Anda di halaman 1dari 73

MAKALAH

Akuntansi Keuangan Lanjutan II

“Akuntansi Multinasional: Penjabaran Laporan Keuangan


Entitas Asing”

Disusun oleh :

Nama : 1. Ani Susanti (1.22.17.0013)

2. Elsa Agustini (1.22.17.00)

3. Sahrul Mubarokah (1.22.17.00)

Jurusan : Akuntansi

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS AKI SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kemampuan kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Akuntansi Multinasional: Penjabaran Laporan Keuangan Entitas Asing” dengan
tepat waktu.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Akuntansi Keuangan Lanjutan II, disamping itu kami berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kami
mengharap kritik dan saran dari pembaca sehingga dalam pembuatan makalah
lainnya menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Semarang, 11 Maret 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................i

DAFTAR ISI ……………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................1

A. Latar Belakang ............................................................1


B. Rumusan Masalah .......................................................1
C. Tujuan .........................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................

A. Perbedaan dalam Prinsip Akuntansi .............................


B. Penentuan Mata Uang Fungsional ................................
C. Penjabaran versus Pengukuran Kembali........................
D. Penjabaran Laporan Keuangan......................................
E. Pengukuran Kembali Pembukuan..................................
F. Investasi Asing...............................................................
G. Lindung Nilai.................................................................
H. Persyaratan Pengungkapan............................................
I. Pertimbangan Tambahan...............................................

BAB III PENUTUP...........................................................................

A. Kesimpulan ...................................................................
B. Saran .............................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat perusahaan multinasional Indonesia menyusun laporan keuangan
untuk pelaporan kepada pemegang sahamnya, perusahaan harus memasukan
operasi yang berbasis diluar negeri yang diukur dalam mata uang rupiah dan
dilaporkan dengan menggunakan PABU di Indonesia. Operasi diluar negeri
tersebut termasuk entitas anak,cabang, atau investasi dari perusahaan
Indonesia. Bab ini membahas tentang translasi (penjabaran) laporan keuangan
entitas bisnis asing ke rupiah. Penyajian kembali ini diperlukan sebelum
laporan keuangan tersebut dikombinasikan atau dikonosolidasikan dengan
laporan keuangan perusahaan di Indonesia, yang sudah dilaporkan dalam
rupiah.
Pada saat penyusunan laporan keuangan, akuntansi harus
mempertimbangkan perbedaan dalam prinsip-prinsip akuntansi dan perbedaan
dalam mata uang yang digunakan untuk mengukur operasi entitas luar negeri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan di atas, maka perumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa saja perbedaan dalam prinsip akuntansi?
2. Bagaimana penentuan mata uang fungsional?
3. Bagaimana penjabaran versus pengukuran kembali laporan keuangan
asing?
4. Bagaimana penjabaran laporan keuangan mata uang fungsional menjadi
mata uang pelaporan perusahaan Indonesia?

3
5. Bagaimana pengukuran kembali pembukuan ke dalam mata uang
fungsional?
6. Bagaimana investasi asing dan entitas anak yang tidak di luar negeri?
7. Bagaimana lindung nilai atas investasi neto pada entitas anak di luar
negeri?
8. Bagaimana persyaratan pengungkapan?
9. Bagaimana pertimbangan tambahan dalam akuntansi untuk kegiatan usaha
luar negeri dan entitas?

C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perbedaan dalam prinsip akuntansi.
2. Untuk mengetahui penentuan mata uang fungsional.
3. Untuk mengetahui penjabaran versus pengukuran kembali laporan
keuangan asing.
4. Untuk mengetahui penjabaran laporan keuangan mata uang fungsional
menjadi mata uang pelaporan perusahaan Indonesia.
5. Untuk mengetahui pengukuran kembali pembukuan ke dalam mata uang
fungsional.
6. Untuk mengetahui investasi asing dan entitas anak yang tidak di luar
negeri.
7. Untuk mengetahui lindung nilai atas investasi neto pada entitas anak di
luar negeri.
8. Untuk mengetahui persyaratan pengungkapan.
9. Untuk mengetahui pertimbangan tambahan dalam akuntansi untuk
kegiatan usaha luar negeri dan entitas.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perbedaan dalam Prinsip Akuntansi

Metode yang digunakan untuk mengukur aktivitas ekonomi berbeda-beda


diseluruh dunia. Kondisi perekonomian suatu negara, masalah hukum, pendidikan
dan sistem politik, perkembangan teknologi, budaya dan tradisi, serta berbagai
faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, merupakan faktor yang mempengaruhi
perkembangan standar akuntansi dan profesi akuntan di suatu negara. Perbedaan
ini akan menyebabkan adanya perbedaan yang signifikan antara standar-standar
akuntansi di berbagai negara. Ketidakseragaman standar akuntansi di berbagai
negara akan menimbulkan berbagai masalah bagi perusahaan, pihak penyusun dan
pengguna laporan keuangan. Beberapa negara mengembangkan prinsip
akuntansinya berdasarkan kebutuhan informasi dan otoritas pajak. Negara lain
mempunyai prinsip akuntansi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dari
pemerintahan pusat sebagai perancang ekonomi. Standar akuntansi di Indonesia
berfokus pada kebutuhan informasi pemegang saham biasa atau pihak pemberi
kredit (kreditor) melalui penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Model pelaporan keuangan yang utama saat ini yang sedang dalam proses
penyusunan oleh International Accounting Standards Board (IASB). IASB
mempunyai mandat untuk menyusun seperangkat standar laporan keuangan
internasional dan mendorong seluruh pihak untuk mengadopsi standar yang

5
berlaku secara internasional tersebut. Ada 14 anggota IASB, dimana 12
diantaranya adalah anggota penuh (bekerja full time untuk IASB). IASB mengatur
susunan keanggotaannya, dengan komposisi sebagai berikut: 5 anggota berlatar
belakang auditor, 3 anggota berdasar latar belakang penyusun laporan keuangan
(dari manajemen), 3 anggota berlatar belakang pengguna laporan keuangan, 1
anggota berlatar belakang akademisi. Sedangan 2 anggota lainnya dapat berlatar
belakang dari bidang lainnya.

IASB mengumumkan standar pelaporan yang disebut dengan Standar


Pelaporan Keuangan Internasional (International Financial Reporting Standards -
IFRS). Sebelum terbentknya IASB, International Accounting Standards Committe
telah menerbitkan International Accounting Standards (IAS). IASs diterbitkan
antara tahun 1973 hingga 2001. IASB mengadopsi IAS secara keseluruhan dan
sekaligus mengembangkannya yang disebut standar baru IFRS. Walaupun tidak
lagi diterbitkan, IAS masih berpengaruh kecuali yang telah diganti oleh IFRS,
IFRS digunakan dibanyak negara di dunia, termasuk Singapura, Hongkong,
Rusia, Australia, dan Afrika Selatan. Komisi Europa (European Committee)
mengharuskan semua perusahaan publik di Uni Eropa (European Union - EU)
untuk menerbitkan laporan keuangan konsolidasi menggunakan IFRS yang
dimulai sejak tahun 2005. Sebelum tahun 2005, terdapat lebih kurang 350
perusahaan publik yang telah menggunakan IFRSs tersebut; sedangkan pada
tahun 2005, jumlah itu meningkat menjadi 7.000 perusahaan. Situs web IASB
menyajikan daftar negara-negara yang mewajibkan atau mengijinkan IFRS untuk
mendaftarkan efeknya di negara tersebut.

IFRS sekarang relatif telah digunakan di banyak negara, termasuk telah


diadopsi oleh negara Uni Eropa dan lainnya. Banyak pihak yang berpendapat
bahwa jika hanya ada satu set standar akuntansi yang berlaku secara internasional
akan meningkatkan diri investor di pasar dan meningatkan efisiensi pasar karena
memudahkan investor untuk membandingkan berbagai pilihan investasi di
berbagai negara.

6
Model pelaporan keuangan utama lainnya adalah US GAAP Amerika Serikat.
Jika diukur berdasarkan kapitalisasi pasar, US GAAP telah digunakan lebih dari
separuh perusahaan di dunia ini.

Keberadaaan beberapa model akuntansi ini memiliki pengaruh yang signifikan


terhadap perusahaan Indonesia dan juga perusahaan multinasional yang beroperasi
di Indonesia. Untuk perusahaan multinasional dengan entitas anak dan kantor
cabang diluar Indonesia, perlu untuk mempersiapkan laporan keuangan
menggunakan standar akuntansi dimana setiap unit bisnis tersebut berlokasi, dan
kemudian menjabarkannnya agar sesuai dengan PSAK Indonesia untuk
memudahkan penyusunan laporan keuangan konsolidasian. Selain itu, jika
perusahaan Indonesia memilih mendaftarkan sahamnya dibursa efek diluar
Indonesia, juga sebagai tambahan listing di bursa Indonesia atau sebagai
pengganti listing tersebut. Oleh karena itu, ada kepentingan yang signifikan dalam
meminimalkan perbedaan antara berbagai standar akuntansi di dunia ini, terutama
US GAAP dan IFRS, menjadi perhatian utama. Konvergensi akan merunkan
biaya bagi penerbit atau emite karena mereka tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk menyiapkan laporan keuangan menggunakan set standar akuntansi yang
berbeda.

FASB terus bekerja sama dengan IASB untuk meningkatkan standar


pelaporan internasional dan untuk "mengonversikan" kedua set standar tersebut.
Pada bulan September 2002, FASB menerbitkan "The Norwalk Agreement"
dimana baik FASB maupun IASB sepakat bekerjasama untuk meningkatkan
kualitas standar pelaporan keuangan dengan meminimalisasi perbedaan diantara
mereka.Usaha konvergensi ini berfokus pada evaluasi standar yang telah ada dan
mengawasi implementasi standar tersebut saat ini serta standar baru yang ke dua
kelompok itu kembangkan.

Beberapa negara lain telah melakukan konvergansi standar akuntansinya pada


IFRS. Sebagai contoh adalah Jepang, dimana Nippon Keidanren (Federasi Bisnis
Jepang), sebuah organisasi ekonomi yang komprehensif.

7
B. Penentuan Mata Uang Asing

Ada dua permasalahan utama yang harus diatasi ketika laporan keuangan yang
dijabarkan dari mata uang asing ke rupiah Indonesia, yaitu:

1. Nilai tukar/kurs manakah yang harus digunakan untuk menjabarkan nilai


mata uang asing menjadi mata uang lokal?
2. Bagaimanakah seharusnya perlakuan atas keuntungan atau kerugian tersebut?
Apakah keuntungan atau kerugian tersebut harus dimasukkan dalam laba
rugi?

Ada tiga kemungkinan nilai tukar/kurs yang digunakan dalam mengkonversi


nilai mata uang asing menjadi rupiah. Nilai tukar sekarang/kurs kini (current
rate) merupakan nilai tukar/kurs kini pada akhir hari perdagangan tanggal
laporan posisi keuangan. Nilai tukar/kurs historis (historical rate) merupakan
nilai tukar/kurs yang sudah ada pada saat transaksi awal berlangsung, seperti
nilai tukar/kurs pada saat aset diperoleh atau liabilitas yang timbul. Nilai tukar
rata-rata (average rate) untuk periode berjalan biasanya rata-rata sederhana untuk
jangka waktu dan biasanya kurs yang digunakan untuk menghitung penghasilan
beban. Metode penjabaran dapat menggunakan kurs tunggal atau multikurs.
Penyesuaian penjabaran yang terjadi karena penerapan nilai tukar/kurs ini juga
harus tercermin pada laporan keuangan, baik dalam komponen laba bersih
maupun dalam laba rugi komprehensif.

PSAK 10 tentang “Penjabaran Mata Uang Asing” memberikan pedoman


khusus untuk menjabarkan mata uang asing ke dalam rupiah untuk
memungkinkan penyusunan laporan keuangan konsolidasian yang diukur, atau
didenominasilkan ke dalam rupiah. Tujuan dari PSAK 10 adalah menjelaskan
cara memasukkan trasanksi dalam mata uang asing dan kegiatan usaha luar
negeri ke dalam laporan keuangan entitas. PSAK 10 juga menjelaskan tentang
penjabaran laporan keuangan ke dalam mata uang uang penyajian. Sebagai
contoh, jika margin bruto pada penjualan positif ketika diukur dalam mata uang

8
asing, maka harus tetap positif ketika penjualan dan beban pokok penjualan
dijabarkann ke dalam rupiah. PSAK 10 mengadopsi mata uang fungsional
(functional currency) yang didefenisikan sebagai "mata uang dari lingkungan
ekonomi utama di mana entitas tersebut beroperasi” biasanya mata uang tersebut
adalah mata uang dari lingkungan entitas tersebut utamanya menghasilkan dan
menerima kas. Berikut ini terhadap hierarki indicator dalam menentukan mata
uang fungsional, yaitu:

a. Pertama, (1) mata uang yang paling mempengaruhi harga jual barang dan
jasa; dan mata uang dari negara yang mempunyai kekuatan persaingan dan
peraturannya yang sebagian besar menentukan harga jual barang dan jasa
entitas; (2) mata uang yang paling mmepengaruhi biaya tenaga kerja, bahan
baku, dan biaya lain dari pengadaan barang atau jasa.
b. Kedua, (1) mata uang yang dananya dihasilkan dari aktivitas pendanaan
(antara lain penerbitan instrument utang dan instrument ekuitas; (2) mata
uang yang diterima dari aktivitas operasi yang pada umumnya ditahan. c.
Jika indicator-indiktor dan prnrntuan mata uang bercampur dan mata uang
fungsional tidal jelas, maka manajemen dapat menggunakan pertimbanag
profesionalnya untuk menenukan mata uang fungsional.

Tabel 2.1 Indikator-indikator mata uang fungsional:

Faktor yang Faktor yang


mengindikasi mata mengindikasi rupiah
uang asing (mata uang (mata uang entitas
Indikator lokal) sebagai mata induk) sebagai mata
uang fungsional uang fungsional
Arus kas Didominasi oleh mata Secara langsung
uang asing dan tidak berpengaruh pada arus
mempengaruhi arus kas kas entitas induk saat ini
entitas induk dan telah tersediaan bagi
entitas induk
Harga jual Sangat ditentykan oleh Responsive terhahap
persaingan local perubahan kurs jangka
pendek dan juga

9
persaingan global
Pasar penjualan Pasar penjualan lokasi Pasar penjualan
sangat aktif untuk produk kebnayakan ada dinegara
perusahaan, jumlah yang entitas induk atau
mungkin besar untuk kontrak penjualan
ekspor. dengan menggunakan
mata uang entitas induk
Beban Tenaga kerja, bahan Komponen produksi
baku, dan biaya lain pada umunya didapat ari
teruatama biaya local negara entitas induk
Pendanaan Terutama didapat dari, Terutama berasal dari
dan menggunakan unit entitas induk, atau
mata uang local, operasi pendanaan dengan mata
entitas yang uang asing selain rupiah.
menghasilkan dana yang
cukup untuk memenuhi
kebutuhan pendanaan.
Transaksi Ada sedikit transaksi Sering ada transaksi
antarperusahaan dan antarperusahaan dengan antarperusahaan dengan
pengaturan entitas induk entitas induk, atau entitas
asing yang merupakan
investasi atau pendanaan
bagi entitas induk.

