1
Secara teknis, beberapa aspek yang harus dirancang pada perencanaan pabrik
pengolahan diantaranya yaitu market share, material balance, energy balance, unit
operation, plant location, plant safety, dan lay out. Perencanaan UPI HAFISH FOOD
sebagai industri di bidang pangan yang memproduksi fish jelly product diantaranya :
Pempek, Bakso, Sosis Dan Nugget. dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek
tersebut agar perusahaan mampu menghasilkan produk pangan unggulan dan
berdaya saing tinggi.
1.2 TUJUAN
Tujuan dari perencanaan unit pengolahan ini adalah :
1. Meningkatkan kapasitas produksi,
2. Meningkatkan ekspansi dan penetrasi pasar,
3. Melakukan proses pengolahan secara efektif dan efisien,
4. Menghasilkan produk yang berkualitas,
5. Mampu bersaing dengan kompetitor.
2
BAB II PROFIL UMUM
Visi
Vision
Misi
Mission
1. Menggunakan bahan baku yang aman dan bermutu sesuai dengan standar
yang telah ditentukan
Using raw materials in accordance with safe and quality standards set
2. Menerapkan GMP, SSOP, serta HACCP secara konsisten
3
Applying GMP, SSOP, and HACCP consistently
3. Menggunakan tenaga yang terlatih dan tersertifikasi
Use of trained man power and have sertification
4. Melengkapi dan memelihara fasilitas, sarana, dan peralatan standar
Equip and maintain facilities standart
3.1 Lokasi
4
1. Ketersediaan bahan baku
Lokasi sumber bahan baku berasal dari Kabupaten Tanjung Jabar Timur
berjarak 129 km dengan rencana lokasi industri yakni di Kota Jambi Kecamatan
Telanai Pura. Bahan baku di Kabupaten Jabung Timur yang juga merupakan sentra
perikanan sangat tersedia untuk memenuhi kebutuhan pengolahan. Berikut jarak lokasi
industri dengan sumber bahan baku terdekat. Harga bahan baku gilingan daging ikan
berkisar Rp. 25.000,-/kg. Dibandingkan yang berasal dari Kota Jambi sendiri bisa
berkisar Rp. 35.000/kg.
Tabel 2. Jarak Kota Jambi ke beberapa Kota Kabupaten Dalam Provinsi Jambi
5
Kota Jambi merupakan pusat pemerintahan dan juga pusat pendidikan di
Propinsi Jambi. Alokasi kebutuhan tenaga kerja tersedia mulai dari tenaga kerja non
ahli hingga tenaga kerja ahli. Upah minimum Kota Jambi ditetapkan Rp.2.900.000,-
(BPS, 2020)
3. Aspek TransportasiLogistik
Aspek transportasi untuk mensuport bahan baku dan distribusi produk cukup
lengkap mulai dari darat, udara yakni Bandara Sultan Thaha dan sungai. Sebagai ibu
kota propinsi, kota Jambi memiliki akses yang cukup luas serta kualitas jalan nasional
juga sudah bagus. Penyediaan jasa pengiriman hasil produk sangat beragam mulai
dari jasa pengiriman darat, udara hingga laut.
4. Aspek Lahan
Keadaan iklim rata-rata Kota Jambi dalam kurun waktu tahun 2013-2018
terlihat sangat berfluktuasi. Suhu udara rata-rata terendah berkisar 22,70 0C dan
tertinggi berkisar 32,40 0C. Kelembaban udara rata-rata terendah berkisar 83,33 % dan
tertinggi berkisar 84,00 %. Curah hujan rata-rata terendah berkisar 143,50 mm/tahun
dan tertinggi berkisar 231, 43 mm/tahun. Sedangkan kecepatan angin rata-rata
terendah berkisar 7,00 knot dan tertinggi berkisar 11,25 knot (RPJMD, 2018).
Wilayah Kota Jambi memiliki ketinggian dengan kisaran 10 – 60 m dari
permukaan laut. Berdasarkan kecamatan, sebagian besar wilayah Kecamatan Pasar
Jambi, Pelayangan, dan Danau Teluk berada pada ketinggian 0 – 10 meter dari
permukaan laut, sedangkan wilayah Kecamatan Telanaipura, Jambi Selatan, Jambi
Timur dan Kotabaru sebagian besar berada pada ketinggian 10 – 40 meter dari
permukaan laut (RPJMD, 2018).
Pemanfaatan lahan di Kota Jambi didominasi oleh kebun dengan persentase
sebesar 19,31% dari total luas Kota Jambi. Selain itu, Kota Jambi juga memiliki hutan
yang cukup luas yaitu sebesar 17,19% dari total luas Kota Jambi. Hal ini
mengisyaratkan bahwa Kota Jambi masih memiliki peluang untuk dikembangkan
karena ketersediaan lahan yang cenderung masih luas, tetapi tentu saja harus
ditelusuri kembali lahan-lahan yang potensial untuk dikembangkan (RPJMD, 2018).
5. Energi Listrik, air dan es
Sementara Pola Sirkulasi (jaringan transportasi,drainase, telepon, listrik, air
minum, air limbah dan utilitas umum lainnya) belum tertata secara optimal termasuk
bila dilihat dari tata jenjang pelayanannya (hierarchy). Dari 6 instalasi pengolahan air
yang di miliki PDAM Tirta Mayang Kota Jambi telah mampu memproduksi air sebesar
871 liter/detik, dari kapasitas terpasang sebesar 1.080 liter/detik. PDAM Tirta Mayang
baru mencapai 65,67% dengan jumlah pelanggan sebanyak 60.905 sambungan.
6
Pasokan es didaerah kota Jambi sangat tersedia mengingat kebutuhan masyarakat
dari tahun ketahun terus meningkat.
6. Aspek Masyarakat
Masyarakat sangat welcome terhadap investor karena bisa berdampak kepada
tenaga kerja lokal dan ekonomi masyarakat sekitar. Sehingga keberterimaan pendirian
Unit Pengolahan Ikan di Jambi sangat diterima oleh masyarakat.
7. Kebijakan Birokrasi
Dengan demikian semua izin dan rekomendasi dari semua sektor dapat dilayani di
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu setempat berdasarkan
kewenangan dan wilayah kerjanya. Dalam rangka meningkatkan kinerjanya Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten/Kota dan Provinsi
telah membentuk tim teknis yang beranggotakan pejabat yang ditunjuk masing-
masing dinas terkait. Sehingga pelayanan sangat mudah dan bisa juga diurus secara
online. Ada beberapa aturan yang mengatur : (1) Undang-Undang No. 25 tahun 2007
tentang Penanaman Modal (2) Perpres No.2 Tahun 2017 tentang Percepatan
Pelaksanaan Berusaha (3) Peraturan Gubernur Jambi No. 64 Tahun 2018 tentang
Rencana Umum Penanaman Modal Jambi.
Fasiitas sekolah sangat lengkap berbagai jenjang sekolah mulai dari tingkat
Usia Dini hingga Tingkat Pendidikan Tinggi terakreditasi B hingga A. Perumahan padat
penduduk terbanyak dikawasan Koto Baru hingga pusat ibu Kota. Fasilitas Perbankan
sangat lengkap dengan berbagai akses dan layanan terlengkap dikawasan ibu kota.
Cukup banyak mulai dari wisata bahari hingga pegunungan, rekreasi alam, mall, pusat
perbelanjaan.
7
Dari data diatas selanjutnya faktor lokasi ditas dianalisa sesuai dengan tabel
Perhitungan Bobot Pemilihan Lokasi.
BOBOT
NO FAKTOR LOKASI KOTA JAMBI
FAKTOR
JUMLAH NILAI
1. Bahan Baku 25 % NILAI
(Bobot Faktor x Nilai)
Kemudahan memperoleh
10 % 9 0,9
bahan baku
Jarak dari Lokasi pabrik
5% 8 0,4
dengan sumber bahan baku
Harga bahan baku 5% 8 0,4
Ketersediaan bahan baku 5% 8 0,4
2. Aspek tenaga kerja 20 %
Ketersediaan tenaga kerja
10 % 8 0,8
terdidik/terlatih
Ketersediaan tenaga kerja non
5% 7 0,35
ahli dengan upah rendah
Jumlah tenaga kerja 2.5 % 9 0,225
Tingkat biaya/upah pekerja
2.5 % 8 0,2
(UMR)
3. Aspek Transportasi/logistik 15 %
Kelengkapan fasilitas
10 % 9 0,9
transportasi
Kualitas jalan 5% 9 0,45
4. Aspek Lahan 10 %
Harga lahan 4% 8 0,32
Kondisi geologi untuk
3% 8 0,24
pembangunan pabrik
Kondisi Fisk 2% 7 0,14
Ketersediaan lahan untuk
1% 8 0,08
perluasan
5. Energi Listrik, Ketersediaan
10 %
Air dan Es
Ketersediaan Listrik 5% 9 0,27
Ketersediaan Air 3% 9 0,27
Ketersediaan es dan bahan
2% 9 0,18
tambahan
6. Aspek Masyarakat 9%
Sikap penerimaan masyarakat
5% 9 0,36
sekitar
Stabilitas keamanan lokasi
4% 9 0,27
tersebut
7. Kebijakan Pemerintah 6%
Kemudahan Birokrasi 3% 9 0,27
Besarnya insentif dari
3% 9 0,18
pemeritah
8
8. Aspek Faslitas Masyarakat 5%
Fasilitas Kesehatan Rumah
2% 9 0,135
Sakit/Puskesmas
Fasilitas Sekolahan 1,5 % 9 0,09
Perumahan disekitar lokasi
0,5 % 8 0,04
pabrik
Fasilitas perbankan 0,5 % 8 0,04
Fasilitas rekreasi 0,5 % 8 0,04
TOTAL 8,49
Dari data diatas diketahui bahwasanya nilai total Bobot dari indeks 1 -10 adalah
8,49, artinya pemilihan lokasi di Kota Jambi Kecamatan Telanai Pura cocok untuk
dilanjutkan sebagai pendirian Unit Pengolahan Ikan.
