Putra, Et Al. 2017. Pemijahan Ikan Hias Botia Secara Buatan Dengan Injeksi Hormo
Putra, Et Al. 2017. Pemijahan Ikan Hias Botia Secara Buatan Dengan Injeksi Hormo
The Artificially Spawning of Botia Fish (Chromobotia macracanthus Bleeker) with HCG
(Human Chorionoc Gonadothropin) and LHRH-a (Luteinizing Hormone Releasing
Hormone Analog) Injection
Handian Febyadi Eka Putra1*, Seto Sugianto Prabowo Rahardjo1 dan Asep Permana2
1
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya
2
Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) Depok, Jawa Barat
*handianbp14@student.ub.ac.id
Abstrak
Ikan botia (Chromobotia macracanthus Bleeker) merupakan ikan hias asli perairan Indonesia yang
tepatnya berasal dari Sumatera dan Kalimantan. Ikan ini menjadi primadona dalam komoditas ikan hias karena
keunikannya mulai dari bentuk tubuh, warna sampai bentuk mulutnya. Ikan botia merajai pasar ekspor dunia
khususnya negara-negara Eropa. Namun hal tersebut tidak sebanding dengan ketersediaan ikan endemik ini.
Saat ini, ikan botia yang diekspor masih mengandalkan tangkapan di alam. Balai Riset Budidaya Ikan Hias
(BRBIH) Depok, Jawa Barat merupakan yang pertama dan satu-satunya balai yang dapat memijahkan ikan hias
botia secara buatan dengan bantuan injeksi hormon HCG (Human Chorionic Gonadothropin) dan LHRH-a
berupa ovaprim dan telah diproduksi secara massal. Pemijahan ikan botia dilakukan secara buatan dengan
stimulasi hormon sebelum ikan distriping. Hal ini berfungsi untuk mengoptimalkan pemijahan mulai dari
kualitas telur, sperma sampai perkembangan embrio sehingga meningkatkan produksi benih. Hasil yang didapat
adalah rata-rata fekunditas di atas 5.000 telur, derajat pembuahan di atas 80%, derajat penetasan telur di atas
60% serta derajat kelulushidupan larva yang lebih dari 50%.
Abstract
Botia fish (Chromobotia macracanthus Bleeker) is endemic from Indonesia especially from Sumatera and
Kalimantan. Botia fish is popular because it unique body shape, colours and mouth shape. Botia fish has been
top order of export market especially at European. However, it is not comparable with the availability. Now,
Botia fish which export is still relied from natural catch. Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) Depok, Jawa
Barat is the most one agency that can spawned Botia fish by artificially with hormone injection of HCG (Human
Chorionic Gonadothropin) and LHRH-a (Luteinizing Hormone Releasing Hormone) that is Ovaprim and it has
been produced a lot. The Botia fish artificially spawning can do with injection of hormone before striping. The
function is to optimizing the spawning start from egg quality, sperm and embryo so can improve the production.
The result from this research is fecundity average is above 5.000 egg, fertilization rate above 80%, hatching rat
above 60% and survival rate above 50%.
Materi Penelitian
Peralatan Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini
adalah baskom, centong, penggaris,
handuk, kateter, timbangan digital, spuit,
seser, corong, selang, Styrofoam, cawan Gambar 1. Corong Penetasan Telur
petri dan mikroskop.
102
Diterima/submitted:3 April 2017
Disetujui/accepted:11 Juni 2017
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol 6 No.3
(a) (b)
(a
Gambar 3. Hormon
(b)
)
Gambar 2. (a) Induk Botia Jantan; (b) Manajemen Pemeliharaan Larva
Induk Botia Betina Persiapan Akuarium Pendederan
Persiapan akuarium untuk
Pemijahan pendederan dan pemeliharaan larva yakni
Pemijahan secara buatan dengan dengan menyiapkan akuarium berukuran
stimulasi hormon yakni HCG (Human 80x35x35 cm, kemudian akuarium
Chorionic Gonadothropin) dan LHRH-a yangtelah berisi air diberi kalium
(Luteinizing Hormone Releasing Hormone permanganate dan ditunggu selama 3
analog) berupa ovaprim. Sebelum proses hariyang berfungsi untuk pengkondisian
pemijahan, induk terlebih dahulu melalui steril akuarium. Setelah itu membersihkan
proses kanulasi yakni pengecekkan akuarium dengan menggunakan amplas
kelayakan telur yang sesuai kriteria. halus yang digosokkan ke dinding dan
Pengecekkan dilakukan dengan dasar akuarium sambil disifon dan diisi air
103
Diterima/submitted:3 April 2017
Disetujui/accepted:11 Juni 2017
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol 6 No.3
bersih diberi air setinggi 15 cm pada larva yang telah dipelihara selama proses
akuarium dan diberi aerasi secara terus inkubasi. SR dapat dihitung dengan rumus:
menerus dan ditunggu hingga 2 minggu
sebelum proses pendederan.
