Anda di halaman 1dari 40

Materi Pelatihan

PENCEGAHAN KONFLIK KEAGAMAAN


RUDY HARISYAH ALAM

BALAI LITBANG AGAMA JAKARTA

rhalam2014@gmail.com

6-7 MARET 2019


Jadwal

• 11.30 - 12.15: 45 menit - Sesi 1

• I2.15 - 13.15 (istirahat)

• 13.15 - 15.30: 135 menit - Sesi 2, 3 dan 4

• 15.30 - 15.45 (istirahat)

• 15.45 - 18.00: 135 menit - Sesi 5, 6 dan 7


Outline Materi
Pelatihan Pencegahan Konflik
• Sesi Perkenalan

• Sesi 1: Memahami Konflik

• Sesi 2: Memahami Konflik Keagamaan

• Sesi 3: Memahami Siklus Konflik dan Intervensi Konflik

• Sesi 4: Regulasi terkait Kerukunan Umat Beragama dan Konflik Sosial

• Sesi 5: Analisis Konflik

• Sesi 6: Pemantauan Konflik Keagamaan dan Peringatan Dini

• Sesi 7: Respons Konflik Keagamaan


Sesi Perkenalan

• Pengantar

• Perkenalan

• Overview materi pelatihan

• Harapan
Sesi 1: Memahami Konflik

Waktu: 45 menit

Maksud:

Meningkatkan pemahaman peserta tentang definisi dan asumsi-asumsi


konflik.

Tujuan:
• Melakukan curah-pikir (brainstorming) kata-kata yang terkait dengan
konflik.
• Memahami perbedaan konflik dan kekerasan.
• Menghasilkan definisi kerja tentang konflik yang disepakati bersama.
• Memahami teori-teori tentang sebab konflik
Curah-pikir kata-kata terkait konflik

Konflik
?

Aktivitas 1:
Tuliskan kata-kata yang menggambarkan atau berkaitan dengan konflik
Curah-pikir kata-kata terkait konflik

Konflik =
Kekerasan
?

Aktivitas 2:
Apakah konflik sama dengan kekerasan?
Definisi kerja tentang konflik

Konflik adalah………..

Aktivitas 3:
- Bagi peserta menjadi 6 kelompok
- Masing-masing kelompok merumuskan definisi tentang konflik
Definisi Konflik Menurut Para Sarjana (I)
• “a social relationship…in so far as action within it is oriented intentionally
to carrying out the actor’s own will against the resistance of the other party
or parties” (Weber 1947: 132).

• “a struggle over values and claims to scarce status, power, and resources
in which the main aims of opponents are to neutralize, injure, or eliminate
rivals” (Coser 1956: 8).

• Conflict is “existing whenever incompatible activities occur…one party is


interfering, disrupting, obstructing, or in some other way making another
party’s actions less effective.” (Deutsch 1973:10)

• “Social conflict occurs when one person or group makes negative claims
on another” (Tilly 1987: 1). 

Definisi Konflik Menurut Para Sarjana (II)

• “For conflict to arise the actions of one party must affect


another, if they do not, differences would exist, but conflict
would not” (Katz and Lawyer 1993)

• Conflict is present when two or more parties perceive their


interests are incompatible, express hostile attitudes,
or...pursue their interests through actions that damage the
other parties. These parties may be individuals, small or large
groups, and countries” (Lund, 1997:2-2).

• “…two or more persons or groups manifest the belief that they


have incompatible objectives” (Kriesberg 1998: 2).

Beberapa teori tentang sebab konflik

Teori Kebutuhan Manusia Teori Relasional

Asumsi Asumsi

Terhalangnya individu atau masyarakat Konflik adalah hasil dari interaksi individu/
dalam mengakses Sarana untuk kelompok berbeda yang memiliki
memuaskan kebutuhan dasar mereka orientasi budaya, nilai dan kepentingan
menjadi penyebab terjadinya konflik yang berlainan. Konflik berada di jantung
kekerasan seluruh hubungan manusia.

