Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH SAFETY EQUIPMENT TERHADAP KESELAMATAN

BERLAYAR

Benny Agus Setiono, Mudiyanto


Jurusan Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga, Program Diploma Pelayaran,
Universitas Hang Tuah

ABSTRAK

Peristiwa kecelakaan beruntun yang terjadi dalam waktu yang sangat singkat belakangan
ini menjadi sebuah kejadian yang sangat menarik perhatian kita. Terlebih mengingat
jumlah korban yang tidak sedikit. Seperti tenggelamnya kapal Levina I dan KM. Senopati
Nusantara yang menewaskan ratusan penumpangnya. Data yang ada pada Mahkamah
Pelayaran, diketahui bahwa faktor manusia hanya menyumbang 20 persen saja dari angka
kecelakaan. Sebanyak 30 persen disebabkan oleh human error, yang salah satunya adalah
tiadanya jaminan keselamatan yang memadai.
Syahbandar memang memegang semua izin-izin kapal, tapi kalau ada kerusakan nakhoda
harus lapor ke syahbandar. Kalau semua dokumen kapal hidup syahbandar mengeluarkan
clearance (SOLAS ’74, pasal 40). Tapi tanggungjawab di kapal ada pada nakhoda
(SOLAS ’74, pasal 57). Nakhoda memberangkatkan kapal kalau dia sudah pasti kapal
layak laut. Jadi tanggungjawab berangkatkan kapal atau tidak ada di nakhoda, bukan
syahbandar. Nakhoda wajib memastikan kapal dalam keadaan layak.
Kata kunci: kesalahan manusia (human error), clearance, kapal layak laut.

PENDAHULUAN pelayaran berisiko tinggi. Oleh sebab itu,


keselamatan harus benar-benar dijamin.
Latar belakang Sea survival atau penyelamatan jiwa
manusia di laut merupakan suatu
Masalah keselamatan transportasi akhir- pengetahuan praktis pelaut yang
akhir ini, melejit ke permukaan menjadi menyangkut bagaimana cara
tema hangat pemberitaan, baik pada menyelamatkan diri maupun orang lain
media televisi maupun di koran, seiring dalam keadaan darurat di laut. Seperti
dengan kecelakaan-kecelakaan setelah mengalami tubrukan, kebakaran,
transportasi yang terjadi pada akhir tahun kandas, dan sebagainya. Dalam proses
2006 dan awal tahun 2007. Peranan penyelamatan ini baik para penolong
keselamatan pelayaran dalam sistem maupun yang ditolong harus tahu dan
transportasi laut merupakan hal yang paham benar-benar cara-cara
mutlak diperhitungkan, karena menggunakan berbagai alat penolong
menyangkut transportasi barang dan yang ada dikapal, persiapan-persiapan,
orang menyeberangi lautan dengan penuh dan tindakan-tindakan yang harus diambil
bahaya dan ancaman badai, kabut, dan sebelum dan sesudah menerjunkan diri ke
gerakan-gerakan dari laut seperti ombak, laut, tindakan-tindakan selama terapung
arus, karang laut, pendangkalan serta dan bertahan di laut, tindakan-tindakan
jalur pelayaran yang tetap dan berubah, pada waktu menaiki sekoci/rakit
menjadikan transportasi laut dalam penolong, serta bagaimana sarana

69
70 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 1, Nomor 1, September 2010