Tiga indikator yang harus dinilai untuk menentukan mata uang fungsional
suatu entitas, yaitu: arus kas, harga jual, dan beban. Jika afiliasi asing
menggunakan mata uang lokal sebagai mata uang fungsional untuk sebagian besar
transaksinya dan jika kas yang dihasilkan tidak secara rutin disetorkan pada induk
perusahaan di Indonesia, maka mata uang negara tempat entitas tersebut
beroperasi umumnya digunakan. Juga, afiliasi asing umumnya mempunyai pasar
penjualan akitif di negaranya sendiri dan memperoleh pendanaan dari sumber
lokal.

Akan tetapi, beberapa entitas asing menggunakan mata uang fungsional yang
berbeda dengan mata uang lokalnya. Sebagai contoh, sebuah anak perusahaan dari
Induk perusahaan di Indonesia yang berlokasi di Venezuela dapat melakukan
hampir semua bisnisnya di Brazil atau sebuah cabang atau anak perusahaan dari

10
Induk Perusahaan Indonesia yang beroperasi di Inggris dapat menggunakan dolar
AS sebagai mata uang utama walaupun ia menyelenggarakan catatan
akuntansinya dalam poundsterling. Faktor-faktor yang berikut mengindikasikan
apakah mata uang rupiah sebagai mata uang fungsional untuk entitas anak di
Inggris: Sebagian besar transaksi kas dalam rupiah, pasar penjualan utamanya di
Indonesia, komponen produksi umumnya diperoleh dari Indonesia dan Induk
perusahaan di Indonesia yang paling bertanggung jawab dalam pendanaan anak
perusahaan di Inggris tersebut.

DSAK telah mengadopsi pendekatan mata uang fungsional setelah


mempertimbangkan tujuan dari penjabaran tersebut:

a. Memberikan informasi yang secara umum sesuai dengan pengaruh ekonomi


yang diharapkan dari perubahan nilai tukar/kurs terhadap arus kas dan ekuitas
perusahaan.
b. Mencerminkan dalam laporan keuangan konsolidasi hasil keuangan dan
hubungan antara masing-masing entitas konsolidasi dalam mata uang
fungsional yang sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum di
Indonesia.

Pendekatan mata uang fungsional mengharuskan entitas asing untuk


menjabarkan seluruh transaksinya ke dalam mata uang fungsional. JIka suatu
entitas mempunyai transaksi yang dinyatakan dalam mata uang selain mata uang
fungsional maka transaksi asing harus disesuaikan menjadi nilai setara mata uang
fungsional sebelum perusahaan menyusun laporan keuangan.

Penentuan Mata Uang Fungsional dalam Ekonomi Hiperinflasis

Inflasi yang sangat parah didefenisikan sebagai inflasi melebihi 100% selama
periode tiga tahun, contoh Argentina dan Peru. PSAK memutuskan bahwa
volatilitas dalam mata uang asing dengan hiperinflasi mendistorsi laporan
keuangan jika mata uang lokal dipergunakan sebagai mata uang fungsional entitas
asing. Untuk kondisi seperti ini maka mata uang pelaporan dari Induk Indonesia-

11
rupiah- harus digunakan sebagai mata uang fungsional entitas asing. Pengecualian
ini mencegah nilai aset dan perubahan laporan laba rugi yang tidak realistis jika
keadaan hiperinflasi tersebut diabaikan dan prosedur penjabaran yang normal
digunakan. Sebagai contoh, asumsikan bahwa entitas anak perusahaan di luar
negeri membangun gedung dengan biaya 1.000.000 peso (kurs saat itu Rp 500 = 1
peso. Kemudian diasumsikan bahwa karena adanya hiperinflasi di negara anak
perusahaan tersebut maka nilai tukar menjadi Rp 0,05 = 1 peso. Nilai gedung
yang dijabarkan pada saat dibangun dan setelah heperinflasi sebagai berikut:

Setelah
Jumlah (peso) Tanggal Pembangunan Hiperinflasi
Nilai Nilai Jumlah yang
Tukar/K Jumlah Hasil Tukar/K Dijabarkan
urs Dijabarkan urs
1.000.000 Rp 500 Rp 500.000.000 Rp0,05 Rp50.000

Jumlah yang dijabarkan setelah hiperinflasi tidak mencerminkan nilai pasar


atau biaya historis dari gedung tersebut. Oleh karena itu, PSAK mengharuskan
penggunaan rupiah sebagai mata uang fungsional dalam kasus hiperinflasi untuk
memberikan stabilitas dalam laporan keuangan.

Setelah penentuan mata uang fungsional dari afiliasi asing telah dipilih, mata
uang tersebut harus digunakan secara konsisten. Namun, jika perubahan dalam
konsisi perekonomian mengharuskan perubahan dalam penentuan mata uang
fungsional afiliasi asing maka perubahan akuntansi tersebut harus diperlakukan
sebagai perubahan dalam estimasi hanya perlakuan saat itu dan prospektif saja,
tidak diperlakukan penyajian kembali laporan dari periode-periode sebelumnya.

C. Penjabaran Versus Pengukuran Kembali Laporan Keuangan Asing

12
Terdapat dua metode yang berbeda untuk menyajikan kembali laporan
keuangan entitas asing ke dalam rupiah: (1) penjabaran laporan mata uang
fungsional entitas asing ke rupiah, dan (2) pengukuran kembali laporaan keuangan
entitas asing ke mata uang fungsional entitas tersebut. Setelah pengukuran
kembali, laporan keuangan tersebut harus dijabarkan jika mata uang
fungsionalnya bukan rupiah.

Penjabaran adalah metode yang paling umum digunakan dan diterapkan jika
mata uang lokal adalah mata uang fungsional entitas asing. Sebagai contoh anak
perusahaan Indonesia di Prancis menggunakan uero untuk catatan dan mata uang
fungsionalnya. Laporan keuangan anak perusahaan harus dijabarkan dari uero ke
rupiah. Metode penjabaran menggunakan metode nilai tukar sekarang/kurs kini
(current rate methods).

Pengukuran kembali adalah pengukuran kembali laporan keuangan entitas


asing dari mata uang lokal yang digunakan entitas ke mata uang fungsional entitas
asing. Pengukuran kembali hanya diharuskan jika mata uang fungsional berbeda
dengan mata uang yang digunakan untuk pembukuan dan pencatatan entitas asing.
Sebagai contoh perusahaan Indonesia mempunyai cabang penjualan di Singapura
yang relatif independen dapat menggunakan mata uang rupiah sebagai mata uang
fungsionalnya tetapi memilih menggunakan dolar Singapura sebagai mata uang
pencatatan dan pelaporan. Jika menggunakan mata uang rupiah untuk mata uang
fungsional dan pelaporan, mala penjabaran atau pengukuran kembali tidak
diperlukan; laporan keuangan sudah dinyatakan dalam rupiah dan siap untuk
digabungkan dengan laporan keuangan kantor pusat Indonesia.

Metode yang digunakan untuk pengukuran kembali laporan keuangan dari


mata uang lokal kepada mata uang fungsional disebut metode temporal (temporal
methods). Aset dan kewajiban moneter menunjukkan adanya hak untuk menerima
atau memenuhi pembayaran dalam sejumlah tertentu mata uang asing dimasa
yang akan datang. Berdasarkan metode temporal, nilai tukar sekarang/kurs kini
digunakan untuk menjabarkan asset moneter ke mata uang fungsionalmnya. Pos
moneter meliputi aset tetap, investasi jangka panjang dan persediaan. Pos ini

13
biasanya dijabarkan dengan menggunakan nilai tukar historis yaitu nilai tukar
dimana aset tersebut awal dibeli atau awal kewajiban diakui. Penghasilan dan
beban dalam laporan laba rugi dijabarkan dengan menggunakan nilai rata-rata
pada periode pelaporan. Ketidakseimbangan yang terjadoi karena penerapan dari
metode temporal ini dimasukan dalam perhitungan laba neto pada laporan laba
rugi.

Penerapan metode temporal mengonversikan sebuah mata uang asing menjadi


mata uang fungsionalnya namun jika mata uang rupiah menjadi mata ang
fungsional tidak diperlukan lagi penyesuaian. Jika mata uang fungsional adalah
mata uang selain rupiah, maka digunakan metode nilai tukar sekarang untuk
menyajikan informasi keuangan dalam mata uang rupiah.

Salah satu penerapan dari pengukuran kembali adalah untuk afiliasi yang
berlokasi di negara yang mengalami hiperinflasi. Sebagai contoh, entitas anak
perusahaan di Argentina dari induk perusahaan Indonesia mencatat dan
melaporkan laporan keuangan dalam mata uang lokal, yaitu peso Argentina. Akan
tetapi, karena perekonomian Argentina mengalami inflasi yang lebih tinggi dari
100% selama periode tiga tahun, rupiah ditetapkan sebagai mata uang fungsional
untuk tujuan pelaporan sehingga laporan keuangan anak perusahaan harus diukur
kembali dari peso Argentina ke rupiah.

Tabel berikut menyajikan sebuah gambaran mengenai metode yang dapat


digunakan oleh perusahaan Indonesia untuk menyatakan kembali laporan
keuangan afiliasi asing dalam rupiah.

Mata Uang Mata Uang Metode


Pembukuan dan Fungsional Pernyataan
Pencatatan Afiliasi Kembali
Luar Negeri
Mata uang lokal (yaitu mata Mata uang local Penjabaran ke
uang negara tempat entitas rupiah Indonesia
asing berlokasi) menggunakan

14
tingkat kurs kini
Rupiah Diukur kembali
Indonesia ari mata uang
local ke rupiah
Mata uang lokal Indonesia
Mata uang lokal Mata uang Pertama, diukur
negara ketiga kembali dari
(bukan mata mata uang local
uang lokal atau ke mata uang
mata uang fungsional,
Indonesia) kemudian
dijabarkab dari
mata uang
fungsional ke
rupiah Indonesia
Rupiah Indonesia Rupiah Tidak diperlukan
Indonesia pernyataan
kembali; sudah
dinyatakan
dalam rupiah
Indonesia

Alasan konseptual dari dua metode yang berbeda tersebut penjabaran dan
pengukuran kembali berasal dari pertimbangan atas tujuan utama dari proses
penjabaran, yaitu untuk memberikan informasi yang menunjukkan pengaruh yang
diharapkan dari perubahan nilai tukar pada arus kas dan ekuitas perusahaan
Indonesia. Afiliasi asing dikategorikan menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama adalah afiliasi yang menghasilkan dan membelanjakan unit mata uang
lokal. Mata uang lokal merpakan mata uang fungsional dari entitas tersebut.
Afiliasi asing inidapat mereinvestasi mata uang yang mereka hasilkan atau
mendistribusiakan dana ke kantor pusat ata ke induk perusahaan dalam bentuk
dividen. Perubahan nilai tkar tidak secara langsung memengaruhi arus kas induk
perusahaan Indonesia. Perubahan nilai tukar tidak secara langsung mempengaruhi
arus kas entitas induk di Indonesia. Sebaliknya, perubahan nilai tukar
memengaruhi aset neto (aset dikuurangi kewajiban) afiliasi asing dan karena itu ,
memengaruhi investasi neto entitas induk dalam entitas tersebut.

15
Kelompok kedua dari afiliasi asing terdiri dari entitas yang merupakan
perpanjangan dari perusahaan Indonesia. Afiliasi ini beroperasi di negara asing,
tetapi secara langsung dipengaruhi oleh perubahan dalam nilai tukar karena
mereka tergantung pada perekonomian Indonesia untuk pasar penjualan,
komponen produksi atau pendanaan. Untuk kelompok ini, rupiah adalah mata
uang fungsional. Ada anggapan bahwa pangaruh dari nilai tukar terhadap aset
neto afiliasi asing akan memengaruhi secara langsung arus kas entitas induk di
Indonesia, sehingga penyesuaian nilai tukar dilaporkan dalam laba entitas di
Indonesia.

D. Penjabaran Laporan Keuangan Mata Uang Fungsional Menjadi Mata


Uang Pelaporan Perusahaan Indonesia

Sebagian besar entitas bisnis melakukan transaksi dan mencatat aktivitas


bisnisnya dalam mata uang lokal. Oleh karena itu, mata uang local dari entitas
asing merupakan mata uang fungsionalnya. Penjabaran laporan entitas asing ke
dalam rupiah merupakan proses yang relative sederhana.

DSAK meyakini bahwa hubungan ekonomi yang mendasari disajikannya


laporan keuangan entitas asing tidak boleh terdistrosi atau berubah selama proses
translasi dari mata uang fungsional entitas asing menjadi mata uang entitas induk.
Sebagai contoh, jika laporan mata uang fungsional entitas asing melaporkan rasio
lancer sebesar 2:1 dan margin bruto sebesar 60% dari penjualan, maka hubungan
ini harus melewati proses penjabaran menjadi mata uang pelaporan entitas induk
di Indonesia. Ini merupakan hal yang penting untuk dapat mengevaluasi kerja dari
manajemen entitas asing dengan ukuran ekonomi yang sama dengan yang
digunakan dalam operasi entitas asing. Untuk mempertahankan hubungan
ekonomi dan laporan mata uang fungsional, saldo akun harus dijabarkan dengan
nilai tukar/kurs yang sebanding.

Penjabaran dilakukan dengan menggunakan nilai tukar sekarang/kurs kini


untuk semua asset dan kewajiban. Nilai tukar ini merupakan spot rate pada

16
tanggal laporan posisi keuangan. Pos dalam laporan laba rugi-pendapatan, beban,
keuntungan dan kerugian- harus dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal
terjadinya transaksi yang mendasari, walaupun untuk tujuan praktis dapat
menggunakan nilai tukar rata-rata tertimbang untuk periode yang mungkin
digunakan untuk pos-pos dengan asumsi bahwa pendapatan dan beban terjadi
merata selama periode tersebut. Akan tetapi jika timbul keuntungan atau kerugian
material dari kejadian tertentu, maka nilai tukar pada tanggal kejadian tersebut
bukan nilai tukar rata-rata, yang digunakan untuk menjabarkan hasil transaksi.