9
i. Petri
j. Toilet
2. Produksi, dengan fasilitas mesin sebagai berikut :
a. Chooper
b. Food Processor
c. Bowl Cutter
d. Mesin Pencetak
e. Sausage Filler
f. Kompor dan Dandang Perebusan
g. Blower Steamer
h. Metal Detector
i. Vacum Sealer
j. Freezer
3. Penerimaan
4. Ruang Penyimpanan Bahan Baku dan Bahan Premix (bumbu) dengan fasilitas
Mesin Freezer dan Chliiler Kabinet
5. Ruang Produk Jadi pembantu dengan fasilitas Chiller Kabinet
6. Pengiriman dengan fasilitas carton sealer
7. Ruang Peralatan
8. Ruang Pengepakan
9. Ruang Peralatan Sanitasi
10. Halaman Parkir
11. Ruang Generator/Panel Listrik
12. Ruang Pengemasan
13. Limbah Treatment
Pusat-pusat kegiatan sebenarnya terdiri atas unit-unit kegiatan yang lebih kecil.
Namun, atas pertimbangan efisiensi penggunaan luas lantai, pada perancangan tata
letak pabrik dilakukan penggabungan. Langkah awal yang dilakukan adalah
menganalisis tingkat hubungan dengan menggunakan ARC (Activity Relation Chart).
Agar proses penilaian tingkat hubungan menghasilkan penilaian yang baik, maka
terlebih dahulu merumuskan alasan-alasan tingkat hubungan antar pusat kegiatan
dapat
Dilihat pada tabel 4.
10
1 Urutan aliran kerja
2 Membutuhkan area yang sama
3 Menggunakan tenaga kerja yang sama
4 Melaksanakan kegiatan kerja yang sama
5 Berpotensi mencemar
6 Sangat tidak boleh berdekatan
Kantor
O
1 I
Ruang Produksi 1
O O
E
Penerimaan 1,3
O
E O I
1,3 1
Gudang bahan O I O
E 1 E
O O
1,3
Gudang Produk Jadi O
I 3 A
O
E I 1 1,3,4 A
O E
1,3 4
Pengiriman O O O
1,3,4
O 1 X
O A I E U 5,6 U
1,3,4 1,4
Ruang Peralatan I O 3 O U 5 E 6 X
2 O U 5 U 1,3,4 E 6
O O
Ruang Pengepakan O
I X 5
O
6 U 1,3,4
I 1 U 5,6 U 6
O O
Ruang Peralatan Sanitasi 3
O E 5 U 6 O
U X 4 U 6
O
Halaman Parkir 5
O
5,6
O
6 U
X O 6
O
Ruang Generator/Listrik 5 O O
O X
Ruang Pengemasan O 6
O
Limbah Treatment
Dimana pada tabel dibawah tingkat hubungan antar fasilitas diisi sesuai dengan
kolom A yaitu mutlak perlu berdekatan, E yaitu sangat penting berdekatan, I yaitu
penting berdekatan, O yaitu tidak ada masalah, U yaitu perlu berjauhan, dan X yaitu
11
mutlak berjauhan sesuai dengan tingkat hubungan antar keseluruhan fasilitas pada
pabrik. Work sheet hasil penilaian Activity Relationship Diagram (ARD) fasilitas pabrik
dan fasilitas di ruang produksi dapat dilihat pada Tabel 5 yaitu sebagai berikut:
Tabel 5. Worksheet Fasilitas Pabrik
No Ruangan/ Tingkat Hubungan
A E I O U X
Bagian
1 Kantor - 10 3,6 2,4,5,7,8,9 12 11,13
2 Ruang Produksi 8,9 4,7,12,13 6 1,3,5,10 11 -
3 Penerimaan - 4,6,10 1,7 2,5,8,9 11,12,13 -
4 Gudang bahan - 2,3 7,9 1,5,6,8,10,12,13 11 -
5 Gudang Produk 8 6 - 1,2,3,4,7,9,10, 12 11
Jadi 13
6 Pengiriman - 3,5 1,2,8,10 4,7,9,13 11,12 -
7 Ruang - 2,11 3,4 1,5,6,8,9,10 12,13 -
Peralatan
8 Ruang 2,5 - 6,9 1,3,4,7,10,12,13 - 11
Pengepakan
9 Ruang 2 - 4,8 1,3,5,6,7,11,12,13 10 -
Peralatan
Sanitasi
10 Halaman Parkir - 1,3 6 2,4,5,7,8,12 9 11,13
11 Ruang - 7 - 9,12,13 2,3,4,6 1,5,8,10
Generator/Listrik
12 Ruang - 2 - 4,8,9,10,11,13 1,3,5,6,7 -
Pengemasan
13 Limbah - 2 - 4,5,6,8,9,11,12 3,7 1,10
Treatment
Block template merupakan template yang berisi pusat kegiatan dan tingkat
hubungan antar setiap pusat kegiatan. Block template dapat dilihat pada Gambar 2
sebagai berikut:
A- 0- X- A- 0- X- A- 0- X-
2,4,5,7,8,9 11,13 8,9 1,3,5,10 2,5,8,9
Kantor Produksi Penerimaan
E- U- I- E- U- I- E- U- I-
10 12 3,6 4,7,12,13 11 6 4,6,10 11,12,13 1,7
A- 0- X- A- 0- X- A- 0- X-
1,,5,6,8,10, 8 1,2,3,4,7, 11 4,7,9,13
12,13 9,10,13
Gudang Bahan Gudang Produk jadi Pengiriman
E- U- I- E- U- I- E- U- I-
12
2,3 11 7,9 6 12 11,12 1,2,8,10
A- 0- X- A- 0- X- A- 0- X-
1,5,6,8,9, 2,5 1,3,4,7, 11 1,3,5,6,7,11
10 10,12,13 ,12,13
Ruang Peralatan Ruang Pengepakan Ruang Peralatan Sanitasi
E- U- I- E- U- I- E- U- I-
2,11 12,13 3,4 6,9 10 4,8
A- 0- X- A- 0- X- A- 0- X-
2,4,5,7,8, 11,13 9,12,13 1,5,8,10 4,8,9,10,11,
12 13
Halaman Parkir Ruang Generator/Listrik Ruang Pengemasan
E- U- I- E- U- I- E- U- I-
1,3 9 6 7 2,3,4,6 2 1,3,5,6,7
A- O- X-
4,5,6,8,9, 1,10
11,12
Limbah Treatment
E- U- I-
2 3,7
Gambar 2. Block Template
Data yang diperlukan selanjutnya adalah kebutuhan luas lantai setiap pusat
kegiatan atau fasilitas. Kebutuhan luas lantai dinilai berdasarkan dari hasil perhitungan
penentuan lokasi pabrik dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Total Space Requirement Sheet
13
Processor
Bowl Cutter 0,99 0,89 0,8811 2 1,7622
Mesin
0,75 0,38 0,285 1 0,285
Pencetak
Sausage Filler 0,64 0,485 0,3104 1 0,3104
Kompor 1,05 0,8 0,84 1 0,84
Blower Stemer 1,15 0,56 0,644 1 0,644
Metal Detector 1,25 0,45 0,5625 1 0,5625
Meja Kerja 2 1 2 9 18
Kebutuhan Luas Peralatan 23,3353
Allowance 300% 70,0059
Jumlah 93,3412
3 Penerimaan 2 2 4 4 2
1,0605
Chiller Kabinet 1,08 0,982 1 1,06056
6
Gudang bahan Freezer 2,25 0,82 1,845 2 3,69 10
Bahan Tepung 3 2 6 6
4
Kebutuhan Luas Peralatan 10,7506
Allowance 100% 10,7506
Jumlah 21,5011
Gudang Produk Jadi Freezer 2,25 0,8 1,8 6 10,8 8
5 Allowance 50% 5,4
Jumlah 16,2
6 Pengiriman 3 2 6 6 3
7 Ruang Peralatan 4 3 12 12 6
Carton Sealer 1,63 0,8 1,304 2 1,304
Ruang Pengepakan 4
Meja Kerja 1,5 1 1,5 2 3
8 Luas Kebutuhan Alat 4,304
Allowance 100% 4,304
Jumlah 8,608
Ruang Peralatan
9 2 2 4 8 4
Sanitasi
10 Halaman Parkir 8 6 68 68 34
Ruang
11 3 1 3 3 2
Generator/Listrik
Vacum Sealer 0,5 0,54 0,27 1 0,27
Ruang Pengemasan 8
Meja Kerja 2 1 2 4 8
12 Luas Kebutuhan Alat 8,27
Allowance 100% 8,27
Jumlah 16,54
13 Limbah Treatment 3 2 6 6 3
14
dirancang secara konsisten. ARD yang telah diperoleh sudah mencerminkan
rancangan tata letak akhir. Perancang pun masih bisa menyesuaikan hasil ARD
apabila ada kebutuhan yang belum terakomodasi pada tahaptahap sebelumnya. Block
layout menggunakan Activity Relationship Diagram (ARD) dapat dilihat pada gambar 3
berikut ini.
