Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENUGASAN

APLIKASI TEKNOLOGI KESEHATAN DALAM PELAYANAN MATERNITAS

“Kardiotokografi”

Disusun Oleh:

Anindya Ismi Yudistya Fajri 201943009

Hedwigis Lola Panggah Pertiwi 201943020

Lina Widiyastuti 201943025

Noferiana Widiyawati 201943033

Petra Bella Debora Chrsitie 201943035

Veronica Endah Mawarni 201943041

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH

YOGYAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan data dari WHO terdapat kira- kira 3 % (3,6 juta ) dari 120 juta bayi
lahir yang mengalami asfiksia, hamper 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di
Indonesia, dari seluruh kematian bayi sebanyak 57 % meninggal pada masa bayi baru
lahir ( usia kurang dari 1 bulan ). Penyebab kematian bayi salah satunya akibat
komplikasi kehamilan terdapat 1 % asfiksia intrapartum mengakibatkan kematian janin
sehingga pengawasan janin saat kelahiran sangatlah penting untuk memprediksi dan
mendiagnosis asfiksia janin sebelum terjadinya kerusakan otak yang permanen,
modalitas yang tersedia saat ini adalah berupa auskultasi intermiten, kardiotokografi,
penilaian warna dan kuantitas cairan amnion, fetal blood sampling, penilaian profil
biofisik, terbentuknya caput pada kepala janin dan lain- lain.
WHO memperkirakan sekitar 15 % dari seluruh wanita hamil akan berkembang
menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya dan mengakibatkan kematian
ibu dan janin.sehingga pemantauan terhadap ibu dan janin dalam proses persalinan
sangatlah penting dalam menentukan kesehatan keduanya. Pada umumnya pemeriksaan
kontraksi uterus dilakukan dengan cara menekan fundus fundus uteri namun hal ini
ternyata menimbulkan ketidaknyamanan dan hanya dapat mengetahui frekuensi
kontraksi sedangkan durasi dan intesitasnya kontraksi pengukurannya bersifat subyektif
sehingga munculah teknologi yang mampu memudahkan pemantauan kemajuan
persalinan lebih efektif dan akurat, maka kardiotokografi merupakan pilihan yang paling
digemari oleh bidan maupun dokter kandungan.
Kardiotokografi merupakan metode investigasi yang paling disukai dalam
pemerhati kesejahteraan janin yang praktis, informasi yang diperoleh dari
kardiotatokografi digunakan untuk mengidentifikasi awal keadaan patologis ( gangguan
pada janin, perkembangan penyakit pada janin atau hipoksia dan lain- lain) dan
kardiotokografi dapat juga membantu dokter kandungan mengantisipasi masa depan
janin sebelum ada gangguan permanen pada janin, karena perkembanganan janin yang
mengalami hipoksia dapat mengakibatkan kecacatan sementara bahkan hingga kematian
janin. (Sahin dan Subasi, 2015)
Dalam jurnal yudi ramdhani, dkk penerapan algoritma neural network untuk
klasifikasi kardiotokografi adalah salah satu dari banyak alat analisis data mining yang
dapat dimanfaatkan untuk membuat prediksi data medis.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran tentang pemanfaatan teknologi kardiotakografi?
C. Tujuan
1. Mendapatkan gambaran manfaat kardiotokografi
2. Mendapatkan gambaran cara kerja kardiotokografi
3. Mengetahui tentang kondisi yang memerlukan pemeriksaan kardiotokografi
RINGKASAN

Cardiotocograp ( CTG ) adalah salah satu alat yang digunakan untuk menguji
kesejahteraan janin dan pemeriksaan pertumbuhan janin. Cardiotocography dapat digunakan
untuk mengukur detak jantung janin, serta untuk memantau kontraksi dalam rahi, terutama
pada kehamilan dengan peningkatan risiko komplikasi. Kardiotokografi merupakan suatu
bentuk pemantauan janin secara elektronik untuk menilai kesejahteraan bayi di dalam rahim
selama kehamilan. Kardiotokografi merupakan metode investigasi yang paling disukai dalam
pemerhati kesejahteraan janin yang praktis, informasi yang diperoleh dari kardiotatokografi
digunakan untuk mengidentifikasi awal keadaan patologis ( gangguan pada janin,
perkembangan penyakit pada janin atau hipoksia dan lain- lain) dan kardiotokografi dapat
juga membantu dokter kandungan mengantisipasi masa depan janin sebelum ada gangguan
permanen pada janin, karena perkembanganan janin yang mengalami hipoksia dapat
mengakibatkan kecacatan sementara bahkan hingga kematian janin.

