“Kardiotokografi”
Disusun Oleh:
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data dari WHO terdapat kira- kira 3 % (3,6 juta ) dari 120 juta bayi
lahir yang mengalami asfiksia, hamper 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di
Indonesia, dari seluruh kematian bayi sebanyak 57 % meninggal pada masa bayi baru
lahir ( usia kurang dari 1 bulan ). Penyebab kematian bayi salah satunya akibat
komplikasi kehamilan terdapat 1 % asfiksia intrapartum mengakibatkan kematian janin
sehingga pengawasan janin saat kelahiran sangatlah penting untuk memprediksi dan
mendiagnosis asfiksia janin sebelum terjadinya kerusakan otak yang permanen,
modalitas yang tersedia saat ini adalah berupa auskultasi intermiten, kardiotokografi,
penilaian warna dan kuantitas cairan amnion, fetal blood sampling, penilaian profil
biofisik, terbentuknya caput pada kepala janin dan lain- lain.
WHO memperkirakan sekitar 15 % dari seluruh wanita hamil akan berkembang
menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya dan mengakibatkan kematian
ibu dan janin.sehingga pemantauan terhadap ibu dan janin dalam proses persalinan
sangatlah penting dalam menentukan kesehatan keduanya. Pada umumnya pemeriksaan
kontraksi uterus dilakukan dengan cara menekan fundus fundus uteri namun hal ini
ternyata menimbulkan ketidaknyamanan dan hanya dapat mengetahui frekuensi
kontraksi sedangkan durasi dan intesitasnya kontraksi pengukurannya bersifat subyektif
sehingga munculah teknologi yang mampu memudahkan pemantauan kemajuan
persalinan lebih efektif dan akurat, maka kardiotokografi merupakan pilihan yang paling
digemari oleh bidan maupun dokter kandungan.
Kardiotokografi merupakan metode investigasi yang paling disukai dalam
pemerhati kesejahteraan janin yang praktis, informasi yang diperoleh dari
kardiotatokografi digunakan untuk mengidentifikasi awal keadaan patologis ( gangguan
pada janin, perkembangan penyakit pada janin atau hipoksia dan lain- lain) dan
kardiotokografi dapat juga membantu dokter kandungan mengantisipasi masa depan
janin sebelum ada gangguan permanen pada janin, karena perkembanganan janin yang
mengalami hipoksia dapat mengakibatkan kecacatan sementara bahkan hingga kematian
janin. (Sahin dan Subasi, 2015)
Dalam jurnal yudi ramdhani, dkk penerapan algoritma neural network untuk
klasifikasi kardiotokografi adalah salah satu dari banyak alat analisis data mining yang
dapat dimanfaatkan untuk membuat prediksi data medis.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran tentang pemanfaatan teknologi kardiotakografi?
C. Tujuan
1. Mendapatkan gambaran manfaat kardiotokografi
2. Mendapatkan gambaran cara kerja kardiotokografi
3. Mengetahui tentang kondisi yang memerlukan pemeriksaan kardiotokografi
RINGKASAN
Cardiotocograp ( CTG ) adalah salah satu alat yang digunakan untuk menguji
kesejahteraan janin dan pemeriksaan pertumbuhan janin. Cardiotocography dapat digunakan
untuk mengukur detak jantung janin, serta untuk memantau kontraksi dalam rahi, terutama
pada kehamilan dengan peningkatan risiko komplikasi. Kardiotokografi merupakan suatu
bentuk pemantauan janin secara elektronik untuk menilai kesejahteraan bayi di dalam rahim
selama kehamilan. Kardiotokografi merupakan metode investigasi yang paling disukai dalam
pemerhati kesejahteraan janin yang praktis, informasi yang diperoleh dari kardiotatokografi
digunakan untuk mengidentifikasi awal keadaan patologis ( gangguan pada janin,
perkembangan penyakit pada janin atau hipoksia dan lain- lain) dan kardiotokografi dapat
juga membantu dokter kandungan mengantisipasi masa depan janin sebelum ada gangguan
permanen pada janin, karena perkembanganan janin yang mengalami hipoksia dapat
mengakibatkan kecacatan sementara bahkan hingga kematian janin.