komunikasi yang ada di dalam pentingnya alat keselamatan berlayar


sekoci/rakit penolong. bagi dunia pelayaran.
Semua tindakan ini dimaksudkan agar 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
setiap orang yang dalam keadaan memberikan masukan terhadap
bahaya/darurat dapat menolong dirinya institusi, khususnya perusahaan-
sendiri maupun orang lain secara cepat perusahaan pelayaran untuk
dan tepat, baik pada waktu terjun ke laut, menyiapkan alat keselamatan berlayar
pada waktu bertahan, dan terapung di sesuai Solas ’74.
laut, pada waktu menolong orang lain
maupun pada waktu naik ke sekoci/rakit TINJAUAN PUSTAKA
penolong sebelum pertolongan datang. Sumber daya awak kapal
Perumusan masalah Kapal sekalipun sudah memiliki kondisi
Berdasarkan latar belakang yang prima barulah dapat beroperasi dan
dipaparkan di atas, sesuai Solas’ 74 dapat dimanfaatkan bila telah diawaki oleh
disusun perumusan masalah dalam personil dengan kecakapan sesuai
penelitian ini adalah: perundang-undangan, memiliki
1. Apakah penyebab terjadinya pengetahuan yang memadai tentang
kecelakaan kapal LEVINA I dan KM peraturan, aturan, kode, dan petunjuk
SENOPATI NUSANTARA? yang terkait dengan pelayaran.
2. Siapakah yang bertanggung jawab Bagaimanapun modernnya suatu kapal
dalam kecelakaan kapal LEVINA I dan diperlengkapi dengan peralatan-
dan KM SENOPATI NUSANTARA peralatan otomatis, masih juga
tersebut? membutuhkan awak kapal. Para awak
kapal, harus memiliki kemampuan untuk
Tujuan penelitian menyiapkan kapalnya dan juga harus
mampu melayarkan kapal dengan muatan
Tujuan yang ingin dicapai dalam barang atau penumpang secara aman
penelitian ini adalah: sampai tempat tujuannya.
1. Ingin mengetahui dan Hasil penelitian Analisa Kompetensi
menggambarkan penyebab terjadinya Perwira Awak Kapal Pelayaran Rakyat
kecelakaan kapal LEVINA I dan KM (Widarbowo. PPS Unhas. 2006)
SENOPATI NUSANTARA. menunjukkan bahwa sebagian besar
2. Ingin mengetahui dan 54,7% perwira awak kapal pelayaran
menggambarkan siapa-siapa yang rakyat memiliki kompetensi dengan
seharusnya bertanggung jawab dalam penilaian kurang mampu dan terdapat
kecelakaan kapal LEVINA I dan KM hubungan kuat antara kompetensi perwira
SENOPATI NUSANTARA tersebut. bagian deck dan mesin terhadap tingkat
Manfaat penelitian kecelakaan. Aspek-aspek dalam
kelompok kejuruan kompetensi yang
Setelah mengetahui permasalahan, perlu ditingkatkan untuk perwira bagian
perumusan dan tujuan penelitian maka deck yaitu pengetahuan pedoman,
berikut ini dikemukan manfaat penelitian pengetahuan peta, peraturan tubrukan di
adalah: laut, pengetahuan arus dan pasang surut
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat serta kecakapan pelaut. Sedangkan untuk
memberikan informasi tentang perwira mesin yaitu sistem pendingin,
Benny Agus S. : Pengaruh safety equipment … 71

sistem pelumasan, cara (prosedur) jika tidak diadakan peremajaan kapal,


menjalankan motor dan pemeliharaannya maka persentase armada perintis
serta susunan instalasi motor/penggerak meningkat sekitar 90% berumur di atas
kapal. Dari segi keamanan pelayaran 25 tahun, sebagaimana pada tabel 1.
maka awak kapal yang terampil bisa
Tabel 1. Umur Kapal-kapal Perintis Tahun
menghindari bahaya-bahaya 1997 dan 2002
navigasi/kandas ataupun bertubrukan Tahun 1997 Tahun 2002
Umur Kapal
dengan kapal lain. Keselamatan (Tahun) Jumlah Jumlah
Persentase Persentase
pelayaran sangat tergantung pada para Kapal Kapal
awak kapal. < 10 1 3,85 - -
Kondisi kapal motor baja secara 11 – 15 1 3,85 2 6,67
administratif dapat dikatakan relatif 16 – 20 5 19,23 1 3,33
lumayan, karena kapal-kapal tersebut 21 – 25 2 7,69 7 23,33
terregistrasi pada biro klasifikasi yang 26 – 30 9 34,62 4 13,33
ditandai dengan kepemilikan kelas kapal.
> 31 8 30,76 16 53,33
Namun dari segi teknik dan ekonomi,
Jumlah 26 100,00 30 100,00
perlu dipertanyakan. Hal ini, disebabkan
umur armada kapal banyak yang berumur Sumber : Studi Manfaat Pelayaran ALP di KTI,
UPTL LPUH, 2003
tua, sehingga dapat menimbulkan
kerusakan-kerusakan yang tidak terduga, Kapal dengan kondisi yang secara teknis
sehingga mempengaruhi keselamatan menurut ukuran ketentuan perundang-
Kapal yaitu keadaan kapal yang undangan dinyatakan laik-laut lebih dapat
memenuhi persyaratan material, diharapkan menyeberangkan muatan (dan
konstruksi bangunan, permesinan dan penumpang) dengan aman. Dari sudut
pelistrikan, stabilitas, tata susunan serta perasuransian, kapal dengan kondisi
perlengkapan radio/ elektronika kapal prima akan diberikan nilai pertanggungan
yang dibuktikan dengan sertifikat setelah yang besar dengan premi yang rendah.
dilakukan pemeriksaan dan pengujian. Sebaliknya kapal dengan kondisi kurang
prima, premi yang tinggi dengan nilai
pertanggungan yang lebih rendah. Selain
itu kapal dengan kondisi baik lebih dapat
diharapkan berlayar tanpa hambatan
selama dalam pelayaran. Berlainan
dengan kapal yang kondisinya diragukan
maka kemungkinan mengalami
kerusakan setiap saat di perjalanan. Ini
berarti tambahan biaya eksploitasi
disebabkan terjadinya delay.