Teori-teori
Teori Politik tentang Teori Transformatif

Asumsi sebab konflik Asumsi

Konflik disebabkan ketidakadilan sistemik


Negara adalah satu-satunya arena bagi
dan struktural, yang diekspresikan
berbagai individu dan kelompok untuk kerangka sosial, budaya, ekonomi,
bersaing untuk memanfaatkan pihak lain. keagamaan dan politik yang saling
Mereka percaya bahwa mereka hanya bersaing. Konflik diperburuk oleh
dapat memperoleh akses kepada negara ketegangan antara tuntutan akan
ketika pihak lain disingkirkan. Kekuasaan perubahan dan resistensi dari struktur dan
adalah pusat dari seluruh konflik. institusi terhadap tuntutan perubahan.
Sesi 2: Memahami Konflik Keagamaan

Waktu: 45 menit

Maksud:

Meningkatkan pemahaman peserta tentang definisi, tipe dan isu konflik


keagamaan.

Tujuan:
• Melakukan curah-pikir (brainstorming) kata-kata yang terkait dengan
konflik keagamaan.
• Menghasilkan definisi kerja tentang konflik keagamaan yang
disepakati bersama.
• Mengidentifikasi konflik keagamaan menurut aktor dan isu pertikaian.
Curah-pikir kata-kata terkait konflik keagamaan

Konflik
keagamaan
?

Aktivitas 4:
Tuliskan kata-kata yang menggambarkan atau berkaitan dengan konflik keagamaan
Definisi kerja tentang konflik keagamaan

Konflik keagamaan adalah………..

Aktivitas 5:
- Bagi peserta menjadi 6 kelompok
- Masing-masing kelompok merumuskan definisi tentang konflik keagamaan
Definisi Konflik Keagamaan
Menurut Para Sarjana

• “perseteruan atau pertikaian menyangkut nilai, klaim dan


identitas yang melibatkan isu-isu keagamaan atau isu-isu
yang dibingkai dalam slogan atau ungkapan
keagamaan.” (Alam 2009; Ali-Fauzi, Alam dan
Panggabean 2009).
TIPE KONFLIK KEAGAMAAN MENURUT AKTOR
DAN JENIS INSIDEN

UMAT UMAT
ANTARUMAT INTRAUMAT
BERAGAMA & BERAGAMA &
BERAGAMA BERAGAMA
PEMERINTAH NONPEMERINTAH

Konflik
nirkekerasan

Konflik
kekerasan

Aktivitas 6:
- Bagi peserta menjadi 6 kelompok
- Masing-masing kelompok mengidentifikasi tipe konflik keagamaan
Sesi 3: Memahami Siklus Konflik

Waktu: 45 menit

Maksud:

Meningkatkan pemahaman peserta tentang fase-fase dalam


siklus konflik, dan posisi pencegahan dalam fase tersebut.

Tujuan:
• Memahami sifat dinamis konflik.
• Mengidentifikasi fase/siklus konflik.
Curah-pikir tahapan atau fase dalam konflik

Bagaimana konflik
berkembang

Aktivitas 7:
Peserta melakukan curah-pikir bagaimana konflik berkembang
Fase dalam Siklus Konflik

Krisis

Eskalasi De-eskalasi
Fase Laten

Konflik
diselesaikan
Benih konflik
baru

Sumber: Diadaptasi dari Rubin, Pruitt y Hee (1986), dikutip dalam OAS dan UNDP (2015)
Intervensi dalam Siklus Konflik
Terminasi
Penanggulangan kekerasan

Peacemaking
Krisis Peacekeeping

Rehabilitasi
Eskalasi De-eskalasi
Rekonstruksi
Reintegrasi
Fase Laten

Pencegahan/ Peacebuilding
respons dini
Konflik
diselesaikan
Benih konflik
baru

Sumber: Diadaptasi dari Rubin, Pruitt y Hee (1986), dikutip dalam OAS dan UNDP (2015)
FASE KONFLIK

Laten Eskalasi Krisis De-eskalasi

Kasus 1
Kasus 2
Kasus 3
Kasus 4
Kasus 5
Kasus 6

Aktivitas 8:
- Bagi peserta menjadi 6 kelompok
- Masing-masing kelompok membuat deksripsi sebuah kasus konflik
berdasarkan fase konflik dan intervensi
Sesi 4: Regulasi terkait Kerukunan

Waktu: 45 menit

Maksud:

Meningkatkan pemahaman peserta tentang berbagai peraturan terkait


pemeliharaan kerukunan dan penanganan konflik sosial.

