Anda di halaman 1dari 12

                                                  BAB II

     Tes inventori adalah tes-tes yang terutama menggunakan paper and


pencil. Tes inventori merupakan self report Questionnare, untuk menentukan
karakteristik-karakteristik kepribadian, minat (interested), sikap (attitude), dan
nilai-nilai (value). Tes inventori sangat berguna untuk mengetahui karakteristik
kepribadian seperti minat, penyesuaian diri, motivasi, dan prasangka. Namun
perlu di ingat bahwa alat-alat tes yang digunakan umumnya tidak ada yang
sempurna dan masing-masing tes hanya menjelaskan satu atau beberapa aspek
kepribadian.
Beberapa masalah dalam tes inventori kepribadian adalah:
1. Definisi kepribadian sedemikian banyak (defenisi konseptual), sehingga seleksi
yang tepat dari macam-macam definisi kepribadian perlu mendasari pemakaian
tes inventori.
2. Tes inventori kepribadian tidak dapat bersifat culture free. Oleh karena itu aspek
kultural harus di pertimbangkan, padahal nilai-nilai kultur selalu berubah.
Sedangkan di sisi lain tes inventori diharapkan dapat memberikan profil
kepribadian yang stabil.
3. Bila tes inventori kepribadian terlalu sensitif terhadap perubahan, maka sulit
memperoleh reliabilitas yang tinggi.
Secara umum tes inventori kepribadian memiliki beberapa kelemahan, seperti;
1. Aitemnya ambigu dan perintah tidak jelas.
2. Subjek ingin menunjukkan kesan-kesan tertentu kepada penguji.
3. Kesukaran semantik, penafsiran yang berbeda
4. Sikap subjek yang tak kooperatif/defensif
5. Faking atau tidak jujur.
6. Acquiscence; bila aitem yang dibuat lebih mengarah ke jawaban-jawaban tertentu.
untuk mengurangi kelemahan-kelemahan ini, tester perlu memahami tes yang
hendak digunakan dengan baik sehingga menyajikan tes dengan baik.
                                    Macam-macam Tes Inventori
A. Tes Inventori kepribadian
1. MMPI (minnesota Personality Inventory)
2. CPI (california Psychological Inventory)
3. PIC (Personality Inventory for Children)
4. MCMI (Millon Clinical Multiaxial Inventory)
5. PF (sixteen Personality Factor Questionnaire)
6. EPPS (Edward Perssonal Preference Schedule)
7. PRF (Personality Research Form)
8. Jackson Personality Inventory

B. Tes Inventory Minat


1. SCII (Strong-Campbell Interest Inventory)
2. JVIS (Jackson Vocationalinterest Survey)
3. KPR-V (Kuder Preference Record - Vocational)
4. CAI (Career Assessment Inventory)
5. RM (The rothwell-Miller Interest Blank)
C. Tes Inventori Nilai
1. Study OF Value
2. WVI (Work Value Inventory)