PEMBAHASAN
CTG adalah alat yang digunakan untuk memantau denyut jantung janin dan
kontraksi rahim. Alat ini digunakan untuk melihat ada tidaknya gangguan pada bayi
sebelum atau selama persalinan, sehingga, dokter dan bidan bisa memberi pertolongan
dengan segera jika ada perubahan pada denyut jantung janin maupun kontraksi rahim.
Gambar CTG
Selain itu, CTG biasanya juga dilakukan secara berkala jika ibu hamil dalam kondisi,
seperti:
CTG juga dapat dilakukan untuk mengukur Braxton Hicks atau kontraksi palsu,
dan mengantisipasi kontraksi asli pada ibu hamil yang sudah melewati kehamilan
trimester ketiga, namun belum juga melahirkan.
Berdasarkan WHO, setiap tahun terdapat kira-kira 3%(3,6 juta ) dari 120 juta
bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi kemudian meninggal, sebanyak 57%
meninggal pada masa bayi baru lahir( usia dibawah 1 bulan). Penyebab kematiani
indonesia adalah bayi berat lahir rendah(29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus
neonatorium, infeksi lain dan kelainan kongenital. Asfiksia intrapartum merupakan 1%
dari konplikasi kehamilan yang menywbabkn kematian janin pada 0,5 per 1000
kehamilan( Anonym, 2008).
Pengawasan janin saat kelahiran bertujuan untuk memprediksi dan mendiagnosis
asfiksia janin sebelum terjadinya kerusakan otak akibat terjadinyagangguan pertukaran
gas darah. Modalitas yang tersedia saat ini adalah berupa auskultasi intermiten dan
cardiotokografi(CTG).(Ojha R et al(2006)). Cardiotokografi memungkinkan
dilakukannya pengawasan janin saat kelahiran dengan cara menganalisis denyut jantung
janin dan kontraksi miometrium secara kontinyu, dengan cara diharapkan dapat
mendeteksi tanda-tanda yang menunjukkan kejadian potensial merugikan sehingga dapat
dilakukan intervensi tepat waktu, cardiotokografi diindikasikan bila ditemukan denyut
jantung janin dan kontraksi uterus yang abnormal pada pemeriksaan secara
intermitten( Gibb D and Arulkumaran S, 2001, Spong C, 2003, Tucker S,2005)
4. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada KTG
terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik
CTG juga bisa dilakukan untuk mengukur Braxton Hicks atau kontraksi palsu, dan
mengantisipasi kontraksi asli pada ibu hamil yang sudah melewati trimester ketiga, tetapi
belum juga melahirkan. Dan menurut jurnal dengan adanya aplikasi klasifikasi
kardiotokografi diharapkan dapat membantu ahli kandungan dalam melakukan proses
klasifikasi janin dengan menggunakan dataset kardiotokografi, dengan adanya klasifikasi
tersebut proses klasifikasi dapat dilihat dengan cepat kondisi janin.
DAFTAR PUSTAKA
Alfirevic, Zarko, Devane, Decla, Gillian MI, & Anna. (2017). Continuous
Cardiotocography(CTG) sebagai bentuk pemantauan janin elektronik (EFM) untuk
penilaian janin selama persalinan.Database Cochrane dari Tinjauan Sistematis.
Bainuan, L. D., Husin, F., Anwar, A. D., Arifin, A., & Wirakusumah, F. (2018). Sensitivitas,
Spesifisitas, dan Akurasi Pengukuran Kontraksi Uterus Kala I fase Aktif Ibu Bersalin
Menggunakan Tokodinamometer. majalah Kedokteran Bandung , 50, 36-42
Grivell, Alfirevic, & Devane. (2015). Kardiotokografi Antenatal untuk Penilaian Janin. The
Cochrane Database of Systematic.
Ramadhani, Susanti, Adiwisastra, & Topiq. (2018). Penerapan algoritma neural network
untuk klasifikasi kardiotokografi. Jurnal Informatika, 5(1), 43-39.
Rosalie M Grivell, Zarko Alfirevic, dan Declan Devane. Kardiotokografi Antenatal untuk
Penilaian Janin.The Cochrane Database of Systematic.Tahun 2015