menyeluruh dan dibilas dengan air mineral besar. Menurut Effendi et al. (2003),
hingga bersih. Hal ini bertujuan agar pembuahan telur oleh sel sperma
terjadinya fertilisasi sehingga telur-telur berlangsung optimal ketika posisi inti telur
bisa langsugn diinkubasikan. Pembilasan berada di pinggir. Pembuahan sendiri
dilakukan sebanyak tiga kali agar telur merupakan peleburan inti sel telur oleh sel
bersih menyeluruh. Penebaran telur sperma, dengan beradanya inti sel telur di
dilakukan pada corong penetasan dengan pinggir maka akan memudahkan sel
air mengalir agar telur dapat terus sperma melakukan pembuahan.
bergerak. Selanjutnya yakni menghitung
persentasi derajat pembuahan, derajat Derajat Penetasan (HR)
penetasan serta derajat kelulushidupan. Nilai persentase derajat penetasan
induk ikan botia yang dipijahkan berturut-
Fekunditas urut adalah 63,7%, 90,8%, 44,8% dan
Fekunditas keempat induk ikan 57,9% dengan telur yang menetas berturut-
botia pada saat pemijahan yakni berturut- urut sebanyak 74 butir, 158 butir, 89 butir
urut 18.345 butir, 18.654 butir, 13.634 dan 120 butir. Hasil ini terbilang optimal
butir dan 5.279 butir dengan bobot total karena derajat penetasan yang rendah
telur 0,9 g dan bobot masing-masing telur yakni jika persentasenya tidak lebih dari
yakni 0,10 g, 0,12 g, 0,10 g dan 0,10 g. 45% (Satyani et al., 2010).
Menurut Satyani et al. (2016), fekunditas
ikan botia yang baik berkisar antara 3.000 Tingkat Kelulushidupan (SR)
sampai 20.000 butir telur untuk bobot Persentase derajat kelulushidupan
tubuh 70-150 g. yang dihasilkan berturut-urut adalah
58,1%, 57,8%, 68,5% dan 67,0% dengan
Derajat Pembuahan (FR) jumlah larva yang tersisa di akhir
Persentase derajat pembuahan pemeliharaan yakni berkisar 387 sampai
induk ikan botia yang dipijahkan berturut- 3.175 ekor. Hasil ini terbilang optimal
urut 81,6%, 95,6%, 57,3% dan 93,6% karena persentase kelulushidupan
dengan jumlah telur sampling yang mencapai lebih dari 50%. Menurut Satyani
dihasilkan berkisar antara 142 sampai 352 et al. (2016), nilai tingkat kelulushidupan
butir dan jumlah telur yang terbuahi yang baik yakni berkisar antara 50-70%.
berkisar antara 116 sampai 207 butir. Hasil Data pemijahan secara lengkap dapat
tersebut merupakan optimal karena dilihat pada Tabel 3.
persentase derajat pembuahan terbilang
Saran
Dalam kegiatan pemijahan ikan
botia secara buatan terdapat beberapa
aspek yang harus diperhatikan, diantaranya
menjaga kebersihan alat yaitu dengan
menyediakan biosecurity yang mumpuni
sehingga meminimalisir adanya
kontaminasi yang dapat menyebabkan
kegagalan pada proses pemijahan.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, I., T. Prasetya., A. O. Sudrajat., N.
Suhenda dan K. Sumawidjaja.
2003. Pematangan gonad induk
ikan botia (Botia macracanthus)
dalam kolam. Jurnal Akuakultur
Indonesia 2(2) : 51-54.
Gusrina. 2014. Genetika dan Reproduksi
Ikan. Dipublish Publisher.
Yogyakarta.
Satyani, D., J. Slembrouck., S. Subandiyah
dan M. Legendre. 2006.
Peningkatan Teknis Pembenihan
Buatan Ikan Hias Botia
Chromobotia macracanthus
(Bleeker). Jurnal Riset Akuakultur.
2(2) : 135-142.
Satyani, D., N. Meilisza dan L. Solichah.
2010. Gambaran pertumbuhan
panjang benih ikan botia
(Chromobotia macracanthus) hasil
budidaya pada pemeliharaan dalam
system hapa dengan padat
penebaran 5 ekor per liter.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi
Akuakultur 2010 : 395-402.
Satyani, D., J. Slembrouck., S. Subandiyah
dan M. Legendre. 2016.
Peningkatan teknis pembenihan
ikan hias botia, Chromobotia
macracanthus (Bleeker). J. Ris.
Akuakultur 2 (2) : 135-142.
Sudarto., L. Pouyaud dan R. B. Kusuma.
2008. Struktur Populasi Dan
Sejarah Kolonisasi Ikan Botia
106
Diterima/submitted:3 April 2017
Disetujui/accepted:11 Juni 2017