Akun ekuitas pemegang saham, selain saldo laba, akan dijabarkan dengan kurs
historis. Kurs historis yang sesuai adalah kurs yang terakhir dari tanggal akuisis
investasi entitas induk pada entitas asing atau tanggal transaksi ekuitas pemegang
saham pada entitas anak. Hal ini diperlukan untuk menyelesaikan eliminasi akun
investasi enttitas induk terhadap akun modal entitas anak diluar negeri dalam
proses konsolidasi. Saldo laba entitas anak yang dijabarkan akan dicatat ke depan
(carried forward) dari periode sebelumnya dengan tambahan laba periode berjalan
dan dividen yang diumumkan selama periode berjalan. Deviden dijabarkan
dengan kurs pada tanggal pengumuman.

Secara ringkas, penjabaran laporan keuangan entitas asing dari mata uang
fungsional ke mata uang pelaporan perusahaan Indonesia adalah sebagai berikuts:

Akun laporan laba rugi:


Umumnya, nilai tukar rata-rata
Penghasilan dan beban tertimbang untuk periode laporan
Akun laporan posisi keuangan:
Nilai tukar sekarang pada tanggal
Aset dan kewajiban neraca
Ekuitas pemegang saham Nilai tukar historis

17
Oleh karena nilai tukar yang digunakan untuk menjabarkan masing-masing
akun entitas asing digunakan kurs yang berbeda-beda, debit dan kredit dalam
neraca saldo setelah penjabaran biasanya tidak sama. Pos yang mnyeimbangkan
sisi debit sama dengan sisi kredit pada neraca saldo yang dijabarkan disebut
penyesuain penjabaran (translation adjustment).

Penyajian Laporan Keuangan dari Penyesuaian Penjabaran

Penyesuaian penjabaran dari proses penjabaran adalah bagian dari pendapatan


komprehnsif untuk periode yang bersangkutan. Laba rugi komprehensif termasuk
semua periode yang bersangkutan kecuali perubahan yang diakibatkan dari
investasi oleh pemiliknya dan distribusi ke pemiliknya. Laba komprehensif
termasuk laba neto dan item "penghasilan komprehensif lain" yang merupakan
bagian dari perubahan aset neto pada perusahaan bisnis dari sumber selain
nonpemilik (misalkan bukan investasi modal tambahan dan dividen) selama
periode bersangkutan. PSAK mengharuskan pelaporan laba komprehensif sebagai
bagian dari laporan keuangan utama entitas. Pos utama yang terdiri bagian dari
item penghasilan lain adalah perubahan selama periode berjalan pada penyesuaian
penjabaran mata uang asing, keuntungan atau kerugian belum direalisasi dari efek
tersedia untuk dijual, penilaian kembali lindung nilai arus kas, dan penyesuaian
dalam item kewajiban pensiun minimum.

Terdapat beberapa alternatif format penyajian untuk laba komprehensif.


Laporan bentuk tunggal, pendekatan laba rugi gabungan yang pertama
menyajikan item-item yang menyusun laba neto dan kemudian mempunyai bagian
yang menyajikan item penghasilan kompeherensif lain. Sebuah alternatif,
penyajian dua laporan yang pertama menyajikan perhitungan laba neto dalam satu
laporan dan kemudian laporan terkait yang dimulai dengan laba neto dan
merekonsiliasi menjadi laba rugi komprehensif dengan melaporkan item
penghasilan komprehensif lain secara terpisah. Alternatif ketiga, digunakan oleh

18
banyak perusahaan, adalah hanya menyajikan item-item yang merupakan bagian
dari penghasilan komprehensif lain dalam skedul akumulasi penghasilan
komprehensif lain didalam laporan keuangan konsolidasian ekuitas pemegang
saham. Suatu entitas dapat menyajikan komponen dari item penghasilan
komprehensif lain setelah dikurangi pajak atau dapat menunjukan pengaruh
agregat pajak terkait dengan total penghasilan komprehensif lain dalam satu
jumlah.

Setiap periode penghasilan komprehensif lain (other comprehensive income –


OCI) ditutup ke akumulasi penghasilan komprehensif lain (accumulated other
comprehensive income – AOCI), yag mana ditampilkan scara terpisah dari item
ekuitas peemgang saham lainnya (misalnya modal saham, share premium biasa,
dan saldo laba). Akun, seperti akumulasi penghasilan komprehensif lain
digunakan untuk menggambarkan item akuitas pemegang saham tersebut.
Laporan ekuitas pemegang saham dibuka dengan akumulasi saldo penghasilan
komprehensif lain pada awal periode, kemudian ditambah dengan perubahan
peneysuaian penjabaran dan tambahan item penghasilan komprehensif lain selama
periode bersangkutan yang dimasukan dalam laba rugi komprehensif pafa periode
tersebut, dan diperoleh akun saldo akhir akumulasi penghasilan komprehensif lain
pada akhir periode. Saldo akhir dari item akumulasi penghasilan komprehensif
lain kemudian dilaporkan dalam laporan posisi keuangan sebagai bagian dari
ekuitas pemegang saham, biasanya setelah saldo laba.

Tabel 2.2 Akun laporan posisi keuangan untuk kedua perusahaan pada 1
januari 20X1 (Sesaat sebelum mengakuisisi 100% saham German Company
oleh PT induk, perusahaan Indonesia)

Pos PT Induk German Company


Kas Rp3.500.000.000 €2.500
Piutang 750.000.000 10.000
Persediaan 1. 000.000.000 7.500

19
Tanah 1.750. 000.000 -0-
Asset tetap 8.000.000.000 50.000
Total asset Rp15.000.000.000 €70.000

Akumulasi penyusutan Rp4.000.000.000 €5.000


Utang usaha 1.000.000.000 2.500
Utang obligasi 2. 000.000.000 12.500
Modal saham biasa 5. 000.000.000 40.000
Saldo laba, 31/12/ X10 3. 000.000.000 10.000
Total kredit Rp15. 000.000.000 €70.000

Ilustrasi Penjabaran dan Konsolidasi Entitas Anak Perusahaan di Luar


Negeri

Dalam contoh di bab ini, rupiah melemah terhadap euro selama 20X1. Oleh
karena itu dalam bab ini akan diilustrasikan kedua arah perubahan kurs.

1. Pada tanggal 1 Januari 20X1, PT Induk, perusahaan Indonesia, membeli 100%


saham beredar dari German Company, sebuah peruhasaan yang berlokasi di
Berlinseharga Rp 660.000.000. Harga tersebut lebih tinggi Rp 60.000.000 dari
nilai buku (Perhitungan diferensial akan ditunjukkan pada akhir bagian).
Selisih lebih harga perolehan diatas nilai buku dialokasikan ke paten ang
diamortisasi selama 10 tahun. Akun neraca dalam format neraca
percobaan untuk kedua perusahaan sesaat sebelum diakuisisi pada tabel 2.2

Tabel 2.3 Kertas kerja untuk menjabarkan entitas anak diluar negeri pada 1
januari 20X1 (tanggal akuisisi) mata uang dungsional adalah euro Eropa

Pos Necara saldo, € Kurs, Rp/€ Neraca saldo,


Rp
Kas 2.500 12.000 30.000.000
Piutang 10.000 12.000 120. 000.000

20
Persediaan 7.500 12.000 90. 000.000
Asset tetap 50.000 12.000 600. 000.000
Total asset 70.000 840. 000.000

Akumulasi 5.000 12.000 60. 000.000


penyusutan
Utang usaha 2.500 12.000 30. 000.000
Utang obligasi 12.500 12.000 150. 000.000
Modal saham 40.000 12.000 480. 000.000
biasa
Saldo laba, 10.000 12.000 120. 000.000
31/12/ X10
Total kredit 70.000 840. 000.000

Catatan : kurs langsung pada tanggal 1 januari 20X1 adalah Rp12.000

2. Mata uang lokal German Company adalah euro (€) yang juga merupakan mata
ang fungsionalnya.
3. Tanggal 1 Oktober 20X1, anak perusahaan mengumumkan dan membayar
dividen sebesar €6.250
4. Entitas anak menerima Rp42.000.000,- dari transaksi dengan perusahaan
Indonesia pada saat kurs adalah €1 = Rp 12.000. entitas anak memiliki mata
uang asing tersebut pada tanggal 31 Desember 20X1.
5. Kurs tunai yang terkait (Rp/€1) adalah:

Tanggal Kurs
1 Januari 20X1 Rp12.000
1 Oktober 20X1 13.600
31 Desember 20X1 14.000
Rata-rata 20X1 13.000

21
Tanggal Akuisisi Kertas Kerja Penjabaran

Tabel 2.3 menyajikan penjabaran nneraca saldo German Company pada


tanggal 1 januari 20X1, ilustrasi ini mengasumsikan bahwa pembukuan dan
pencatatan anak perusahaan dalam euro Eropa, mata uang fungsional anak entitas.

Penjabaran neraca saldo anak entitas dari mata uang fungsional (€) ke rupiah
yang merupakan mata uang pelaporan induk perusahaan Indonesia dilakukan
menggunakan metode kurs sekarang. Dalam akuntansi pembelian, akun ekuitas
pemegang saham anak perusahaan dijabarkan menggunakan kurs sekarang/kurs
kini pada tanggal pembelian saham anak perusahaan oleh induk perusahaan.

Ayat jurnal yang dibuat oleh PT Induk untuk mencatat pembelian 100%
saham German Company adalah sebagai berikut:

1 Januari 20X1
(1) Investasi pada saham German Company 660.000.000
Kas 660.000.000
Pembelian saham German Company

Diferensiasial pada tanggal 1 januari 20X1, tanggal akuisisi, dihitung sebagai


berikut:

Biaya perolehan investasi Rp660.000.000


1/1X1 Nilai buku investasi:
100% Modal saham biasa – Rp480.000.000
German 120.000.000
Saldo laba – German Rp600.000.0
00
Total
Persentase saham German
Company yang diakuisisi x 1,00 (60.000.000)
oleh PT induk
Difrensiasial (selisish lebih Rp60.000.000
biaya perolehan diatas nilai

22
buku) yang diatribuasikan
ke paten

Penyajian grafik dari akuisisi adalah sebagai berikut.

Biaya investasi

Rp60.000.000

(Goodwill)

Rp-0-

Total diferensial Nilai wajar

Rp60.000.000 atas asset

teridentifikasi neto

Rp60.000.000

Nilai buku atas asset Kelebihan nilai wajar


atas

teridentifikasi neto biaya perolehan dari

Rp60.000.000 asset teridentifikasi

23
neto (paten)
Rp60.000.000

Tanggal akuisisi laporan posisi keuangan konsolidasian

Kertas kerja laporan posisi keuangan konsolidasian untuk PT Induk dan


entitas anak di German Company pada tanggal 1 januari 20X1, disajikan pada
tabel 2.4. ayat jurnal eliminasi adalah sebagai berikut:

E(2) Modal Saham Biasa - German Company 4680.000.000


Saldo Laba 120.000.000
Diferensial 60.000.000
Investasi pada saham PT German Company 660.000.000
Mengeliminasi investasi awal.
E(3) Paten 60.000.000
Diferensial 60.000.000
Mengeliminasi diferensial

Setelah Tanggal Akuisisi

Akuntansi setelah tanggal akuisisi sangat mirip dengan akuntansi yang


digunakan untuk entitas anak domestik. Perbedaan utama timbul karena pengaruh
perubahan kurs mata uang asing.

Penjabaran neraca saldo setelah akuisisi pada entitas anak di luar negeri

24
Tabel 2.5 mengilustrasukan penjabaran neraca saldo German Company pada
tabggal 31 desember 20X1.embelian pada harga diatas nilai buku.

Tabel 2.4 1 januari 20X1, kertas kerja untuk laporan posisi keuangan
kobsolidasian, tanggal akuisisi 100% pembelian pada harga diatas nilai buku

Eliminasi

PT Induk German Debit Kredit Konsolidasi


Company an

Kas Rp2.840.000.000 Rp30.000.0 Rp2.870.000


00 .000

Piutang 750.000.000 120. . 870. .


usaha 000.000 000.000

Persedian 1. 000.000.000 90. . 1.090.000.00


000.000 0

Tanah 1.750. 000.000 1.750.000.00


0

Asset 750.000.000 600. . 8.600.000.00


tetap 000.000 0

Investasi 660.000.000 660.000.


pada 000
saham
German
Company

Diferensi 60.000.00 60.000.0


asi 0 00

Paten 60.000.00 60.000.000


0

Total Rp15.000.00.000 Rp840. . 15.240.000.0


debit 000.000 00

Akumula Rp4.000.000.000 60. . 4.060.000.00


si 000.000 0
penyusut
an

Utang 1.000.000.000 30. . 1.030.000.00


usaha 000.000 0

25
Utang 2. 000.000.000 150. . 2.150.000.00
obligasi 000.000 0

Modal 5. 000.000.000 480. . 480.000.0 5.000 .


saham 000.000 00 000.000
biasa

Saldo 3. 000.000.000 120. . 120.000.0 3.000.000.00


laba 000.000 00 0

Total Rp15.000.000.00 Rp840. . Rp720.00 Rp720.0 Rp15.240.00


kredit 0 000.000 0.000 00.000 0.000

Perhatikan bahwa unit akun mata uang asing dalam neraca saldo dari entitas
anak Jerman. Akun ini mencerminkan rupiah sebesar Rp42.000.000,- dalam
neraca saldo entitas anak. Oleh karena akun ini didenominasi dalam mata uang
asing selain mata uang pelaporan mata uang asing. German Company membuat
ayat jurnal penyesuaian untuk menilai kembali akun dari jumlah awal yang dicatat
menggunakan kurs pada tanggal perusahaan meneriama mata uang menjadi
nilai setara dari kurs pada akhir tahun.

Entitas anak membuat jurnal berikut dalam pembukuannya pada saat


menerima rupiah.

(4) Unit Mata Uang Asing (Rp) €3.500


Penjualan €3.500
Mencatat penjualan dan penerimaan Rp42.000.000, pada
kurs spot pada tanggal peneriman: €3.500 = Rp42.000.000/
kurs Rp 12.000

Pada akhir periode, anak perusahaan menyesuaikan unit mata uang asing (rupiah)
ke kurs sekarang (Rp 14.000 = €1) dengan membuat ayat jurnal berikut :

(5) Kerugian Transaksi Mata Uang Asing €500


Unit Mata Uang Asing (Rp) €500
Menyesuaikan akun yang didenominasi dalam unit mata uang asing
ke kurs kini: Rp42.000.000/Rp14.000 = €3.000

26
Dikurangi: saldo sebelu, disesuaikan (3.500)
Kerugian transaksi mata uang asing €500

Kerugian transaksi mata uang asing adalah komponen dari laba neto entitas
anak, dan akun unit mata uang asinf diklasifikasikan sebagai asset lancer pada
laporan posisi keuangan entitas anak. Laba neto entitas anak terdiri dari elemen-
elemen sebagai berikut:

Tabel 2.5 31 desember 20X1, penjabaran neraca saldo entitas anak diluar
negeri Euro eropa adalah mata uang fungsional

Pos Saldo, € Kurs Saldo, Rp


Kas 10.750 14.000 150.500.000
Unit Mata Uang 3.000 14.000 42.000.000
Asing
Piutang 10.500 14.000 147.000.000
Persediaan 5.000 14.000 70.000.000
Asset tetap 50.000 14.000 700.000.000
Beban pokok 22.500 13.000 292.500.000
penjualan
Beban operasi 14.500 13.000 188.500.000
Kerugian transaksi 500 13.000 6.500.000
mata uang asing
Dividen dibayarkan 6.250 13.600 85.000.000
Total debit 123.000 1.682.000.000

Akumulasi 7.500 14.000 105.000.000


penyusutan
Utang usaha 3.000 14.000 42.000.000
Utang obligasi 12.500 14.000 175.000.000
Modal saham biasa 40.000 12.000 480.000.000
Saldo laba (1/1) 10.000 (a) 120.000.000
Penjualan 50.000 13.000 650.000.000
Total 123.000 1.572.000.000
Akumulasi 110.000.000
pwnghasilan
komprehensif-
Penyesuaian
penjabaran
Total kredit 1.682.000.000

27
(a) Dari 1 januari 20X1, kertas kerja penjabaran.