Tes Inventori Kepribadian
Contoh tes inventori Kepribadian yang telah terstandarisasi antara lain :
1. MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventories)
MMPI  telah direvisi dan disusun ulang menjadi dua versi yang berbeda, MMPI-
2 (Butcher, Dahlstrom, Graham, Tellegen, dan Kaemmer, 1989) dan MMPI-
Adolescent (MMPI-A – Buchler et al., 1992). Pada tahun  1960-an, MMPI
dipandang sebagai tes kepribadian terkemuka dan digunakan sesering atau lebih,
pada subjek-subjek yang normal dalam lingkungan konseling, pekerjaan, medis,
militer, dan forensik seperti pasien psikiatris.
Instrumen yang sudah tidak tepat lagi karena norma-norma yang berdasar sempit
dan kadaluwarsa dari tes perlu diperbaharui dan direstandardisasi demi
kesinambungan MMPI.
Minnesota Multiphasis Personality Inventory-2. Butir-butir soal MMPI-2 terdiri
dari 567 pernyataan afirmatif yang ditanggapi peserta tes “Benar” atau “Salah”,
370 butir soal pertama, pada dasarnya sama dengan butir-butir soal pada MMPI
kecuali dalam hal perubahan editorial dan pengaturan kembali, menyediakan
semua respons yang dibutuhkan untuk memberi skor 10 skala “klinis” yang asli
dan tiga skala “validitas”, 197  butir soal tersisa (107 di antaranya baru)
diperlukan untuk menskor seluruh komplemen yang terdiri dari 104 validitas baru,
yang direvisi dan dipertahankan , serta skala dan sub skala suplementer yang
membangun inventori secara lengkap. Dahsltrom (1993a) telah mempersiapkan
suplemen manual yang menyediakan semua informasi yang perlu untuk
membandingkan butir-butir soal MMPI-2 dengan butir-butir soal asli.
Minnesota Multiphasic Personality Inventory-Adolescent (MMPI-A) adalah
bentuk baru yang dikembangkan secara spesifik untuk digunakan pada remaja. 
MMPI-A memuat hampir semua segi MMPI dan MMPI-2, mencakup 13 skala
dasar namun dilakukan pengurangan panjang keseluruhan inventori menjadi
hanya 478 butir soal, dimasukkan butir-butir soal yang relevan dengan remaja,
seperti masalah sekolah dan keluarga, dan di atas segala-galanya persyaratan
norma kecocokan usia.
Dalam perkembangannya maju sejalan dengan MMPI-2 dan             MMPI-A,
sebagaimana dengan kebanyakan rangkaian tes lainnya, komputerisasi prosedur
untuk administrasi, penentuan skor dan interpretasi inventori serta pengembangan
penerjemahan instrumen ke dalam berbagai bahasa. (Roper, Ben-Porath dan
Butcher, 1991, 1995).
2. CPI (California Psychological Inventory)
CPI dikembangkan secara khusus pada populasi orang dewasa. Dalam revisi
terakhir CPI terdiri dari 434 butir soal yang harus dijawab “Benar” atau “Salah”
dan menghasilkan skor pada 20 skala (Gough dan Bradly, 1996). CPI pada awal
diterbitkan tahun 1956. Pada awalnya terdiri dari 480 butir soal, diturunkan
menjadi 462 butir soal dan terakhir 434 butir soal
3. PIC (Personality Inventory for Children)
Dikembangkan melalui 20 tahun riset oleh sekelompok peneliti di Universitas
Minnesota yang secara mendalam terpengaruh oleh dasar pemikiran dan
penggunaan klinis MMPI. PIC dirancang untuk anak dan remaja usia 3
sampai 16 tahun. PIC awalnya terdiri dari 600 butir soal, yang dikelompokkan ke
dalam tiga skala validitas (skala kebohongan, skala frekuensi dan skala sikap
defensif), sebuah skala penyaringan umum dan 12 skala klinis. PIC direvisi
menjadi PIC-R dan jumlah butir soalnya dikurangi dari 600 butir soal menjadi
420. PIC-R bukanlah laporan inventori diri melainkan inventori perilaku teramati.
(hasil pelaporan orang tua).  Personality Inventory for Youth (PIY) (Lachar dan
Gruber, 1993), terdiri atas 280 butir soal yang direvisi menjadi 270 butir soal,
dikembangkan sebagai ukuran laporan diri yang sejajar dengan PIC-R.
Kedua alat ini menyediakan seperangkat alat multidimensi terpadu yang secara
khusus dirancang untuk digunakan pada anak-anak dan remaja.
4. 16 PF (Sixteen Personality Factor Questionnaire)
Disusun oleh : Cattell dan rekan-rekan kerjanya yang sekarang sudah memasuki
edisi kelima (1993). Pertama kali diterbitkan tahun 1949. 16 PF (sixteen
Personality Factor Questionnaire)
16 PF dirancang untuk umur 16 tahun ke atas dan menghasilkan 16 skor dalam
ciri-ciri, seperti : keberanian sosial, dominasi, kewaspadaan, stabilitas emosional,
