Anda di halaman 1dari 6

CONTOH KASUS PERSELISIHAN BURUH DENGAN PEKERJA

Ratusan buruh PT Megariamas Sentosa yang berlokasi di Jl Jembatan III Ruko 36 Q,


Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, datang sekitar pukul 12.00 WIB. Sebelum ditemui
Kasudin Nakertrans Jakarta Utara, mereka menggelar orasi yang diwarnai aneka macam
poster yang mengecam usaha perusahaan menahan THR mereka. Padahal THR
merupakan kewajiban perusahaan sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4 Tahun 1994 tentang THR.
Sekitar 500 buruh yang tergabung dalam Serikat Buruh Garmen Tekstil dan Sepatu-
Gabungan Serikat Buruh Independen (SBGTS-GSBI) PT Megariamas Sentosa, Selasa
siang ‘menyerbu’ Kantor Sudin Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) Jakarta
Utara di Jl Plumpang Raya, Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
Mereka menuntut pemerintah mengambil tindakan tegas terhadap perusahaan yang
mempekerjakan mereka karena mangkir memberikan tunjangan hari raya (THR).

Demonstrasi ke Kantor Nakertrans bukan yang pertama, sebelumnya ratusan buruh ini
juga mengadukan nasibnya karena perusahan bertindak sewenang-wenang pada
karyawan. Bahkan ada beberapa buruh yang diberhentikan pihak perusahaan karena
dinilai terlalu vokal. Akibatnya, kasus konflik antar buruh dan manajemen dilanjutkan ke
Pengadilan Hubungan Industrial. Karena itu, pihak manajemen mengancam tidak akan
memberikan THR kepada pekerjanya. Dalam demo tersebut para buruh menuntut
perusahaan untuk mendapatkan THR sesuai dengan peraturan yang berlaku. Para
demonstras mengatakan “ jangan dikarenakan ada konflik internal kami tidak
mendapatkan THR, karena setahu mereka perusahaan garmen tersebut tidak merugi,
bahkan sebaliknya”. Sekedar diketahui ratusan buruh perusahaan garmen dengan
memproduksi pakaian dalam merek Sorella, Pieree Cardine, Felahcy, dan Young Heart
untuk ekspor itu telah berdiri sejak 1989 ini mempekerjakan sekitar 800 karyawan yang
mayoritas perempuan.
Mengetahui hal tersebut, ratusan buruh PT Megariamas Sentosa mengadu ke kantor
Sudin Nakertrans Jakarta Utara. Setelah dua jam menggelar orasi di depan halaman Sudin
Nakertrans Jakarta Utara, bahkan hendak memaksa masuk ke dalam kantor. Akhirnya
perwakilan buruh diterima oleh Kasudin Nakertrans, Saut Tambunan di ruang rapat
kantornya. Dalam peryataannya di depan para pendemo, Sahut Tambunan berjanji akan
menampung aspirasi para pengunjuk rasa dan membantu menyelesaikan permasalahan
tersebut. "Pasti kami akan bantu, dan kami siap untuk menjadi fasilitator untuk
menyelesaikan masalah ini," tutur Sahut. Selain itu, Sahut juga akan memanggil
pengusaha agar mau memberikan THR karena itu sudah kewajiban. “Kalau memang
perusahaan tersebut mengaku merugi, pihak manajemen wajib melaporkan ke pemerintah
dengan bukti konkret,” kata Saut Tambunan kepada beritajakarta.com usai menggelar
pertemuan dengan para perwakilan demonstrasi.

Berdasarkan kasus diatas dapat disimpulkan bahwa, pentingnya komunikasi yang baik
antara pekerja dengan pengusaha. Sebagai seorang pengusaha mereka harus memenuhi
kewajiban para pekerjanya agar tidak terjadi perselisihan. Karena para pekerja sudah
berusaha menjalankan kewajibannya untuk bekerja memenuhi kebutuhan perusahaan
tersebut. Maka perusahaan juga berkewajiban memberikan upah dan tunjangan kepada
pekerja dan berlaku adil dan bijaksana untuk tidak mempermainkan rakyat kecil.