Penjualan €50.000
Beban pokok penjualan (22.500)
Beban operasi (14.500)
Kerugian transaksi mata uang asing (500)
Laba neto €12.500

Oleh karena euro eropa adalah mata uang fungsional asing, maka laporan
keuangan entitas anak harus dijabarkan kedalam rupiah dengan menggunakan
metode kurs kini. Aset dan liabilitas dijabarkan menggunakan kurs kini pada
tanggal laporan posisi keuangan (Rp14.000) akun laporan laba rugi dijabarkan
menggunakan kurs rata-rata selama periode berjalan (Rp13.000 ). Dan akun
ekuitas pemegang saham dijabarkan menggunakan kurs historis yang sesuai
(Rp12.000 dan RP13.600). Deviden Dijabarkan Pada Kurs 1 Oktober (Rp13.600)
Yang merupakan pengumuman deviden. Contoh ini mengasumsikan deviden
dibayarkan pada tanggal 1 oktober, hari yang sma dengan tanggal pengumuman.
Jika deviden belum dibayarkan sampai akhir tahun, maka utang liabilitas deviden
akan dijabarkan dengan kurs kini sebesar Rp 14.000=€1

Salah satu fitur analitis yang disedikan oleh metode kurs kini adalah banyak
nya rasio yang digunakan oleh manajemen untuk mengeloala entitas anak adalah
sama dengan rupiah maupun dengan unit mata uang asing. Hubungan ini berlaku
dengan aset dan liabilitas dalam laporan posisi keuangan, penghasilan dan beban
dalam laporan laba rugi karena penjabarn untuk akun-akun ini menggunakn kurs
yang sama . kurs ini untuk aset dan liabilitas, dan kurs rata-rata untuk akun
laporan laba rugi. Oleh karena itu sekala untuk akun- akun telah berubah, tetapi
jumlah relatif masing-masing lapran keuangan tidak berubah. Akan tetapi
hubungan ini tidak berlaku saat rasio memasukkan angka dari laporan laba rugi
dan laporan posisi keuangan atau saat akun ekuitas pemegang saham dimasukkan
dengan aset dan liabilitas.

28
Tabel 2.6 Pembuktian penyesuaian penjabaran per 31 desember 20X1 euro
eropa adalah mata uang funfsional

PT INDUK DAN ENTITAS ANAK

Pembuktian Penyesuaian Penjabaran

Tahun Berakhir 31 Desember 20X1

€ Kurs penjabaran Rp
Asset neto awal tahun 50.000 12.000 600.000.000
Penyesuaian untuk
perubahan dalam posisi
asset neto selama tahun
berjalan:
Laba neto tahun berjalan 12.500 13.000 162.500.000
Dividen dibayarkan (6.250) 13.600 (85.000.000)
Asset neto dijabarkan
dengan:
Kurs selama tahun 677.500.000
berjalan
Kurs akhir tahun 56.250 14.000 787.500.000
Perubahan dalam
penghasilan komprehensif
lain-
Penghasilan penjabaran
selama tahun berjalan 110.000.000
(kenaikan neto)

Akumulasi penghasilan -0-


komprehensif lain-
Penyesuian penjabaran,
1/1
Akumulasi penghasilan 110.000.000
komprehensif lain-
Penyesuaian penjabaran,
31/12

29
Tabel berikut mengilustrasikan hubungan relative dalam laporan ekuangan
menggunakan data di tabel 2.5

Diukur dalam € Diukur dalam


rupiah
Rasio lancar:
Aset lancar €29.250 409.500.000
Liabilitas jangka pendek €3.000 42.000.000
Rasio lancar 9,75 9,75
Beban pokok penjualan sebagai
persentase penjualan:
Beban pokok penjualan €22.500 292.500.000
Penjualan €50.000 650.000.000
Persentase 45% 45%

Penyesuaian penjabaran dalam tabel 2.5 timbul karena asset dan liabilitas
investee dijabarkan menggunakan kurs kini, sedangkan untuk menjabarkan
ekuitas peemgang saham dan saldo akun laporan laba rugi menggunakan kurs
yang berbeda. Walaupun penyesuaian penjabaran mungkin akan dianggap dengan
kitem penyeimbangan unruk membuat debit neraca saldo sama dengan kreditnya,
pengaruh perubahan kurs selama periode berjalan harus dihitung untuk
membuktikan akurasi proses penjabaran. Pembuktian untuk tahun 20X1, tahun
akuisisi, disajikan di tabel 2.6.

Pembuktian dimulai dengan menentukan pengaruh dari perubahan kurs pada


investasi awal dan elemen yang mengubah investasi awal. Perhatikan bahwa
hanya kejadian yang mempengaruhi akun ekuitas pemegang saham yang
mengubah investasi aset neto. Dalam contoh ini ada perubahan yang terjadi dalam
akun investasi terjadi dari laba sebesar€12.500 dan dividen sebesar €6.250. tidak
ada perubahan yang terjadi dalam saham yang beredar selam tahun berjalan.
Investasi neto awal dijbar kan menggunak kurs awal tahun. Laba rugi dan dividen

30
dijabarakan menggunaka kurs pada tanggal terjadi transaksi. Laba rugi diperoleh
secara merata selama setahun; sehingga kurs rata-rata selama periode berjalan
digunakan untuk menjabarkan laba rugi. Posisi aset neto akhir dijabarkan
menggunakan kurs pada akhir tahun. Penyesuain Penjabaran kumulatif pada awal
tahun adalah nol dalam contoh ini karena entitas anak di akusisi pada tanggal 1
januari 20X1.

Akun akumulasi penghasilan komprehensif lain-Penyesuaian penjabaran


mempunyai saldo kredit karena kurs spot pada akhir periode pertama kepemilikan
lebih tinggi dari pada kurs pada awal periode atau kurs rata-rata periode tersebut.
Jika kurs mengalami penurunan selama periode berjalan, maka penyesuaian
penjabaran akan mempunyai saldo debit. Cara lain untuk apakah akumulasi
peneyesuaian penjabaran mempunyai saldo debit atau kredit adalah dengan
menggunakan logika laporan posisi keuangan. Sebagai contoh, laporan posisi
keuangan entitas anak yang dijabarkan pada awal tahun akan menjadi:

Laporan Posisi Keuangan Penjabaran,1/1/X1

Asset neto Modal saham


Rp600.000.000 Rp600.000.000

Laporan posisi keuangan penjabaran paa akhir tahun akan menjadi:

Laporan Posisi Keuangan Penjabaran,31/12/X1

Asset neto Rp787.500.000 Modal saham biasa


Rp600.000.000

31
Saldo laba
(laba neto – deviden)
Rp77.500.000
Akumulasi penghasilan
Komprehensif lain-penyesuaian
penjabaran
Rp110.000.000
Total Rp787.500.000 Total
Rp787.500.000

Perhatikan bahwa Rp110.000.000 adalah saldo kredit dalam rangka untuk membuat
laporan posisi keuangan “seimbang”.

Ayat jurnal untuk pembukuan entitas induk

Ayat jurnal ini dibuat untuk mengakui nilai setara rupiah dari
bagian entitas induk atas laba entitas anak, amortisasi selisih biaya perolehan
dengan nilai buku, penyesuaian penjabaran kumulatif untuk deferensial entitas
induk dan deviden yang diterima dari entitas anak diluar negeri. Selain itu entitas
induk harus mengakui bagian nya atas penyesuain penjabaran entitas induk dari
investasi asing dilaporkan sebagai komponen penghasilan komprehnsif lain entitas
induk.

Berikut ini ayat jurnal yang dibuat oleh PT Induk untuk mencatta investasinya
di German Company. PT Induk menerima deviden pada tanggalm 1 oktober 20X1
dan langsung mengonversinya ke rupiah sebagai berikut.

1 Oktober 20X1
(6) Kas 85.000.000
Investasi pada 85.000.000
saham German
Company
Dividen yang diterima
dari entitas anak

32
diluar negeri: €6.250
x Rp13.000 kurs
31 Desember 20X1
(7) Investasi pada saham 162.500.000
German Company
Laba rugi dari 162.500.000
entitas anak
Ekuitas dalam laba
neto entitas anak
dari luar negeri:
€12.500 x Rp13.000
kurs
(8) Investasi pada saham 110.000.000
German Company
Penghasilan 110.000.000
komprehensif
lain-penyesuaian
penjabaran
Bagian entitas induk
atas perubahan dalam
penyesuaian
penjabaran akun
entitas anak:
Rp110.000.000 x
1,00

Jika ada tenggang waktu antara tanggal pengumuman dan tanggal pembayaran
deviden, entitas induk akan mencatat pitang deviden dari entitas anak diluar
negeri pada tanggal pengumuman. Akun ini akan didominasikan dalam mata uang
asing dan akan disesuaiakn dengan kurs kini pada tanggal laporan posisi keuangan
dan tanggal pembayaran, sama seperti akun lain yang didominasikan dalam mata
uang asing.

33
Diferensial. Alokasi dan amortisasi dari selisih biaya perolehan atas nilai
buku memerlukan perhatian khusus dalam penjabaran laporan kuangan entitas
anak diluar negeri, ini adalah bagian dari akun investasi entitas induk. Namun
nilai buku yang dijabarkan dari entitas anak diluar negeri merupakan komponen
utama dari akun investasi dalam pembukuan entitas induk dan berkaitan langsung
dengan aset berbasis asing. PSAK 10 mengharuskan bahwa alokasi dan amortisasi
dari selisih antara investasi dengan nilai buku nya dilakukan dari segi mata uang
fungsional entitas anak diluar negeri dan jumlah tersebut kemudian dijabrkan
dengann kurs penutup. Amortisasi periodik mempengaruhi laporan laba rugi dan
karena nya diukur dengan kurs rata-rata yang digunkan untuk menjabarkan akun
laporan laba rugi. Di sisi lain saldo yang belum diamortisasi dari defersial
dilaporakan dalam laporan posisi keuangan dan dijabarkan dengan kurs kini yang
digunakan untuk akun laporan posisi keuangan. Pengaruh dari perbedaan kurs
tersebut disajikan dalam penyesuaian penjabaran entitas induk sebagai revisi dari
bagian investasi awalo entitas anak.

PT induk mengamortisasi paten selama periode 10 tahun. sebagai berikut:

Euro Kurs Rupiah


eropa penjabaran indonesia
Laporan laba rugi:
Diferensiaasi awal tahun €5.000 12.000 Rp 60.000.000
Amortisasi periode ini (500) 13.000 (6.500.000)
Sisa sldo €4.500 Rp 53.500.000

Laporan posisi
keuangan:
Sisa slado pada 31/12/x1 €4.500 14.000 Rp 63.000.000
dijabarkan dengan kurs
akhir tahun
Selisih untuk penghasilan
kompherensif lain-
Penyesuain penjabaran
(Kredit) Rp 9.500.000

34
Cara lain untuk melihat penyesuaian diferensial sebesar Rp9.500.000 adalah
bahwa diferensial tersebut menyesuaiakan diferensial entitas induk, yang
merupakan bagian dari akun investai, menjadi jumlah yang diperlukan untuk
mempersiapkan laporan posisi keuangan konsolidasian. Pada contoh ini, jika tidak
dibuat penyesuaian diferensial, maka saldo dalam laporan posisi keuangan
konsolidasian akan tidak tepat, yaitu sebesar Rp53.500.000. Oleh karena laporan
posisi keuangan harus melaporkan paten yang dijabarkan pada kurs akhir periode
sebesar Rp63.000.000, maka penyesuaian diferensial dilakukan untuk melaporkan
secara benar jumalh dalam laporan posisi keuangan konsolidasi. Dengan
demikian, penyesuaian mungkin akan dipikirkan sebagai penyesuaian yang
diperlukan agar mendapatkan jumlah difesensial yang benar untuk
memepersiapkan laporan posisi keuangan konsolidasian. Penyesuaian diferensial
dapat mempunyai saldo debit atau kredit bergantung pada arah perubahan kurs.
Dalam kasus ini, diferensial harus dapat dinaikan dari Rp53.500.000 menjadi
Rp63.000.000 yang mengharuskan adanya debit sebesar Rp9.500.000 ke akun
investasi dan kredit ke akun penghasilan komprehensif lain-penyesuaian
penjabaran.

Ayat jurnal (9) mengakui amortisasi paten untuk periode berjalan. Ayat jurnal
(10) mencatat bagian dati penyesuaian penjabaran atas kenaikan diferensial untuk
investasi pada entitas anak di luar negeri.

(9) Laba rugi dari entitas 6.500.000


anak
Investasi pada 6.500.000
saham German
Company
Amortisasi paten:
Rp6.500.000 x
Rp13.000 kura rata-
rata
(10) Investasi pada saham 9.500.000
German Company

35
Penghasilan 9.500.000
komprehensif
lain-penyesuaian
penjabaran
Mengakui
penyesuaian
penjabaran atas
kenaikan diferensial

Penting untuk dicatat bahwa penyesuain penjabaran sebesar Rp9.500.000 dari


defersial hanya ke entitas induk. Kepentingan non pengendalian tidak ditetapkan
sebagai bagian dari penyesuaian penjabaran tersebut. Penyesuaian penjabaran
Rp9.500.000 tersebut dialokasikan ke selisih biaya perolehan yang dibayarkan
diatas nilai buku aset dan oleh karena ditambahkan ke deferensial, yang
merupakan komponen investasi pada entitas di luar negeri sehingga menghasilakn
debit ke akun investasi pada pembukuan entitas induk.

Saldo pada investasi saham German Company tanggal 31 Desember 20X1


adalah Rp850.500.000, sebagaimana ditunjukan dalam akun-T berikut. Angka
dalam tanda kurung menunjukan nomor ayat jurnal dari teks tersebut.