Kata kunci: Cardiotocograpgy


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Cardiotocography ( CTG )

Cardiotocography (CTG) adalah rekaman berkelanjutan dari denyut jantung janin


yang diperoleh melalui transduser ultrasound yang ditempatkan diperut ibu. Cardiotograp
( CTG ) adalah salah satu alat yang digunakan untuk menguji kesejahteraan janin dan
pemeriksaan pertumbuhan janin. Cardiotocography dapat digunakan untuk mengukur
detak jantung janin, serta untuk memantau kontraksi dalam rahi, terutama pada kehamilan
dengan peningkatan risiko komplikasi. Kardiotokografi merupakan suatu bentuk
pemantauan janin secara elektronik untuk menilai kesejahteraan bayi di dalam rahim
selama kehamilan. (Rosalie M Grivell, 2015)

Cardiotokografi adalah metode investigasi yang paling disukai, dalam pemerhati


penggunaan kesejahteraan janin yang praktis, informasi yang diperoleh dari
cardiotokografi dapat digunakan untuk mengidentifikasi awal keadaan patologis
(gangguan pada janin, perkembangan penyakit pada janin, atau hipoksia dan lain -lain)
dan cardiotokografi ini dapat membantu mengantisipasi masa depan janin sebelum ada
gannguan permanen pada janin. Pada janin yang hipoksia dapat terjadi kecacatan
sementara bahkan kematian pada janin tersebut. ( Sahin & Subasi,2015)

CTG adalah alat yang digunakan untuk memantau denyut jantung janin dan
kontraksi rahim. Alat ini digunakan untuk melihat ada tidaknya gangguan pada bayi
sebelum atau selama persalinan, sehingga, dokter dan bidan bisa memberi pertolongan
dengan segera jika ada perubahan pada denyut jantung janin maupun kontraksi rahim.

B. Alat dan Cara Kerja Cardiotocography


Bentuk CTG menyerupai dua piringan kecil yang ditempelkan ke permukaan perut
ibu hamil dengan menggunakan ikat pinggang elastis. Satu piringan untuk mengukur
denyut jantung janin, sementara yang lain mengukur tekanan pada perut. Dengan begitu,
alat ini mampu menunjukkan kapan saja Bumil mengalami kontraksi dan tiap kontraksi
dapat diperkirakan kekuatannya.
Sebelum CTG dipasang, perut Bumil akan diolesi gel terlebih dahulu agar sinyal
dapat tertangkap dengan baik. Sabuk ini kemudian dihubungkan pada mesin yang
menerjemahkan sinyal yang diterima oleh piringan. Untuk mendeteksi denyut jantung
janin, CTG menggunakan gelombang suara. Berbeda dengan denyut jantung orang dewasa
yang sekitar 60-100 kali per menit, rata-rata denyut jantung janin dalam kandungan adalah
sekitar 110-160 kali per menit. Jika denyut jantung terlalu rendah atau tinggi, bisa jadi ini
merupakan tanda adanya masalah pada janin.

Gambar CTG

Carditocografi (CTG) mencatat perubahan dalam denyut jantung janin dan


hubungan temporal mereka dengan kontraksi uterus, yang tujuannya untuk
mengidentifikasi bayi yang mungkin kekurangan oksigen atau hipoksia. Untuk memandu
penilaian kesejahteraan janin atau menentukan apakah bayi perlu dilahirkan melalui
operasi caesar atau kelahiran vagina instrumental. Detak jantung bayi dapat dipantau
sesekali menggunakan perangkat doppler genggam, detak jantung juga dapat dipriksa
secara kontinous atau terus menerus menggunakan mesin CTG ini. CTG kontinyu
menghasilkan rekaman kertas denyut jantung bayi dan kontraksi persalinan ibu.

