Epilepsi Gadar Neurosensori
Epilepsi Gadar Neurosensori
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat
serta hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Neurosensori yang membahas mengenai
Epilepsi. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Asuhan
Keperawatan Gadar Neurosensori atas bimbingan selama perkuliahan, dan
seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan untuk perbaikan baik dari
segi materi maupun teknik penulisan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
dalam bidang keperawatan khususnya bagi proses pembelajaran Riset
Keperawatan.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................2
1. Tujuan Umum.......................................................................................2
2. Tujuan Khusus......................................................................................2
D. Manfaat.....................................................................................................3
1. Bagi Mahasiswa....................................................................................3
2. Bagi Institusi Pendidikan......................................................................3
3. Bagi Institusi Rumah Sakit...................................................................3
4. Bagi Penulis..........................................................................................3
BAB II TELAAH PUSTAKA..............................................................................4
A. Pengertian Epilepsi...................................................................................4
B. Etiologi.....................................................................................................4
C. Manifestasi Klinis.....................................................................................5
D. Klasifikasi.................................................................................................9
E. Web of Caution (WOC).........................................................................10
F. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................15
G. Penatalaksanaan......................................................................................16
H. Penanganan.............................................................................................16
1. Pengkajian Primer...............................................................................16
2. Pengkajian Sekunder..........................................................................17
I. Diagnosa dan Rencana Intervensi Keperawatan Kegawatdaruratan Mandiri
dan Kolaborasi..................................................................................................22
BAB III PENUTUP.............................................................................................32
iv
A. Kesimpulan.............................................................................................32
B. Saran.......................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................33
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Sanglah Denpasar, Bali selama kurun
waktu 2007-2010 didapatkan 5,3%, terutama terjadi pada anak laki-laki
(56,9%) dengan jumlah kasus 276 pasien (Suwarba, 2011). Penelitian
epidemiologi mendapatkan epilepsi fokal idiopatik 10%, fokal simtomatik
12% dan fokal kriptogenik 37% dari 613 kasus epilepsi umur kurang 16
tahun (Berg dkk., 2012).
Telaah sistematis pada 19 negara berkembang, termasuk Thailand,
India dan Cina, jumlah penyandang epilepsi yang sebenarnya diduga jauh
lebih besar dibandingkan jumlah yang terdiagnosis dan mendapat
tatalaksana. Penderita epilepsi memiliki angka kematian dua sampai tiga
kali lebih besar dibandingkan populasi umum. Penyebab kematian dini
pada epilepsi antara lain status epileptikus (37,7%), tenggelam, luka bakar,
atau trauma kepala akibat kejang yang terjadi pada keadaan berbahaya
(11,4%) dan kematian mendadak yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
(sudden unexplained death in epilepsy; 6,6%). Penyakit yang mendasari
epilepsi, misalnya tumor susunan saraf pusat (SSP) atau kelainan
neurometabolik juga dapat merupakan faktor penyebab kematian dini pada
anak dengan epilepsi (Hauser dan Nelson, 2013).
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang dapat diambil rumusan masalah yaitu
“Bagaimanakah konsep penyakit dan asuhan keperawatan gawat darurat pada
kasus Epilepsi?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan gawat darurat pada
kasus Epilepsi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bagaimanakah konsep penyakit Epilepsi.
3
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan perbandingan antara tinjauan teori dengan studi kasus
yang ditemui dilapangan.
4. Bagi Penulis
Sebagai bahan masukan dan informasi dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan kegawatdaruratan neurosensori.
4
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Pengertian Epilepsi
Epilepsi adalah kejang berulang tanpa pencetus (provokasi) ≥ 2 dengan
interval > 24 jam antara kejang pertama dan berikutnya. Manifestasi klinis
epilepsi dapat berupa gangguan kesadaran, motorik, sensoris, autonom atau
psikis (Shorvon, 2007; Swaiman dan Ashwal, 2012). Kejang atau bangkitan
epileptik adalah manifestasi klinis disebabkan oleh lepasnya muatan listrik
secara sinkron dan berlebihan dari sekelompok neuron di otak yang bersifat
transien. Aktivitas berlebihan tersebut dapat menyebabkan disorganisasi
paroksismal pada satu atau beberapa fungsi otak yang dapat bermanifestasi
eksitasi positif, negatif atau gabungan keduanya. Manifestasi bangkitan
ditentukan oleh lokasi dimana bangkitan dimulai, kecepatan dan luasnya
penyebaran. Bangkitan epileptik umumnya muncul secara tiba-tiba dan
menyebar dengan cepat dalam waktu beberapa detik atau menit dan sebagian
besar berlangsung singkat (Panayiotopoulos, 2005).