Tujuan:
• Memahami berbagai peraturan tentang kerukunan dan penanganan
konflik sosial.
• Mengidentifikasi berbagai kelemahan dalam peraturan tentang
kerukunan dan penanganan konflik sosial.
• Mengidentifikasi problem regulasi dalam berbagai kasus konflik.
Curah-pikir regulasi kerukunan

Regulasi terkait
kerukunan

?
Aktivitas 9:
Peserta mengidentifikasi berbagai peraturan terkait kerukunan dan
penanganan konflik sosial
Beberapa peraturan terkait pemeliharaan
kerukunan dan penanganan konflik sosial
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
4. Undang-Undang No. 5 Tahun 2018 Tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun 2OO2 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Menjadi Undang-Undang.
5. Undang-Undang No 5 Tahun 2006 Tentang Pengesahan International Convention for The Suppression of Terrorist
Bommbing, 1997 (Konvensi Internasional Pemberantasan Pengeboman oleh Teroris, 1997)
6. Undang-Undang No 6 Tahun 2006 Tentang Pengesahan International Convention for The Suppression of The Financing of
Terrorism, 1999 (Konvensi Internasional Pemberantasan Pendanaan Teroris, 1999)
7. Undang-Undang No. 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik
8. Udang-Undang No. 16 Tahun 2017 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2017
Tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan
9. Undang-Undang No. 5 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Undang
10.Penetapan Presiden RI No. 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama
11.Penetapan Presiden RI No. 4 Tahun 1963 tentang Pengamanan terhadap Barang-barang Cetakan yang Isinya dapat
Mengganggu Ketertiban Umum
12.Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 01/BER/mdn-mag/1969 tentang Pelaksanaan Tugas
Aparatur Pemerintah

dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-pemeluknya
13.Undang-Undang No. 5 Tahun 1969 tentang Pernyataan Berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden sebagai
Undang-undang
14.Petunjuk Presiden sehubungan dengan Surat Edaran Menteri Agama No. MA/432/1981
15.Instruksi Menteri Agama RI No. 3 Tahun 1995 tentang Tindak Lanjut Keputusan Bersama Menteri Agama

dan Menteri Dalam Negeri No. 01/BER/mdn-mag/1969 di Daerah
Beberapa peraturan terkait pemeliharaan
kerukunan dan penanganan konflik sosial
17.Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1979 tentang Tatacara Pelaksanaan Penyiaran
Agama dan Bantuan Luar Negeri kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia
18.Keputusan Menteri Agama No. 35 Tahun 1980 tentang Wadah Musyawarah Antarumat Beragama
19.Keputusan Pertemuan Lengkap Wadah Musyawarah Antarumat Beragama tentang Penjelasan atas Pasal 3, 4 dan 6 serta
Pembetulan Susunan

Penandatanganan Pedoman Dasar wadah Musyawarah Antarumat Beragama
20.Instruksi Menteri Agama RI No. 3 Tahun 1981tentang Pelaksanaan Pembinaan Kerukunan Hidup Umat Beragama di Daerah
sehubungan

dengan Telah Terbentuknya wadah Musyawarah Antarumat Beragama
21.Keputusan Jaksa Agung RI No. Kep-108/JA/5/1984 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan
Masyarakat
22.Surat Kawat Menteri Dalam Negeri No. 264/KWT/ DTPUM/DV/V/1975 perihal Penggunaan Rumah Tempat Tinggal sebagai
Gereja
23.Surat Kawat Menteri Dalam Negeri No. 933/KWT/ SOSPOL/DV/V/1975 perihal Penjelasan terhadap Surat Kawat Menteri Dalam
Negeri No. 264/KWT/ DTPUM/DV/V/1975 perihal Penggunaan Rumah Tempat Tinggal sebagai Gereja, tanggal 28 November
1975
24.Instruksi Menteri Agama No. 4 Tahun 1978 tentang Kebijaksanaan Mengenai Aliran-aliran

