Anda di halaman 1dari 5

Jenis-jenis pembungkus tradisional

1. Daun pisang.

Nah kalau yang ini pasti sudah sering kamu gunakan atau lihat. Selain
mudah digunakan, daun pisang juga gampang dicari. Kalau kamu mau
agar daun pisang semakin kuat dan elastis saat digunakan, kamu bisa
memanaskannya terlebih dahulu sampai layu. Memanaskannya bisa
dengan cara dimasukkan ke dalam oven, microwave, atau dengan ditaruh
di atas api kompor, namun jangan sampai terbakar ya.

Daun pisang sering digunakan sebagai pembungkus lemper, tempe, nasi


bakar, atau klepon. Tapi nggak semua daun pisang bisa kamu jadikan
pembungkus makanan ya. Jenis daun pisang yang bisa kamu gunakan
adalah pisang raja, pisang batu, dan pisang kapok. Kalau kamu ‘bandel’
masih menggunakan jenis daun pisang lain, makanan kamu malah akan
jadi menghitam nantinya.
2. Daun kelapa.

Ayo, siapa yang suka makan ketupat? Nah ketupat ini dibungkus oleh daun
kelapa muda atau janur. Sebaiknya gunakan juga daun kelapa yang masih
muda karena lebih elastis dan belum layu. Selain ketupat, ternyata daun
kelapa juga bisa dijadikan pembungkus makanan lainnya seperti clorot,
dumbeg (makanan khas Jawa Tengah), atau legondo (masakan khas
Yogyakarta).

3. Daun bambu.

Lain lagi dengan daun bambu. Kalau daun ini biasa digunakan untuk
membungkus bakcang (ketan kukus dengan aneka isian khas Tiongkok).
Sebelum menggunakannya sebagai pembungkus makanan, kamu bisa
merebusnya terlebih dahulu. Tunggu sampai daun dan bulu-bulu halusnya
ikut layu ya, supaya daun bambu jadi lebih gampang saat digunakan untuk
membungkus. Selain bakcang, daun bambu juga bisa kamu gunakan untuk
membungkus tempe, lupis, atau kue gambir (dodol khas dari Bali).
4. Daun jati.

Nasi bakar gak hanya bisa dibungkus daun pisang loh. Daun jati pun bisa
jadi pembungkus nasi bakar. Makanan yang dibungkus menggunakan
daun jati akan menghasilkan aroma yang sangat wangi dan terasa lebih
enak. Daun jati pun bisa membuat makanan kamu jadi lebih awet. Selain
untuk nasi bakar, di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur daun jati
digunakan sebagai pembungkus tempe atau jenang. Saat memilih daun
jati, sebaiknya kamu pilih yang masih muda ya karena lebih elastis
dan gak gampang sobek.

5. Daun mangkok.

Well, sesuai namanya daun ini memang berbentuk mangkok sehingga


sering juga disebut daun mangkokan. Daun mangkok ini bisa kamu temui
di mana saja, mulai dari Sabang hingga Merauke. Namanya di tiap-tiap
daerah juga beda-beda. Kalau di Sunda disebut mamanukan. Kalau di
Papua disebut daun papeda. Kalau di Makassar disebut mangko-mangko.

Selain berguna sebagai pembungkus, daun mangkok ini bisa


menghilangkan bau amis di masakan, loh. Biasanya daun mangkok ini
digunakan sebagai wadah bubur sagu, pepes, atau pecel. Kamu bisa
memilih daun mangkok yang masih muda, segar, dan masih kelihatan urat-
urat daunnya supaya aromanya lebih tajam.