B. Etiologi
Pada epilepsi tidak ada penyebab tunggal. Banyak faktor yang dapat
mencederai sel – sel saraf otak atau lintasan lomunikasi antar sel otak. Apabila
faktor-faktor tersebut tidak diketahui, maka epilepsi yang ada disebut sebagai
epilepsi idiopatik. Sekitar 65% dri seluruh kasus epilepsi tidak diketahui
penyebabnya (Harsono, 2008). Pada epilepsi idiopatik yang disebut juga
epilepsi primer ini tidak dapat ditemukan kelainan pada jaringan otak, diduga
terdapat gangguan keseimbangan zat kimiawi dalam sel – sel saraf pada
jaringan otak yang abnormal (Harsono, 2008)
atau akibat dari adanya kelainan pada jaringan otak. Penyebab yang spesifik
dari epilepsi diantaranya adalah sebagai berikut :
4. Tumor otak
C. Manifestasi Klinis
1. Serangan Epilepsi Parsial
Serangan parsial disebabkan oleh lesi atau kelainan lokal pada otak
dengan demikian evaluasi diagnostik ditujukan untuk menemukan atau
membuktikan adanya lesi lokal tersebut. Serangan parsial dibagi menjadi
dua yaitu serangan dengan kesadaran yang tetap baik (parsial sederhana)
6
c. Serangan Tonik-Klonik
1.)Serangan tonik
Serangan tonik dicirikan oleh pengkakuan atau sentakan
bilateral dan sinkron secara mendadak pada tubuh, lengan atau
tungkai. Adapun gejala-gejalanya adalah:
a) Tidak terjadi gangguan atau penurunan kesadaran
b) Terjadi sentakan sinkron
c) Terjadi sentaka bilateral
d) Terjadi gangguan metabolic (deficit neurologis)
e) Lidah tergigit
f) Kulit sianotik (biru)
g) Mulut keluar busa
h) Leher tertekuk kedepan pasca serangan
i) Terjadi pada waktu tidur
j) Berlangsung sekitar 0-30 detik
k) Terjadi pada usia 6-12 bulan
l) Kejang tonik (badan dan anggota gerak kaku)
2.)Serangan klonik
Klonus epileptic biasaya menyebabkan sentakan sinkron dan
bilateral pada leher, bahu, lengan atas, tubuh dan tungkai atas. Gejala-
gejala yang sering dijumpai sebagai berikut:
a) Tidak terjadi gangguan atau penurunan kesadaran
b) Keduta (twitching)fokal pada wajah
c) Neuro anatomic (dating dan menghilang secara mendadak)
d) Tekanan vesika urinaria (ngompol)
e) Tubuh bergetar pasca serangan
f) Terjadi sentakan sinkron
g) Terjadi sentakan bilateral
h) Terjadi gangguan metabolic ( deficit neurologis)
i) Kejang klonik (badan dan anggota gerak berkejut-kejut, kelojotan)
9
D. Klasifikasi
Klasifikasi epilepsi dibuat berdasarkan pada tipe kejang, penyebab dan
sindrom epilepsi. International league againts epilepsy (ILAE) pada tahun
2010 menetapkan klasifikasi epilepsi berdasarkan tipe kejang. Tipe kejang
berdasarkan semiologi kejang dan gambaran elektroensefalografi (EEG), yaitu
epilepsi fokal (parsial) dan epilepsi umum. Epilepsi fokal adalah kejang
dimulai dari fokus tertentu yang terlokalisir di otak dan kejang muncul pada
satu sisi tubuh saja. Epilepsi fokal bisa menjadi umum jika terjadi perjalanan
listrik otak ke hemisfer kontralateral. Epilepsi umum adalah kejang pada
daerah lebih luas di kedua hemisfer otak dan manifestasi kejang pada kedua
sisi tubuh (Berg dkk., 2012).
Depolarisasi membran
neuron
11
Kejang berulang
B1 B1
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektro Ensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG harus dilakukan pada semua pasien epilepsi dan
merupakan pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan untuk
menegegakkan diagnosis epilepsi. Adanya kelainan fokal pada EEG
menunjukkan kemungkinan adanya lesi struktural di otak, sedangkan
adanya kelainan umum pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya
kelainan genetik atau metabolik. Rekaman EEG dikatakan abnormal
apabila:
a. Asimetris irama dan voltase gelombang pada daerah yang sama di kedua
hemisfer otak.
b. Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih lambat dibanding
seharusnya misal gelombang delta.
c. Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak normal,
misal gelombang tajam, paku (spike), paku ombak, paku majemuk, dan
gelombang lambat yang timbul secara paroksimal.
Bentuk epilepsi tertentu mempunya gambaran EEG yang khas,
misalnya spasme infantile mempunya EEG hipsaritmia, epilepsi petit mal
EEG nya gelombang paku ombak 3 siklus per 3 detik (3 spd),
epilepsimioklonik mempunyai gambaran EEG gelombang paku/ tajam/
lambat dan paku majemuk yang timbul secara serentak (sinkron).