Gambar 1. Kondisi Kapal Perintis Sarana penunjang pelayaran dan


faktor lainnya
Pada periode tahun 2002 berdasarkan
data atas 30 kapal perintis yang Selain dari faktor teknis kapal dan ABK
beroperasi di KTI ditemukan bahwa 67% yang telah diuraikan di atas, maka Sarana
armada kapal perintis telah mencapai usia Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) tidak
lebih dari 25 tahun. Untuk periode kurang pentingnya sebagai unsur
sekarang tahun 2007, seandainya atau penunjang di bidang keselamatan
72 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 1, Nomor 1, September 2010

pelayaran. Ini terdiri dari rambu-rambu Dari pendapat para ahli tersebut, maka
laut lainnya yang berfungsi sebagai dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri
sarana penuntun bagi kapal-kapal yang pokok metode diskriptif antara lain :
sedang berlayar agar terhindar dari ƒ Memusatkan perhatian pada masalah-
bahaya-bahaya navigasi terutama yang masalah yang ada pada saat penelitian
berada dibawah permukaan air. Termasuk dilakukan atau masalah-masalah yang
di sini Stasiun Radio Pantai yang sangat bersifat nyata (aktual).
berguna bagi kapal-kapal yang dilengkapi
dengan alat navigasi Radio Direction ƒ Manggambarkan fakta tentang
Finder/RDF. Stasiun Radio Pantai juga masalah yang diselidiki sebagaimana
berguna sebagai sarana bantu navigasi adanya, serta diiringi dengan
pelayaran untuk memungkinkan kapal- interprestasi rasional yang adequate
kapal melakukan pelayaran ekonomis, (Dalam Nawawi, 1990 : 64).
sebab tanpa itu semua, kapal akan Suatu penelitian sosial pada dasarnya
terpaksa melakukan pelayaran bertujuan untuk menerangkan suatu
“memutar”, berarti jarak yang lebih jauh fenomena sosial /peristiwa sosial, dimana
guna menghindari bahaya navigasi. kadang-kadang peristiwa tersebut dapat
METODOLOGI PENELITIAN berbentuk suatu kasus yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat. Dengan melihat
Metode penelitian adalah suatu cara atau permasalahan yang terjadi, penelitian ini
teknis yang dilakukan dalam proses menggunakan bentuk penelitian studi
penelitian. Kemudian penelitian itu kasus, yaitu suatu penelitian yang
sendiri diartikan sebagai upaya dalam dilakukan secara intesif, terperinci dan
bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan mendalam terhadap suatu organisme
untuk memperoleh fakta-fakta dan lembaga atau gejala tertentu (Dalam
prinsip-prinsip dengan sabar dan Arikunto, 1996 : 115).
sistematis untuk mewujudkan kebenaran Tujuan dari studi kasus adalah untuk
oleh karenanya masalah metodologi memberikan gambaran secara mendetail
dalam suatu penelitian ilmiah mempunyai tentang latar belakang, sifat-sifat serta
peranan penting karenanya di dalamnya karakter yang khas dari kasus, ataupun
terkandung petunjuk-petunjuk status dari individu yang kemudian dari
memperoleh hasil yang benar dan dapat sifat-sifat yang khas seperti diatas akan
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. dijadikan suatu hal yang bersifat umum
(Dalam Nasir, 1998: 66-67).
Seperti yang dikatakan oleh Marzuki: Dalam penelitian ini peneliti berusaha
Metode ilmiah dari suatu ilmu memperoleh gambaran yang kongkret
pengetahuan adalah segala cara dalam tentang penyebab terjadinya kecelakaan
kerangka ilmu tersebut sampai kepada kapal LEVINA I dan KM SENOPATI
kesatuan pengetahuan. Tanpa metode NUSANTARA serta peneliti ingin
ilmiah suatu ilmu pengetahuan itu memperoleh gambaran siapa-siapa yang
sebenarnya bukan suatu ilmu tetapi suatu seharusnya bertanggung jawab dalam
himpunan pengetahuan saja tentang kecelakaan kapal LEVINA I dan KM
berbagai gejala yang satu dengan gejala SENOPATI NUSANTARA tersebut.
yang lain (Marzuki, 1993). dengan berusaha menggali fakta-fakta
yang ada, menganalisanya secara
objektif, tidak dogmatis walaupun
Benny Agus S. : Pengaruh safety equipment … 73