dan kesadaran peraturan.
5. MCMI (Millon Clinical Multiaxial Inventory)
Mengikuti tradisi MMPI dan dirancang untuk maksud yang sama. MCMI-III-
Million, Million and Davis, 1994) Diterbitkan pertama kali tahun 1977.
Belakangan dikembangkan menjadi 2 . Salah satunya adalah Million Adolescent
Clinical Inventory (MACI-Million, Million dan Davis, 1993) digunakan untuk
anak usia 13 dan 19 tahun dalam lingkup klinis. Sedangkan Million Indenx of
Personality Styles (MIPS-Million, 1994) untuk orang dewasa.
6. EPPS (Edward Personal Preference Schedule)
Dirancangkan untuk menaksir sistem kebutuhan nyata dikemukakan oleh Murray
dan rekan-rekannya di Harvard Psychological Clinic (Murray, et.al., 1938) Yang
akhirnya dibuatlah Edward Personal Preference Schedule (EPPS-Edward, 1959).
Dimulai dari 15 kebutuhan yang berasal dari daftar Murray. Inventori ini terdiri
atas 210 pasang pernyataan dimana butir soal dari 12 skala lainnya.
EPPS perlu direvisi untuk menghapus kelemahan teknis terkait butir soal dan
interpretasi skornya. Aspek need yang diungkap, diantaranya;
-         Kemampuan untuk berprestasi
-         Kemampuan menyesuaikan diri
-         Kemampuan menunaikan tugas
-         Kebutuhan untuk menunjukan diri
-         Kebutuhan untuk mandiri
-         Kebutuhan untuk berempati
-         Kebutuhan perhatian terhadap sesama
-         Kebutuhan akan hubungan sosial
-         Keinginan untuk memimpin
-         Keinginan untuk kompromi
-         Kebutuhan memberikan perhatian
-         Kebutuhan akan stimulasi dari luar
-         Kemampuan mengahadapi berbagai rintangan
-         Kebutuhan memberikan perhatian dari lawan jenis
-         Kebutuhan untuk bertentangan dengan orang lain
Cukup banyak sekali aspek yang diungkap EPPS, namun pada dasarnya tes ini
akan dikelompokan menjadi tiga aspek, yaitu sikap kerja, aspek
sosial, dan aspek emosi.
7. PRF (Personality Research Form) (Costa dan McCrae, 1988)
PRF mencontoh pendekatan Douglas N Jackson terhadap pengembangan tes
kepribadian. Tersedia dalam lima pilihan berbeda, termasuk dua rangkaian form
paralel (A,B dan AA, BB) dari 300 dan 400 butir soal. Teknik analisis lebih
canggih menggunakan komputer terdiri dari 352 butir soal dari butir-butir soal
terbaik. Seperti instrumen kepribadian lainnya PRF mengambil teori kepribadian
Murray sebagai titik tolak.
8. Jackson’s Basic Personality Inventory
Jackson Personality Inventory Revised (JPI-R) dikembangkan setelah PRF
melalui prosedur penyusunan skala yang sama dengan PRF namun lebih
sempurna (Jackson, 1976, 1994a) Jackson menggunakan standar ketat yang sama
pada penyusunan Basic Personality Inventory (BPI-Jackson, 1989a). BPI sudah
tampak menjanjikan untuk digunakan secara klinis pada bidang kenakalan remaja
(Holden & Jackson, 1992)
9. TAT (Thematic Apperception Test)
Pertama kali dikembangkan oleh Henry Murray dan stafnya di Harvard
Psychological Clinic (Murray, et al., 1938). Materi-materi TAT terdiri dari 19
kartu yang memuat gambar-gambar kabur dalam warna hitam dan putih serta
kartu kosong. Responden diminta mengarang cerita sesuai dengan tiap gambar,
menceriterakan apa yang mengarah pada peristiwa sebagaimana tergambar dalam
gambar itu, mendeskripsikan apa yang terjadi waktu itu, kemudian membuat
cerita tentang hal itu.
TAT telah disiapkan dalam survei atas sikap buruh, kelompok minoritas, otoritas
dsb.(D.T. Campbell, 1950; R Harrison, 1965).  Dalam perkembangannya tes yang
lebih baru dikembangkan, Apperception Tes for Children (RATC) oleh (Mc
Arthur dan Roberts, 1982), masih dalam bentuk kartu gambar. RATC
menyediakan 16 kartu stimulus.  Gambar-gambar itu diplih untuk melukiskan 
situasi antarpribadi yang telah dikenal dimana ada anak-anak  dalam hubungannya
dengan orang dewasa  atau anak-anak lainnya.
Test inventori minat
1.      The Strong Vocational Intrest Blank (SVIB)
Inventori ini diterbitkan pada tahun 1927 terdiri dari 400 item. Responden
diminta untuk memberikan jawaban dengan jalan memberi tanda (L) terhadap
aktivitas-aktivitas atau obyek-obyek yang disenangi, memberi tanda (I) apabila ia
ragu-ragu dan memberi tanda (D) apabila ia tidak menyenangi aktivitas atau
obyek tersebut.