Investasi pada Saham German Company

(1) Harga beli


660.000.000
(6) Deviden
85.000.000
(7) Laba rugi ekuitas
162.500.000
(8) Bagian dari penyesuaian
penjabaran entitas anaak
110.000.000
(9) Amortisasi diferensiasi

36
6.500.000
(10) Penyesuaian penjabaran
atas defersiasi
9.500.000
Saldo 31/12/X1
850.500.000

Perhatikan bahwa akun penghasilan komprehensif lainp-penyesuaian


penjabaran Rp119.500.000 dalam pembukuan entitas induk terdiri dari bagian
akun tersebut atas penyesuaian penjabaran dari menjabarkan neraca saldo entitas
anak (Rp110.000.000) ditambah penyesuaian entitas induk (Rp9.500.000) karena
diferensial dibayar untuk investasi tersebut.

Selama proses ayat jurnal penutup entitas induk, dua ayat jurnal berikut akan
dimasukan secara terpisah untuk menutup laba neto dari entitas dan penghasilan
komprehensif lain yang timbul dari investasi pada entitas anak.

(11) Laba rugi dari entitas 156.000.000


anak
Saldo laba 156.000.000
Untuk menutup laba
neto dari entitas
anak:
Rp156.000.000 =
Rp162.500.00 –
Rp6.500.000

Tabel 2.7 31 desember 20X1 kertas kerja konsolidasi, disususun setelah


penjabaran lapran keuangan asing (000)

Eliminasi
Pos PT Induk German Debit Kredit Konsolidasian
Company
Penjualan 4.000.000 650.000 4.650.000
Laba rugi dari 156.600 (13) 156.600

37
entitas anak
Kredit 4.156.125 650.000 4.650.000
Bebna pokok 1.700.000 292.5000 1.992.500
penjualan
Beban operasi 900.000 188.500 (18) 6.500 1.095.000
Keruguan 6.500 6.500
transaksi mata
uang asing
Debit (2.600.000) (487.500) (3.094.000)
Laba neto, 1.556.000 162.500 162.500 1.566.000
carry forward
Saldo laba , 3.000.000 120.000 (15) 120.000 3.000.000
1/1
Laba neto, 1.556.000 162.500 162.000 1.556.000
from above
4.556.000 282.500 4.556.000
Dividen (600.000) (85.000) (13) 85.000 (600.000)
diumumkan
Saldo laba, 3.956.000 197.500 282.500 85.000 3.956.000
31/12
Kas 4.225.000 150.500 4.375.000
Rupiah yang 42.000 42.000
dimiliki entitas
anak
Piutang 750.000 147.000 897.000
Persediaan 1.000.000 70.000 1.070.000
Tanah 1.750.000 1.750.000
Asset tetap 8.000.000 700.000 8.700.000
Investasi pada (13) 71.000
saham German
Company
(14) 110.000
(15)
660.000
(16) 9.500
Diferensial (15) 60.000
(16) 9.500 (17) 69.500
Paten (17) 69.500 (18) 6.500 63.000
Debit 16.575.500 1.109.500 16.897.500
Akumulasi 4.500.000 105.000 4.605.000
penyusutan
Utang usaha 1.000.000 42.000 1.042.375
Utang obligasi 2.000.000 175.000 2.175.000
Modal saham 5.000.000 480.000 (15) 480.000 5.000.000
biasa
Saldo laba, 3.956.000 197.500 282.500 85.000 3.956.000
from above

38
Akumulasi 119.500 1.109.500 110.000 119.500
penghasilan
komprehensif
lain, from
below
Kredit 16.575.500 1.109.500 1.011.500 1.011.500 16.857.500
Akumulasi 0 0 0 0
penghasilan
komprehensif
lain, 1/1
Penghasilan 119.500 110.000 110.000 119.500
komprehensif
lain-
penysuaian
penjabaran
Akumulasi 119.500 110.000 110.000 0 119.500
penghasilan
komprehensif
lain, 31/12,
(kredit) carry
up

Pedoman eliminasi:

(13) mengeliminasi laba neto dari entitas anaj\k.

(14) mengeliminasi bagian entitas induk atas pendapatan komprehensif lainnya


dari perubahan penyesuaian penjabaran.

(15) mengeliminasi saldo akun investasi awal.

(16) mengeliminasi penyesuaian penjabaran dari diferensial.

(17) menetapkan diferensial ke paten.

(18) mengamortisai paten.

(12) Penghasilan komprehensif lain- Rp119.500.000

39
penyesuaian penjabaran
Akumulasi penghasilan
komprehensif lain- Rp119.500.000
penyesuaian penjabaran
Untuk menutup penghasilan
komprehensif lain yang
dihasilkan dari investasi pada
entitas anak di Jerman:
Rp119.500.000 =
Rp110.000.000 + Rp9.500.000

Kertas Kerja Konsolidasi Selanjutnya. Kertas kerja konsolidasian disusun


setelah proses penjabaran sudah selesai. Proses konsolidasi ini sama seperti entitas
anak domestic, kecuali untuk dua perbedaan utama: (a) entitas induk akan
mencatat bagian dari penyesuaian penjabaran yang timbul dari penjabaran akun
entitas anak diluar negeri; sebagaimana disajikan dalam ayat jurnal (8) dalam
contoh ini, entitas induk yang memiliki 100% entitas anak, tetapi dalam kasus
entitas anak tidak memiliki seluruhnya, maka kepentingan ninpengendalian akan
ditetapkan sebesar bagian presentasenya atas penyesuaian penjabarn, dan (b)
sebagaimana ditunjukan sebelumnya, amortisasi paten untuk periode berjalan
dijabarkan pada saat kurs laporan laba rugi (kurs rata-rata untuk periode berjalan),
sedangkan saldo akhir paten dijabarkan pada saat kurs laporan posisi keuangan
(kurs kini). Sebagaimana ditunjukan dalam ayat jural (10), penyesuaian
penjabaran harus dihitung pada diferensial dan ditetapkan sebagai bagian dan
investasi entitas induk ke dalam entitas anak di luar negeri.

Kertas kerja ini disajikan di tabel 2.7. Neraca saldo untuk German Company
diperoleh dari jumlah penjabaran yang dihitung sebelumnya di tabel 2.5. Berikut
adalah ayat jurnal kertas kerja dalam bentuk ayat jurnal. Ayat jurnal tersebut tidak
dibuat pada pembukuan kedua perusahaan; ayat jurnal tersebut hanya dibuat
dalam kolom eliminasi kertas kerja.

40
E(13) Laba rugi entitas anak Rp156.000.000
Dividen diumumkan
Investasi pada saham German 85.000.000
Company 71.000.000
Mengeliminasi laba rugi dari entitas
anak: Rp156.000.000 =
Rp162.500.000 bagian ekuitas –
Rp6.500.000 amortisasi
E(14) Penghasilan kompehensif lain- 110.0000.000
penyesuaian penjabaran
Investasi pada saham German
Company 110.0000.000
Untuk mengeliminasi penghasilan
kompehensif lain dari entitas anak
yang dicatat oleh entitas induk
E(15) Modal saham biasa – German 480.000.000
Company
Saldo laba, 1/1/X1 120.000.000
Akumulasi penghasilan kompehensif 0
lain, 1/1/X1
Diferensial 60.000.000
Investasi pada saham German
Company
Mengeliminasi saldo laba investasi 660.000.000
awal periode
E(16) Diferensial 9.500.000
Investasi pada saham German 9.500.000
Company
Mengeliminasi penyesuaian
diferensial akhir periode yang dicatat
dalam akun investasi
E(17) Paten Rp69.500.000
Diferensial Rp69.500.000
Mengalokasikan diferensial,
termasuk penyesuaian periodic

41
sebesar Rp9.500.000, ke paten:
Rp69.500.000 =Rp60.000.000 +
Rp9.500.000 penyesuaian diferensial
E(18) Beban operasi – Amortisasi paten Rp6.500.000
Paten Rp6.500.000
Amortisasi paten: Rp6.500.000 =
€500 x Rp13.000

Pada saat entitas induk menggunakan metode ekuitas dan tidak terdapat
transaksi pendapatan antarperusahaan, maka laba neto dan saldo laba entitas induk
sama dengan laba neto dan saldo laba konsolidasian. Hal ini memungkinkan untuk
memverifikasi jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan konsolidasian.

Kepentingan nonpengendalian pada entitas anak di luar negeri

Sebagian besar perusahaan Indonesia lebih suka untuk memiliki 100% anak
perusahaan luar negerinya. Dengan demikian akan memungkinkan manajemen
yang lebih efisien atas anak perusahaan dan tidak ada keharusan untuk menyusun
laporan keuangan anak perusahaan untuk kepentingan minoritas. Akan tetapi, jika
anak perusahaan luar negeri tidak dimiliki sepenuhnya, maka kepemilikan
minoritas harus dihitung dan diperlakukan sebagaimana dijelaskan pada bab
sebelumnya. Satu-satunya perbedaan adalah alokasi selisih translasi yang timbul
dari translasi akun neraca percobaan anak perusahaan luar negeri. Oleh karena itu
sebagai contoh jika PT Induk memiliki 80% kepemilikan saham di German
Company dan investor lain memiliki 20% kepentingan nonpengendali, maka
kepentingan non pengendali akan dialokasikan sebesar persentase bagian nya dari
penyesuian penjabaran melalui proses ayat jurnal eliminasi. Kepentingan non
pengendali pada laporan posiis keuangan konsolidasi akhir tahun akan
dimasukkan sebesar bagian nya atas akumulasi penghasilan kompherensif lain
dari penyesuaian penjabaran sebgai berikut:

42
Modal saham biasa (Rp480.000.000 x 0,2) Rp96.000.000
Saldo laba:
Saldo laba awal (Rp120.000.000 x 0,20) Rp24.000.000
Ditambah: laba neto (Rp162.500.000 x 32.500.000
0,20) (Rp17.000.000)
Dikurang: deviden (Rp85.000.000 x 0,20) 39.500.000
Total saldo laba 22.000.000
Akumulasi penghasilan komprehensif lain-
penyesuaian penjabaran (Rp110.000.000 x
0,20) 157.500.000
Total kepentingan nonpengendalian

E. Pengukuran Kembali Pembukuan ke dalam Mata Uang Fungsional

Metode kedua untuk menyajikan kembali laporan keuangan afiliasi luar negeri
kerupiah adalah pengukuran kembali. Walaupun pengukuran kembali tidak umum
sebagaimana translasi, terdapat beberapa situasi dimana mata uang fungsional dari
afiliasi asing bukan mata uang lokal. Pengukuran kembali sama seperti translasi
dimana tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai serta rupiah dari akun-akun
afiliasi sehingga dapat digabungkan atau dikonsolidasikan dengan laporan
keuangan perusahaan Indonesia. Akan tetapi, kurs yang digunakan untuk
pengukuran kembali berbeda dengan kurs yang digunakan dalam translasi, yang
menghasilkan nilai rupiah yang berbeda untuk akun-akun afiliasi asing.

Dalam sebagian besar kasus, afiliasi asing dapat dianggap sebagai alat
produksi atau penjualan langsung dari perusahaan Indonesia, tetapi menggunakan
mata uang lokal untuk mencatat dan melaporkan hasil operasinya. Selain itu,
entitas luar negeri yang berlokasi dinegara dengan tingkat inflasi yang sangat
tinggi, yang didefinisikan sebagai negara deengan tingkat inflasi kumulatif lebih
dari 100% harus menggunakan rupiah sebagai mata uang fungsional dan laporan
keuangannya diukur kembali menjadi rupiah.

Tabel 2.8 akun-akun yang diukur kembali menggunakan kurs historis

43
Akun Laporan Posisi Keuangan:
Efek yang dicatat ebesar biaya perolehan nya
Persediaan yang dicatat sebesar biaya perolehan nya
Biaya dibayar dimuka seperti asuransi, iklan, dan sewa
Aset tetap
Paten, merek dagang, lisensi, dan formula
Good will
Aset tak berwujut lain nya
Biaya dan kredit tanggungan, kecuali biaya perolehan kebijkan untuk perusahaan
asuransi jiwa
Penghasilan tanggungan
Modal saham biasa
Saham preferen yang dicatat sebesar harga penerbitan
Akun Laporan Laba Rugi:
Penghasilan dan beban yang berkaitan dengan aset dan liabilitas non moneter
Beban pokok penjualan
Penyusutan aset tetap
Amortisasai aset tak berwujud
Amortisasi biaya tangguhan
Sumber: PSAK 10

Proses pengukuran kembali harus memberikah hasil akhir yang sama seakan-
akan entitas luar negeri sejak awal dicatat dalam rupiah. Oleh karena itu, beberapa
transaksi dan saldo akun disajikan kembali menjadi nilai setara rupiah
menggunakan kurs historis, yaitu kurs tunai pada saat awal transaksi terjadi.
Proses pengukuran kembali membagi neraca menjadi akun moneter dan non
moneter. Aset dan kewajiban moneter, seperti kas, piutang jangka pendek dan
jangka panjang, dan utang jangka pendek dan jangka panjang, mempunyai jumlah
yang tetap dalam unit mata uang. Akun-akun ini dapat mengalami keuntungan dan

44
kerugian dari perubahan kurs aset non moneter adalah akun-akun seperti
persediaan dan aset tetap, yang nilaninya tidak tetap dalam unit moneter.

Akun moneter akan diukur kembali dengan menggunakan kurs kini. Kurs
historis yang akan disesuaikan digunakan untuk mengukur kembali saldo akun
laporan posisi keuangan nonmoneterdan akun saldo yang terkait dengan
penghasilan, bebean, keuntungan dan kerugian. Daftar akun baru diukur kembali
dengan kurs historis yang disesuaikan seperti yang ditampilakn pada figur 12-8.

Oleh karena diganakan berbagai kurs untuk mengukur kembali neraca


percobaan mata uang asing, maka debet dan kredit dalam neraca percobaan setara
rupiah tidak akan sama. Dalam kasus ini pos penyeimbang adalah keuntungan
atau kerugian pengukuran kembali, yang dimasukkan dalam laporan laba rugi
periode berjalan.

Penyajian Laporan Keuangan dari Keuntungan atau Kerugian


Pengukuran Kembali

Setiap keuntungan atau kerugian yang timbul dari proses pengukuran kembali
dimasukkan dalam laporan laba rugi periode berjalan, umumnya dalam
“pendapatan lain-lain”. Digunakan beberapa nama akun seperti keuntungan
(kerugian) mata uang asing. Keutungan (kerugian) mata uang, keuntungan
(kerugian) nilai tukar, atau keuntungan (kerugian) pengukuran kembali. Pos
keuntungan (kerugian) pengukuran kembali digunakan disini karena nama ini
paling menggambarkan seumber pos tsb. Keuntungan atau kerugian pengukuran
kembali dimasukkan dalam laporan laba rugi periode berjalan karena jika
transaksi sejak awal dicatat dalam rupiah, maka keuntungan atau kerugian nilai
tukar akan diakui dalam periode berjalan sebagai bagian dari penyesuaian yag
diharuskan untuk penilaian transaksi luar negeri yang didominasi dalam mata
uang asing. Setelah menyelesaikan proses pengukuran kembali, laporan keuangan
entitas luar negeri akan disajikan seakan akan rupiah telah digunakan untuk
mencatat transaksi dalam mata uang lokal pada saat terjadinya.

