L 1000

Padding
Exhaust (Kapas) Padding (Kapas) Exhaust (polyester)
(polyester)
Berat kain
13,67 9,60 5,95 1
(gram)
Larutan 13,67 × 30 =
100 5,95 × 20 = 119 100
(mL) 410,1
1 10 1 10
× 13,67 = × 9,60 = × 5,95 = ×100 = 1
OBA 100 1000 100 1000
0,1367 0,096 0,0595 gam
0,5 0,5
CH3COOH ×119 = ×100 =
- - 1000 1000
(mL)
0,059 0,05
1
Pendispersi ×119 = 2
−¿ −¿ 1000 ×100 = 0,1
(gram) 1000
0,119
100 – 0,05 - 0,1 =
Air (ml) 410,1 100 119
99,8

3.5 Data Percobaan


3.5.1. Spektrofotometer
3.5.1.1. Kapas Exhaust
3.5.1.2. Kapas Padding

3.5.1.3. Poliester Exhaust


3.5.1.4. Poliester Padding

3.5.2. Evaluasi
Perbandingan Whiteness
180
160
140
120
100
Blanko
80 Contoh uji
WI CIE

60
40
20
0

Contoh uji
BAB IV
DISKUSI
Pada praktikum dilakukan pengujian pemutihan optik terhadap kain kapas dan kain
polyester yang sebelumnya telah dilakukan proses simultan. Dimnana pada kain kapas
digunakan kain kapas dengan kondisi yang sama, yaitu kain kapas hasil proses simultan
metoda pad steam. Sedangkan pada kain poliesternya dalam kondisi yang berbeda, dimana
poliester cara exhaust sebelumnya diproses exhaust cara simultan pada suhu 130 0C dan
polyester cara padding sebelumnya diproses exhaust simultan pada suhu 1000C.
Pengujian Pemutihan optik atau Optic Brightening Agent (OBA) ini dilakukan
terhadap variasi metode pada setiap jenis kain yang digunakan, yaitu metoda exhaust dan
pad steam.
Proses pemutihan optik bertujuan untuk mendapatkan kain menjadi lebih putih dan
cerah melalui zat pemutih optik yang dapat meningkatkan jumlah cahaya yang dipantulkan
pada permukaan kain, karena Pembesaran pantulan sinar menjadi lebih tinggi, yang
disebabkan oleh zat pemutihan optic yang bersifat fluoresen.
Zat ini akan menyerap cahaya ultra violet dengan panjang gelombang kurang dari
400 nm dan akan memancarkannya kembali pada sinar tampak dengan panjang gelombang
lebih dari 400 nm, pada spektrum warna biru atau violet, namun efek ini bisa saja kurang
terlihat jika bahan menerima sinar dari sumber cahaya buatan, misalnya lampu.
Berdasarkan literatur zat pemutih optik yang digunakan pada kain kapas terdapat
tiga golongan yang berbeda, yaitu
 Afinitas rendah, penambahan suhu dan elektrolit sagat berpengaruh
 Afinitas sedang, penambahan suhu dan elektrolit agak berpengaruh
 Afinitas tinggi, penambahan suhu dan elektrolit sedikit berpengaruh.
Maka dari ketiga keterangan tersebut dapat diprediksi bahwa zat pemutih optik yang
digunakan memiliki afinitas yang tinggi, karena tidak dilakukan penambahan elektrolit, dan
berdasarkan percobaan pada penambahan suhu metoda paddingpun memiliki selisih
terhadap blanko yang lebih kecil dibanding polyester exhaust yang memiliki selisih derajat
putih dengan blanko yang besar. Namun sayangnya kain polyester hasil proses exhaust
berwarna ungu, karena penggunaan tabung yang kotor, sehingga masih dipengaruhi oleh
faktor kesalahan/ belum valid.

4.1. Kapas
Berdasarkan percobaan, jika dibandingkan nilai WI CIE antara blanko dengan kain
hasil proses pada kapas OBA exhaust didapat hasil/selisih yang lebih jauh, dibanding
Kapas OBA cara Padding, yaitu 89,27 untuk exhaust dan 74,29 untuk Kapas OBA
Padding, padahal dalam resep digunakan persen OWF ebih besar 10 kali lipat, namun
dengan metoda yang berbeda, padahal dengan kondisi kain kapas yang sama. Maka untuk
pengerjaan yang optimal dapat digunakan metoda exhaust, karena lebih hemat dengan
penggunaan OBA yang lebih sedikit, tetapi memerlukan banyak air (exhaust) sedangkan
cara padding tidak memerlukan banyak air.
Namun pada akhirnya tergantung kain seperti apa yang akan dihasilkan, seberapa
kilau yang dibutuhkan, serta jenis mesin yang tersedia di industri.
Percobaan pemutihan optik pada kain kapas menggunakan resep yang sama dengan
metoda exhaust, dalam metoda padding yang telah dilakukan yaitu perhitungan OBAnya
menggunakan OWF, sedangkan seharusnya menggunakan g/L. dan jika perhitungannya
dalam OWF didapatkan hasil OBAnya yang perlu ditambahkan yaitu 1gram dengan
volume air sebanyak 100ml. dan pada dasarnya perbandingan whiteness pada metoda
padding dan exhaust berbanding lurus dengan pengujian secara visual penambahan OBA
dapat meningkatkan derajat putih kain.

4.2. Polyester
Resep yang digunakan dalam metoda exhaust dan padding menggunakan variasi
OBA terhadap berat bahan, dan terhadap vlot (gr/l). Pada proses pemutihan optic pada
kedua karutan kain polyester ini ditambahkan CH3COOH yang berperan sebagai penstabil
suasana larutan. Karena dikahawatirkan akan terjadinya perubahan suasana lautan, jika pH
larutan berubah menjadi pH alkali, polyester tersebut akan terkikis atau bahkan rusak
(terhidrolisa) karena polyester tidak tahan alkali dan lebih tahan asam. Sehingga sifat
polyester yang terkikis dalam alkali tersebut, dimanfaatkan utuk pengerjaan Weight Reduce
(WR), berat kain akan berkurang dengan efek kain yang lebih lemas dan tipis serta
pegangan yang lembut.
Pada hasil evaluasi whiteness, meski memiliki selisih dengan blanko yang kecil
menunjukan polyester dengan metoda padding lebih putih. Pada kain polyester dengan
menggunakan metoda exhaust menunjukkan hasil yang berwarna biru-keunguan, hal ini
disebabkan karena penambahan OBA yang terlalu banyak, kurang sesuai dengan
perhitungan dan timbangan yang digunakan kurang penimbangannya kurang teliti, serta
kemungkinan lain seperti kondisi alat/tabung exhaust yang belum dibersihkan. Sehingga
pada hasil evaluasi whiteness menunjukkan nilai k/s yang besar, dan secara visualpun sulit
untuk membandingkan derajat putih antara metoda exhaust dan padding.

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum,
 Derajat putih untuk kain kapas dan poliester yang paling baik ditunjukan dengan
metoda padding.
 Variasi metoda berpengaruh terhadap selisih antara blanko dengan kain hasil proses
 Metoda Exhaust cenderung menunjukan selisih whiteness yang lebih tinggi
dibanding Padding
 Metoda yang optimal untuk meningkatkan derajat putih adalah metoda Padding.
DAFTAR PUSTAKA
NU KAMARI

Anda mungkin juga menyukai