Kelompok 3 Sintesa Senyawa Kompleks Tembaga New
Kelompok 3 Sintesa Senyawa Kompleks Tembaga New
Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2017/2018
I. TUJUAN
1. Mensintesis tetraaseto-μ-diaquo tembaga (II).
2. Mempelajari momen magnetik ikatan logam-logam senyawa tetraaseto-
μ-diaquo tembaga (II).
II. TEORI
Dalam semua senyawa kompleks koordinasi, kation dikelilingi oleh anion
atau molekul netral. Gugus yang langsung mengelilingi suatu kation disebut
ligan dan cabang kimia anorganik yang membahas tentang gabungan kation
dan ligannya disebut kimia koordinasi. Dengan demikian, tentu saja tidak
ada batas antara kimia koordinasi dan kimiawi molekul kovalen pada suatu
pihak, dan kimiawi padatan ionik di lain pihak. Dahulu, dianggap bahwa
metana dan SF6 adalah molekul kovalen, sedangkan BH4- dan AlF6-3
diperlakukan sebagai senyawaan koordinasi (yaitu berturut-turut B 3+ 4H+ ),
tetapi dari segi sifat elektronik yang mendasar, perbedaan ini tidak mudah
untuk dipertahankan. Demikian juga ikatan logam pada ligan dalam Na 3AlF6
dan dalam AlF3 tidak dapat dibedakan secara kualitatif, meskipun dahulu
yang pertama disebut senyawaan koordinasi[1].
Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat.
Tembaga melebur pada suhu 1038℃. Karena potensial elektroda standarnya
positif, (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida
dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit.
Asam nitrat yang sedang pekatnya dapat melarutkan tembaga[2].
Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2,
namun hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutannya.
Dalam air, hampir semua garam tembaga (II) berwarna biru oleh karena
warna ion kompleks koordinasi enam [Cu(H 2O)6]2+. Suatu perkecualian yang
terkenal adalah tembaga(II) klorida yang berwarna kehijaun oleh karena ion
kompleks koordinasi empat [CuCl 4]2-, yang mempunyai bangun geometri
dasar tetrahedral atau bujur sangkar bergantung pada anion ligannya. Dalam
larutan encer garam klorida ini berwarna biru karena terjadinya pendesakan
ligan Cl- oleh ligan H2O. Oleh karena itu, jika warna hijau ingin dipertahankan,
ke dalam larutan pekat CuCl2 dalam air dapat ditambahkan ion senama Cl-
misalnya dengan penambahan padatan NaCl atau HCl pekat atau HCl gas[3].
Perlu diingat bahwa ikatan yang terjadi antara atom pusat dan ligan
adalah ikatan koordinasi, sehingga sangat penting untuk mengetahui
pasangan elektron pada atom ligan mana yang berperan pada ikatan ini.
Beberapa ligan sederhana (monodentat) yang sering dikenal dapat diperiksa
pada beberapa contoh tersebut diatas dengan atom donor. Dalam ligan
monodentat hanya sepasang elektron saja yang disediakan untuk
pembentukan ikatan koordinasi dengan atom pusat. Namun, banyak ligan
yang mampu menyediakan dua atom atau lebih yang masing-masing dapat
bertindak sebagai donor pasangan elektron. Jika jarak antar atom-atom
donor ini cocok dalam arti tidak terlalu dekat atau terpisah terlalu jauh, hal
ini mungkin terjadi dua ikatan koordasi yang berasal dari satu ligan sehingga
membentuk cincin (sistem lingkar). Pembentukan ikatan cincin oleh suatu
ligan dalam suatu senyawa kompleks disebut kelasi dan cincin yang dibentuk
disebut cincin kelat[4].
Ligan adalah anion atau molekul netral yang merupakan donor elektron.
Beberapa umum adalah F-, Cl-, Br-, CN-, NH3, H2O, CH3OH, dan OH-. Ligan
seperti ini bila menyumbangkan sepasang elektronnya kepada sebuah atom
logam, disebut ligan monodentat[1].
Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa-senyawa tembaga(I)
diturunkan dari tembaga (I) oksida Cu2O yang berwarna merah, dan
mengandung ion tembaga (I) senyawa ini tidak berwarna, kebanyakan dari
garam tembaga (I) tidak larut dalam air, prilakunya mirip senyawa perak (I).
Mereka mudah dioksidasi menjadi senyawa tembaga (II), yang dapat
diturunkan dari tembaga (II) oksida yang berwarna hitam. Garam-garam
tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat
maupun dalam larutan air yang memiliki warna yang khas hanya untuk ion
tetraakuokuprat (II) saja[2].
CuSO4.5H2O
- ditimbang sebanyak 0,25 g
- dilarutkan dalam 5 mL akuades
- dipanaskan pada suhu 40-60 °C
- ditambahkan amonia p.a
- diaduk hingga warnanya
berubah menjadi biru tua
[Cu(NH3)4]2+
- ditambahkan 1 butir NaOH
- diaduk dan dipanaskan selama
20 menit pada suhu 55-65°C
Cu(OH)2
- didiamkan hingga mencapai suhu
kamar
- disaring dan dicuci endapan
dengan 2 mL air panas
- dimasukan ke dalam gelas piala
- ditambah asam asetat 10%
sebanyak 2,5 mL
Campuran
- dipanaskan
- disaring dan dikeringkan
Kristal tetraaseto-μ-
diaquo tembaga (II)
8
1
6 4
2
6
1
3 3
4 5
2
7
5 7
Keterangan :
1. Termometer
2. Gelas piala
3. Larutan
4. Magnetic bar
5. Hotplate/magnetic stirrer
6. Corong
7. Erlenmeyer
4.2 Perhitungan
Reaksi yang terjadi :
CuSO4.5H2O(S) + 4NH3(l) [Cu(NH3)4]+2 + SO42-
(Cu(NH3)4)+2(aq) + NaOH(s) Cu(OH)2 (s)
Cu(OH)2(s) + 2CH3COOH(l) ½ [(Cu(CH3CO2).2H2O)2]
0, 104 g
= x 100%
0,199 g
= 52,01 %
6 Endapan diambil dan dicuci dengan Endapan Pencucian dengan air panas berfungsi
2 mL air panas. berwarna biru untuk menghilangkan pengotor dari
tosca. endapan seperti NH3, SO42, dan Na+.
Keadaan terion:
Keadaan kompleks:
VI. PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1. Pembentukan senyawa kompleks tetraaseto-μ-diaquo tembaga (II)
melalui 3 tahap, yaitu:
VI.2 Saran
Agar praktikum berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang lebih baik lagi
maka diharapkan agar:
1. Endapan Cu(OH)2 yang terbentuk hendaknya
dikeringkan terlebih dahulu sebelum penambahan asam asetat 10%.
2. Bersihkan kertas saring dengan asam asetat
10%.
3. Gunakan bahan seefisien mungkin.
4. Jangan dipanaskan dengan suhu yang melebihi
suhu 65°C.
DAFTAR PUSTAKA
Hasil
- Dikeringkan 2 hari
Kristal
kristal
Hasil
D. Hasil
Telah disiapkan trimethoprim dan alanin dengan metode template
koordinate melalui cincin kinetika cincin imina dan amina nitrogen.
Kompleks ini telah ditandai dengan analisis unsur, konduktivitas molar,
pengukura kekentalan magnetik dan study spektal IR dan elektronik. Data
sektral menunjukan bahwa kompleks logam klorida memiliki geometri
oktahedral, dan logam sulfat memiliki geometri tetrahedral.