2. Rekaman video EEG
Rekaman EEG dan video secara simultan pada seorang penderita
yang sedang mengalami serangan dapat meningkatkan ketepatan diagnosis
dan lokasi sumber serangan. Rekaman EEG memperlihatkan hubungan
antara fenomena klinis dan EEG, serta memberi kesempatan untuk
mengulang kembali gambaran klinis yang ada. Prosedur yang mahal ini
sangat bermanfaat untuk penderita yang penyebabnya belum diketahui
secara pasti, serta bermanfaat pula untuk kasus epilepsi refrakter.
16
3. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan yang dikenal dengan istilah neuroimaging bertujuan
untuk melihat struktur otak dan melengkapi data EEG. Bila dibandingkan
dengan CT scan dan MRI lebih sensitif dan secara anatomik akan tampak
lebih rinci. MRI bermanfaat untuk membandingkan hipokampus kanan dan
kiri (Harsono, 2007).
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan umum
a. Non farmakologi
1) Amati faktor pemicu
2) Menghindari faktor pemicu (jika ada) misalnya stress, konsumsi
kopi atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dan
lain-lain.
b. Farmakologi
Menggunakan obat – obatan anti epilepsi yaitu :
1) Obat - obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+. Inaktivisi
kanal Na, menurunkan kemampuan saraf untuk menghantarkan
muatan listrik. Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin,
okskarbazepi, valproat.
Obat – obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik:
Agonis reseptor GABA, meningkatkan transmisi inhibitori dengan
mengaktifkan kerja resptor GABA, contoh: benzodiazepin, barbiturat.
Menghambat GABA transaminase, konsentrasi GABA meningkat, contoh:
Vigabatrin. Menghambat GABA transporter, memperlama aksi GABA pada
cairan cerebrospinal pasien mungkin dengan menstimulasi pelepasan GABA
dari non-vesikularpool contoh: Gabapentin (Anonim, 2007).
H. Penanganan
1. Pengkajian Primer
a. Airway
- Adanya tanda-tanda perdarahan jalan napas
17
2. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan Utama
Keluhan utama sering menjadi alasan klien meminta
pertolongan kesehatan berhubungan dengan kelemahan otot, baik
kelemahan fisik secara umum maupun lokal seperti melemahnya otot
pernapasan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan
mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Keluhan tersebut
diantaranya gejala-gejala neurologis diawali dengan perestasia
(kesemutan/kebas) dan kelemahan otot kaki, yang dapat berkembang
pada ekstremitas atas, batang tubuh, dan otot wajah. Kelemahan dapat
diikuti dengan paralisis lengkap.
Keluhan yang paling sering ditemukan pada klien sindrom
guillain bare dan merupakan komplikasi yang paling berat dari
sindrom ini adalah gagal napas. Melemahnya otot pernapasan
18
- Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi
dan tidak ada fasikulasi, indra pengecapan normal.
d) Pengkajian sistem motorik
Kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dan koordinasi
pada Sindrom Guillain-Bare tahap lanjut mengalami
perubahan. Klien mengalami kelemahan motorik secara umum
sehingga mengganggu mobilitas fisik.
e) Pengkajian refleks
Pemeriksaan refleks propunda, pengetukan pada tendon,
ligamentum atau periosteum derajat refleks pada respn
normal.
f) Pengkajian sistem sensorik
Parestesia (kesemutan/kebas) dan kelemahan otot kaki, yang
dapat berkembang ke ekstremitas atas, batang tubuh, dan otot
wajah. Klien mengalami penurunan kemampuan penilaian
sensorik raba, nyeri, dan suhu.
4) B4 (Bladder)
Pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya didapatkan
berkurangnya volume pengeluaran urin, hal ini berhubungan
dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
5) B5 (Bowel)
Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi
asam lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien meningitis menurun
karena anoreksia dan kelemahan otot-otot pengunyah serta
gangguan proses menelan menyebabkan pemenuhan via oral
menjadi berkurang.