ANALISIS :
Buruh adalah tulang punggung sektor swasta, yang banyak memberikan sumbangsih
terbesar dalam pergerakan roda ekonomi Indonesia. Tetapi Buruh, masih dianggap sepele
atau masih dianggap masih seperti budak-budak dizaman kolonial Belanda. Cukup
dibayar maka pekerjaan selesai. Adu nasib diantara hari karena nasib buruh ini akan
diperjuangkan bertepatan dengan hari lahirnya. Tonggak meningkatkan taraf hidup
dengan sistem pengupahan minimum regional masih banyak yang belum diterapkan,
termasuk disektor jasa atau pelayanan.Mereka digaji hanya berdasarkan suka-suka
kantong tuannya.

Penyelesaian konflik antar buruh dengan majikan berdasarkan Undang-undang Republik


Indonesia Nomor 2 Tahun 2004 tentang penyelesaian perselisihan hubungan industrial :
a.  bahwa hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan perlu diwujudkan
secara optimal sesuai dengan nilai-nilai Pancasila; 
b. bahwa dalam era industrialisasi, masalah perselisihan hubungan industrial menjadi
semakin meningkat dan kompleks, sehingga diperlukan institusi dan mekanisme
penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang cepat, tepat, adil, dan murah;          
c.   bahwa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan
Perburuhan dan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan
Kerja di Perusahaan Swasta sudah tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat;      
d.  bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a, b, dan c perlu
ditetapkan undang-undang yang mengatur tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial;

Terhadap hal tersebut disebutkan dalam UU Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial bahwa perselisihan hubungan industrial ini
dimungkinkan untuk dapat diselesaikan melalui Pengadilan Hubungan Industrial (PHI).
Berikut di bawah ini penjelasan lebih lanjut mengenai mekanisme penyelesaian
perselisihan hubungan industrial yang dapat dilakukan:
1. Penyelesaian melalui perundingan bipartit, yaitu perundingan dua pihak antara
pengusaha atau gabungan pengusaha dan buruh atau serikat buruh. Bila dalam
perundingan bipartit mencapai kata sepakat mengenai penyelesaiannya maka para
pihak membuat perjanjian bersama yang kemudian didaftarkan pada Pengadilan
Hubungan Industrial setempat, namun apabila dalam perundingan tidak mencapai
kata sepakat, maka salah satu pihak mendaftarkan kepada pejabat Dinas Tenaga
Kerja setempat yang kemudian para pihak yang berselisih akan ditawarkan untuk
menyelesaikan perselisihan tersebut melalui jalan mediasi, konsiliasi atau
arbitrase;
2. Penyelesaian melalui mediasi, yaitu penyelesaian melalui musyawarah yang
ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral dari pihak Depnaker, yang
antara lain mengenai perselisihan hak, kepentingan, PHK dan perselisihan antar
serikat buruh dalam satu perusahaan. Dalam mediasi bilamana para pihak sepakat
maka akan dibuat perjanjian bersama yang kemudian akan didaftarkan di
pengadilan hubungan industrial, namun bilamana tidak ditemukan kata sepakat
maka mediator akan mengeluarkan anjuran secara tertulis, bila anjuran diterima
maka para pihak mendaftarkan anjuran tersebut ke Pengadilan Hubungan
Industrial, dan apabila para pihak atau salah satu pihak menolak anjuran maka
pihak yang menolak dapat mengajukan tuntutan kepada pihak yang lain melalui
pengadilan yang sama;
3. Penyelesaian melalui konsiliasi, yaitu penyelesaian melalui musyawarah yang
ditengahi oleh seorang konsiliator (yang dalam ketentuan undang-undang PHI
adalah pegawai perantara swasta bukan dari Depnaker sebagaimana mediasi)
dalam menyelesaikan perselisihan kepentingan, Pemutusan Hubungan Kerja dan
perselisihan antar serikat buruh dalam satu perusahaan. Dalam hal terjadi
kesepakatan maka akan dituangkan kedalam perjanjian bersama dan akan
didaftarkan ke pengadilan terkait, namun bila tidak ada kata sepakat maka akan
diberi anjuran yang boleh diterima ataupun ditolak, dan terhadap penolakan dari
para pihak ataupun salah satu pihak maka dapat diajukan tuntutan kepada pihak
lain melalui pengadilan hubungan industrial;
4. Penyelesaian melalui arbitrase, yaitu penyelesaian perselisihan di luar
pengadilan hubungan industrial atas perselisihan kepentingan dan perselisihan
antar serikat buruh dalam suatu perusahaan yang dapat ditempuh melalui
kesepakatan tertulis yang berisi bahwa para pihak sepakat untuk menyerahkan
perselisihan kepada para arbiter. Keputusan arbitrase merupakan keputusan final
dan mengikat para pihak yang berselisih, dan para arbiter tersebut dipilih sendiri
oleh para pihak yang berselisih dari daftar yang ditetapkan oleh menteri;
5. Penyelesaian melalui pengadilan hubungan industrial, yaitu penyelesaian
perselisihan melalui pengadilan yang dibentuk di lingkungan pengadilan negeri
berdasarkan hukum acara perdata. Pengadilan hubungan industrial merupakan
pengadilan tingkat pertama dan terakhir terkait perselisihan kepentingan dan
perselisihan antar serikat buruh, namun tidah terhadap perselisihan hak dan
pemutusan hubungan kerja karena masih diperbolehkan upaya hukum ketingkat
kasasi bagi para pihak yang tidak puas atas keputusan PHI, serta peninjauan
kembali ke Mahkamah Agung bilamana terdapat bukti-bukti baru yang ditemukan
oleh salah satu pihak yang berselisih.