Kepercayaan
25.Instruksi Menteri Agama No. 8 Tahun 1979 tentang Pembinaan, Bimbingan dan Pegawasan terhadap Organisasi dan Aliran
dalam Islam yang Bertentangan dengan Ajaran Islam
26.Edaran Menteri Agama No. MA/432/1981 tentang Penyelenggaraan Hari-hari Besar Keagamaan
27.Keputusan Pertemuan Lengkap Wadah Musyawarah Antarumat Beragama tentang Hari-hari Besar Keagamaan
28.Instruksi Direktur Jenderal Bimas Islam No. Kep/D/101/ 78 tentang Tuntunan Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan
Mushalla
29.Keputusan Menteri Agama RI No. 84 Tahun 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penanggulangan
30.Kerawanan Kerukunan Hidup Umat Beragama
Beberapa peraturan terkait pemeliharaan
kerukunan dan penanganan konflik sosial
31.Keputusan Presiden RI No. 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden No. 14 tahun 1967 tentang Agama,
Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina
32.Keputusan Presiden RI No. 19 Tahun 2002 tentang Hari Tahun Baru Imlek
33.Keputusan Menteri Agama RI No. 331 Tahun 2002 tentang Penetapan Hari Tahun Baru Implek sebagai 

Hari Libur Nasional
34.Surat Mahkamah Konstitusi No. 356/PAN. MK/ XII/2005 perihal Penjelasan Mahkamah Konstitusi, tanggal 28 Desember
2005
35.Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 9 dan 8 Tahun 2006 tentangPedoman Pelaksanaan
Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat
36.Surat Menteri Agama No. MA/12/2006 perihal Penjelasan Mengenai Status Perkawinan Menurut Agama Khonghucu dan
Pendidikan Agama Khonghucu, tanggal 24 Januari 2006
37.Surat Menteri Dalam Negeri No. 470/336/SJ perihal Pelayanan Administrasi Kependudukan Penganut Agama Khonghucu,
tanggal 24 Februari 2006
38.Instruksi Menteri Agama No. 1 Tahun 2006 tentang Sosialisasi Status Perkawinan, Pendidikan dan Pelayanan terhadap
Penganut Agama Khonghucu
39.Edaran Sekretaris Jenderal No. SJ/B.VII/1/BA.01.2/623/06 perihal Pelayanan terhadap Penganut Agama Khonghucu,
tanggal 21 Maret 2007
40.Edaran Menteri Dalam Negeri No. 450/2576/SJperihal Pembentukan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan
Dewan Penasihat FKUB
41.Keputusan Bersama Menteri Agama, Jaksa Agung, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : 3 Tahun 2008,
Nomor : KEP-033/A/JA/6/ 2008, Nomor : 199 Tahun 2008 tentang Peringatan dan Perintah kepada Penganut Anggota,

dan atau Anggota Pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan warga Masyarakat

Tinjauan Regulasi

Poin-Poin
Contoh Kasus Potensi Masalah Usulan
Penting

UU No. 7/2012 &


PP No. 2/2015

UU No. 5/2018
PB Menag-
Mendaggri No. 9 &
8 2006
SKB 2008 ttg
Ahmadiyah

Penetapan Presiden
1/PNPS/1965

Aktivitas 10:
- Bagi peserta menjadi 6 kelompok
- Masing-masing kelompok membuat deksripsi tentang salah satu isi regulasi
terkait kerukunan
Sesi 5: Pemetaan dan Analisis Konflik

Waktu: 45 menit

Maksud:

Meningkatkan pemahaman peserta tentang pemetaan dan


analisis konflik.

Tujuan:
• Memahami pemetaan dan analisis konflik.
• Memetakan dan menganalisis berbagai kasus konflik
ELEMEN KONFLIK

Isu Utama
Aktor/Pemangku Kepentingan
Isu adalah hak pokok yang dipertikaikan
Dinamika konflik bergantung pada emosi, para pihak. Seringkali isu itu bersifat
kepribadian, persepsi, budaya, multidimensi; penyelesaian yang satu
kepentingan atau agenda, serta belum tentu mengakhiri konflik.
pengaruh orang yang terlibat dalam Problem memiliki akar utama; penting
konflik. untuk mengenalinya.
Pemangku kepentingan: primer, Problem bersifat dinamis; berubah seiring
sekunder, yang berkepentingan berjalannya waktu