bersandar pada prinsip-prinsip teoritis. lengkap dan utuh serta tepat waktunya,
Adapun pendekatan dalam analisis tetapi juga mengenai pengangkutan
penelitian yang digunakan dengan orang-orang yang memberikan
analisis kualitatif, dimana diharapkan perantaraan pada pelaksanaan
data diskriptif, berupa kata-kata atau lisan perusahaan. Sebagai contoh, misalnya
dari orang-orang dan sumber informasi seorang pekerja berkeliling, seorang
lainya yang diamati. makelar, seorang komisioner, mereka
semuanya pada waktu tertentu tidak
Jenis penelitian mungkin memenuhi prestasi-prestasinya
Berdasarkan perumusan masalah dan tanpa alat pengangkutan, belum lagi
tujuan dari penelitian yang ada, maka terhitung bertambahnnya orang-orang
penelitian ini termasuk dalam jenis yang karena sesuatu hal misalnya untuk
penelitian diskriptif, yaitu merupakan peninjauan di dalam negeri maupun di
penelitian yang dimaksudkan untuk luar negeri tentunya memerlukan
mengumpulkan informasi mengenai pengangkutan.
status suatu gejala yang ada, yaitu Hukum Pengangkutan merupakan bagian
keadaan gejala menurut apa adanya pada dari hukum dagang (Perusahaan) yang
saat penelitian dilakukan yaitu hal-hal termasuk dalam bidang keperdataan.
yang berkaitan dengan penyebab Adapun Hukum Pengangkutan bila
terjadinya kecelakaan kapal LEVINA I ditinjau dari segi Keperdataan dapat kita
dan KM SENOPATI NUSANTARA tunjuk sebagai keseluruhan peraturan-
serta peneliti ingin memperoleh peraturan, di dalam dan di luar kodifikasi
gambaran siapa-siapa yang seharusnya (Kitab Undang-undang Hukum Perdata,
bertanggung jawab dalam kecelakaan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang)
kapal LEVINA I dan KM SENOPATI yang berdasarkan atas dan bertujuan
NUSANTARA. untuk mengatur hubungan-hubungan
hukum yang terbit karena keperluan
HASIL DAN PEMBAHASAN pemindahan barang-barang dan atau
orang-orang dari suatu tempat ke tempat
Tiap-tiap perusahaan, dalam bentuk atau lain untuk memenuhi perikatan-perikatan
bidang manapun, apalagi bidang yang lahir dari perjanjian-perjanjian
perdagangan, tidak mungkin berjalan tertentu, termasuk juga perjanjian-
sebagaimana mestinya untuk memperoleh perjanjian untuk memberikan perantaraan
laba tanpa adanya alat-alat pengangkutan mendapatkan pengangkutan.
antara lain memungkinkan sampai
barang-barang produksi dan barang Penyajian data dan analisa data
dagangan sampai tepat di tempat
konsumen. Begitupun produsen Analisis dan pengolahan data akan
memerlukan alat-alat pengangkutan yang mengkaji pentingnya alat-alat
berjalan baik secara menyalurkan hasil- keselamatan terhadap keselamatan
hasil produksi pada konsumen. berlayar sesuai dengan SOLAS 1974.
Mustahil bila ada suatu usaha Analisis laporan ini didasarkan pada
perniagaan/perdagangan yang pendapat para praktisi di bidang
mengabaikan segi pengangakutan ini. pelayaran yang bersedia menjadi
Disamping itu mengenai pengangkutan responden dalam survey ini didukung
benda-benda tersebut diperlukan di dengan temuan-temuan pengamatan yang
tempat-tempat tertentu, dalam keadaan dilakukan selama penelitian berlangsung.
74 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 1, Nomor 1, September 2010