6. Daun Aren
Daun aren sebagai bahan kemas biasanya hanya dipakai untuk hasil pertanian atau hasil olahan
yang berbentuk padatan dan ukurannya relatif besar sebagai contoh, pengemasan pada buah
durian atau gula merah dari aren.
Keuntungan kemasan ini yaitu ukurannya yang relatif besar. Kekurangannya yaitu keadaannya
yang mudah pecah, sobek, patah atau belah, oleh sebab itu daun aren yang digunakan untuk
mengemas biasanya daun yang masih hijau, dan belum tua, sehingga mudah untuk dilipat.
Untuk jenis hasil olahan, penggunaan daun aren sebagai pengemas, harus mampu menutupi
keseluruhan bagian produk, oleh karena itu daun yang digunakannya harus disusun secara
berlapis sehingga produk yang dikemasnya dapat terlindungi dari air maupun panas.
Penggunaan daun sebagai bahan kemasan alami sudah lazim dipakai di seluruh
masyarakat Indonesia, selain murah dan praktis cara pemakaiannya, daun ini juga masih
mudah didapat, akan tetapi kemasan daun ini bukan merupakan kemasan yang bersifat
representatif, sehingga pada saat penanganannya harus ekstra hati-hati. Karena sifatnya
yang opak, kemasan daun ini dapat melindungi penguraian produk yang dikemasnya dari
pengaruh cahaya. Akan tetapi kelemahannya mudah robek atau pecah, dan tidak dapat
mempertahankan mutu produk dalam jangka waktu yang lama.

7. Kayu
Kemasan kayu erupakan kemasan sekunder dan merupakan wadah yang paling tua
digunakan orang sebagai bahan kemas. Perhatikan jenis kayu yang digunakan : terbuat dari
bahan lunak (kayu jengjeng atau albizia). Dapat juga dari ‘polywood’ atau ‘veneer’. Amati
ukuran kotak, letak paku, cara mengikat simpai (lempengan atau plat logam) dan cara
menutup. Wadah kayu yang dibuat dari bahan yang lebih keras (kayu keras) jarang digunakan
untuk hasil pertanian.
Perhatikan kemasan kayu yang digunakan untuk ikan asin, sayuran (kol) dan buah-buahan
(apel, mangga). Bandingkan dengan kemasan kayu yang digunakan untuk teh kering. Pada
peti kayu untuk teh perlu dilapisi dengan bahan yang kedap air pada dinding bagian dalam.
Hal ini diperlukan untuk mencegah penyerapan air dari luar atau penguapan dari dalam.
Umumnya bentuk kemasan kayu persegi atau persegi panjang, hal ini untuk memudahkan
penataan bahan atau barang yang dikemas.
8. Karung Goni
Bahan yang dipergunakan untuk karung goni adalah rami atau yute. Ukuran karung goni :
50 kg atau 100 kg. Perhatikan tanda (strip) pada karung (strip tiga, polet ungu, strip hijau).
Tanda-tanda tersebut ada hubungannya dengan ukuran karung goni. Sebelum digunakan
untuk mengemas, perhatikanlah apakah karung goni tersebut bekas digunakan. Amati
adakah serangga (larva, pupa, seranga dewasa) yang menempel pada karung. Wadahil
atau karungkanlah biji-bijian kering seperti gabah, jagung, kacang kedelai, kacang tanah tau
kacang hijau. Karung goni juga sering digunakan untuk gula pasir, pupuk dan garam.
Keuntungan karung goni yaitu
a.    mempunyai sifat yang baik karena fleksibel
b.    relatif murah
c.    dapat melindungi bahan dari kelembaban
d.    mudah menutup kembali bila goni diganco untuk membantu pengangkutan atau ditusuk
untuk mengambilan contoh
e.    mudah dalam penyimpanan dengan cara penumpukan tanpa mudah meleset atau meluncur
ke bawah.
f.     mempunyai tenunan atau lubang-lubang tenunan yang lebih besar dari kain blacu sehingga
mempunyai keuntungan dalam hal memudahkan penetrasi gas yang digunakan untuk
fumigasi.
Sedangkan kelemahannya yaitu lebih mudah diserang serangga dari luar. Setelah
karung diisi kemudian mulut karung dijahit, bisa dilakukan dengan tangan (secara manual)
atau dengan alat.

Anda mungkin juga menyukai