A- 0- X- A- O- X- A- 0- X-
4,8,9,10,11 4,5,6,8,9, 1,10 9,12,13 1,5,8,10
,13 11,12
Ruang Pengemasan Penampungan Limbah Pembangkit Listrik
E- U- I- E- U- I- E- U- I-
2 1,3,5,6,7 2 3,7 7 2,3,4,6
A- 0- X- A- 0- X- A- 0- X-
8 1,2,3,4,7,9, 11 1,3,5,6,7, 1,5,6,8,9,
10,13 11,12,13 10
Gudang Produk jadi Ruang Pengepakan Ruang Peralatan
E- U- I- E- U- I- E- U- I-
6 12 10 4,8 2,11 12,13 3,4
A- 0- X- A- 0- X- A- 0- X-
2,5 1,3,4,7, 11 8,9 1,3,5,10 1,,5,6,8,10,
10,12,13 12,13
Ruang Pengepakan Ruang Produksi Gudang Bahan
E- U- I- E- U- I- E- U- I-
6,9 4,7,12,13 11 6 2,3 11 7,9
A- 0- X- A- 0- X- A- 0- X-
2,4,5,7,8,9 11,13 2,5,8,9 4,7,9,13
Kantor Ruang Penerimaan Ruang Pengiriman
E- U- I- E- U- I- E- U- I-
10 12 3,6 4,6,10 11,12,13 1,7 11,12 1,2,8,10
A- 0- X-
2,4,5,7,8, 11,13
12
Halaman Parkir
E- U- I-
1,3 9 6
15
Keterangan :
1. Kantor
10 2. Ruang Produksi
3. Ruang Penerimaan
1 4. Gudang Bahan
5. Gudang Produk Jadi
6. Ruang Pengiriman
3 6
7. Ruan Peralatan Produksi
8. Ruang Pengepakan
8 9. Ruang Baha dan Peralatan Sanitasi
10. Halaman Parkir
4 2 11. Ruang Generator
5 12. Ruang Pengemasan
13. Limbah Treatment
7 11 9 12
13
Membuat Area Allocating Diagram (AAD) sebagai tata letak akhir rancangan.
Setelah penentuan templete, langkah selanjutnya adalah membuat Area Allocating
Diagram (AAD). AAD pada prinsipnya merupakan area templete yang disusun
berdasarkan ARD. AAD merupakan gambaran tata letak akhir, namun setiap pusat
kegiatan belum berisi fasilitas. AAD akan memperlihatkan formasi akhir tata letak
pabrik yang akan dibangun. AAD memberikan kemungkinan penyesuaian tata letak
apabila hasil ARD masih kurang tepat. Namun, penyesuaian tidak boleh melanggar
tingkat hubungan yang telah ditetapkan. Artinya, pusat kegiatan yang harus berjauhan
tidak dibenarkan menjadi berdekatan atau sebaliknya, yang memiliki tingkat hubungan
berdekatan tidak dibenarkan menjadi berjauhan. Adapun Area Allocating Diagram
(AAD) dapat dilihat pada Gambar 5 yaitu sebagai berikut:
16
Keterangan :
1. Kantor
2. Ruang Produksi
3. Ruang Penerimaan
4. Gudang Bahan
5. Gudang Produk Jadi
6. Ruang Pengiriman
7. Ruan Peralatan Produksi
8. Ruang Pengepakan
9. Ruang Baha dan Peralatan Sanitasi
10. Halaman Parkir
11. Ruang Generator
12. Ruang Pengemasan
13. Limbah Treatment
5
6. Ruang Pengiriman
8
7. Ruan Peralatan Produksi
8. Ruang Pengepakan
6 7 9 12
9. Ruang Baha dan Peralatan Sanitasi
4
11 13
10. Halaman Parkir
11. Ruang Generator
4 2 8 8
22
12. Ruang Pengemasan
13. Limbah Treatment
Gambar 6. Denah Tata Letak UPI
17
BAB III MANAJEMEN PRODUKSI
18
a. Tepung Tapioka
Tepung tapioka merupakan bahan pengisi sehingga nugget menjadi lebih padat.
Bahan pengisi dapat diartikan sebagai material bukan daging yang ditambahkan pada
pembuatan olahan dan berfungsi sebagai pengikat sejumlah cairan. Selain itu tepung
dapat memperbaiki stabilitas emulsi, mereduksi penyusutan selama pemasakan,
memperbaiki irisan produk, meningkatkan cita rasa, dan mengurangi biaya produksi.
Untuk pembuatan sosis ikan maka akan ada bahan pengisi adalah bahan
makanan yang ditambahkan dalam pembuatan sosis, biasanya bahan sumber
karbohidrat. Sebagai pengisi umumnya dipakai berbagai jenis tepung, seperti tepung
maizena, tepung tapioka, tepung sagu, tepung terigu dan tepung beras
b. Telur
Telur yang baik mempunyai ciri-ciri berkulit bersih, mulus dan tidak retak.
Kualitas telur bagian dalam sulit diketahui secara visual. Untuk mengetahui keadaan isi
telur, dapat dengan cara meneropong dengan bantuan sinar, merendam telur dalam air
garam, memasukkan dalam air biasa. Telur yang masih baik dengan cara
meneropong, akan terlihat putih telur yang masih kental, bayangan kuning telur kurang
begitu jelas, dan bentuknya tidak datar serta ruang udara kecil atau tidak ada udara
sama sekali.
c. Bumbu
Bumbu yang ditambahkan dalam pembuatan fish jelly product ini adalah
bawang bombay, bawang merah goreng, bawang putih, merica, dan garam. Peranan
bumbu-bumbu ini untuk menambah cita rasa dan memberikan rasa gurih pada.
Bawang putih, bawang merah, merica dan garam ditambahkan dalam bentuk halus.
d. Es batu
Es batu ditambahkan ke dalam formulasi dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya kenaikan suhu selama emulsifikasi. Kita ketahui bahwa kenaikan suhu
melebihi 160C akan mengurangi aktivitas protein daging dalam peranannya sebagai
“emulsifier”. Emulsifier yang tidak berfungsi dengan optimal, akan menyebabkan
sistem emulsi yang tebentuk tidak akan optimal. Selain untuk tujuan tesebut, es batu
dapat melarutkan protein dalam daging khususnya jenis protein dalam air.
e. Cuko
Saus atau cuko pempek dibuat dari gula aren dicampur dengan bumbu-bumbu
seperti udang kering, bawang putih, cabe dan cuka. Pembuatan cuko atau saus dibuat
dengan cara merebus 1 bagian gula aren dengan 1 bagian air, dan 1/10 bagian
bumbu. Misalnya gula aren yang digunakan 1 kg maka air yang digunakan adalah 1
liter, sedangkan udang kering, cabe rawit dan bawang putih seberat 100 g. Bumbu-
19
bumbu tersebut dihaluskan kemudian baru dicampur dengan larutan gula. Adakalanya
pengolah
memfermentasikan terlebih dahulu bumbu yang digunakan selama semalam pada
suhu kamar. Proses fermentasi tersebut bertujuan agar aroma bawang putih, cabe dan
udang kering semakin tajam, sehingga saus yang dihasilkan terasa khas.
3.4 Jenis Produk
a. Pempek
Pempek merupakan makanan khas Palembang yang dibuat dari campuran
daging lumat ikan, tepung tapioka, air dan garam. Pempek dijual dalam berbagai
bentuk seperti pempek lenjeran yang berbentuk bulat panjang (panjang 15 cm dan
diameter 4 cm) pempek kapal selam yang diisi dengan telur, pempek adaan yang
diberi bumbu bawang putih berbentuk bulat, pempek keriting seperti mi dan lain-lain.
Tabel 8. Deskripsi Produk Pempek
No Uraian Keterangan
Description Information
1 Jenis Bahan Baku Ikan Kakap Giling
Kind of Raw Material
2 Asal Bahan Baku Penangkapan nelayan dari wilayah Kabupaten Tanjung Jabung
Origin of Raw Material Barat dan penggilingan dilakukan Unit Pengolahan Ikan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
3 Penanganan Bahan Dari supplier, menggunakan mobil membawa coolbox dengan
Baku suhu ≤4,4OC
Handling Raw Material
4 Nama Produk Pempek Ikan
Name of Product
5 Jenis Kemasan Kemasan dalam : Plastik Vakum
Packing Type Kemasan luar : Karton
6 Penyimpanan Penyimpanan pada ruangan dingin dengan suhu ≤ 0OC ±2OC
Storaging
7 Daya Awet 20 (Dua puluh hari) hari pada kondisi dingin dengan suhu ≤
Shell Life 5OC
8 Spesifikasi Label Nama produk, ukuran, nama perusahaan, tanggal produksi,
Specification of Label berat bersih, tanggal kada luarsa, dan daftar nutrisi
9 Penggunaan Produk Dimasak dahulu (digoreng) sebelum dimakan
Akhir
Intended Use
10 Tujuan Pemasaran Lokal Indonesia
Destination Marketing
11 Sasaran Pelanggan Untuk semua gender diatas 7 (tujuh) tahun
Intended Customer
20
b. Bakso Ikan
Bakso merupakan suatu sistem emulsi yang mempunyai karakteristik hampir
sama dengan minyak dalam air (o/w), dimana lemak sebagai fase diskontinyu dan air
sebagai fase kontinyu, sedangkan protein berperan sebagai “emulsifier”. Selama
percampuran adonan, protein terlarut membentuk matrik yang menyelubungi lemak.
Dengan pemasakan akan terjadi koagulasi protein oleh panas dan terjadi pengikatan
butiran yang terperangkap dalam matrik protein.
Produk bakso, amat familiar di kalangan masyarakat kita, bahkan hampir dapat
dikatakan sangat jarang yang tidak gemar menyantapnya. Dari usia anak-anak
sampai orang tua sangat menyukai bakso. Bakso biasanya tersaji dalam kuah dalam
keadaan panas-panas disertai dengan mie, kadang-kadang ditambah sayuran berupa
taoge dan causin akan mengundang selera makan. Apalagi dilengkapi sambal dan
saos bagi yang menyukainya.