Analisis pendapat responden dalam angka (Kalimantan Tengah) menuju Tanjung


yang khusus dijelaskan melalui analisis Mas (Semarang). Kapal ini berjenis roro
deskriptif kuantitatif dan mengkaji trend seperti KMP Tri Star 1 tetapi dengan
tingkat korban dalam kecelakaan di laut. ukuran dan kapasitas yang lebih besar,
Peristiwa kecelakaan beruntun yang mengangkut ratusan manusia dan
terjadi dalam waktu yang sangat singkat sejumlah kendaraan.
belakangan ini menjadi sebuah kejadian Kondisi cuaca yang buruk dan pukulan
yang sangat menarik perhatian kita. ombak setinggi 5-6 meter diduga menjadi
Terlebih mengingat jumlah korban yang penyebab utama musibah yang
tidak sedikit. Seperti tenggelamnya kapal merenggut ratusan jiwa manusia dari
Levina I dan KM Senopati Nusantara kapal yang dirancang bertahan terhadap
yang menewaskan ratusan tekanan gelombang setinggi 3-4 meter.
penumpangnya. Mereka yang menjadi Yang terakhir kasus terbakarnya kapal
korban jelas membawa tragedi tersendiri Levina I.
bagi keluarga yang ditinggalkan. Seperti yang diulas di berbagai media
Menyaksikan peristiwa tersebut, salah cetak dan elektronik, faktor cuaca buruk
satu pelajaran penting yang harus sangat adalah yang paling dipersalahkan
dibenahi adalah jaminan keselamatan sehingga kecelakaan kapal tersebut
transportasi. Jaminan dimaksud adalah terjadi. Tinggi gelombang yang tidak
sebuah sistem yang baku, tersistematisasi lazim dari biasanya telah menghantam
dan mudah dimengerti oleh para badan kapal dan selanjutnya
penumpang, sehingga ketika terjadi menenggelamkan kapal-kapal tersebut.
kecelakaan, prosedur tersebut langsung Secara logika sederhana, alasan tersebut
berlaku. dapat diterima. Kapal dengan sarat atau
Dari data yang ada pada Mahkamah ketinggian geladak 2 meter akan mampu
Pelayaran, diketahui bahwa faktor menghadapi ombak atau gelombang
manusia hanya menyumbang 20 persen dengan ketinggian rata-rata 1-2 meter.
saja dari angka kecelakaan. Sebanyak 30 Demikian pula dengan kapal yang
persen disebabkan oleh human error, memiliki sarat 4 meter maka akan mampu
yang salah satunya adalah tiadanya menahan hempasan gelombang dengan
jaminan keselamatan yang memadai tadi. ketinggian 3-4 meter. Ketika ketinggian
Faktor cuaca buruk terutama dijadikan gelombang melebihi ambang batas yang
kambing hitam dari semua musibah diizinkan maka air laut dalam jumlah
tersebut, walau secara teknis faktor besar akan memasuki badan kapal yang
desain dan kondisi kapal layak memiliki banyak bukaan (open space)
dipertanyakan siapa tahu justru faktor ini dan selanjutnya mengganggu stabilitas
penyebab utama yang tidak pernah dan memorak-porandakan kapal.
terungkap karena tidak pernah dilakukan Sedangkan tenggelamnya Kapal Motor
penyelidikan untuk itu. Penumpang (KM) Levina I diduga kuat
Menurut laporan, hantaman gelombang erat kaitannya dengan klaim asuransi.
setinggi 3-4 meter diduga menjadi Karena jika seluruh kapal tenggelam,
penyebab utama tenggelamnya kapal proses penggantian asuransinya lebih
yang didesain untuk bertahan pada maksimal dibandingkan jika kapal
ketinggian ombak 1-2 meter. Kecelakaan dibiarkan terapung dalam kondisi rusak.
laut terbuka dialami KM Senopati Mengenai jumlah penumpang KMP
Nusantara yang melayani jalur Kumai Levina I yang hingga saat ini masih
Benny Agus S. : Pengaruh safety equipment … 75