C. Kondisi yang Memerlukan Pemeriksaan Cardiotocography

CTG diperlukan jika ibu hamil mengalami kondisi yang dianggap dapat


membahayakan persalinan atau bayi dalam kandungan, misalnya diabetes atau tekanan
darah tinggi. Pemeriksaan ini diperlukan untuk menentukan tindakan apa yang dapat
dilakukan untuk memudahkan persalinan.

Selain itu, CTG biasanya juga dilakukan secara berkala jika ibu hamil dalam kondisi,
seperti:

1. Mengalami demam tinggi.


2. Adanya perdarahan saat persalinan.
3. Mengalami infeksi, seperti HIV atau hepatitis B dan C.
4. Mengandung bayi kembar.
5. Adanya masalah pada air ketuban (jumlah, warna, aroma).
6. Kehamilan sungsang.
7. Pergerakan janin melemah atau tidak teratur.
8. Diperkirakan mengalami gangguan pada plasenta,
9. Mengalami ketuban pecah dini.

CTG juga dapat dilakukan untuk mengukur Braxton Hicks atau kontraksi palsu,
dan mengantisipasi kontraksi asli pada ibu hamil yang sudah melewati kehamilan
trimester ketiga, namun belum juga melahirkan.

Berdasarkan WHO, setiap tahun terdapat kira-kira 3%(3,6 juta ) dari 120 juta
bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi kemudian meninggal, sebanyak 57%
meninggal pada masa bayi baru lahir( usia dibawah 1 bulan). Penyebab kematiani
indonesia adalah bayi berat lahir rendah(29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus
neonatorium, infeksi lain dan kelainan kongenital. Asfiksia intrapartum merupakan 1%
dari konplikasi kehamilan yang menywbabkn kematian janin pada 0,5 per 1000
kehamilan( Anonym, 2008).
Pengawasan janin saat kelahiran bertujuan untuk memprediksi dan mendiagnosis
asfiksia janin sebelum terjadinya kerusakan otak akibat terjadinyagangguan pertukaran
gas darah. Modalitas yang tersedia saat ini adalah berupa auskultasi intermiten dan
cardiotokografi(CTG).(Ojha R et al(2006)). Cardiotokografi memungkinkan
dilakukannya pengawasan janin saat kelahiran dengan cara menganalisis denyut jantung
janin dan kontraksi miometrium secara kontinyu, dengan cara diharapkan dapat
mendeteksi tanda-tanda yang menunjukkan kejadian potensial merugikan sehingga dapat
dilakukan intervensi tepat waktu, cardiotokografi diindikasikan bila ditemukan denyut
jantung janin dan kontraksi uterus yang abnormal pada pemeriksaan secara
intermitten( Gibb D and Arulkumaran S, 2001, Spong C, 2003, Tucker S,2005)

Kardiotografi memungkinkan dilakukaanya pengawasan janin saat kelahiran


dengan cara menganalisa denyut jantung janin dan kontraksi miometrium secara
kontinu.Dengan cara ini diharapkan dapat mendeteksi tanda-tanda yang menunjukan
kejadian potensila merugikan sehingga dapat dilakukan intervensi tepat
waktu.kartodiografi diindikasikan bila ditemukan denyut jantung janin dan kontraksi
uterus yang abnormal pada pemeriksaan secara intermiten (Gibb D and Arulkumaran
S,2001,Spoong C,2003 ,Tucker S,2005 )

Berdasarkan jurnal dengan adanya aplikasi klasifikasi kardiotokografi diharapkan


dapat membantu ahli kandungan dalam melakukan proses klasifikasi janin dengan
menggunakan dataset kardiotokografi, dengan adanya klasifikasi tersebutproses
klasifikasi dapat dilihat dengan cepat kondisi janin.