Tabel 9. Deskripsi Produk Bakso Ikan
No Uraian Keterangan
Description Information
1 Jenis Bahan Baku Ikan Kakap Giling
Kind of Raw Material
2 Asal Bahan Baku Penangkapan nelayan dari wilayah Kabupaten Tanjung Jabung
Origin of Raw Material Barat dan penggilingan dilakukan Unit Pengolahan Ikan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
3 Penanganan Bahan Dari supplier, menggunakan mobil membawa coolbox dengan
Baku suhu ≤4,4OC
Handling Raw Material
4 Nama Produk Bakso Ikan
Name of Product
5 Jenis Kemasan Kemasan dalam : Plastik Vakum
Packing Type Kemasan luar : Karton
6 Penyimpanan Penyimpanan pada ruangan dingin dengan suhu ≤ 0OC ±2OC
Storaging
7 Daya Awet 20 (Dua puluh hari) hari pada kondisi dingin dengan suhu ≤
Shell Life 5OC
8 Spesifikasi Label Nama produk, ukuran, nama perusahaan, tanggal produksi,
Specification of Label berat bersih, tanggal kada luarsa, dan daftar nutrisi
9 Penggunaan Produk Dimasak dahulu sebelum dimakan
Akhir
Intended Use
10 Tujuan Pemasaran Lokal Indonesia
Destination Marketing
11 Sasaran Pelanggan Untuk semua gender diatas 7 (tujuh) tahun
Intended Customer
21
c. Sosis Ikan
Sosis merupakan produk olahan berbahan baku daging giling yang bersifat
kenyal dan berbentuk silinder dengan pembungkus khusus yang sering dikenal
sebagai selongsong atau casing.
Sosis berasal dari kata “salsus” (bahasa Latin) yang berarti menggarami. Sosis
merupakan suatu jenis produk makanan yang berbentuk simetris, dan merupakan
hasil pengolahan daging cincang yang telah diberi bumbu. Pemasakan sosis ditujukan
untuk menyatukan komponen-komponen adonan sosis yang merupakan emulsi
minyak-air dengan protein myosin daging sebagai penstabilnya, memantapkan warna
daging serta menginaktifkan mikroba.
Tabel 10. Deskripsi Produk Sosis Ikan
No Uraian Keterangan
Description Information
1 Jenis Bahan Baku Ikan Kakap Giling
Kind of Raw Material
2 Asal Bahan Baku Penangkapan nelayan dari wilayah Kabupaten Tanjung Jabung
Origin of Raw Material Barat dan penggilingan dilakukan Unit Pengolahan Ikan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
3 Penanganan Bahan Dari supplier, menggunakan mobil membawa coolbox dengan
Baku suhu ≤4,4OC
Handling Raw Material
4 Nama Produk Sosis Ikan
Name of Product
5 Jenis Kemasan Kemasan dalam : Plastik Vakum
Packing Type Kemasan luar : Karton
6 Penyimpanan Penyimpanan pada ruangan dingin dengan suhu ≤ 0OC ±2OC
Storaging
7 Daya Awet 20 (Dua puluh hari) hari pada kondisi dingin dengan suhu ≤
Shell Life 5OC
22
d. Nugget Ikan
Nugget merupakan makan cepat saji yang pada prinsipnya dapat diolah dari
berbagai bahan hewani dan nabati (daging ayam, udang, ikan, dan tahu) dengan
terlebih dahulu menghaluskan bahan dasar dengan ditambah bahan- bahan lain
seperti tepung terigu/tepung tapioka, air es dan bumbu-bumbu. Penyajian nugget
dilakukan dengan terlebih dahulu melumuri nugget dengan butter dan tepung roti
(bread crumb) kemudian dilakukan penggorengan. Di pasaran nugget biasanya
dijumpai dalam bentuk persegi empat, dengan warna kuning keemasan sebagai
akibat proses penggorengan.
Nugget dari daging ayam dikenal dengan Chicken Nugget, nugget berbahan
dasar udang dikenal dengan Shrimpt Nugget, sedangkan nugget dari ikan dikenal
dengan Fish Nugget.
Tabel 11. Deskripsi Produk Nugget Ikan
No Uraian Keterangan
Description Information
1 Jenis Bahan Baku Ikan Kakap Giling
Kind of Raw Material
2 Asal Bahan Baku Penangkapan nelayan dari wilayah Kabupaten Tanjung Jabung
Origin of Raw Material Barat dan penggilingan dilakukan Unit Pengolahan Ikan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
3 Penanganan Bahan Dari supplier, menggunakan mobil membawa coolbox dengan
Baku suhu ≤4,4OC
Handling Raw Material
4 Nama Produk Nugget Ikan
Name of Product
5 Jenis Kemasan Kemasan dalam (primer) : Plastik Vakum
Packing Type Kemasan luar (sekunder) : Karton
6 Penyimpanan Penyimpanan pada ruangan dingin dengan suhu ≤ 0OC ±2OC
Storaging
7 Daya Awet 20 (Dua puluh hari) hari pada kondisi dingin dengan suhu ≤
Shell Life 5OC
8 Spesifikasi Label Nama produk, ukuran, nama perusahaan, tanggal produksi,
Specification of Label berat bersih, tanggal kada luarsa, dan daftar nutrisi
9 Penggunaan Produk Dimasak dahulu sebelum dimakan
Akhir
Intended Use
10 Tujuan Pemasaran Lokal Indonesia
Destination Marketing
11 Sasaran Pelanggan Untuk semua gender diatas 2 (dua) tahun
Intended Customer
23
3.5 Diagram Alir
1. Pempek Produksi 200 Kg
INPUT PROSES OUT PUT
80 Kg Konversi 100 %
Pemasakan
Penirisan
Sortasi
Cuko Pengepakan
24
INPUT PROSES OUT PUT
30 Kg Konversi 100 %
50 Kg Konversi 100 %
Perebusan
50 Kg Konversi 100 %
Penirisan
50 Kg Konversi 100 %
Sortasi
50 Kg Konversi 100 %
Pengemasan
50 Kg Konversi 100 %
Metal Detecting
50 Kg Konversi 100 %
Penyimpanan
50 Kg Konversi 100 %
Pengepakan
50 Kg Konversi 100 %
Stuffing
25
INPUT PROSES OUT PUT
Penirisan
Pemotongan
Sortasi
Pengepakan
26
Ikan Giling 60 % (30 kg)
30 Kg Konversi 100 %
Penerimaan Bahan Baku
Es Batu 4 % (2 kg)
Bumbu 32 Kg Konversi 100 %
Bawang Merah 2,5 % (1 kg) Pelumatan Daging
Ketumbar 0,5 % (0,25 kg)
Garam 2 % (1 kg)
Tpg Meizena 14 % (7 Kg)
Telur 4 % (2 Kg) 46 Kg Konversi 100 %
Pengadonan
Air 2 % (1 Kg)
46 Kg Konversi 100 %
Pencetakan
46 Kg Konversi 100 %
Pengukusan
Bread Champ
Bawang Putih 0,3% (0,15 Kg)
Merica 0,1 % (0,050 Kg) 46 Kg Konversi 100 %
Penirisan
Garam 0,1 % (0,050 Kg)
Tepung Roti 6,5% (3,25 Kg)
Tpg Terigu 0,5% (0,25 Kg)
Tpg Meizena 0,5 % (0,25 Kg) Pemberian Bread
Air 3 % (1,50 Kg)
50 Kg Konversi 100 %
Champ
50 Kg Konversi 100 %
Pengemasan
50 Kg Konversi 100 %
Metal Detecting
50 Kg Konversi 100 %
Pengepakan
Stuffing
27
1. Pengohan Pempek
a. Penerimaan Bahan Baku
Bahan baku yang datang dalam bentuk Jenis ikan yang di UPI Hafish Food
adalah Gilingan daging Ikan Kakap (Surimi). Jenis ikan yang berdaging putih dan jenis
ikan demersal secara umum merupakan jenis ikan yang baik untuk digunakan sebagai
bahan baku pengolahan produk yang membutuhkan kekuatan gel atau dibuat surimi.
Gilingan daging ikan diterima kemudian ditampung dalam frezeer, sambil menunggu
untuk diolah.
b. Pelumatan Daging
Daging filet kemudian dicuci degan menggunakan air es untuk menghilangkan
darah serta kotoran lainnya. Daging ikan kemudian dilumatkan dengan menggunakan
mesin pelumat daging (chopper). Dalam penyiapan bahan baku yang perlu
diperhatikan adalah selama proses penanganan ikan harus dalam kondisi dingin,
dengan menambahkan hancuran es.
c. Pengadonan
Pengadonan dapat dilakukan dengan mesin food processor sampai terbentuk
adonan yang elastis atau kalis. Daging ikan yang sudah digiling dicampurkan dengan
air es. Kemudian ditambah premix sehingga rasanya menjadi lebih gurih. Sambil terus
diaduk, ke dalam campuran ikan dan air tersebut ditambahkan tepung tapioka sedikit
demi sedikit sampai terbentuk adonan.
d. Pencetakan
Adonan yang sudah jadi kemudian dicetak secara manual dengan pengisi telur
yang sudah disiapkan. Susun hasil adonan yang sudah dicetak kedalam ruang
pemasakan.
e. Pemasakan
Perebusan dilakukan sampai proses gelatinisasi tapioka sempurna yang
ditandai dengan mengapungnya pempek di permukaan air dan jika ditekan dengan
tangan akan terasa lembut dan kenyal sampai ke bagian dalamnya. Lama perebusan
membutuhkan waktu sekitar 10 - 30 menit pada suhu 70-850C.
f. Sortasi
Proses sortasi dilakukan secara manual dengan mengecek kondisi pempek
apak sudah masak sempurna ditandai dengan pempek terasa lembut dan kenyal tidak
ada adonan telur yang keluar.
28
Setelah produk didinginkan selanjutnya dilakukan proses proses pengemasan.
Proses pengemasan menggunakan plastik vakum jenis PE (PolyEthilen) yang sudah
diberi label kemasan, menggunakan alat vacum sealer. Pengemasan bertujuan untuk
memperpanjang umur simpan produk. Ukuran kemasan ½ kg, 1 kg atau 5 kg, sesuai
permintaan pasar.
h. Metal Detecting
Setelah dilakukan pengemasan langkah selanjutnya adalah penteksian logam
menggunakan metal detector, hal ini bertujuan mendetesi keberadaan logam didalam
produk. Proses pendeteksian logam dilakukan dengan mengalirkan produk yang telah
dikemas, produk yang memiliki kandungan logam dilakukan proses pengecekan
kembali.
i. Penyimpanan Beku
Sebelum dipasarkan, bakso ikan bisa disimpan dalam lemari pendingin atau
refrigerator bersuhu 50C. Pada suhu ini bakso ikan bisa bertahan sampai 32 hari.
Untuk pengiriman jarak jauh, bakso ikan perlu dikemas vakum, kemudian dibekukan
dalam contact plate freezer dan disimpan dalam cold storage.
29
suhu sebagai akibat timbulnya panas selama emulsifikasi. Untuk mencegah kejadian
ini,
perlu ditambahkan es batu.
d. Pencetakan
Setelah proses emulsifikasi selesai dengan ditandai dengan bahan-bahan
berbentuk adonan, kemudian dilakukan pencetakan menjadi bola-bola bakso yang siap
untuk direbus. Pembentukan adonan menjadi bola-bola bakso dapat mempergunakan
tangan dibantu dengan sendok atau menggunakan mesin pencetak.
e. Perebusan
Perebusan pada suhu 80ºC (air rebusan belum mendidih) bertujuan agar
diperoleh pemasakan bola bakso yang merata. Perebusan bola bakso dilakukan
selama ±15 menit. Apabila bola bakso mengapung di permukaan air, berarti sudah
matang, lalu diangkat dan ditiriskan.
f. Penirisan
Setelah dilakukan perebusan selanjutnya bakso ditiriskan hingga air dalam
perebusan sudah tidak ada menggunakan kipas angin.
g. Sortasi
Proses sortasi dilakukan secara manual yakni dengan melihat keseragaman
ukuran dari bakso dan tingkat kekenyalan. Tujuan sortasi adalah untuk mendapatkan
ukuran dan kualitas bakso yang seragam.
h. Pengemasan dan penimbangan
Setelah produk didinginkan selanjutnya dilakukan proses proses pengemasan.
Proses pengemasan menggunakan plastik vakum jenis PE (PolyEthilen) yang sudah
diberi label kemasan, menggunakan alat vacum sealer. Pengemasan bertujuan untuk
memperpanjang umur simpan produk. Ukuran kemasan ½ kg, 1 kg atau 5 kg, sesuai
permintaan pasar.
i. Metal Detecting
Setelah dilakukan pengemasan langkah selanjutnya adalah penteksian logam
menggunakan metal detector, hal ini bertujuan mendetesi keberadaan logam didalam
produk. Proses pendeteksian logam dilakukan dengan mengalirkan produk yang telah
dikemas, produk yang memiliki kandungan logam dilakukan proses pengecekan
kembali.
j. Penyimpanan Beku
Sebelum dipasarkan, bakso ikan bisa disimpan dalam lemari pendingin atau
refrigerator bersuhu 50C. Pada suhu ini bakso ikan bisa bertahan sampai 32 hari.
Untuk pengiriman jarak jauh, bakso ikan perlu dikemas vakum, kemudian dibekukan
dalam Frezeer.
30
3. Pengolahan Sosis Ikan
a. Penerimaan Bahan Baku
Bahan baku yang datang dalam bentuk Jenis ikan yang di UPI Hafish Food
adalah Gilingan daging Ikan Kakap (Surimi). Jenis ikan yang berdaging putih dan jenis
ikan demersal secara umum merupakan jenis ikan yang baik untuk digunakan sebagai
bahan baku pengolahan produk yang membutuhkan kekuatan gel atau dibuat surimi.
Gilingan daging ikan diterima kemudian ditampung dalam frezeer, sambil menunggu
untuk diolah.
b. Pelumatan Daging
Daging filet kemudian dicuci degan menggunakan air es untuk menghilangkan
darah serta kotoran lainnya. Daging ikan kemudian dilumatkan dengan menggunakan
mesin pelumat daging (chopper). Dalam penyiapan bahan baku yang perlu
diperhatikan adalah selama proses penanganan ikan harus dalam kondisi dingin,
dengan menambahkan hancuran es
c. Pengadonan
Proses pengadukan yang bertujuan untuk meratakan bumbu-bumbu, bahan
pengisi dan bahan pengikat agar tercampur secara homogen sehingga menghasilkan
emulsi yang baik.
d. Pengisian dan Pengikatan
Adonan yang telah diaduk dan dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam
mesin pengisi (sausage filler/vaccuum filler). Mesin ini bekerja semiotomatis untuk
mengisi aonan ke dalam selongsong. Adapun tujuan proses ini adalah untuk
mendapatkan sosis sesuai ukuran yang dikehendaki. Pengisian adonan ke dalam
selongsong cukup padat dan tidak ada rongga udara agar dihasilkan sosis dengan
penampakan seragam, halus dan memiliki kekenyalan yang baik
e. Pemasakan
Pemasakan sosis dilakukan dengan cara dikukus atau direbus pada suhu 850C
selama 10 menit, sampai suhu di dalam sosis mencapai 78 0C. Tujuan dari proses
pemasakan adalah untuk membentuk tekstur dan keempukan daging, menghambat
pertumbuhan mikroba, pembentukan warna yang lebih menarik, memberi aroma khas
pada produk, inaktivasi enzim proteolitik, dan memperpanjang daya simpan.
f. Penirisan
Setelah selesai proses pemasakan, sosis didinginkan, sebaiknya dengan cara
digantung, sampai benar-benar dingin. Tujuan proses pendinginan adalah untuk
mencegah terjadinya embun pada saat pengemasan dan mengawetkan selama
penyimpanan.
31
h. Pemotongan
Sosis yang telah matang diangkat dan didinginkan, kemudian digunting
ikatannya dan dikemas dengan plastik.
i. Sortasi
Proses sortasi dilakukan secara manual yakni dengan melihat keseragaman
ukuran, warna dari sosis dan tingkat kekenyalan. Tujuan sortasi adalah untuk
mendapatkan ukuran dan kualitas sosis yang seragam.
j. Pengemasan dan penimbangan
Setelah produk didinginkan selanjutnya dilakukan proses proses pengemasan.
Proses pengemasan menggunakan plastik vakum jenis PE (PolyEthilen) yang sudah
diberi label kemasan, menggunakan alat vacum sealer. Pengemasan bertujuan untuk
memperpanjang umur simpan produk. Ukuran kemasan ½ kg dan 1 kg, sesuai
permintaan pasar.
k. Metal Detecting
Setelah dilakukan pengemasan langkah selanjutnya adalah penteksian logam
menggunakan metal detector, hal ini bertujuan mendetesi keberadaan logam didalam
produk. Proses pendeteksian logam dilakukan dengan mengalirkan produk yang telah
dikemas, produk yang memiliki kandungan logam dilakukan proses pengecekan
kembali.
l. Penyimpanan Beku
Sosis yang telah dikemas dapat disimpan dalam alat pembeku (freezer )
bersuhu 50C. Biasanya sosis yang disimpan pada alat pendingin mempunyai
ketahanan simpan selama 20 hari. Sedangkan sosis yang disimpan pada alat
pembeku dapat bertahan selama kurang lebih 3 bulan.
32
c. Pengadonan
Masukkanlah pasta ikan ke dalam food processor untuk dilakukan pengadonan
dengan penambahan tepung terigu dan bumbu seperti garam, merica , bawang putih
dan bawang Bombay yang sudah dihaluskan sebelumnya. Tambahkan tepung
maizena sebagai bahan pengikat. Adonlah campuran selama kurang lebih selama 20
menit agar adonan benar-benar homogen.
d. Pencetakan
Adonan dicetak menggunakan cetakan yang sesuai dengan standar sesuai
kebutuhan konsumen misalnya berbentuk ikan dan lain-lainnya. Pencetakan dilakukan
dengan cepat dan higienis.
e. Pengukusan
0
Pengukusan nugget ikan dilakukan lebih kurang 10-15 menit pada suhu 80-85
C sampai adonan tersebut kenyal dan berbentuk keras dan terlihat mengembang.
f. Penirisan
Nugget kemudian diangkat dan ditiriskan sehingga tidak ada lagi uap air yang
menempel. Proses penirisan dilakukan dengan cara dianginkan menggunakan kipas
angin.
g. Pemberian Bread Champ
Kemudian nugget yang telah didinginkan dilumuri lagi dengan tepung roti
secara manual. Sebelumnya, nugget ikan terlebih dahulu dicelupkan kedalam battering
dan breading menggunakan terigu, air, garam dan tepung roti.
h. Sortasi
Nugget kemudian disortasi sesuai dengan keseragaman ukuran dan kualitas
nugget. Proses sortasi dilakukan secara manual. Sortasi bertujuan untuk mendapatkan
ukuran dan kualitas seragam.
i. Pengemasan dan penimbangan
Setelah produk didinginkan selanjutnya dilakukan proses proses pengemasan.
Proses pengemasan menggunakan plastik vakum jenis PE (PolyEthilen) yang sudah
diberi label kemasan, menggunakan alat vacum sealer. Pengemasan bertujuan untuk
memperpanjang umur simpan produk. Ukuran kemasan ½ kg dan 1 Kg
j. Metal Detecting
Setelah dilakukan pengemasan langkah selanjutnya adalah penteksian logam
menggunakan metal detector, hal ini bertujuan mendetesi keberadaan logam didalam
produk. Proses pendeteksian logam dilakukan dengan mengalirkan produk yang telah
dikemas, produk yang memiliki kandungan logam dilakukan proses pengecekan
kembali.
33
k. Penyimpanan Beku
Nugget yang telah dikemas dapat disimpan dalam alat pembeku (freezer )
bersuhu 50C. Biasanya nugget yang disimpan pada alat pendingin mempunyai
ketahanan simpan selama 20 hari. Sedangkan nugget yang disimpan pada alat
pembeku dapat bertahan selama kurang lebih 3 bulan.
34
Struktur organisasi di UPI HAFISH FOOD menggambarkan sebuah hubungan
antara bagian dalam organisasi perusahaan dan menggambarkan, seperti gambar 1.
Berikut :
Direktur
4. Accounting
a. Menyelesaikan administrasi pembukuan atas transaksi keuangan yang terjadi
dalam perusahaan.
35
b. Memeriksa penyelesaian buku induk, pos-pos material untuk penyelesaian
neraca.
c. Menganalisa laporan keuangan untuk menilai apakah perusahaan
mempunyai posisi keuangan yang baik.
5. Manajer Pemasaran :
a. Menganalisa persaingan dan pasar.
b. Melakukan proses promosi dan penetrasi pasar,
c. Melakukan analisa pengembangan produk dan tingkah laku konsumen,
6. Human Resourse:
a. Membantu pimpinan dalam perencanaan dan pengembangan,
b. Mendokumentasikan data dan menyiapkan program kesejahteraan tenaga Kerja.
c. Melayani dalam perekrutan tenaga kerja baru.
d. Mengawasi dan melakukan pembinaan dan evaluasi kinerja.
e. Menyiapkan dan memberikan laporan secara berkala tentang pelaksanaan
kegiatan bagian personalia.
7. Quality Assurance:
a. Mengevaluasi kecukupan standar jaminan kualitas.
b. Mendokumentasikan audit internal dan jaminan kualitas lainnya.
c. Mengembangkan, merekomendasikan dan memantau tindakan
perbaikan dan pencegahan.
8. Field:
a. Sebagai petugas lapangan yang mengunjungi daerah suplier.
b. Mendokumentasikan data-data bahan baku.
9. Quality Control:
a. Memantau perkembangan semua produk yang diproduksi oleh perusahaan.
b. Memverifikasi kualitas produk.
c. Memastikan kualitas barang produksi sesuai dengan standar.
10. Kepala Produksi:
a. Melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan bahan baku
menjadi produk akhir.
b. Melakukan pengawasan terhadap identifikasi yang berhubungan dengan proses
pengolahan sampai dengan final produk di gudang.
c. Bertanggung jawab atas pencapaian target produksi sesuai dengan bahan baku
yang diterima.
36
selama proses produksi berlangsung.
b. Mengatru seluruh kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan
perawatan segala sarana dan prasarana perusahaan.
37
Tabel. Kebutuhan jumlah karyawan proses produksi
Volume Per Kapasitas Kebutahan Mesin Jumlah Jumlah Karyawan
Tahapan Mesin
hari Mesin Operator Pengolahan
468 Kg 1/produk pempek
Penerimaan Bahan Baku 350 Freezer
2/produk bakso, sosis dan nugget
Pelumatan daging 350 Chooper 400 Kg/Jam 1 4*)
350 Food Processor 1080 Kg/Jam 1
Pengadonan
Bowl Cutter 150 Kg/Jam 3
Pencetakan/Pengisian 300 Mesin Pencetak 250 Kg/Jam 1 2**)
Pengisian 50 Sausage Filler 400 Kg/Jam 1
Kompor & Dandang 500 Kg/Jam 2 2***) 4 Divisi pempek
Pemasakan/Perebusan 300
Perebusan 2 Divisi Sosis
Pengukusan 50 Blower Steamer 100 Kg/Jam 1
Penirisan 150 2 Divisi Bakso Ikan
Pemotongan 50 2 Divisi Nugget
Pemberian Bread Camp 50
Sortasi 350
Metal Detecting 350 Metal Detector 360 Kali/jam 1
4 *)
Pengemasan 350 Vacum Sealer 150Kg/jam 3
1/produk pempek 2**)
Penyimpanan 350 Freezer 468 Kg/jam
2/produk bakso, sosis dan nugget
Pengepakan 350 Carton Sealer 1 2***)
Jumlah Karyawan 8 10
Ket : Tanda *),**),***) Operator yang bekerja dengan alat yang sama pada shift pagi dan siang.
Batas minimal tingkat pendidikan yang ditetapkan untuk karyawan kontrak
adalah SMA/sederajat. Sedangkan untuk karyawan tetap terdapat syarat batas minimal
pendidikan SMA/SMK atau lebih tinggi serta wajib memiliki kemampuan yang
kompeten di bidangnya. Misalnya untuk karyawan umum seperti satpam dan petugas
kebersihan minimal menempuh pendidikan SMA, sedangkan karyawan lainnya seperti
Direktur, Manajer, kepala bagian, Quality Control minimal menempuh pendidikan S-1.
Rincian jumlah dan kualifikasi karyawan di tiap bidang pada Tabel
Tabel Jumlah dan kualifikasi Karyawan di Tiap Bagian :
N Jumlah
Jabatan Kualifikasi Syarat Khusus
o (orang)
1 Direktur S1/D4 1
2 Manajer Keuangan S1/D4 Ekonomi/Akuntansi 1
3 Finance S1/D4 Ekonomi/Akuntansi 1
4 Acounting S1/D4 Ekonomi/Akuntansi 1
5 Manajer Pemasaran S1 Ekonomi 1
6 Staf Pemasaran S1 Ekonomi 1
7 Human Resources S1 Manajemen 1
8 Staf HRD D3 Manajemen 1
9 Manajer Quality S1/D4 Teknologi Pengolahan Sertfikat HACCP & SPI
1
Assurance Hasil Perikanan
10 Quality Control S1/D4 Teknologi Pengolahan Sertfikat HACCP & SPI
1
Hasil Perikanan
11 Kepala Produksi S1/D4 Teknologi Pengolahan
1
Hasil Perikanan
12 Field D3 Pengolahan Hasil 1
Perikanan
13 Technical Maintanance S1/D4 Mesin Industri Pangan 1
14 Staf Quality Assurance S1/D4 Perikanan 1
15 Operator SMK/SUPM Pengolahan 8 Sertifikasi Kompetensi
16 Karyawan Produksi SMA/SMK sederajat 10
17 Satpam SMA/SMK sederajat 3 Sertifikat Pelatihan
18 Cleaning Service SMA/SMK sederajat 2
19 Receptionist SMK Pariwisata/perhotelan 1
20 Pramusaji SMA/SMK sederajat 1
Jumlah 39
Persentase bahan baku produksi Bakso Ikan dapat dihitung kebutuhan bahan
baku perhari untuk menghasilkan produk sebanyak 50 Kg/hari. Berikut Tabel Neraca
massa pembuatan Bakso Ikan perhari
Tabel 15. Neraca Massa Produk Bakso Ikan
Bakso Ikan
Tahapan Bahan Baku Ket
Masuk Keluar
% Losses
(Kg) (Kg)
Penerimaan Bahan Gilingan daging
60 30,6 30,6
Baku ikan
Pelumatan daging Air dan Es 5 2,55 33,15
Garam 4 2,04 35,19
Gula 1 0,51 35,7
Tepung Tapioka 25 12,75 48,45
Adonan tertinggal
Pengadonan B. Putih 1 0,51 0,10% 48,96 pada
peralatan/Mesin
B. Merah 2,5 1,275 50,235
Lada 1 0,51 50,745
Air 0,5 0,255 51
Jumlah
Pencetakan/Pengisian 1,00% 50,49
Reject/rusak
Pemasakan/Pegukusan 0,10% 50,44 Susut Berat
Penirisan 0,10% 50,39 Susut Berat
Sortasi 0,50% 50,14 Reject/rusak
Pengemasan 50,14
Pengepakan 50,14
Penyimpanan 0,50% 50,39
Jumlah 100 51 50,39
Persentase bahan baku produksi Sosis Ikan dapat dihitung kebutuhan bahan
baku perhari untuk menghasilkan produk sebanyak 50 Kg/hari. Berikut Tabel Neraca
massa pembuatan Sosis Ikan perhari
Tabel 17. Neraca Massa Pembuatan Sosis Ikan
Sosis Ikan
Tahapan Bahan Baku Keterangan
Masuk Keluar
% Losses
(Kg) (Kg)
Penerimaan Bahan Gilingan daging
65 33,15 33,15
Baku ikan
Pelumatan daging Es 5 2,55 35,7
Garam 3 1,53 37,23
Gula 1 0,51 37,74
Tepung Tapioka 15 7,65 45,39
B. Putih 3 1,53 46,92
B. Merah 2 1,02 47,94
Adonan Tertinggal
Pengadonan Lada 0,5 0,255 0,10% 48,195 Pada
Mesin/peralatan
Ketumbar 0,2 0,102 48,297
Jahe 0,3 0,153 48,45
Susu Skim 1 0,51 48,96
Minyak Sayur 3 1,53 50,49
Kaldu bubuk 1 0,51 50,95
Pencetakan 0,05% 50,92 Reject (rusak)
Pemasakan/Perebusan 0,10% 50,87 Susut Berat
Penirisan 0,10% 50,82 Susut Berat
Pemotongan 50,82
Sortasi 0,50% 50,57 Reject (rusak)
Pengemasan 50,57
Pengepakan 50,57
Penyimpanan 0,10% 50,62 Keterangan
Volume 100 51 50,62
Nugget Ikan
Tahapan Bahan Baku Keterangan
Masuk Keluar
% Losses
(Kg) (Kg)
Penerimaan Bahan Gilingan daging
60 31,2 31,2
Baku ikan
Pelumatan daging Es 4 2,08 33,28
Garam 2 1,04 34,32
Tepung Meizena 14 7,28 41,6
B. Merah 2,5 1,3 42,9 Tertinggal Pada
Pengadonan 0,10% Peralatan dan
Ketumbar 0,5 0,26 43,16 tempat adonan
Telur 4 2,08 45,24
Air 2 1,04 46,23
Keterangan :
m : massa bahan pangan (kg)
c : kapasitas kalor jenis (kJ/ oC)
ΔT : perubahan suhu ( oC)
Diketahui :
Kapasitas Bahan Baku : 350 Kg/hari
c Produk = 3,22 (kJ/kg0C)
Tabel Neraca Panas Pengolahan Fish Jelly Product
Panas Panas
masa Kalor (Q masa Suhu Q Keluar
Tahapan Mesin Spesifik AT (0C) Spesifik c
(m) Masuk (kJ) (m) AT (0C) (kJ)
c (kJ/Kg0 C) (kJ/Kg0C)
Penerimaan Bahan
Baku 350 3,22 5 5635 350 3,22 5 5635
Pelumatan daging Chooper 350 3,22 5 5635 350 3,22 30 33810
Food Processor
Pengadonan
dan Bowl Cutter 350 3,22 30 33810 350 3,22 35 39445
Pencetakan/Pengisian Mesin Pencetak 300 3,22 30 28980 300 3,22 35 33810
Pengisian Sausage Filler 50 3,22 30 4830 50 3,22 35 5635
Kompor &
Pemasakan/Perebusa
Dandang
n
Perebusan 300 3,22 30 28980 300 3,22 80 77280
Pengukusan Blower Steamer 50 3,22 30 4830 50 3,22 85 13685
Penirisan 150 3,22 35 16905 150 3,22 35 16905
Pemotongan 50 3,22 30 4830 50 3,22 30 4830
Pemberian Bread
Camp 50 3,22 30 4830 50 3,22 30 4830
Sortasi 350 3,22 27 30429 350 3,22 27 30429
Metal Detecting Metal Detector 350 3,22 27 30429 350 3,22 27 30429
Pengemasan Vacum Sealer 350 3,22 27 30429 350 3,22 30 30429
Penyimpanan Freezer 350 3,22 27 30429 350 3,22 -5 -5635
BAB VI SPESIFIKASI MESIN DAN PERALATAN
3. Talenan
Berfungsi untuk memotong premix (bumbu).
Chopper 1 4 4 L / mesin 4
Food Processor 1 15 1/2 x Kapasitas X Jumlah mesin 7,5
Kebutuhan air pencuci ruang = (Luas Bangunan-Ruang Mesin dan alat) x 2 L /4m2
= (568 m2- 57,45 m2) x 2 L / 4 m2
= 255,275 L
Jadi kebutuhan air untuk sanitasi lingkungan kerja adalah 255,275 liter/hari.
Sehingga kebutuhan air per hari untuk menjalankan aktifitas perusahaan dapat
dilihat pada tabel berikut
Tabel. Kebutuhan Air Unit Pengolahan Ikan Per Hari
No Penggunaan Jumlah (L)
1 Proses pengolahan 951,865
2 Proses sanitasi mesin dan peralatan 845,78
3 Proses sanitasi lingkungan 255,275
4 Proses sanitasi karyawan 2774
Total 4826,92
Kebutuhan air PDAM adalah m3/hari, maka jumlah air yang hendak disimpan
selama 2 hari menjadi dalam bak tandon air ukuran panjang 2 m, lebar 2 meter dan
tinggi 2,5 m.
8.2 Listrik
Tenaga listrik yang dipergunakan pada proses pengolahan Fish Jelly Product
berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) atau generator. Tenaga listrik dari PLN
digunakan untuk sumber energi penerangan, mesin pengolahan dan mesin kegiatan
operasional kantor. Tenaga listrik dari generator berfungsi sebagai cadangan listrik
apabila listrik PLN padam.
1. Keperluan Proses
Penggunaan listrik di pabrik pengolahan Fish Jelly Product selain untuk
penerangan, juga diperlukan untuk menggerakkan mesin dan peralatan dalam proses
pengolahan Fish Jelly Product. Kebutuhan daya untuk menjalankan mesin dan
peralatan produksi tertera pada Tabel berikut.
Tabel Kebutuhan daya Mesin dan Peralatan Per Hari
Lama
N Mesin dan Daya Total Energi
Jumlah Nyala
o Peralatan (W) (kWh)
(jam)
1 Freezer 6 190 12 13,68
2 Chooper 1 2000 1 2
3 Food Processor 1 2800 0,5 1,4
4 Bowl Cutter 3 2200 1 6,6
5 Mesin Pencetak 1 750 1 0,75
6 Sausage Filler 1 750 1 0,75
7 Blower Steamer 1 550 1 0,55
8 Metal Detector 1 220 1 0,22
9 Vacum Sealer 3 900 1 2,7
10 Carton Sealer 1 180 0,75 0,135
11 Chiller Kabinet 1 665 24 15,96
12 AC 8 1640 4 52,48
13 Mesin Pompa Air 1 250 4 1
14 Exhaust Fan 8 75 4 2,4
15 Kipas Angin 6 60 4 1,44
16 Insect Killer 6 220 7 9,24
17 Timbangan Digital 2 75 2 0,3
18 Lap Top 6 150 4 3,6
19 Printer 2 10 0,5 0,01
20 Dispenser 1 250 4 1
Total 116,215
Lumen beberapa jenis lampu TL dapat dilihat pada kemasan dari lampu TL
tersebut, antara lain :
a. Lampu TL 10 Watt = 890 lumen
b. Lampu TL 14 Watt = 1.160 lumen
c. Lampu TL 21 Watt = 1.900 lumen
d. Lampu TL 36 Watt = 3.350 lumen
Perincian jumlah lampu TL dan kebutuhan daya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel Jumlah Lampu dan kebutuhan lampu penerangan
Luas Area Jumlah
No Ruang TL lux Jumlah
(m2) Lampu Lampu
1 Ruang arsip 4 10 80 5,34 0,75 1
2 Petri 3 10 80 5,34 0,56 1
3 Toilet Kantor 8 10 80 5,34 1,50 2
4 Toilet Pekerja 8 10 80 5,34 1,50 2
5 Ruang Generator 4 10 80 5,34 0,75 1
6 Limbah Treatment 6 10 80 5,34 1,12 2
7 Ruang Sholat 9 14 150 5,568 1,62 2
8 Ruang ganti pakaian 8 14 150 5,568 1,44 2
9 Halaman Parkir 48 14 150 5,568 8,62 9
10 Receptionis dan Ruang
Tamu 6 21 400 2,28 2,63 3
11 Ruang rapat 15 21 320 2,85 5,26 6
12 Penerimaan 4 21 320 2,85 1,40 2
13 Gudang Produk Jadi 16 21 320 2,85 5,61 6
14 Ruang Pengiriman 6 21 320 2,85 2,11 3
15 Ruang Pengepakan 8 21 320 2,85 2,81 3
16 Ruang Peralatan 8 21 320 2,85 2,81 3
17 Ruang Pengemasan 16 21 320 2,85 5,61 6
18 Ruang Direktur Utama 8 36 500 3,216 2,49 3
19 Departemen Keuangan, 12 36 500 3,216 3,73 4
HRD dan Pemasaran
20 Departemen Quality 16 36 500 3,216 4,98 5
Assurance dan Field
21 Produksi 47 36 500 3,216 14,61 15
Total 81
Perincian total listrik untuk penerangan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Perincian Total Listrik Untuk Penerangan Per Hari
Jadi, Total kebutuhan listrik Unit Pengolahan Ikan per hari adalah Listrik
Keperluan Proses ditambah Listrik Untuk penerangan = 116,215 kWh+16,038 kWh =
132,253 kWh = 105,8024 kVA
8.3 Kebutuhan Solar Untuk Generator
Untuk menghitung pemakaian bahan bakar genset perlu kalkulasi, bilamana
beban listrik menggunakan satuan daya KVA maka harus dikalikan power factor.
Berdasarkan nilai rata-rata Specific Fuel Consumption (konsumsi bahan bakar spesifik)
adalah :
k = 0,21 (faktor ketetapan konsumsi solar perjam)
P = Daya Genset (kVA)
t = waktu (jam)
maka kebutuhan solar selama sebulan diasumsikan listrik PLN mati selama 10
jam adalah 0,21 x 30 kVAx 10 jam = 63 liter.
BAB IX SISTEM MANAJEM MUTU
Melalui poin-poin penting berupa kata-kata yang dicetak dengan huruf tebal di atas,
terdapat keterkaitan dengan apa yang dijelaskan oleh ISO dalam standar ISO
22000:2005. ISO mengungkapkan bahwa ISO 22000:2005 mengintegrasikan prinsip
dari Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kendali Kritis (HACCP) dan
penerapan langkah- langkah yang dikembangkan oleh Codex Alimentarius
Commission (CAC). Keseluruhan penerapan HACCP diadopsi ISO yang dituangkan
dalam ISO 22000:2005 pada klausul 7 (perencanaan dan realisasi produk yang aman
dikonsumsi) dan klausul 4 (persyaratan dokumentasi).
9.3 Keterkaitan ISO 9001:2000 dengan ISO 22000:2005
ISO 9001:2000 memiliki beberapa syarat yang menjadi ciri khas tersendiri
sebagai sebuah standar internasional sistem manajemen mutu. Ciri-ciri khas ISO
9001:2000 yang tidak terdapat di HACCP maupun ISO 22000:2005, begitu juga
sebaliknya. Ciri-ciri persamaan dan perbedaan tersebut dapat dilihat padaTabel 5,
yaitu:
Persyaratan yang diwajibkan dalam klausul 5.3 pada ISO 9001:2000 atau 5.2
pada ISO 22000:2005. mengenai kebijakan mutu/keamanan pangan, pimpinan utama
dalam organisasi bertanggungjawab untuk menetapkan Kebijakan Mutu dan
Keamanan Pangan. Pimpinan utama harus meninjau kembali kebijakan tersebut setiap
tahun dan setiap ada rencana perubahan. Pimpinan utama juga bertanggung jawab
atas komunikasi dan pemahaman Kebijakan Mutu dan Keamanan Pangan dan
memastikan bahwa kebijakan tersebut dipahami pada semua tingkatan di dalam
perusahaan.