simpang siur, menurut Harijogi pihaknya alat-alat penyelamatan. Sebagian


masih menyelidiki, karena datanya terus kapal memiliki alat penyelamatan,
berubah. Awalnya data Dephub jumlah tetapi kedaluwarsa sehingga tidak
penumpang 316 dengan, 300 selamat dan layak digunakan dalam keadaan
16 tewas. Namun Minggu (25/2) pagi, darurat.
ditemukannya 22 jenazah tambahan.
Namun masih ada penyebab kecelakaan Beberapa hal di atas yang tidak dimiliki
beragam, antara lain: dan tidak dijalankan kapal-kapal di
1. Sistem Peringatan Dini. Sistem ini Indonesia menyebabkan risiko
sering tak menjadi perhatian. Acap keselamatan penumpang sering terancam.
terjadi ketika kecelakaan berlangsung, Hal ini dibenarkan oleh Ketua Umum
kru kapal tidak memberikan arahan Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) Hanafi
yang jelas bagi para penumpang Rustandi. Menurut dia, sebagian besar
untuk menyelamatkan diri. Kru juga armada kapal nasional tidak laik laut
sering tidak memberikan informasi di karena tidak memenuhi syarat teknis
mana alat-alat keselamatan berada perkapalan. Selain itu, banyak kapal tidak
dan bagaimana cara memiliki peralatan keselamatan yang
menggunakannya. memadai dan tidak memperhatikan
2. Kapasitas angkut. Setiap kapal kesejahteraan pelaut. Hal ini sangat
harusnya memiliki surat izin berlayar membahayakan keselamatan ABK,
(SIB) yang antara lain mengatur penumpang, dan barang yang diangkut.
kapasitas kapal yang dikeluarkan Anehnya, kapal-kapal tersebut tetap
syahbandar. Beberapa kecelakaan mendapatkan SIB dari syahbandar.
yang menimpa kapal sering terjadi Padahal, kapal-kapal itu jelas melanggar
karena penumpang dan barang yang ketentuan yang tercantum dalam
diangkut melebihi kapasitas yang Konvensi International Maritime
ditentukan. Dalam aturan pelayaran Organization (IMO) dan International
yang baku sebelum keberangkatan, Labour Organization (ILO).
harusnya petugas pelabuhan
memeriksa sesuai tidaknya barang Menurut The Study for The Maritime
dan orang yang diangkut dengan Traffic Safety System Development Plan
kapasitas dan daya angkut kapal. tahun 2002, penyebab kecelakaan kapal
3. Kondisi kapal. Kapal yang berlayar di antara lain kesalahan manusia (human
Indonesia, terutama berjenis roll on- error) 41%, bencana alam (force majeur)
roll of (Ro-Ro) adalah kapal eks 38%, dan struktur kapal (hull structure)
Jepang. Lazimnya kapal jenis ini 21%.
tidak dipergunakan dalam pelayaran
jarak jauh. Karena tidak sesuai Sedangkan studi Dephub-JICA tahun
dengan peruntukannya, maka risiko 2002 menunjukkan tahun 1982 hingga
kecelakaan pada kapal ini sangat 2000 terjadi 3.826 kecelakaan kapal (rata-
terbuka. rata 204 kecelakaan setiap tahun atau
4. Standar Operasional Prosedur. setiap dua hari sekali).
Prosedur ini sering diabaikan. Kapal
yang berlayar sering tanpa register,
kru-nya tidak memiliki sertifikat
internasional, dan tidak dilengkapi
76 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 1, Nomor 1, September 2010

