Anda di halaman 1dari 1

“LAHIRNYA SANG BATARA KALA”

Mengingat dengan perayaan hari raya Nyepi, umat hindu merayakannya setiap satu
tahun sekali. Sehari sebelum Nyepi, umat hindu merayakan hari pengrupukan yang jatuh
pada Tilem Sasih Kesanga, yang bertujuan untuk mengusir roh jahat atau (Bhuta Kala). Tidak
lepas dari kata “Bhuta Kala”, ogoh-ogoh kami anak-anak Gang Permata mengambil tema
yang berjudul “Lahirnya Sang Batara Kala”.

Dalam kitab Kala Tatwa diceritakan, pada waktu Dewa Siwa sedang jalan- jalan
dengan Dewi Uma di tepi laut, “air mani” Dewa Siwa menetes ke laut ketika melihat betis
Dewi Uma karena angin berhembus menyingkap kain Sang Dewi. Dewa Siwa ingin
mengajak Dewi Uma untuk berhubungan badan, namun Sang Dewi menolaknya karena
prilaku Dewa Siwa yang tidak pantas dengan prilaku Dewa-Dewi di kahyangan. Akhirnya
mereka berdua kembali ke kahyangan. Air mani Dewa Siwa menetes ke laut kemudian
ditemukan oleh Dewa Brahma dan Wisnu. Benih tersebut kemudian diberi japa mantra. Dari
benih seorang dewa tersebut, lahirlah seorang raksasa yang menggeram-geram menanyakan
siapa orang tuanya. Atas petunjuk dari Dewa Brahma dan Dewa Wisnu, raksasa itu
mengetahui bahwa Dewa Siwa dan Dewi Uma adalah orangtuanya. Sebelum Dewa Siwa
mengakui raksasa tersebut sebagai putranya, terlebih dahulu ia harus memotong taringnya
yang panjang agar dapat melihat wujud orang tuanya seutuhnya. Akhirnya syarat tersebut
dipenuhi. Sang raksasa dapat melihat wujud orangtuanya seutuhnya. Sang raksasa diberkati
oleh Dewa Siwa dan diberi gelar Bhatara Kala. Untuk menghormati kelahirannya, Dewa
Siwa memberi anugrah bahwa Bhatara Kala boleh memakan orang yang lahir pada hari
“tumpek wayang” dan memakan orang yang jalan-jalan ditengah hari pada hari “tumpek
wayang”.

Kita saksikan bersama, penampilan ogoh-ogoh anak-anak Gang Permata yang


berjudul “sang Batara Kala”.

Koordinator : Deddy Setiawan

Penanggung Jawab : Kadek Sriawan

Anda mungkin juga menyukai