Langkah selanjutnya untuk memastikan bahwa Kebijakan Mutu dan Keamanan
Pangan telah dipahami, maka masing-masing ketua departemen/manajer harus
menetapkan Sasaran Mutu/Keamanan Pangan untuk periode satu tahun berdasarkan
Kebijakan Mutu dan Keamanan Pangan. Pembuatan sasaran ini merupakan kewajiban
hanya pada sistem manajemen mutu seperti yang tertulis dalam klausul 5.4.1 pada
ISO 9001:2000. Namun, pengintegrasian sistem manajemen mutu dan keamanan
pangan memberikan manfaat jika diberlakukan pula sasaran keamanan pangan.
Sasaran Mutu/Keamanan Pangan harus disetujui oleh pimpinan utama
organisasi. Sasaran Mutu dan Keamanan Pangan dibuat agar dapat diukur dan
konsisten dengan Kebijakan Mutu dan Keamanan Pangan. Hal ini juga meliputi
komitmen untuk perbaikan secara berkesinambungan. Setiap Sasaran
Mutu/Keamanan Pangan harus dipahami pada setiap fungsi dan tingkatan di bagian
masing-masing dan dilaporkan proses penerapannya kepada Wakil Manajemen/Ketua
Tim Keamanan Pangan setiap bulan.
BAB X PENANGANAN LIMBAH
Keterangan
1. Bak Ekulisasi
2. Fixed Bed Reaktor
3. Trikling Filter
4. Instalasi dan Pompa
BAB XI STRATEGI PEMASARAN
11.1 Konsep Pemasaran
Dalam usaha meningkatkan konsumsi ikan, maka perlu dilakukan suatu usaha
untuk mendiversifikasikan (menganekaragamkan) olahan hasil perikanan, diantaranya
dengan mengolah produk- produk fish jelly. Usaha ini dapat menarik minat masyarakat
dalam memilih makanan olahan dari ikan. Karena seperti diketahui bahwa di beberapa
daerah ada kecenderungan malas (enggan) untuk memakan Ikan yang disebabkan
oleh rasa dan bau amis yang melekat pada ikan disamping duri yang dikandung ikan.
Dengan diversifikasi olahan maka bau dan rasa dapat disesuaikan dengan kebutuhan
atau selera yang diinginkan.
Produk Fish Jelly adalah makanan dari ikan yang mempunyai tekstur kenyal
seperti jelly misalnya bakso, sosis, nugget, mpek mpek, fish cake, fish finger, kawa
tempura dan lain-lain. Hal lain yang diperlukan dalam upaya peningkatan konsumsi
ikan adalah dukungan penelitian tentang kebiasaan makan, bentuk-bentuk olahan
yang menarik dan usaha pengolahan yang bersifat promosi makan ikan.
Perencanaan Usaha Pengolahan adalah dengan basis fish jelly product yakni
Pempek, Bakso Ikan, Sosis Ikan dan Nugget Ikan.
Konsep pemasaran yang adalah sesuai konsep penentuan kebutuhan dan
keinginan pasar sasaran dan penyampaian kepuasan yang didambakan lebih efektif
dan efisien dari pada pesaing. Konsep ini mempunyai perspektif dari luar ke dalam;
perhatian dan fokus kepada pelanggan; mengkoordinasikan kepada semua aktivitas
pemasaran yang mempengaruhi pelanggan. Kemudian memperoleh laba dengan
menciptakan hubungan jangka panjang dengan pelanggan berdasarkan pada nilai bagi
dan kepuasan pelanggan. Dengan konsep pemasaran ini perusahaan menghasilkan
apa yang diinginkan oleh konsumen, sehingga memuaskan konsumen dan
memperoleh laba.
Produk, jasa, merek, melalui kegiatan dan perilaku perusahaan akan
membangkitkan image dalam ingatan pelanggan, yang disertai harapan-harapan
mereka. Positioning dapat diibaratkan sebagai sebuah sifat inti merek yang dapat
membedakan brand yang ada dengan yang di pasar. Tanpa positioning yang jelas,
tidak akan terjadi integrasi yang sesungguhnya. Strateginya dijelaskan bahwa
positioning yang efektif berasal dari dua unsur: kebutuhanpasar dan bagaimana merek
tersampaikan.
2) Jalur Perantara : Produsen memiliki pemesanan langsung dari agen penjual yang
berada di Kota Jambi bisa online atau offline, dimana para agen tersebut akan menjual
secara langsung ke konsumen maupun dijual lagi melalui perkantoran, restoran, hotel,
dan mall.
PRODUSEN
KONSUMEN AKHIR
RESTORAN, MALL, PUSAT
JAJANAN, KAKI LIMA PUSAT
KULINER, FESTIVAL MAKANAN
11.4. Analisa Konsumen
1. Motif Pembelian
Motif Pembeli membeli produk Fish Jelly Produk adalah dengan pertimbangan
rasional akan kebutuhan makanan dan kemanan pangan, karena dengan situasi
Covid-19 sudah mempertimbangkan untung ruginya dalam membeli, untuk itu kami
menawarkan produk bisa dinikmati melalui online dan offline dengan keuntungan
diantaranya : Kemudahan dan efisiensi dalam penguunaan, tahan lama, dapat
membantu dan bertambahnya pendapatan, kompetitif harganya.
2. Waktu Pembelian
Waktu pembelian konsumen melihat kondisi cuaca, kondisi lingkungan
terutama situasi pandemic covid, biasanya bersifat bulanan. Jumlah pembelian
disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga dan tingkat kesukaan kalau online
pembelian minimal 1 kg, dan offline sesuai keinganan konsumen. Tempat pembelian
konsumen: toko offline, online, mall, dan festival kuliner.
3. Faktor prilaku konsumen
a. Faktor budaya : Daerah geografis perkotaan cenderung menyantap makanan yang
serba praktis dan mudah didapat.
b. Faktor sosial : sasaran konsumen adalah individual dan keluarga
c. Faktor pribadi : kalangan menengah keatas dan usia diatas dua tahun, pekerja
kantoran, mahasiswa dan peminat jajanan kaki lima.
c. Faktor Psikologis : Branding dan positioning yang kami utamakan adalah kepuasan
pelanggan.
BAB XII KELAYAKAN FINANCIAL
Harga
Jumlah/ Jumlah/ Biaya/bulan Biaya/tahun
No Jenis Biaya Satuan Satuan
hari bulan (Rp) (Rp)
(Rp)
A Biaya Variabel
Bahan Baku Ikan
1 Giling kg/hari 175 4550 20000 91000000 1001000000
Bahan
pembantu/bumbu/har
2 i
Es Kg 14,5 377 500 188500 2073500
Garam Kg 15,05 391,3 1200 469560 5165160
Gula Kg 4,75 123,5 18500 2284750 25132250
Tepung Tapioka Kg 100 2600 25000 65000000 715000000
Tepung Meizena Kg 3,75 97,5 25000 2437500 26812500
B. Putih Kg 8,01 208,26 20000 4165200 45817200
B. Merah Kg 4,5 117 39000 4563000 50193000
Lada Kg 0,75 19,5 60000 1170000 12870000
Ketumbar Kg 0,45 11,7 45000 526500 5791500
Jahe Kg 0,15 3,9 35000 136500 1501500
Susu Skim Kg 0,5 13 70000 910000 10010000
Minyak Sayur Kg 1,5 39 24000 936000 10296000
Kaldu bubuk Kg 0,5 13 15000 195000 2145000
Telur Kg 13,5 351 24000 8424000 92664000
Merica Kg 0,05 1,3 60000 78000 858000
Tepung Terigu Kg 0,1 2,6 13500 35100 386100
Tepung Roti Kg 2,5 65 65000 4225000 46475000
Sub Jumlah 95744610 1053190710
3 Bahan pengemas
Plastik PE buah 400 10400 500 5200000 57200000
Karton buah 40 1040 1000 1040000 11440000
Sub Jumlah 6240000 68640000
B Biaya Tetap
Gaji
orang/bula
Direktur n 1 1 6500000 6500000 78000000
orang/bula
Manajer n 4 4 5000000 20000000 240000000
orang/bula
Asisten Manajer n 6 6 4000000 24000000 288000000
orang/bula
Staf n 3 3 3250000 9750000 117000000
orang/bula
Operator n 8 8 3100000 24800000 297600000
orang/bula
Satpam n 3 3 2500000 7500000 90000000
orang/bula
Karyawan Produksi n 10 10 2500000 25000000 300000000
orang/bula
Receptionist n 1 1 2200000 2200000 26400000
orang/bula
Pramusaji n 1 1 2000000 2000000 24000000
orang/bula
Cleaning Service n 2 2 2000000 4000000 48000000
Air m3/bulan 4,8269 125,5 15000 1882500 20707500
Listrik kVA/bulan 105,8 2750,9 1467,28 4036285 48435425
Solar L/bulan 63 7600 478800 5745600
Internet paket/bulan 288000 288000 3456000
Biaya Perawatan* 4214875 4214875 50578500
Sub Jumlah 136650460 1637923025
Total 323395070 3692113735
d. Lain-Lain
Direktorat Usaha dan Investasi, Profil Peluang Usaha Investasi Komoditas Tuna, 2018.
Jakarta.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk. Potensi Usaha dan Peluang
Investasi Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 2018. Jakarta
Direktur Jenderal Pengolaan Ruang Laut. Buku Data dan Analisa Review Masterplan
Pengembangan Sentra Kelautan Dan Perikanan Terpadu (SKPT) Kabupaten
Kepulauan Mentawai. 2017
Indonesian Trade Promotion Center (ITP) Osaka. Tuna HS 1604, Laporan Informasi
Intelijen Bisnis 2018. 2018. Jepang
Japan External Trade Organization (JETRO). Specifications and Standards for Foods,
Food Additive, etc. Under the Food Sanitation Act. 2011. Japan