Anda di halaman 1dari 4

8/2/2020 Riwayat Raja Wartabone dari Kerajaan Bone | Muhammad Sapri Andi Pamulu, Ph.D.

1 week ago Riwayat Raja Wartabone dari Kerajaan Bone

[https://1.bp.blogspot.com/-AP9tgeqAlfA/XxgCy29dYhI/AAAAAAAAhik/sjVkct2-
rWwCNBoBgUBOU82HneDPFhsLgCLcBGAsYHQ/s500/sejarah-tojo.jpg]

Pada tulisan terdahulu tentang La Temmassonge, Raja Bone ke-22 [https://www.sapripamulu.com/2020/06/menguak-


misteri-ibunda-raja-bone-ke-22.html] dimuat suatu catatan tentang sejarah Kerajaan Tojo, Sulawesi Tengah yang
bermula dari penjemputan bakal raja Pilewiti oleh To Manuru (Orang Dari Langit;To Lamoa). “ Ta Lamoa ” dari
Mawomba Tojo menuju Kerajaan Bone karena terjadi konflik Diantara Suku-Suku Etnis Bare’E didaerah Tana Bare’E.
Dikisahkan dalam perjalanan dari Pombalowo sekitar tahun 1770 tersebut bersama 40 pasang pengawal menuju
Tanjung Pati-pati dengan menggunakan perahu Sampan Batang, dan sepanjang perjalanan Pilewiti yang menanyakan
kepada Tolamoa semua sungai yang dilewati dari Sausu sampai dengan Tanjung Pati-pati yang pada akhirnya Pilewiti
menunjuk sungai Tojo sebagai tempat untuk mendirikan suatu kerajaan. Singkat cerita, Raja Bone La Temmassonge
mengumumkan bahwa Pilewiti menjadi Raja di Kerajaan Tojo dan menyerahkan 2 biji pohon lontar untuk ditanam di
halaman kerajaan Tojo dan sejak itu Kerajaan Tojo disebut juga Bone Kecil. Pilewiti memerintah di Kerajaan Tojo
selama 8 Tahun yaitu sampai tahun 1778, dan Pilewiti memiliki seorang istri yaitu Mawomba dan seorang anak yang
bernama Latondrong yang kemudian Latondrong mempunyai anak 4 orang masing-masing bernama Remelino
(perempuan), Larifu (laki laki,meninggal bujang), Lamataia (laki-laki,meninggal bujang), dan La Raja (laki-laki).
kemudian Remelino mempunyai anak bernama Kolomboi, dan La Raja mempunyai anak bernama Taka. Pada tahun
1778 Pilewiti wafat dan Jenasah Pilewiti dimakamkan dipuncak gunung Patta Pasang diatas Desa Tojo, pemakaman
dihadiri oleh seluruh rakyat Kerajaan Tojo sehingga makam beliau dapat dibuat dari kapur yang dikumpul dari tempat
kapur sirih sebanyak rakyat hadir dan sebagai perekatnya adalah putih telur.

Dalam catatan lainnya, Raja Bone ke-23 La Tenri Tappu To Appaliweng (1775-1812) juga merekam kedatangan La
Bunue yang kemudian dikenal bernama Wartabone. Raja Suwawa (Gorontalo) ini berlayar menuju tanah leluhurnya di
Bone (Sulawesi Selatan). Hal ini tercatat dalam lontaraq/sureq bilang puatta tahun 1871 yg tersimpan di peprustakaan
Inggris dengan kode ADD-12354/12356. Setelah bermukim sekian lama, La Bunue lalu kembali ke Sulawesi Tengah
dengan bekal surat legitimasi dari Raja Bone, dan akhirnya menetap dan manjadi Raja Suwawa. Di sanalah kemudian
La Bunue populer dengan nama gelaran yaitu Wartabone yang artinya “tuan kita dari Bone”. Surat Raja Bone tersebut
yang terdiri dari 10 baris yang ditulis pada hari Jum’at 6 Zulqaidah tahun 1220 Hijriah atau setara 1806 Masehi dengan
salinan alih-aksara ke latin dan terjemahannya adalah sebagai berikut ini.