D. Syarat pemeriksaan CTG

1. Usia kehamilan ≥ 28 minggu

2. Ada persetujuan tindakan medik dari pasien (secara lisan)

3. Puntum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahi

4. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada KTG
terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik

E. Sensitivitas dan Akurasi CTG.


Penggunaan Cardiotokografi (CTG) berdasar atas beberapa penelitian yang
menunjukkan bahwa CTG untuk mengidentifikasi kontraksi uterus pada persalinan
mempunyai sensitivitas dan akurasi lebih rendah apabila dibanding dengan
electrohysterography dan intrauterine pressure catheter (IUPC). Kardiotokografi kurang
efektif dipakai pada ibu bersalin dengan obesitas (indeks massa tubuh atau IMT>35).

Cardiotokografi sebuah metode elektronik yang penggunaannya dengan cara


eksternal. Cardiotokografi secara simultan akan merekam denyut jantung janin atau DJJ,
gerakan janin, dan kontraksi uterus sebagai metode untuk menilai kesejahteraan janin,
terutama pada masa kehamilan dengan peningkatan risiko komplikasi. Pemantauan terus
menerus dengan KTG pada Intrapartum dengan manajemen yang cepat dapat
mengurangi kejadian bayi lahir dengan hipoksia. Cardiotokografi merupakan perangkat
elektronik dengan sensor ”strain guard” yang digunakan secara eksternal untuk
mendeteksi kontraktilitas miometrium sesuai dengan perubahan aktivitas uterus.
KESIMPULAN

CTG ( Cardiotokografi ) adalah alat yang digunakan untuk memantau denyut


jantung janin dan kontraksi rahim. Alat ini digunakan untuk melihat ada tidaknya gangguan
pada bayi sebelum atau selama persalinan, sehingga, dokter dan bidan bisa memberi
pertolongan dengan segera jika ada perubahan pada denyut jantung janin maupun kontraksi
rahim. Untuk mendeteksi denyut jantung janin, CTG menggunakan gelombang suara. CTG
diperlukan pada ibu hamil yang mengalami kondisi yang dianggap dapat membahayakan
persalinan atau bayi dalam kandungan, karena pemeriksaan ini diperlukan untuk menentukan
tindakan apa yang akan dilakukan untuk memudahkan persalinan.

CTG juga bisa dilakukan untuk mengukur Braxton Hicks atau kontraksi palsu, dan
mengantisipasi kontraksi asli pada ibu hamil yang sudah melewati trimester ketiga, tetapi
belum juga melahirkan. Dan menurut jurnal dengan adanya aplikasi klasifikasi
kardiotokografi diharapkan dapat membantu ahli kandungan dalam melakukan proses
klasifikasi janin dengan menggunakan dataset kardiotokografi, dengan adanya klasifikasi
tersebut proses klasifikasi dapat dilihat dengan cepat kondisi janin.
DAFTAR PUSTAKA

Alfirevic, Zarko, Devane, Decla, Gillian MI, & Anna. (2017). Continuous
Cardiotocography(CTG) sebagai bentuk pemantauan janin elektronik (EFM) untuk
penilaian janin selama persalinan.Database Cochrane dari Tinjauan Sistematis.

Bainuan, L. D., Husin, F., Anwar, A. D., Arifin, A., & Wirakusumah, F. (2018). Sensitivitas,
Spesifisitas, dan Akurasi Pengukuran Kontraksi Uterus Kala I fase Aktif Ibu Bersalin
Menggunakan Tokodinamometer. majalah Kedokteran Bandung , 50, 36-42

Grivell, Alfirevic, & Devane. (2015). Kardiotokografi Antenatal untuk Penilaian Janin. The
Cochrane Database of Systematic.

Ramadhani, Susanti, Adiwisastra, & Topiq. (2018). Penerapan algoritma neural network
untuk klasifikasi kardiotokografi. Jurnal Informatika, 5(1), 43-39.

Rosalie M Grivell, Zarko Alfirevic, dan Declan Devane. Kardiotokografi Antenatal untuk
Penilaian Janin.The Cochrane Database of Systematic.Tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai