Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN SHARING JURNAL

“Nursing Assessment, Education, and Care of Extremely Premature Neonatus


with Patent Ductus Arteriosus”

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners


Departemen Keperawatan Anak

Disusun oleh:

Kelompok 1C
Anastasia Intan Pradana
190070300011045

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
PEMBAHASAN JURNAL
A. Identifikasi Jurnal
Judul : Nursing Assessment, Education, and Care of Extremely
Premature Neonatus with Patent Ductus Arteriosus
Pengarang : Bennett P. Samuel, Angela J. Stuive, and Dawn M. Eding
Tahun : 2016
Penerbit : Benthan Science Publishers

B. Latar Belakang Jurnal


Paten ductus arterios (PDA) adalah diagnosis umum pada neonatus. Insiden
lebih tinggi oleh neonatus prematur. Setiap neonatus prematur dengan berat
badan lahir antara 501-1500 gram dapat diperkirakan mengalami PDA. Sekitar
55% bayi dengan berat badan <1000 grm digambarkan mengalami PDA
simptomatik yang membutuhkan perawatan. Ductus arteriosus adalah bagian
dari sirkulasi janin normal yang memungkinkan darah mengalir dari sirkulasi
paru yang sangat resisten ke aorta. Ductus arteriosus biasanya akan menutup
dalam beberapa jam hingga beberapa hari setelah kelahiran. Pada sekitar 34%
neonatus dengan berat badan lahir sangat rendah, penutupan spontan dapat
terjadi 2 hingga 6 hari setelah kelahiran dan sebagian besar neonatus berat
badan sangat rendah dalam tahun pertama. Namun 60-70% neonatus prematur
memerlukan intervensi medis atau bedah pada PDA. Kegagalan PDA untuk
menutup mengakibatkan pirau jantung kiri ke kanan melintasi ductus arteriosus,
Peningkatakan aliran darah paru dan memberikan beban pada sistem sirkulasi
paru. Presentasi klinis dan tingkat gejala yang terkait dengan lesi duktus
tergantung pada pirau jantung kiri ke kanan dan kemampuan neonatus untuk
mentoliler volume yang berlebih. Usia kehamilan dan resistensi pembuluh darah
paru (PVR) neonatus berperan penting dalam respon pirau jantung. Neonatus
dapat mengalami komplikasi yang signifikan sebagai akibat dari PDA sebagai
berikut: dekompensasi pernapasan, gagal jantung, perdarahan intraventrikuler,
bronchopulmonalis displasia, nekrosis eterocolitis, dan kematian.
Dari hasil komplikasi diatas, perawatan neonatus prematur dengan PDA
merupakan tantangan bagi perawat anak. Perawat anak adalah sumber daya
penting dalam manajemen perawatan neonatus premature dengan PDA,
mereka memberikan perawatan sepanjang waktu dan seringkali pertama kali
memberikan perawatan pertama untuk mengenali tanda dan gejala yang tidak
normal. Oleh karena itu, pengetahuan tentang patofisiologii posnatal pada
neonatus sangat penting bagi perawat untuk mengenali gejala pada bayi yang
rentan. Selain itu perawat juga harus memiliki pemahaman tentang patofisiologi
PDA agar dapat memberikan perawatan komperhenshif dan berpusat pada
perawatan pada pasien. Perawat juga memberikan edukasi pada orang tua
pasien yang menderita PDA dengan topik edukasi seperti patofisologi
perubahan postnatal, dampak PDA, pilihan perawatan dan rencana perawatan
untuk bayi. Perawat juga memiliki peran penting dalam dukungan orang tua
dalam melalui masalah stress emosional dan memberikan informasi dan
dukungan yang lain.

C. Hasil Artikel
1. Patofisiologi dan Presentase Klinis
Patensi dari ductus arteriosus di uterus terjadi tekanan oksigen arteri
yang rendah (PaO2) dan tingkat tinggi pada sirkulasi postaglandin.
Posnatal, menurunya PVR akibat dari oksigenasi paru-paru normal
dan ventilasi disebabkan oleh PaO2 meningkat. Postaglasin dimetabolisme
saat darah mengalir keparu-paru. Pada neonatus yang sehat penutupan
fungsional ductus arteriosus biasanya terjadi pada periode pertama 24
hinga 96 jam. Pemusnahan struktural lengkap dapat dilakukan antara 2
hingga 3 bulan. Nekrosis dinding intimal duktus arteriosus diikuti oleh
pembentukan ligamentum arterosum, jaringan fibrosa yang secara
permanen menyegel lumen duktus. Dua faktor utama menunda penutupan
ductus arteriosus pada neonatus prematus meliputi: 1) berkurangnya
respon terhadap oksigen, 2) sensitivitas terhadap pelebaran prostaglandin.
Faktor-faktor yang meningkatkan kejadian PDA termasuk penyakit
jantung bawaan, rubela bawaan, sindrom bawaan, infeksi rubella ibu
trimester pertama, riwayat genetik, terapi cairan intravena, hipoksemia,
asfiksia perinatal, prematuritas, sepsis, trisomi 13 dan 18 dan sindrom
Rubinstein-Taybi.
Presentasi Klinik meliputi denyut nadi perifer dengan tekanan nadi
melebar, kegagalan tumbuh, periode apnea, gangguan pernafasan, mumur
sitolik dan takikardia. Maka neonatus dengan PDA deperlukan penilaian
perawat untuk memberikan perawatan yang komprehensif dan berpusat
perawatan pada pasien untuk memantu resiko meningkatnya morbiditas
dan mortalitas.

2. Nursing Assesment dan Perawatan


PDA pada neonatus prematur dapat berkaitan dengan meningkatnya
masalah pernapasan, penyakit paru-paru kronis,CHF, nekrosis enterocolitis,
perdarahan intraventricular dan komplikasi yang lain. Sangat penting bahwa
perawat memberikan perawatan secara komprehenshif untuk melihat
perubahan klinis pada neonatus terkait dengan perubahan pernapasan dan
kardiovaskular yang menandakan komplikasi. Penilaian mencakup
pengawasan untuk gejala CHF, peningkatan oksigen atau ventilator dan BB
turun, selain itu perubahan status neurologis, penurunan output urin,
peningkatan laktat.

PDA terjadi beberapa hari setelah kelahiran pada populasi pasien.


Jika tidak terdiagnosis, periode apnea, bradikardia dan peningkatan
kebutuhan bantuan pernapasan tanda-tanda pertama PDA pada neonatus
yang tidak menggunakan ventilator. Pada neonatus yang menggunakan
ventilator, keterlambatan atau kegagalan pernapasan mungkin merupakan
indikator PDA. Irama dan denyut jantung biasanya dipengaruhi oleh adanya
kelainan pada jantung bawaan. Perkembagan dan keparahan gejala yang
khas bervariasi setiap neonatus karena perbedaan derajat pirau jantung kiri
ke kanan. Neonatus dengan PDA sering kali asimtomatik, tetapi juga
membutuhkan pemautaun ketat untuk menilai bahwa PDA menutup secara
spontan.

Tekanan darah, saturasi oksigen, denyut nadi apikal, denyut nadi


perifer, keseimbangan cairan, BB harian, ECG, auskultasi merupakan area
fokus penting dalam penilaian neonatus dengan PDA, saturasi oksigen,
tekanan diastolik arteri mungkin rendah karena aliran darah aorta melalui
PDA. Meskipun pemeriksaan ECG tampak normal pada neonatus dengan
PDA, terus dilakukan pemantauan untuk memonitor rate dan ritme.

Pada pemeriksaan fisik, terderngar suara murmur, ini sering


terdengar diseluruh perikardium, paling keras terdengar di perbatasan
sternum kiri atas dan daerah infraclavicular kiri. Mumur dapat meningkat
karena menurunnya PVR neonatus. Neonatus dengan signifikan, takikardia,
denyut nadi perifer, tekanan nadi melebar, hipotensi siastolik, hiperdinamic
pericardium. Kardiomegali mungkin dilihat dari radiografi dada dengan
gambaran pirau yang besar. Neonatus dapat menunjukkan gejala takipnea,
apnea, suara cracles, dan gangguan pernapasan. Neonatus menunjukkan
asidosis metabolik, mengalami kesulitan makan, penurunan BB.

Darah dari aorta yang kembali ke kiri jantung dapat menyebabkan


ventrikel kiri bekerja keras dan mengakibatkan hipertropi ventrikel kiri dan
menyebabkan bayi mengalami tanda dan gejala CHF. Perawat harus
memperhatikan adanya kesulitan bernapas, berkeringat, makan yang
buruk, dan takipnea. Dalam kasus, pembatasan cairan dengan diuretik
mungkin diperlukan untuk mendorong diuresis dan membantu mengelola
efek overload kardiovaskular.Peningkatan aliran darah paru mengakibatkan
kongesti vaskular paru sehingga perawat harus waspada dengan
perubahan pernapasan akut seperti peningkatan pernapasan dan
penurunan saturasi oksigen. Komplikasi yang lain PDA yaitu enterokolitis
dan endokarditis. Foto radiologi dada menilai kardiiomegali pada atrium dan
ventrikel kiri.
Asuhan keperawatan meliputi monitoring tanda-tanda vital, perhatian
terhadap perubahan status neonatus. Intervensi PDA farmakologis dengan
menggunakan obat cyclooxygenase (COX) inhibitors. Untuk saat ini dua
obat untuk perawatan PDA yaitu indomethacin dan ibuprofen. COX inhibitor
digunakan untuk menghambat produksi postaglandin sehingga menfasilitasi
penutupan duktus. Untuk penggunaan obat harus dilihat dari status
neonatus,kormobiditas,dan anjuran dokter. Penilaian ekokardiografi
digunakan untuk mengevaluasi keefektifan pengobatan. Juga pengobatan
pharmakologis tidak responsif makan dilakukan tindakan pembedahan.
perbaikan pembedahan dilakukan dengan anestesi umum melalui
torakotomi posterior kiri. Lama perawatan pasca operasi paling singkat 2
hari, namun jika rawat inap yang lebih lama mungkin pada neonatus
prematur dengan CHF sebelum operasi. Resiko tindakan operasi pada PDA
adalah infeksi karena intervensi bedah melibatkan kerusakan pleural yang
melindungi jantung dan paru-paru. Komplikasi potensial lainnya adalah
perdarahan, ligasi pada paru-paru arteri atau aorta, pneumothorak,
chylothorax, atelektasis, kelumpuhan saraf laring dengan kelumpuhan pita
suara dan hipotensi. Oleh karena itu perawat memonitoring pasien dalam
pemulihan dan komplikasi pasca bedah. Baru-baru ini penutupan
transcatheter PDA telah digunakan disejumlah rumah sakit dan dapat
digunakan karena resiko dan efek samping lebih sedikit.

3. Pendidikan Orang Tua


Perawat memiliki kunci dalam memberikan informasi dan edukasi
kepada orang tua tentang kondisi anaknya. Topik penting meliputi,
menjelaskan kecacatan anatomi melalui gambar atau vidio tentang PDA.
Orang tua juga diberikan informasi apa yang dibutuhkan ketika anaknya
dirawat dirumah sakit dan memberikan pendekatan tentang pilihan
perawatan terhadap anaknya. Meskipun PDA bisa diobati dengan
farmakologi tetapi orang tua juga harus mempersiapkan kemungkinan
tindakan pembedahan terhadap anaknya. Pada neonatus prematur
penggunaan obat-obat dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal,
ketidakseimbangan elektrolit dan perdarahan gastrointestinal. Komplikasi
dari pembedahan meliputi hipotensi dari anastesi, infeksi dan komplikasi
ketika penyembuhan luka. Pro dan kontra tindakan pembedahan perawat
memberikan penjelasan kepada orang tua agar dapat mengambil
keputusan dengan aktif dan keputusan berdasarkan informasi tentang
rencana perawatan anaknya. Sangat penting bagi perawat untuk
menciptakan lingkungan dimana orang tua diizinkan untuk mengajukan
pertanyaan dan sepenuhnya berpartisipasi dalam perawatan untuk
anaknya. Selain itu menyediakan rujukan dan sumberdaya sesuai
pemintaan.

D. Aplikasi di Indonesia

Dari hasil penelitian dari Henry. G dan Risma. K pada tahun 2010, menyebutkan

bahwa terapi farmakologis pada bayi prematur yang mengalami PDA


menggunakan indometasin atau ibuprofen. Dalam penelitian ini ibuprofen

memiliki efeksamping lebih rendah dari indometasin seperti vasokontriksi aliran

darah serebral, gastrointestinal dan renal, tetapi juga masih diperlukan uji klinis

lebih lanjut untuk secara definitif membuktikan hal ini.

E. Kesimpulan Jurnal

Asuhan keperawatan pada neonatus prematur dengan PDA membutuhkan


assesment yang detail dan pemantauan ketat. Perawat mengamati pasien untuk
setiap indikasi komplikasi dari tanda dan gejala yang muncul seperti intoleransi
makanan, peningkatan lingkar perut, panas, rewel yang meningkat, perubahan
tanda-tanda vital. Perubahan sedikit pada tanda-tanda vital, makanan, perilku
yang mungkin menunjukkan penurunan status pernapasan. Orang tua diberikan
edukasi tentang apa itu PDA, perencanaan perawatan untuk bayi, obat
digunakan untuk mengobati kondisi serta resiko dan manfaat intervensi bedah.
untuk hasil yang optimal pada neonatus prematur dengan PDA, perawat harus
memiliki pengetahuan tentang pengobatan saat ini dan efektif untuk
memberikan penilaian komprehensif, pendidikan orang tua yang efektif dan high
quality patient-centered care.
Daftar Pustaka

Gunawan. H & Kaban. K.Risma. (2010). Terapi Farmakologis Duktus Arteriosus

Patent pada Bayi Premature: Indometasisn atau ibuprofen. Sari Pediatri. Vol

11 No, 6

Samuel. P. Bennet. Stuive.J. Angela. Eding. M. Dawn. (2016). Nursing Assessment,

Education, and Care of Extremely Premature Neonatus with Patent Ductus

Arteriosus, 12, 106–109.

Anda mungkin juga menyukai