Yang bertanggung jawab dalam Dari kewajiban pengangkut diatas


kecelakaan kapal Levina I dan KM menimbulkan tanggung jawab,
Senopati Nusantara khususnya jika timbul kerugian atas
barang yang diangkut dalam jangka
Pihak Polri tidak berhak memeriksa pengangkutan. Pada asasnya,
penyebab kecelakaan yang menimpa KM pertanggung jawaban pengangkut dimulai
Levina 1, apalagi langsung menyelidiki pada saat barang angkutan dibawah
kemungkinan adanya tindak pidana penguasaannya, yaitu di pelabuhan
dalam peristiwa naas itu. “Dalam UU pemuatan, selama pengangkutan dan
Pelayaran No 21/1992 ditegaskan kalau berakhir di pelabuhan pembongkaran.
ada kecelakaan kapal, maka yang harus Dalam pasal 86 Undang-Undang
memeriksa adalah pejabat yang Pelayaran, diatur mengenai tanggung
berwenang, dan kasus ini kemudian dapat jawab pengangkut sebagai berikut:
diteruskan ke pengadilan yang (1) Bahwa perusahaan angkutan di
berwenang. Ini merupakan masalah perairan bertanggung jawab atas akibat
kompetensi peradilan, jadi sudah diatur yang ditimbulkan oleh pengoperasian
bahwa Mahkamah Pelayaran yang kapalnya berupa:
pertama kali harus membuktikan ada a. Kematian atau lukanya penumpang
kecenderungan perbuatan pidana baru yang diangkut;
diserahkan ke polisi. sebagaimana dimaksud dalam
“Syahbandar memang pegang semua ketentuan ini adalah kematian atau
izin-izin kapal, tapi kalau ada kerusakan lukanya penumpang yang diakibatkan
nakhoda harus lapor ke syahbandar. oleh kecelakaan selama dalam
Kalau semua dokumen kapal hidup pengangkutan dan terjadi di dalam
syahbandar mengeluarkan clearance kapal, dan/atau kecelakaan pada saat
(SOLAS ’74, pasal 40). Tapi naik dan turun dari kapal sesuai
tanggungjawab di kapal ada pada dengan peraturan perundangan yang
nakhoda di (SOLAS ’74, pasal 57). berlaku.
Nakhoda memberangkatkan kapal kalau b. Musnah, hilang atau rusaknya barang
dia sudah pasti kapal layak laut. Jadi yang diangkut;
tanggungjawab berangkatkan kapal atau tanggung jawab tersebut sesuai
tidak ada di nakhoda, bukan syahbandar, dengan perjanjian pengangkutan dan
“Nakhoda wajib memastikan kapal dalam peraturan perundang-undangan yang
keadaan layak. Kalau celaka kan kapten berlaku.
yang celaka bersama ABK dan para c. Keterlambatan angkutan penumpang,
penumpang serta pemilik kapal.” dan atau barang yang diangkut;
Pemilik atau operator kapal wajib tanggung jawab tersebut meliputi
memberi keleluasaan kepada nakhoda antara lain memberikan pelayanan
atau pemimpin kapal untuk melaksanakan dalam batas-batas kelayakan sesuai
ketentuan yang berlaku. “Sekarang kemampuan perusahaan angkutan di
pemilik sering paksa kapten untuk perairan kepada penumpang selama
berlayar,” Pernyataan muatan berbahaya menunggu keberangkatan dalam hal
harus dinyatakan oleh EMKL atau terjadi keterlambatan pemberangkatan
pemilik kapal, tetapi dalam kasus ini karena kelalaian perusahaan angkutan
harus dicek siapa yang mengurus muatan, tersebut.
dan dicek mengapa muatan bahan kimia
tidak dilaporkan?
Benny Agus S. : Pengaruh safety equipment … 77