SUDUT PANDANG PEMERINTAH DALAM MENGATASI MASALAH


TENAGA KERJA DI INDONESIA :

1.      Meningkatkan mutu tenaga kerja


Pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu tenaga kerja dengan cara memberikan
pelatihan-pelatihan bagi tenaga kerja. Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan
untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kemampuan dan produktivitas
tenaga kerja. Dengan adanya pelatihan kerja diharapkan dapat meningkatkan kualitas
tenaga kerja sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja luar negeri.
2.      Memperluas kesempatan kerja
Pemerintah berupaya untuk memperluas kesempatan kerja dengan cara berikut ini,
mendirikan industri atau pabrik yang bersifat padat karya, mendorong usaha-usaha kecil
menengah, mengintensifkan pekerjaan di daerah pedesaan, meningkatkan investasi
(penanaman modal) asing.
3.      Memperluas pemerataan lapangan kerja
Pemerintah mengoptimalkan informasi pemberitahuan lowongan kerja kepada para
pencari kerja melalui pasar kerja. Dengan cara ini diharapkan pencari kerja mudah
mendapatkan informasi lowongan pekerjaan.
4.      Memperbaiki sistem pengupahan
Pemerintah harus memerhatikan penghasilan yang layak bagi pekerja. Untuk itu
pemerintah menetapkan upah minimum regional (UMR). Dengan penetapan upah
minimum berarti pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum
yang ditetapkan.

SUDUT PANDANG PERUSAHAAN DALAM KESEJAHTERAAN PEKERJA :

Disatu sisi pun Perusahaan swasta juga harus pro aktif dalam kesejahteraan buruh dengan
menjadikan pekerja sebagai nilai asset yang tak ternilai tetapi terjamin. Karena dengan
menjadikan karyawan sebagai nilai investasi maka harmonisasi suasana kerja, suasana
perusahaan akan terjamin dengan tidak keluar masuknya pekerja diperusahaan tersebut.
Penerapan system outsourching punharus dilaksanakan sebagaimana mestinya. Tidak
serta merta melimpahkan status karyawan maka sistem pengupahan pun telat
dilaksanakan, lembur tak terbayarkan serta kesehatan pun tak tergantikan. Biar
bagaimanapun pekerja adalah asset perusahaan yang sangat berharga dan tak ternilai
harganya. Oleh karenanya para pengusaha harus berlaku adil dan bijaksana tidak semena-
mena memperlakukan para buruh yang telah bekerja untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan, dan tepat waktu dalam memberikan upah yang sesuai dan tunjangan serta
memberikan fasilitas dan pelayanan yang baik kepada buruh tempat dimana mereka
bekerja.

SUDUT PANDANG BURUH :

Buruh juga harus mempunyai itikad baik dalam menyelesaikan konflik yang dilakukan
oleh perusahaan yang telah menganggap mereka semena-mena. Dalam melakukan demo
buruh harusnya memperhatikan hal-hal yang tidak merugikan orang lain. Karena
masyarakat publik merasa dirugikan dan terganggu aktifitasnya akibat adanya demo yang
dilakukan para buruh. Buruh juga jangan melakukan demo secara anarkis yang dapat
merugikan orang lain bahkan merugikan diri mereka msing-masing.

Anda mungkin juga menyukai