“Uwéréngngi ca’ La Bunué mukka’ uturunana nréwe’ ri wanuanna/ Napogau’i Ade’Abiasanna/ ri tanaé ri Boné/

www.sapripamulu.com/2020/07/riwayat-raja-wartabone-dari-kerajaan.html 1/4
8/2/2020 Riwayat Raja Wartabone dari Kerajaan Bone | Muhammad Sapri Andi Pamulu, Ph.D.

[https://1.bp.blogspot.com/-mD8FuPMfq84/XxgC-
_sfMHI/AAAAAAAAhio/qapwq_aFrnQtNewYVopEZlCtdvjwOSzWQCLcBGAsYHQ/s612/mandat-bone-bunue-gto.jpg]

Narékkuwa engka gau’ nasaléwe’/ nangkanaé Ca’ku-Appatenning/ aja’ nari bawampawang rialempurenna/ nigi nigi
bawampawangi tanaé tu ri Boné nagau’ bawang/ Narékkuwa maggéngké mupi / Nréwe’ ri wanuwanna La Bunué/
Saba’ élona Surona Boné paréwe’i/ Iyanatu mapping monroéri Tojo/ Enrengngé ri Yampana / Kuwaé topa ri Bokang/
Uélorang/ silaongngi/ Enrengngé/ messeriwi/ Namukka?passurona Boné/Silaong Arumpone/Nariuki sure’ éwé ri
essona JUMAT é/ ri seppulona enneng ompona/ uleng Zulkaiddah/ ri 1220 hijerana SALLALLAHU ALIHI WASALLAM
na taung Ha/ Naiya Mukiéngngi sure’éwé/ Passisié Arung Pasémpe’/ La Pakkanynyarang/ Namukka’ passurona”
(Saya memberi surat bercap pada La Bunué manakala Saya merestuinya pulang ke negerinya untuk menjalankan adat
kebiasaannya di Tanah Bone/ Apabila ada perkara yang dihadapinya, maka Capku inilah yang dipegang agar dia tidak
disanggah atas kejujurannya/ Barang siapa yang berbuat semena-mena terhadapnya, maka sama saja Ia menentang
Bone/ Dia diberikan kekuasaan atas kembalinya ke negerinya dengan mandat sebagai Suro (utusan) Bone / Dialah
yang kekal akan berkuasa raja di Tojo, di Yampana, dan Bokang/ Aku harapkan surat ini mengesahkan bahwa dirinya
adalah utusan (Suro) Bone dan mewakili Raja Bone/ Surat ini ditulis pada hari JUMAT tangal 6 Dzulqaidah, tahun 1220
Hijriah Sallahu Alaihi Wasallam tahun Ha/ Adapun yang menulis surat ini adalah Arung Pasempe’ La Pakkanynyarang
di atas Daulatku) .

[https://1.bp.blogspot.com/-
FnhbsLvAIpc/XxgIMF_ZjCI/AAAAAAAAhi4/8T4yE_ky9b8fF5EY-aQVeaExBXMxjRbNwCLcBGAsYHQ/s684/Nani_Wartabone.jpg]

www.sapripamulu.com/2020/07/riwayat-raja-wartabone-dari-kerajaan.html 2/4
8/2/2020 Riwayat Raja Wartabone dari Kerajaan Bone | Muhammad Sapri Andi Pamulu, Ph.D.