Elemen
Proses
Konflik
Proses adalah cara para pihak Konteks
merespons konflik.
Ada tiga jenis respons: nirkekerasan, Mengacu pada kondisi-kondisi yang
konfrontasional dan kekerasan. melekat pada situasi konflik.
Proses mengalami perubahan seiring Misal: persepsi yang berkembang, lokasi
berjalannya waktu. geografis, komposisi demografis, konteks
Cara masyarakat dalam merespons historis, ekonomi, politik dan budaya.
konflik berkembang; terkadang konteks
tertentu memiliki keunikan
Deskripsi dan Analisis Kasus
No. Item Keterangan
1 Nama peristiwa
2 Tanggal peristiwa
3 Lokasi peristiwa
4 Status konflik (awal, eskalasi, krisis, de-eskalasi)
5 Status penyelesaian (selesai, belum selesai)
6 Deskripsi peristiwa Mengikuti model penulisan 5 W + 1H: what, when, where, who, why dan how

7 Deskripsi aktor (Pihak 1, Pihak 2 dan Pihak 3); Pihak 1 dan 2 adalah pihak yang langsung terlibat
dalam konflik. Pihak 3 adalah pihak yang tidak terlibat langsung, tapi menaruh
perhatian atau memiliki kepentingan terhadap konflik yang terjadi

Identifikasi aktor yang menghambat penyelesaian konflik

Identifkiasi aktor yang dapat berkontribusi pada penyelesaian konflik


8 Deskripsi tuntutan dari Apa yang menjadi tuntutan? Apa tuntutan-tandingan yang disampaikan pihak
pihak bertikai lawan?

Identifikasi pula akar permasalahan (core issue) konflik yang terjadi


9 Bentuk peristiwa konflik pengaduan, pernyataan sikap, protes, kekerasan dsb; bisa satu atau beberapa
bentuk
10 Upaya penyelesaian yang Apakah dalam bentuk dialog, mediasi, konsiliasi dsb.?

sudah dilakukan Apakah penyelesaian itu efektif? Jika tidak apa kendalanya dan apa alternatif
solusinya
Aktivitas 11:
- Bagi peserta menjadi 6 kelompok
- Masing-masing kelompok membuat deksripsi dan analisis salah satu kasus konflik
Sesi 6: Peringatan Dini Konflik

Waktu: 45 menit

Maksud:

Meningkatkan pemahaman peserta tentang deteksi dan


peringatan dini sebagai bagian dari pencegahan konflik.

Tujuan:
• Memahami pengertian peringatan dini.
• Mengidentifikasi berbagai jenis gelagat terjadinya konflik.
• Menganalisis berbagai jenis gelagat terjadinya konflik
PENGERTIAN

• Peringatan dini: kegiatan menghimpun dan


menganalisis informasi mengenai konflik dan
kekerasan yang diduga akan terjadi, terkait isu-isu
keagamaan
Alur Peringatan dan
Respons Dini Konflik
Gelagat
pemicu Protes

Gelagat Gelagat Aksi


struktural akselerator disruptif

Kekerasan

Respons Penanggu-
Peringatan dini
dini langan
Mengenali gelagat

Gelagat struktural: peristiwa terkait aspek-aspek mendasar


yang terjadi dalam masyarakat, seperti ketimpangan ekonomi
yang parah, perubahan demografi, dsb.

Gelagat akselerator: peristiwa atau perkembangan tertentu


yang dapat meningkatkan suasana tegang dan menonjolkan sisi
yang paling rawan di dalam masyarakat, seperti migrasi yang
pesat, kenaikan harga kebutuhan pokok, pendirian rumah ibadat
yang tak sesuai prosedur, munculnya kelompok-kelompok
ekstrem yang cenderung pada penggunaan kekerasan, dsb.

Gelagat pemicu: peristiwa tertentu yang menjadi katalis


meletusnya kekerasan, seperti percekcokan, penghinaan, ujaran
kebencian, rumor, berita bohong (hoax) dsb.
Faktor-Faktor Konflik

Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3 Kasus 4 Kasus 5 Kasus 6

Faktor
Struktural/
Akar Masalah

Faktor
Akselerator

Faktor
Pemicu

Aktivitas 12:
- Bagi peserta menjadi 6 kelompok
- Masing-masing kelompok mengidentifikasi kasus konflik berdasarkan faktor
struktural, faktor akselerator dan faktor pemicu
Sesi 7: Respons Dini Konflik

Waktu: 45 menit

Maksud:

Meningkatkan pemahaman peserta tentang respons dini sebagai


bagian dari pencegahan konflik.