45
Ilustrasi Pengukuran Kembali Anak Perusahaan Luar Negeri

Untuk menyajikan kembali laporan keuangan, akan digunakan contoh


Germany Company. satu-satunya perbedaan dengan contoh translasi sebelumnya
dan contoh sekarang adalah mata uang fungsional anak perusahaan luar negeri
sekarang diasumsikan sebagai rupiah bukan euro eropa. Germany Company
dalam pembukuan dan pencatatannya menggunakan euro untuk menghasilkan
laporan yang diharuskan untuk pemerintah Germany. Oleh karena itu rupiah
adalah mata uang fungsional, maka laporan keuangan Germany Company akan
diukur kembali dalam rupiah. Setelah laporan keuangan afiliasi luar negeri diukur
kembali, maka proses konsolidasi akan sama dengan anak perusahaan domestik.

Pengukuran Kembali Neraca Saldo Entitas Anak Diluar Negeri Setelah


Akuisisi

Neraca saldo pada entitas anak harus diukur kembali dari euro Eropa menjadi
rupiah sebagaimana ditampilkan di tabel 2.9. Kurs kini yang digunakan untuk
mengukur kembali akun moneter, dan kurs historis yang sesuai digunakan untuk
setiap akun nonmoneter.

Tiga pos menggunakan perhatian khusus. Pertama, asset tetap diukur kembali
menggunakan kurs historis pada tanggal entitas induk mengakuisisi entitas anak
diluar negeri. Jika entitas anak membeli asset tetap tambahan setelah entitas induk
mengakuisisi saham entitas anak, maka tambahan asset tetap tersbut akan diukur
kembali menggunakan kurs pada tanggal pembelian asset tetap tambahan tersebut.
Hal yang sama berlaku untuk pos nonmoneter lainnya. Penting untuk mempunyai
catatan perolehan atau pelepasan asset nonmoneter dan ekuiytas setelah akuisisi
saham entitas anak di luar negeri untuk menjamin penggunaan kurs yang sesuai
untuk mengukur kembali pos-pos tersebut. Ingat kembali bahwa kombinasi bisnis
dicatat sebagai pembelian; karena itu, kurs historis yang sesuai adalah kurs spot
pada tanggal entitas induk membeli saham entitas anak diluar negeri. Jika

46
kombinasi bisnis dicatat sebagai penyatuan kepemilikan, maka kurs historis yang
sesuai adalah kurs pada tangggal entitas anak mengeluarkan saham awal dan
memperoleh asset nonmoneter, bukan pada tanggal entitas induk mengakuisisi
saham entitas anak.

Kedua, beban pokok penjualan terdiri dari transaksi yang terjadi pada berbagai
kurs. Persediaan awal diperoleh pada saat kurs Rp12.000 = €1. Pembelian
persediaan dilakukan pada beberapa waktu selama setahun, sehingga kurs rata-rata
Rp13.000 = €1 digunakan sebagai kurs pengukuran kembali. Untuk tujuan ilustrasi,
contoh ini mengasumsikan persediaan akhir dibeli pada saat kurs langsung adalag
Rp13.800 = €1 dan digunakan metode persediaan FIFO.

Ketiga, beban operasi juga terjadi pada kurs yang berbeda. Beban penyusutan diukur
kembali pada kurs Rp12.000 = €1 karena trekait dengan akun nonmoneter, asset tetap
diukur kembali dengan kurs historis Rp12.000 = €1. Kurs rata-rata digunakan untuk
mengukur kembali bebna operasi lainnya karena diasumsikan terjadi merata selama
periode tersebut.

Keutungan pengukuran kembali diakui dalam laporan laba rugi periode berjalan.
Keutungan kurs pengukuran kembali adalah sebagai item penyeimbang untuk membuat
total debit sama dengan total kredit, tetapi dapat dibuktikan dengan menganalisa
perubahan pos moneter selama periode berjalan. Kertas kerja konsolidasi selanjutnya dan
pembuktian keuntungan kurs pengukuran kembali disajikan dalam bagian “Pertimbangan
Tambahan” pada akhir bab ini.

Tabel 2.9, 31 Desember 20X1 pengukuran kembali neraca saldo entitas anak di luar
negeri

Mata uang fungsional adalah rupiah

Pos Saldo, € Kurs Saldo, Rp


Kas 10.750 14.000 150.500.000
Unit mata uang asing 3.000 14.000 42.000.000
Piutang 10.500 14.000 147.000.000
Persediaan 5.000 13.800 69.000.000
Asset tetap 50.000 12.000 600. 000.000
Beban pokok penjualan 22.500 (a) 281. 000.000
Beban operasi 14.500 (b) 186.000.000

47
Kerugian transaksi mata uang 500 13.000 6.500.000
asing
Dividen dibayarkan 6.250 13.600 85. 000.000
Total debit 123.000 1.567. 000.000
Akumulasi penyusutan 7.500 12.000 90.000.000
Utang usaha 3. 000 14.000 42.000.000
Utang obligasi 12.500 14.000 175.000.000
Modal saham biasa 40. 000 12.000 480.000.000
Saldo laba 10. 000 (c) 120.000.000
Penjualan 50. 000 650.000.000
Total 123.000 1.557.000.000
Keuntungan pengukuran 10.000.000
kembali
Total kredit 1.567.000.000

Dalam euro kurs Dalam rupiah


(a) Beban pokok penjualan:
Persediaan awal 7.500 12.000 90.000.000
Pembelian 20.000 13.500 260.000.000
Barang tersedia 27.500 350.000.000
Dikurangi: persediaan akhir (5.000) 13.000 (69.000.000)
Beban pokok penjualan 22.500 281.000.000
(b) Beban operasi:
Beban kas 12.000 13.500 156.000.000
Beban penyusutan 2.500 12.00 30.000.000
14.500 186.000.000
(c) Carry forward dari kertas
kerja 1 Januari 20X1

Ikhtisar Translasi versus Pengukuran Kembali

Pada saat mata uang fungsional adalah rupiah, maka pos moneter dineraca
akan diukur kembali menggunakan kurs historis. Dalamcontoh ini, kurs langsung
telah meningkat selama periode berjalan. Sehingga akun moneter lebih rendah
pada saat diukur kembali dibandingkan saat ditranslasikan.

Tabel 2.10 Ikhtisar Proses Translasi dan Pengukuran Kembali

Pos Proses Proses Pengukuran Kembali

48
Translasi
Mata uang fungsional Unit mata uang local Rupiah Indonesia
entitas luar negeri
Metode yang digunakan Metode kurs sekarang Metode moneter dan
nonmoneter
Akun-akun laba rugi:
Pendapatan Kurs rata-rata Kurs rata-rata tertimbang,
tertimbang kecuali pendapatan terkait
dengan pos nonmoneter (kurs
historis)
Beban Kurs rata-rata tertimbang,
Kurs rata-rata kecuali beban terkait dengan
tertimbang Pos nonmoneter (kurs
historis)

Akun-akun Neraca:
Akun-akun moneter Kurs Sekarang Kurs sekarang
Akun-akun Kurs sekarang Kurs historis
nonmoneter
Akun-akun modal Kurs Historis Kurs historis
pemegang saham
Saldo laba Saldo laba Sebelumnya Saldo periode sebelumnya
ditambah laba dikurangi ditambah laba dikurangi
deviden deviden
Translas
Selisih kurs yang Selisih i Keuntungan atau kerugian
timbul dari proses diakumulasikan Di pengukuran kembali yang
ekuitas Pemegang dimasukkan dalam laporan
Saham laba rugi periode berjalan

49
A. Investasi Asing dan Anak Perusahaan Tidak Dikonsolidasikan

Sebagian besar perusahaan mengkonsolidasikan anak perusahaan luar negeri


sesuai dengan PSAK 65, “Laporan Keuangan Konsolidasi”. Dalam beberapa
kasus, anak perusahaan tersebut tidak dikonsolidasi, karena kriteria yang
diterapkan untuk anak perusahaan luar negeri. Umumnya induk perusahaan
mengkonsolidasikan anak perusahaan luar negeri, kecuali jika salah satu kondisi
berikut sangat ketat sehingga perusahaan Indonesia yang memiliki perusahaan
luar negeri tidak dapat melaksanakan tingkat pengendalian ekonomis atas sumber
daya dan operasi keuangan anak perusahaan luar negeri yang merupakan syarat
konsolidasi, seperti berikut ini:

1. Pembatasan pertukaran mata uang asing di negara asing


2. Pembatasan transfer properti di negara asing
3. Ketidakpastian lain yang diterapkan oleh pemerintah

Anak perusahaan luar negeri yang tidak dikonsolidasi dilaporkan sebagai


investasi dalam neraca perusahaan Indonesia. Perusahaan investor Indonesia harus
menggunakan metode ekuitas jika mempunyai kemampuan untuk melaksanakan
“pengaruh signifikan” atas kebijakan keuangan dan operasional investee. Jika
metode ekuitas tidak dapat diterapkan, maka digunakan metode biaya untuk
mencatat investasi luar negeri, mengakui pendapatan hanya dari deviden yang
diterima.

Jika metode ekuitas anak diluar negeri yang tidak dikonsolidasi maka laporan
keuangan investe diukur kembali atau dijabarkan, bergantung pada penentuan
mata uang fungsional. Jika digunakan pengukuran kembali maka laporan
keuangan entitas asing akan diukur kebali kedalam rupiah dan investor mencatat
persentase nya dari laba rugi investase dan membuat amortisasi atau penurunan
nilai yang diperlukan dari setiap diverensial. Terhadap pendekatan jaln
pintas( shortcut) untuk penjabaran: kalikan laba netto afiliasi asing yang diukur
dalam unit mata uang asing dengan kurs rata-rata selama periode berjalan, dan

50
kemudian mengakui persentase saham entitas induk atas laba neto yang
dijabarkan tersebut, selain itu investor harus mengakui saham atas penyesuaian
penjabaran yang timbul dari penjabaran laporan keuangan entitas asing. Saham
investor atas penyesuaian penjabaran dari investasi asing dilaporkan pada laporan
posisi keuangan investor sebgai komponen terpisah dari ekuitas pemegang saham
dan sebagai penyesuaian atas jumlah tercatat dari akun investasi. Ayat jurnal dari
pembukuan investor sama untuk metode ekuaitas baik entitas anak pada
kosolidasi atau dilaporkan sebagai investasi yang tidak dikonsolidasikan.

Likuidasi Investasi Luar Negeri

Akun selisih translasi terkait langsung dengan investasi perusahaan dientitas


luar negeri. Jika investor menjual sebagian besar investasi sahamnya, PSAK 10
mengharuskan porsi pro rata dari akun akumulasi selisih translasi yang
dialokasikan ke investasi, dimasukkan dalam perhitungan keuntungan atau
kerugian pelepasan investasi. Sebagai contoh jika induk perusahaan menjual 30%
dari investasi pada anak perusahaan, 30% dari selisih translasi kumulatif harus
dikeluarkan dari akun selisih translasi dan dimasukkan dalam perhitungan
keuntungan atau kerugian dari pelepasan investasi asing tersebut.

B. Lindung Nilai Investasi Bersih di Anak Perusahaan Luar Negeri

PSAK 55 memperbolehkan lindung nilai investasi bersih dianak perusahaan


luar negeri. Sebagai contoh PT Induk mempunyai investasi bersih sebesar $
50.000 dianak perusahaan German, yang dibayar seharga Rp 66.000. PT Induk
dapat memutuskan untuk melindung nilai investasi aset bersih dengan melakukan
kontrak kurs dimuka untuk menjual euro, atau perusahaan dapat mengeluarkan
kewajiban berbasis euro. PSAK 55 menetapkan bahawa keuntungan atau kerugian
dari bagian efektif lindung nilai investasi bersih dimasukkan dalam pendapatan
komprehensif lainnya sebagai bagian dari selisih translasi. Akan tetapi, jumlah
penggantian kerugian untuk pendapatan komprehensif dibatasi sebesar selisih

51
translasi untuk investasi bersih. Sebagai contoh, jika digunakan nilai tukar dimuka
untuk mengukur efektivitas, jumlah penggantian kerugian dibatasi sebesar
perubahan kurs tunai periode tersebut. Selisih lebih atas bagian tidak efektif dari
lindung nilai harus diakui dalam laba periode berjalan.

Sebagai contoh pada tanggal 1 Januiari 20X1, PT induk memutuskan untuk


melakukan lindung nilai bagian investasi nya yangt baru saja dilakukan di
German Company yang terkait dengan nilai buku aset netto German Company.
PT Induk tidak yakin apakah kurs angsung euro akan meningkat atau menurun
untuk tahun tersebuat dan ingin melakuakn lindung nilai investasi aset neto
German Company sama dengan €50.000(€40.000 modal saham ditambah
€10.000saldo laba). PT Induk meminjam €50.000 pada tingkat bunga 5% untuk
lindung nilai investasi ekuitas nya di German Company , dan pokok pinjaman
serta bunga akan jatoh tempo dibayar pada tanggal 1Januari 20X2

Ayat jurnal pada pembukuan PT Induk untuk mencatat lindung niali atas
investasi neto adalah :

1 Januari 20X1

(19) Kas 600.000.000

Utang pinjaman(€) 600.000.000

Meminjam utang yang didenominasi dalam euro untuk lindung niali atas
investasi neto pada entitas anak di German : Rp 600.000.000 = €50.000
X 12.000 kurs spot

31 Desember 20X1

(20) Penghasilan Komperhensif lain 100.000.000

Utang pinjaman (€) 100.000.000

52
Merevaluasi utang yang didenominasi dalam mata uang asing ke kurs
spot akhir periode Rp100.000.000 = €50.000 x (Rp14.000- Rp 12.000)

(21) Beban bunga 32.500.000

Kerugaian transaksi mata uang asing 2.500.000

Utang bunga(€) 35.000.000

Mengakrual beban dan utang bunga atas pinjaman dalam euro Rp


32.500.000 =€50.000 X 0,05 bunga X 13.000 kurs rata-rata Rp
35.000.000 = €50.000 X 0,05 bunga X 14.000 kurs spot akhir periode

(22) Akumulasi penghasilan komperhensif

lain-penyesuaian penjabaran 100.000.000

Ikhtisar laba rugi ( atau saldo laba) 2.500.000

Kerugian transaksi mata uang asing


2.500.000

Penghasilan komperhensif lain


100.000.000

Menutup akun nominal terkait dengan lindung nilai atas investasi netto
pada entitas anak di luar negeri

Kemudian pada saat pokok pinjaman dan bunga dibayar pada tanggal 1 Januari
20X2 dibuat ayat jurnal sebagai berikut:

1 Januari 20X1

(23) Utang bunga (€) 35.000.000

Utang pinjaman (€) 700.000.000

Kas 735.000.000

Membayar pokok pinjaman dan bunga yang jatuh tempo pada lindung
nialai yang di denominasi dalam euro: Rp 700.000.000 = Rp
600.000.000+ Rp 100.000.000

53
Selama tahun 20X1 PT Induk melakukan lindung nilai atas bagaian investasi
aset neto nya pada entitas anak diluar negeri. Rupiah melemah terhadap euro( kurs
langsung terjadi kenaikan) dan PT Induk mengakuai keuntungtan atas investasi
aset neto dan kerugian atas utang liabilitas dalam euro. Tanpa melakukan lindung
nilai atas investasi neto. Pt Induk akan melaporkan saldo kredit sebesar
Rp119.500.000 pada bagaian penjabaran kumulatif dan akumulasi penghasilan
komperhensif lain ( Rp119.500.000 = Rp110.000.000 + Rp 9.500.000
penyesuaian diferensial). Dengan lindung nialai atas investasi neto, PT Induk akan
melaporkanhanya Rp 19.500.000 ( Rp 119.500.000 –RP 100.000.000 pengaruh
lindung nilai) sebgai perubahan dlam penyesuaian penjabaran kumulatif untuk
tahun 20X1. Oleh karena itu, PT Induk telah menyeimbangkan sebagian dari
eksposur neto atas investasi aset neto nya tanggal 1Januari 20X1 di German
Company.