Menurut Haliadi (2016) dan Hadrawi (2020) Wartabone adalah sosok terpenting yang merepresentasikan politik dan
genealogi antara kerajaan Bugis dengan kerajaan-kerajaan di Gorontalo terutama Bone Suwawa dan kerajaan di
kawasan tengah pulau Sulawesi lainnya. La Iboerahima Wartabone adalah putra Mahkota Raja Wartabone yang
dikenal luas sebagai seorang tokoh ulama agama Islam di Lembah Palu (Sulawesi Tengah) dan menjadi awal mula
adanya nama marga Wartabone sampai sekarang ini, dari Pahlawan Nasional Nani Wartabone
[https://id.wikipedia.org/wiki/Nani_Wartabone] , sampai generasi sekarang yaitu Muhammad J.
[https://dpd.go.id/Fanggota/Anggota/31] Wartabone yang merupakan senator yang kini mewakili masyarakat Provinsi
Sulawesi Tengah pada Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia untuk masa bakti 2019-2024. Nani
Wartabone mulai aktif memperjuangkan Indonesia sejak bersekolah di Surabaya yang kemudian mendirikan organisasi
Jong Gorontalo di Surabaya. Pada tahun 1928, Ia kembali ke Gorontalo dan membentuk perkumpulan tani
(hulanga).dan juga mendirikan cabang PNI dan Partindo. Setelah kedua organisasi itu dibubarkan, Nani Wartabone
bersama Imam A Nadjamuddin berinisiatif mendirikan grup muhammadiyah Suwawa pada tahun 1930. Untuk
mengenang perjuangannya, Tugu Nani Wartabone dibangun di Kota Gorontalo untuk mengingatkan masyarakat
Gorontalo akan peristiwa bersejarah 23 Januari 1942 dimana saat itu Wartabone mengangkat senjata dan
menggaralang para pemuda untuk melawan Belanda dengan berangkat dari Suwawa menuju Gorontalo sehari
sebelumnya. Sepanjang perjalanan, banyak rakyat ikut bergabung, dan walhasil . Pada tgl 23 Januari, Jam 09.00 pagi
semua pejabat Belanda di Gorontalo berhasil ditangkap, kemudian Nani Wartabone memimpin rakyat untuk
menurunkan bendera Belanda dan mengibarkan bendera Merah Putih yang diiringi lagu Indonesia Raya.

Dalam diskusi lanjutan di group facebook Lontaraq


[https://www.facebook.com/groups/895411970956476/915022808995392/?
comment_id=915638678933805&reply_comment_id=915661188931554&notif_id=1595480410578378&notif_t=group_comme
nt_reply] , Dr. Muhlis Hadrawi menguatkan adanya jejak hubungan antara Bugis (Bone-Soppeng-Mandar) yang sudah
terjalin pada masa raja Bone La Tenrirawe Bongkangnge, Raja Bone ke-7 (1560-1564). Raja Bone inilah yang pertama
dicatat dalam lontaraq, termasuk dokumen Mandar, yang membuat perintah kepada Mandar (Todilaling) untuk
membawa pasukan Bugis-Mandar ke kerajaan Kaili. Tentara itu dikirim dengan misi membantu Raja Kaili yang
menghadapi kekacauan dalam negerinya. Tentu saja banyak fenomena sosial-politik yang menyertainya setelah misi
itu, tidak terkecuali penempatan pasukan dalam waktu yang lama di wilayah tertentu untuk kepentingan pengamanan
dan kontrol politik serta ke amanan di Lembah Pali. Jadilah beberapa mitilogi seperti Parigi, Tojo, Ampana, dan lain-lain
sebagai toponimi yang terpaut dengan sosial-politik Bugis Bone-Soppeng di Lembah Palu. Nama Parigi dan Ampana
pun mengingatkan kita kemiripan bunyi toponimi ygcada di Bone dan Soppeng. Yang jelas, nama nama toponimi
bukanlah lahir secara kebetulan, melainkan ada proses sejarah interaksi dan integrasi sosial yang panjang yang
menarik dikupas lebih lanjut.
-----

Ref.: Hadrawi (2020) dengan sumber gambar dari Maumbu (1984), lamp. ke-2 dan Haliadi (2016) .

Posted 1 week ago by Sapri Pamulu

0 Add a comment

www.sapripamulu.com/2020/07/riwayat-raja-wartabone-dari-kerajaan.html 3/4
8/2/2020 Riwayat Raja Wartabone dari Kerajaan Bone | Muhammad Sapri Andi Pamulu, Ph.D.

Enter your comment...

Comment as: Sapri Pamulu ( Sign out

Publish Preview Notify me

www.sapripamulu.com/2020/07/riwayat-raja-wartabone-dari-kerajaan.html 4/4

Anda mungkin juga menyukai