d. Kerugian pihak ketiga; KESIMPULAN DAN SARAN


yang dimaksud dalam pihak ketiga
adalah orang atau badan hukum yang Kesimpulan
tidak ada kaitannya dengan Peristiwa kecelakaan beruntun yang
pengoperasian kapal. terjadi dalam waktu yang sangat singkat
(2) Jika perusahaan angkutan dapat belakangan ini menjadi sebuah kejadian
membuktikan bahwa kerugian yang sangat menarik perhatian kita.
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Terlebih mengingat jumlah korban yang
huruf b,c, dan d bukan disebabkan karena tidak sedikit. Seperti tenggelamnya kapal
kesalahannya, maka dapat dibebaskan Levina I dan KM Senopati Nusantara
sebagian atau seluruh dari tanggung yang menewaskan ratusan
jawabnya. penumpangnya. Mereka yang menjadi
(3) Perusahaan angkutan wajib korban jelas membawa tragedi tersendiri
mengasuransikan tanggung jawabnya bagi keluarga yang ditinggalkan.
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Menyaksikan peristiwa tersebut, salah
(4) Tanggung jawab sebagaimana satu pelajaran penting yang harus sangat
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan dibenahi adalah jaminan keselamatan
ayat (3) diatur lebih lanjut dengan transportasi. Jaminan dimaksud adalah
Peraturan Pemerintah. sebuah sistem yang baku,
Meskipun pengangkut harus bertanggung tersistematisasi, dan mudah dimengerti
jawab atas kerugian yang timbul, namun oleh para penumpang, sehingga ketika
pengangkut tidak berkewajiban memberi terjadi kecelakaan, prosedur tersebut
ganti rugi apabila ada keadaan-keadaan langsung berlaku.
sebagai berikut :
a. Keadaan memaksa (overmacht/force Saran
majeure).
b. Cacat yang melekat pada barang 1. Informasi yang diperoleh tidak hanya
angkutan itu sendiri. berupa rekomendasi tentang perlunya
c. Kesalahan/kelalaian terletak pada pembenahan prosedur keselamatan
pengirim maupun Ekspenditur. pelayaran tetapi juga berkaitan
Untuk mengajukan klaim kepada pihak dengan penyempurnaan desain dan
pengangkut, pengirim/penerima cukup konstruksi kapal. Pengujian model
menjelaskan bahwa kurang lengkapnya juga dapat menghasilkan kesimpulan
prestasi dari pengangkut disebabkan tentang laik atau tidaknya sebuah
karena “kesalahan” pengangkut dan ganti kapal untuk dioperasikan pada
rugi yang diminta. Sedangkan beban perairan tertentu dengan lebih teliti.
pembuktian diletakkan kepada pihak 2. Keharusan tiap kendaraan yang
pengangkut. berada di atas kapal untuk diikat
Pengangkutan harus membuktikan bahwa (lashing) dan penempatan barang
kesalahan tersebut “bukan” kesalahan tidak memperhitungkan titik berat
pengangkut. Oleh karena itu harus kapal. “Jika kita mau berpegang pada
membuktikan hal-hal yang dapat aturan dan itu dijalankan dengan baik,
mendiskulpasi (melenyapkan culpa) dari maka berbagai macam kecelakaan
kewajibannya. terhadap moda transportasi di mana
pun, baik di laut, udara, maupun di
darat sesungguhnya bisa ditekan.”
78 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 1, Nomor 1, September 2010

3. Pada akhirnya semua itu tergantung


kepada itikad baik otoritas pemerintah
dalam rangka menyediakan sarana
transportasi laut yang nyaman dan
juga aman.

DAFTAR PUSTAKA

Pemerintah RI. 2004. Peraturan


Pemerintah No. 8 Tahun 2004
tentang Perubahan atas PP No. 1
Tahun 1998 tentang Pemeriksaan
Kecelakaan Kapal.
Perhubungan Laut. 1992. Undang
Undang No. 21 Tahun 1992 tentang
Pelayaran. Departemen
Perhubungan.
Rahayu Hartini. 2007. Hukum
Pengangkutan. Malang:UMM
Press.

Anda mungkin juga menyukai