Perhatikan juga jumlah penggantian kerugian dari penghasilan komperhensif


lain dibatasi sebesar bagian efektif dari lindung nilai berdasarkan pada revalusi
aset neto. Setiap selisih lebih, dalam kasus ini kerugaian revalusi utang bunga
dalam ayat jurnal ( 21) sebesar Rp 2.500.000, dimasukkan langsung dalam laba
berjalan pada laporan laba rugi.

Tabel 2.11 Pendekatan dua laporan untuk menampilkan laba rugi


komperhensif

PT INDUK DAN ENTITAS ANAK


Laporan laba rugi konsolidasi
Untuk tahun berakhir 31 desember 20X1
Penjualn Rp
4.850.000.000
Beban pokok penjualan
(1.992.500.000)

54
Laba bruto 2.657.500.000
Beban operasi
(1.095.000.000)
Kerugian transaksi mata uang asing’
(6.500.000)
Laba neto konsolidasi untuk kepentinagn pengendali Rp
1.556.000.000
PT INDUK DAN ENTITAS ANAK
Laporan laba rugi komperhensif konsolidasi
Untuk tahun berakhir 31 Desember 20X1
Laba netto kosolidasi untuk kepentingan pengendali Rp
1.558.000.000
Penghasilan komperhensif lain;
Penyesuaian penjabaran mata uang asing Rp
119.500.000
Laba rugi komperhensif untuk kepentingan pengendali Rp
1.675.000.000

Tabel 2.12 Laporan perubahan ekuitas konsolidasian

PT INDUK DAN ENTITAS ANAK


Laporan perubahan ekuitas konsolidasi
Untuk tahun berakhir 31 Desember 20X1
total Laba rugi Saldo laba Akumulasi Modal
komperhen penghasila saham
sif n
komperhe
nsif lain
Saldo Rp8.000.000. Rp3.000.000. Rp 0 Rp
awal 000 000 5.000.000.

55
000
Laba rugi
komperhe
nsif
Laba neto 1.556.000.00 Rp 1.556.000.00
0 1.556.000. 0
000
Penghasila
n
komperhe
nsif lain:
Penyesuai 119.500.000 119.500.00 119.500.0
n 0 00
penjabaran
mata uang
asing
Laba rugi 1.675.000.
komperhe 000
nsif
Deviden (600.000.000 (800.000.000
diumumka ) )
n atas
modal
saham
biasa
Saldo Rp Rp Rp Rp
akhir 9.075.000.00 3.956.000.00 119.500.0 5.000.000.
0 0 00 000

C. Persyaratan Pengungkapan

PSAK 10 mengharuskan agregat keuntungan atau kerugian transaksi mata


uang asing yang dimasukkan dalam laba untuk diungkapkan terpisah dalam
laporan laba rugi atau dalam catatan ataas laporan keuangan.

56
Dalam metode penjabaran, perubahan berkala dalam selisih translasi
dilaporkan sebagai elemen pendapatan komprehensif lainnya, sebagaimana
diharuskan oleh PSAK 10. Figur 12-11 menyajikan pendekatran dua laporan
keuangan untuk menampilkan laba rugi komperhensif. Laporan lab rugi
komperhensif konsolidasi menyajikan perincian penghasilan komperhensif lain
entitas induk sebesar Rp119.500.000. figur 12-12 menyajikan laporan perubahan
ekuitas yang mengkonsolidasi semua elemen ekuiatas pemegang saham. Laporan
posisi keuangan akan menampilkan model saham, saldo laba, dan akumulasi
penghasilan komprehensif lain dalam bagian ekuitas pemegang saham. Selain iru,
PSAK 10 mensyaratkan pengungkapan catatan kaki dari perubahan kurs yang
terjadi setelah tanggal laporan posisi keuangan dan pengaruhnya terhadap
transaksi mata uang asing yang belum diselesaikan, jika signifikan.

Tabel 2.13 31 Desember 20X1 kertas kerja konsolidasi disiapkan setrelah


pengukuran kembali laporan asing

eliminasi
Pos PT Induk German debet kredit Konsolidasi
Company
Penjuala 4.000.000.0 650.000.000 4.650.000.00
n 00 0
keuntun 10.000.000 10.000.000
gan
penguku
ran
kembali
Laba 180.500.000 (24)
rugi dari 180.500.00
entitas 0
anak
Kredit 4.180.500.0 600.000.000 4.660.000.00
00 0
Beban 1.700.000.0 281.000.000 1.981.000.00
pokok 00 0
penjuala

57
n
Beban 900.000.000 186.000.000 (27) 1.092.000.00
operasi 6.000.000 0
Kerugia 6.500.000 6.500.000
n
transaks
i mata
uang
asing
Debit (2.600.000.0 (473.500.000 (3.079.500.0
00) ) 00)
Laba 1.580.000.0 186.500.000 186.500.00 1.580.500.00
netto, 00 0 0
from
above
4.580.500.0 306.500.000 4.580.500.00
00 0
Deviden (600.000.00 (85.000.000) (24)
diumum 0) 85.000.000
kan
Saldo 3.980.500.0 221.500.000 306.500.00 85.000.000 3.980.000.00
laba,31/ 00 0 0
12
Kas 4.225.000.0 150.500.000 4.375.000.00
00 0
Rupiah 42.000.000 42.000.000
yang
dimiliki
oleh
entitas
anak
piutang 750.000.000 147.000.000 89.700.000
Persedia 1.000.000.0 89.000.000 1.089.000.00
an 00 0
Tanah 1.750.000.0 1.750.000.00
00 0
Aset 8.000.000.0 600.000.000 8.800.000.00
tetap 00 0

58
Investas 755.500.000 (24)
i pada 95.500.000
saham
German
Compan
y
(25)
660.000.000
Diveren (25) (26)
sial 60.000.000 60.000.000
Paten (26) (27) 54.000.000
60.000.000 6.000.000
Debit 16.480.500. 1.008.500.00 16.787.500.0
000 0 00
Akumul 4.500.000.0 90.000.000 4.590.000.00
asi 00 0
penyusu
tan
Utang 1.000.000.0 42.000.000 1.042.000.00
usaha 00 0
Utang 2.000.000.0 175.000.000 2.175.000.00
obligasi 00 0
Modal 5.000.000.0 480.000.000 (25) 5.000.000.00
saham 00 480.000.00 0
biasa 0
Saldo 3.980.500.0 221.500.000 306.500.00 85.000.000 3.980.500.00
laba, 00 0 0
from
above
Kredit 16.480.500. 1.008.500.00 906.500.00 906.500.000 16.780.500.0
000 0 0 00
Akumul 4.500.000.0 105.000.000 4.605.000.00
asi 00 0
penyusu
tan
Utang 1.000.000.0 42.000.000 1.042.375.00
usaha 00 0
Utang 2.000.000.0 175.000.000 2.175.000.00

59
obligasi 00 0
Modal 5.000.000.0 480.000.000 (15) 5.000.000.00
saham 00 480.000.00 0
biasa 0
Saldo 3.956.000.0 197.500.000 282.500.00 85.000.000 3.956.000.00
laba, 00 0 0
from
above
Kredit 16.575.500. 1.109.500.00 1.101.500. 1.101.500.00 16.857.500.0
000 0 000 0 00

Ayat jurnal eliminasi:

(24) mengeliminasi laba rugi dan dividen dari entitas anak.

(25) mengeliminasi saldo awal akun investasi.

(26) menetapkan diferensial awal ke paten.

(27) mengamortisasikan paten.

D. Pertimbangan Tambahan Dalam Akuntansi Untuk Operasi Entitas Luar


Negeri

Bagian ini membahas topic khusus dalam akuntansi untuk perusahaan


multinasional. Walaupun beberapa pertimbangan ini sangat teknis, pembelajaran
bagian ini akan menambah pemahaman anda atas berbagai isu akuntansi untuk
entitas asing.

Kasus Pengukuran Kembali : Kertas Kerja Konsolidasi Selanjutnya

Kertas kerja konsolidasi untuk kasus pengukuran kembali pada figur 12-13.
Akun-akun untuk German Company diperoleh dari akun-akun pengukuran
kembali yang telah dihitung kembali pada figur 12-9. Keuntungan pengukuran

60
kembali dimasukkan dalam neraca saldo entitas anak perusahaan German karena
sumber dari akun tersebut adalah pengukuran kembali terhadap akun entitas anak.

Akun laba rugi dari entias anak dapat dibuktikan sebagai berikut:

Laba rugi dari entitas anak


Bagian entitas induk atas laba rugi
Entitas anak ($18.650 X 1,00)
188.500.000
Amortisasi paten
($ 80.000.000/ 10 tahun) 8.000.000
Saldo,31 /12/X1 186.500.000

Dalam laporan laba rugi kosolidasi, akun keuntungan pengukuran kembali umum
nya adalah penggantian kerugian terhadap akun kerugian transaksi mata uang
asing dalam contoh ini menghasilkan keuntungan neto sebesar Rp3.500.000 ( Rp
10.000.000- Rp 6.500.000 ). Keuntungan ini dilaporkan dalam bagian laba rugi
lain dari laporan laba rugi.

Proses konsolidasi yang tersisa identitk dengan proses untuk entitas anak
domestik. Catat bahwa paten sebesar Rp 54.000.000 yang ditampilakn pada
laporan posiisi keuangan konsolidasi adalah bagian yang belum dimortisasi dari
jumlah awal Rp 60.000.000 ( Rp 54.000.000= Rp60.000.000 - Rp6.000.000).
tidak ada penyesuaian khasus yang diperlukan untuk paten tersebut pada saat
menggunakan proses pengukuran kembali.

Ayat jurnal eliminasi sebagai berikut.

E(24) Laba rugi dan entitas anak 180.500.000


Deviden diumumkan 85.000.000
Investasi pada sham 95.500.000
german company
Mengeliminasi laba rugi dari
entitas anak

61
E(25) Modal saham biasa german 480.000.000
comapany
Saldo laba 1 januari 20x1 120.000.000
Diferensial 60.000.000
Investasi pada saham 660.000.000
jerman company
Mengeliminasi saldo
investasi awal periode
E(26) Paten 80.000.000
Diferensial 80.000.000
Mengalokasikan diferensial
ke paten
E(27) Beban operasi-amortisasi 8.000.000
paten
Paten 8.000.000
Mengamortisasi paten

Perbandingan pada figur 12-7 dan figir 12-13 menunjukan bahwa entitas anak
di luar negeri melaporkan laba rugi yang berbeda antara penjabaran dan
pengukuran kembali. Alasan untama mengapa laporan laba rugi entitas anak lebih
tinggi sekitar 15% pada saat rupiah melemah(Rp 186.500.000 dibandingkan
dengan Rp 162,500.000 dalam penjabran)adalah bahwa rupiah melemah terhadap
euro eropa selama tahun berjalan. Hal ini mengakitbatkan keuntungan pengukuran
kembali untuk entitas anak karena ia melakukan transaksi dalam mata uang yang
menguat (euro) selama periode berjalan, selain itu beban pokok penjualan dan
beban operasi entitas anak diukur kembali menggunakan kurs yang leboh rendah,
yang mengakibatkan laba yang lebihg tinggi.

Tabel 2.14 Pembuktian keuntungan pengukuran kembeli untuk tahun


berakhir 31 desember 20X1

62
Mata uang fungsional adalah rupiah

Perubahan keuntungan pengukurn kembali

Pengukuran kemballi German company

Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20X1

Sekedul 1
Laporan posisi moneter neto

Akhir tahun Awal tahun


Aset moneter:
Kas €10.750 €2.500
Unit mata uang asing 3000 0
Piutang 10.500 10.000
Total €24.250 €12.500
Dikurang ekuitas moneter
Utang usaha €3.000 €2.500
Utang obligasi 12.500 12.500
Total €15.500 €15.000
Liabilitas moneter neto (€2.500)
Aset moneter neto €8.750
Kenaikan aset moneter €11.250

Sekedul 2
Analisi perubahan akun moneter
€ kurs Rp
Posisi liabilitas (2.500) 12.000 (30.000.000)
moneter neto
terkspos 1/1
Penyesuain untuk
perubahsan posisi
moneter neto
Selama tahun
berjalan
Kenaikan
Deari operasi
Penjualan 50.000 13.000 850.000.000
Dari sumber lain 0 0
nya

63
Penurunan
Dari operasi
Pembelian (20.000) 13.000 (260.000.000)
Beban kas (12.000) 13.000 (158.000.000)
Kerugian transaksi (500) 13.000 (6.,500.000)
mata uang asing
Dari deviden (6.250) 13.000 (85.000.000)
Dari pengunaan lain 0 0
nya
Posisi moneter neto
sebelum
pengukuran
kembali
Dengan kurs akhir 112.500.00
tahun
Posisi aset moneter 8.750 14.000 122.500.000
neto terekspos
31/12
Keuntungan 10.000.000
pengukuran
kembali

Pembuktian Keuntungan Pengukuran Kembali

Diperlukan keuntungan pengukuran kembali sebesar Rp 10.000.000 sebagai


pos penyeimbang untuk menyamakan neraca percobaan. Pos penyeimbang ini
dapat dibuktikan. Analisis tersebut terutama melibatkan pos moneter, karena pos-
pos tersebut diukur kembali dari kurs awal periode, atau kurs pada tanggal
terjadinya transaksi menjadi kurs akhir periode. Peningkatan atau penurunan aset
moneter bersih dari pengukuran kembali akan diakui sebagai keuntungan atau
kerugian nilai tukar periode berjalan.