Tujuan:
• Memahami pengertian respons dini.
• Mengidentifikasi kompetensi aktor-aktor pelaku respons dini
• Mengidentifikasi berbagai jenis respons dini sesuai level
peringatan dini.
PENGERTIAN

• Respons dini: tindakan segera dan tepat yang


dilakukan dalam rangka memfasilitasi tercapainya
penyelesaian damai atas pertikaian yang terjadi
menyangkut isu keagamaan tertentu serta
mencegah pertikaian itu mengalami eskalasi
menjadi konfrontasi fisik atau konflik yang
melibatkan penggunaan kekerasan.
Level Konflik dan Jenis Respons

Level Keterangan Indikator/contoh peristiwa Jenis Respon

5 Kekerasan 1. Peledakan/pengeboman
2. Perang saudara
3. Kerusuhan (amuk massa)
4. Bentrok antar warga
5. Penyerangan terhadap orang/penganiayaan
6. Penyerangan terhadap properti; pembakaran, perusakan berat, perusakan ringan
7. Demonstrasi disertai kekerasan.

4 Disruptif 1. Pendudukan
2. Blokade jalan
3. Penyanderaan
4. Penculikan
5. Pembajakan (alat transportasi)
6. Demo disruptif (demo disertai pembakaran properti demo; seperti ban, spanduk, bendera,
dsb)

3 Eskalasi awal 1. Beredar info tentang rencana aksi massa/demonstrasi


2. Pertemuan-pertemuan membahas rencana aksi massa
3. Beredar informasi bernada provokatif atau berita bohong/hoax
4. Penodaan agama (perusakan/pembakaran kitab suci dan ornamen keagamaan lainnya)
5. Mobilisasi massa

2 Konflik Laten/Pra 1. Keluhan/komplain yang bersifat individual, dari mulut ke mulut


Konflik 2. Beredar berita yang belum bisa dipastikan kebenarannya (kabar angin/desas-desus)
3. Kegiatan penyiaran agama terhadap kelompok penduduk yang sudah menganut agama
tertentu, termasuk dalam bentuk penyaluran bantuan sosial
4. Penyiaran agama yang mengandung ujaran kebencian yang bernuansa SARA (Suku,
Agama, Ras, Antar golongan)
1 Faktor Risiko 1. Pembangunan properti/ornamen keagamaan (rumah ibadah, simbol keagamaan)
2. Kehadiran kelompok/komunitas keagamaan yang sering dipersoalkan masyarakat
3. Kehadiran orang/kelompok orang yang identitasnya tidak diketahui, serta tidak bergaul dan
beraktivitas sewajarnya di lingkungan masyarakat
4. Perayaan hari-hari keagamaan
5. Keberadaan hewan peliharaan/ternak yang dapat mengganggu kerukunan
6. Keberadaan tempat hiburan malam/panti pijat plus-plus
7. Keberadaan Pekerja Seks
8. Pemilihan Kepala Daerah (Kades, Bupati/Wali Kota, Gubernur), Presiden
Level Konflik, Indikator, Respons dan Aktor

Indikator Bentuk
Level Konflik Respons
Aktor

Aktivitas 13:
- Bagi peserta menjadi 6 kelompok
- Masing-masing kelompok mengidentifikasi kasus konflik berdasarkan level
konflik, tindakan respons yang diperlukan, dan aktor yang dapat berperan
DAFTAR PUSTAKA
Asry, M. Yusuf, ed. Pendirian Rumah Ibadat di Indonesia: Pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri Agama
dan Menteri Dalam Negeri No. 9 dan 8 Tahun 2006. Jakarta: Kementerian Agama, Badan Diklat dan
Litbang, Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2011.
Coser, Lewis A. The Functions of Social Conflict. Glencoe: The Free Press, 1956.
Kriesberg, Louis. Constructive Conflicts: From Escalation to Resolution. Lanham, MD: Rowman and
Littlefield Publishers, Inc., 1998.
Kriesi, Hanspeter, et al. The Politics of New Social Movements in Western Europe. Minneapolis dan St. Paul:
University of Minnesota Press, 1995.
Varshney, Ashutosh. Ethnic Conflict and Civic Life: Hindus and Muslims in India. New Haven & London: Yale
University Press, 2002.
Weber, Max. The Theory of Social and Economic Organization, trans. A.M. Henderson dan Talcott Parsons.
Glencoe, Illinois: The Free Press, 1947.
FEWER, Developing Capacity for Conflict Analysis and Early Response: A Training Manual, 2002.

Anda mungkin juga menyukai