6) B6 (Bone)
22
efektif
q. Monitor pola
nafas
(Paroxysmal 1 2 3 4 5
Nocturnal Dypsnea
8. Tekanan darah
(PND), Ortopnea,
sistol
5. Batuk
1 2 3 4 5
4. Perubahan
kontraktilitas
(terdengar suara S3
dan/S4, Ejaction
Fraction (EF)
27
menurun)
Subjektif :
1. Perubahan preload
(-)
2. Perubahan
afterload(-)
3. Perubahan
kontraktilitas (-)
4. Perilaku/emosional
(cemas, gelisah)
Objektif :
1. Perubahan preload
(murmur jantung,
berat badan
bertambah,
pulmonary artery
wedge pressure
(PAWP) menurun)
2. Perubahan afterload
(pulmonary
vascular resistance
(PVR), systemic
vascular resistance
28
(SVR),
Hepatomegali)
3. Perubahan
kontraktilitas
4. Cardiac index (CI)
5. Left Ventricular
Stroke Work Index
(LVSWI) menurun
6. Stroke Volume
Index (SVI)
menurun
7. Perilaku/emosional
Nyeri Akut D.0007 NOC : NIC :
Definisi : Pain control (1605) Pain management
Pengalaman sensorik (1400)
atau emosional yang Setelah dilakukan
berkaitan dengan tindakan keperawatan 1. Kaji nyeri secara
kerusakan jaringan selama ………..pasien komprehensif
aktual atau fungsional, menunjukkan nyeri termasuk lokasi,
dengan onset berkurang , dibuktikan karakteristik,
mendadak atau lambat dengan kriteria Hasil : durasi, frekuensi,
dan berintensitas ringan 1. Mengenali kapan kualitas dan faktor
hingga berat yang nyeri terjadi presipitasi
berlangsung kurang 1 2 3 4 5 2. Observasi reaksi
dari 3 bulan 2. Menggambarkan nonverbal dari
faktor penyebab ketidaknyamanan
Gejala dan tanda 1 2 3 4 5 3. Kaji tipe dan
mayor : 3. Menggunakan sumber nyeri
Subjektif : tindakan untuk menentukan
Mengeluh nyeri pengurang nyeri intervensi
Objektif : tanpa analgesic 4. Ajarkan tentang
29
iaphoresis
Risiko Hipovolemia D.0034 NOC: NIC :
Definisi : a. Fluid balance 1. Pertahankan
Berisiko mengalami b. Hydration catatan intake
penurunan volume c. Nutritional dan output yang
cairan intravaskuler, Status : Food and akurat
interstistial, dan/ atau Fluid Intake 2. Monitor status
intraseluler. hidrasi
Setelah dilakukan (kelembaban
Faktor Risiko : tindakan keperawatan membran
1. Kehilangan cairan selama ………..pasien mukosa, nadi
secara aktif menunjukkan tidak adekuat, tekanan
2. Gangguan absorbs mengalami penurunan darah ortostatik),
cairan cairan, dibuktikan jika diperlukan
3. Usia lanjut dengan kriteria Hasil : 3. Monitor hasil lab
4. Kelebihan berat 1. Turgor kulit yang sesuai
badan 1 2 3 4 5 dengan retensi
5. Status 2. Membran mukosa cairan (BUN ,
hipermetabolik lembab Hmt ,
6. Kegagalan 1 2 3 4 5 osmolalitas urin,
mekanisme regulasi 3. Intake cairan albumin, total
7. Evaporasi 1 2 3 4 5 protein )
8. Kekurangan intake 4. Output cairan 4. Monitor vital
cairan 1 2 3 4 5 sign setiap 15
9. Efek agen 5. Fungsi kognisi menit – 1 jam
farmakologis 1 2 3 4 5 5. Kolaborasi
6. Perfusi jaringan pemberian cairan
1 2 3 4 5 IV
6. Monitor status
Kriteria penilaian nutrisi
NOC : 7. Berikan cairan
31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu kegawatdaruratan neurosensori adalah penyakit Epilepsi yaitu
adalah manifestasi klinis disebabkan oleh lepasnya muatan listrik secara
sinkron dan berlebihan dari sekelompok neuron di otak yang bersifat transien.
Aktivitas berlebihan tersebut dapat menyebabkan disorganisasi paroksismal
pada satu atau beberapa fungsi otak yang dapat bermanifestasi eksitasi positif,
negatif atau gabungan keduanya. Manifestasi bangkitan ditentukan oleh lokasi
dimana bangkitan dimulai, kecepatan dan luasnya penyebaran. Bangkitan
epileptik umumnya muncul secara tiba-tiba dan menyebar dengan cepat dalam
waktu beberapa detik atau menit dan sebagian besar berlangsung singkat
Perawat perlu memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klein
yang mengalami kegawatdaruratan neurologi sehingga masalah kesehatan klien
dapat teratasi dengan baik dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan
status kesehatan klien.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi dapat memberikan tambahan literatur tentang
asuhan keperawatan kegawatdaruratan neurosensori dengan Epilepsi, baik
dari konsep maupun asuhan keperawatan yang harus diberikan, sehingga
dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa dan update ilmu pengetahuan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk
mendapatkan hasil maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan
kegawatdaruratan neurosensori dengan Epilepsi sehingga dapat
menerapkannya pada praktik klinik keperawatan di kemudian hari.
33
DAFTAR PUSTAKA