Sekedul 1 menjaikan posisi moneter neto pada wal dan akhir periode.
Perubahan dalm posisi moneter neto sebesar€11.250 adalah perubahan dari saldo
awl liabilitas €2.500 saldo akhir posisi aset moneter neto sebesar €8.750 sekedul
2 menyajikan pengaruh terperinci dari perubahankurs atas posisi moneter neto
dari entitas asing selama periode berjalan. Posisi monetr neto awal dihitung

64
dengan menggunakn kurs awl tahun. Kemudian semua kenaikan dan penurunan
dalam akun moneter neto akanditambah atau dikurtangi menggunakan kurs pada
sat terjadinya transaksi. Sumber dari peniungfkatan atau penurunan lain nya dalam
akun moneter meliputi transaksi pendanaan dan investasi seperi pembelian aset
tetap, penerbitan utanbg jangka panjang, atau penjualan saham. Hasil
penghitungan posiis moneter neto pada akhir tahun menggunakn kurs tanggal
transaksi (Rp 112.500.000) kemudian dibanfdingkan dengan posiisi moneter neto
akhir tahun menggunakn kurs akhir tahuin( Rp 122.500.000) oleh karena adanya
kenaikan kurs maka, posisi aset neto pada akhir tahun lebih tinggi saat diukur
kembli menggunakan kurs tanggal 31 desember 20X1 sebesar Rp 14.000. ini
berarti bhwa nilai serta rupiah dari aset moneter neto pada akhir tahun naik hingga
Rp 112.500.000menjadio Rp 122.500.000 dan diakuai sebagai keuntungan
pemngukuran kembali sebesar Rp 10.,000.000. jika nilai erta rupiah pad tanggal
31 Desember 20x1 posisi aset moneter neto terekspos, sebagaimana diukur
kembali dengn kurs tanggal 31 desemer lenbihg rendah dari nilai Rp112.500.000
mka akan diakui sebagai kerugian pengukuran kembali atas penurauna nilia serta
rupia aset neto.

Laporan Arus Kas

Laporan arus kas adalah penghubung antara dua neraca. Perusahaan


mempunyai kebebasan dan fleksibilitas dalam penyusunan laporan arus kas.
Aturan umum adalah bahwa akun-akun yang dilaporkan dalam laporan arus kas
harus disajikan kembali dalam rupiah menggunakan kurs yang sama dengan yang
digunakan untuk tujuan neraca dan laporan laba rugi. Oleh karena kurs rata-rata
digunakan dalam laporan laba rugi dan kurs tunai akhir (kurs sekarang) digunakan
dalam neraca, maka muncul pos penyeimbang untuk selisih kurs dalam laporan
arus kas. Pos penyeimbang ini dapat dianalisis dan ditelusuri ke akun spesifik

65
yang menghasilkan perbedaan tersebut, tetapi tidak memengaruhi perubahan
dalam arus kas periode tersebut.

Penilaian Persediaan Nilai Terendah antara Biaya Perolehan dan Nilai Pasar
dalam Pengukuran Kembali

Penerapan aturan nilai antara biaya perolehan dan nilai pasar untuk persediaan
memerlukan perlakuan khusus pada saat mata uang pencatatan bukan mata uang
fungsional. Oleh karena itu, laporan keuangan entitas asing harus diukur kembali
kedalam mata uang fungsional. Biaya inventaris historis harus diukur kembali
terlebih dahulu menggunakan kurs historis untuk menentukan nilai biaya
perolehan historis dalam mata uang fungsional. Kemudian biaya perolehan hasil
pengukuran kembali ini dibandingkan dengan nilai pasar dari persediaan yang
ditranslasikan menggunakan kurs sekarang. Langkah terakhir adalah
membandingkan biaya perolehan dan nilai pasar, yang keduanya sudah dalam
mata uang fungsional dan untuk mengakui apakah diperlukan penurunan nilai
kenilai pasar. Perbandingan dilakukan dalam mata uang fungsional, bukan mata
uang lokal atau pelaporan, sehingga memungkinkan adanya penurunan nilai
dalam laporan keuangan mata uang fungsional, tetapi tidak ada dalam pembukuan
anak perusahaan atau ada dalam pembukuan anak perusahaan tetapi tidak dalam
laporan konsolidasi.

Untuk mingilustrasikan penerapan metode biaya terendah asumsikan bahwa


entitas german company membeli persediaan sebesar€5.000 pada sat kurs
langsungadalah Rp 13.800 =€1 pada akhir tahun. Kurs langsung telah mengalami
penurunan menjadi Rp 12.000 =€1 estimasi nilai relisasi neto setelah dikurangi
biaya untuk membuat penjualan darri persediaan adalah€5.00. penelian persediaan
lebih dahulu ditentukan dalam unit mata uang lokal (euro) dan kemufian
dievaluasi setelah pengfukuran kembali mnjafdi mata uang fungsional, rupiah,
menggunakn kurs akhir periode berjalan sebgai berikut.

€ kurs rp

66
Biaya historis €5.000 13.600 Rp 69.000.000
Nilai relisasi neto €5.000 12.000 Rp 60.000.000

Nilai realisasi neto dari persediaan adalah €5.00 atau Rp60.000.000.


perhatiakn bahwa erntitas anaak tidak mencatat write down biaya histori dari
persediaan sama dengan nilai realisasi neto. Namun perbandingan dsalam nilai
mata uang fungsional menunjukkan bahwa entitas induk di indonesia
membutuhgakn write down sebesar Rp 9.00.000 untuk menurunkan persediaan
dari biaya historis mata uang fungsional sebesar Rp 69.000.000 menjadi nilai
realisasi neto uang asing fungsional RP 60.000.000.

Transaksi Antarperusahaan

Sebuah induk perusahaan atau kantor pusat Indonesia dapat mempunyai


transaksi penjualan atau pembelian antar perusahaan dengan afiliasi luar negeri
yang menimbulkan piutang atau utang antar perusahaan. Proses translasi piutang
atau utang yang didominasi didalam mata uang asing dibahas di bab 11. Sebagai
contoh asumsikan bahwa perusahaan Indonesia mempunyai piutang yang
didominasi dalam mata uang asing dari anak perusahaan luar negeri. Perusahaan
Indonesia akan pertama-tama menilai kembali piutang yang didominasi dalam
mata uang asing menjadi nilai setara rupiah pada tanggal laporan keuangan.
Setelah laporan keuangan afiliasi luar negeri ditranslasikan atau diukur kembali,
tergantung mata uang fungsional afiliasi luar negeri, maka piutang atau utang
anatarperusahaan akan mempunyai nilai rupiah yang sama dan dapat dieliminasi.

Jika transaksi mata uang asing antarperusahaan tidak akan diselesaikan di


masa mendatang, maka transaksi antarperusahaan tersebut dapat dianggap bagian
dari investasi neto pada entitas asing. Penyesuain penjabaran dari piutang atau
utang jangka Panjang ditangguhkan dan diakumulasikan sebagai bagian dari akun
penjabaran kumulatif. Sebagai contoh, entitas induk di Indonesia dapat
meminjamkan ke entitas anak di Jerman sebesar Rp100.000.000 dimana entitas
induk tidak mengharapkan pelunasan utang tersebut dimasa mendatang. Dalam

67
metode penjabaran, akun uang pinjaman yang didominasi dalam rupiah dari
entitas anak trelebih dahulu akan disesuiakan untuk pengaruh setiap perubahan
kurs salaam periode berjalan. Setiap penyesuiam keuntungan atau kerugian seliish
kurs yang berkaitan dengan transaksi antarperusahaan harus diklasifikasikan
sebagai bagian dari akun penyeusuain penjabaran kumulatif dalam eukitas
pemegang saham, bukan dalam laba neto entitas anak untuk periode tersebut.
Hasil yang sama akan terjadi apakah pendanaan jangka Panjang antarperusahaan
telah didominasikan dalam rupiah atau dalam mata uang local, dalam contoh
adalah euro.oleh karena itu, jika pendanaan dipandang sebagai bagian dari
investasi jangka Panjang pada entitas asing, maka setiap penyesuain keuntungan
atau kerugian selisih kurs pada pendaan tersebut akan diakumulasikan dalam
penyesuain penjabaran kumulatif pada eukitas pemegang saham.

Salah satu masalah menarik yang timbul adalah pada saat terjadi keutnungan
yang belum direlisasikan dari transaksi antara entitas induk dan entitas anak diluar
negeri. Masalahnya adalah bagaimana mengelimiansi laba lintas mata uang yang
nilainta realtif berubah dengan mata uang lainnya. Sebagai contoh, asumsikan
bahwa entitas induk, PT Induk, membuat penjualan persdiaan dibagian hilir
kepada entitas anak, German Company. Beban pokok produksi pada entitas induk
adalah Rp100.000.000, tetapi dijual ke entitas anak sebesar €10.000 pada saat
kursRp13.000 =€1, yang menimbulkan lab antarperusahaan sebesar Rp300.000.000
(RP130.000.000 – Rp100.000.000). barang tersebut masih dalam persediaan entitas anak
akhir tahun saat kurs langsung Rp14.000 = €1. Fakta-fakta relevan diringkas sebagai
berikut.

Diukur dalam Diukur


Rupiah dalam
Euro
Tanggal transfer persediaan awal (Rp13.000 = €1):
Harga jual (€10.000 X Rp13.000) Rp130.00.000 €10.000
Beban pokok produksi entitas induk (100.000.000)
Laba antarperusahaan Rp300.000.000
Tanggal laporan posisi keuangan (Rp14.000 = €1):

68
Penjabaran persediaan (Rp140.000.000 = €10.000 x Rp140.000.000 €10.000
Rp14.000)

Disini ada dua masalah:

1. Berapa jumlah persediaan akhir yang harsu dilaporkan dalam laporan posisi
keuangan konsolidasian-harga transfer antarperusahaan awal sebesar
Rp130.00.000 (€10.000 x Rp13.000), nilai kurs yang setara saat ini sebesar
Rp140.000.000 (€10.000 x Rp14.000 kurs kini), atau berapa jumlah lainya?
2. Berapa jumlah yang harsu dieliminasi untuk keuntungan antarperusahaan yang belum
direlisasikan-laba antar perusahan awal sebesar Rp30.000.000 atau laba antra
perusahaan pada nilai kurs yang setara pada tanggal laporan posisi keuangan sebesar
Rp40.000.000 (Rp140.000.000 nilai kurs kini dikurangi Rp100.000.000 beban pokok
produksi awal pada entitas induk).

Eliminasi/penghapusan laba antarperusahaan yang dapat dialokasikan ke


penjualan atau transfer lain antara entitas yang dikosolidasikan, dikombinasikan,
atau dihitung dengan metode ekuitas dalam laporan keuangan perushaaan harus
berdasarkan kurs pada tanggal penualan atau transfer. Penggunaan pendekatan
yang wajar atau rata-rata yang diperbolehkan.

Oleh karena itu, sebagai conrohnya, ayat jurnal eliminasi untuk laba
antarperusahaan adalah:

(E28) Beban pokok penjualan 30.00.000

Persediaan 30.000.000

Mengeliminasi laba antarperusahaan yang belum direalisasikan


berdasarkan kurs pada tanggal transfer.

Persediaan yang ditampilkan pada laporan posisi keuangan konsolidasian


sebesar Rp110.00.000, yang meningkat dari beban pokok produksi awal pada
entitas induk sebesar Rp10.000.000. Peningkatan ini akan mengakibatkan
peningkatan ke kredit ke komponen penyesuian penjabaan pada ekuitas pemegang

69
saham. PSAK telah menetapkan bahwa perubahan kurs yang terjadi setelah
tanggal transaksi atarperusahaan tidak tergantung pada transfer persediaan awal.

Pajak Penghasilan

Diharuskan alokasi pajak antarperiode pada saat ada perbedaan temporer


dalam pengakuan pendapatan dan beban untuk tujuan laporan laba rugi dan untuk
tujuan pajak. Keuntungan dan kerugian selisih kurs dari transaksi mata uang asing
mengharuskan adanya pengakuan pajak tangguhan jika dimasukkan dalam laba
tetapi diakui untuk tujuan pajak dalam periode yang sama.

(29) Penghasilan khomperensif lain nya- penyesuaian penjabaran xxx

Utang pajak tangguhan


xxx

Penjabaran Ketika Mata Uang Ketiga adalah Mata Uang Fungsional

Jika pembukuan dan pencatatan entitas tidak dinyatakan dalam mata uang
fungsional, maka harus digunakan proses dua langkah berikut:

1. Mengukur kembali laporan keuangan anak perusahaan ke dalam mata uang


fungsional. Sebagai contoh laporan keuangan yang dinyatakan dakan euro
akan diukur kembali kedalam franc swiss. Proses pengukuran kembali akan
sama dengan yang di ilustrasikan sebelumnya. Laporan keuangan tersebut
sekarang sudah dinyatakan dalam mata uang fungsional entitas yaitu franc
swiss.
2. Laporan keuangan yang dinyatakan dalam euro kemudian ditranslasikan
kedalam rupiah menggunakan proses translasi yang di ilustrasikan dalam bab
ini.

Sebagaimana yang telah dijelaskan. Hal ini jarang terjadi dalam praktik tetapi
merupakan hal yang perlu dipertimbangkan bagi anak perusahaan yang

70
mempunyai aktivitas usaha signifikan dalam mata uang selain mata uang negara
tempat berlokasi. Pembahasan ini mengidikasikan bahwa penting untuk pertama-
tama mengidentifikasi mata uang fungsional entitas sebelum memulai proses
translasi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Metode-metode yang digunakan untuk mengukur aktivitas ekonomi berbeda-


beda diseluruh dunia. Kondisi perekonomian suatu negara, masalah hukum,

71
pendidikan dan sistem politik, perkembangan teknologi, budaya dan tradisi, serta
berbagai faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, merupakan faktor yang
mempengaruhi perkembangan standar akuntansi dan profesi akuntan di suatu
negara. Perbedaan ini akan menyebabkan adanya perbedaan yang signifikan
antara standar-standar akuntansi di berbagai negara. Ketidakseragaman standar
akuntansi di berbagai negara akan menimbulkan berbagai masalah bagi
perusahaan, pihak penyusun dan pengguna laporan keuangan. Beberapa negara
mengembangkan prinsip akuntansinya berdasarkan kebutuhan informasi dan
otoritas pajak. Negara lain mempunyai prinsip akuntansi yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan dari pemerintahan pusat sebagai perancang ekonomi.
Standar akuntansi di Indonesia berfokus pada kebutuhan informasi pemegang
saham biasa atau pihak pemberi kredit (kreditor) melalui penerapan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.

72

Anda mungkin juga menyukai