2.      Strong Interest Inventory (SII)


SII pertama dirumuskan oleh E.K. Strong.Jr., ketika sementara menghadiri
seminar pascasarjana pada tahun 1919-1920. SII dewasa ini terdiri dari 317 butir
soal yang dikelompokkan dalam delapan bagian. Dalam kelima bagian pertama,
responden mencatat preferensinya dengan membuat tanda S, TT, TS, untuk
mengindikasikan ”Suka”, ”Tidak Tahu”, ”Tidak Suka”. Butir-butir soal dalam
lima bagian ini masuk dalam kategori-kategori berikut; pekerjaan, mata pelajaran
sekolah, aktivitas (Misalnya, membuat pidato, memperbaiki jam atau mencari
dana untuk kegiatan amal), aktivitas waktu luang, dan kontak sehari-hari dengan
berbagai jenis orang (misalnya, orang yang amat tua, perwira atau orang yang
hidupnya dekat bahaya). Dua bagian tambahan meminta responden menyatakan
pilihan diantara aktivitas-aktivitas pasangan, misalnya berurusan dengan barang
versus berurusan dengan orang dan antara semua pasangan yang mungkin dari
empat butir soal dari dunia kerja yaitu gagasan, data, barang dan orang. Pada
akhirnya, satu bagian inventori meminta responden untuk memberi tanda pada
satu rangkaian pernyataan yang menggambarkan diri sendiri ”Ya”, ”Tidak”, atau
”?”.
                Strong bisa diskor oleh komputer, pada pusat-pusat skoring yang
ditunjuk oleh penerbit atau dengan penggunaan perangkat lunak yang tersedia dari
penerbit dalam berbagai pilihan. Ada tiga tingkat skor yang berbeda dalam
keleluasaannya. Yang paling luas dan paling komprehensif adalah enam skor
General Occupational Theme; subdivisi selanjutnya meliputi 25 Basic Interest
Scales; dan tingkat yang paling spesifik menyediakan 211 Skala Pekerjaan yang
tersedia. Disamping hal-hal ini, Form T317 dari Strong menghasilkan skor-skor
pada empat Skala Gaya Pribadi yang menaksir dalam Gaya Pekerjaan,
Lingkungan Belajar, Gaya Kepemimpinan, dan Pengambilan Resiko/Petualangan.
                Klasifikasi SII atas minat pekerjaan diturunkan dari model teoretis yang
dikembangakan oleh John Holland (1966,1985/1992) dan didukung oleh riset
ekstensif, baik oleh Holland maupun peneliti-peneliti independen lainnya. General
Occupational Themes yang diidentifikasi ooleh model Holland ditandai dengan
(R) Realistis, (I) Investigatif, (A) Artistik, (S) Sosial, (E) Kewirausahaan
(Enterprising), dan (C) Konvensional. Masing-masing tema mencirikan tidak
hanya tipe orang, tetapi juga tipe lingkungan kerja yang oleh orang tersebut
dirasakan paling menyenangkan. Menurut Holland, orang-orang tidak
digolongkan secara ketat kedalam salah satu dari tipe-tipe utama, melainkan
mereka dicirikan oleh kadar kemiripan satu tipe dengan tipe lainnya. Dengan
demikian, kombinasi tipe semacam ini, yang ditata oleh kadar kemiripan,
menyediakan banyak pola atau ”kode” untuk mendeskripsikan berbagai perbedaan
individu yang luas.
3.      Campbell Interest and Skill Survey (CISS)
Tes ini digunakan untuk mrngukur minat serta ketrampilan laporan diri
dan diorganisasi dalam cara yang mirip dengan inventori strong, yang dengannya
(David P.Campbell-penyusun CISS) terlibat selama waktu tertentu. Tambahan
data pada ketrampilan memungkinkan perbandingan antara pola skor yang tinggi
dan rendah pada skala minat dan skala ketrampilan. Hal ini, pada gilirannya,
memperluas basis untuk menjelajahi karier dan mengambil keputusan yang
disediakan oleh survei.

4.      Jackson Vocational Interest Survei (JVIS)


JVIS diseleksi untuk mendapat perhatian khusus. Pertama, karena JVIS
merupakan contoh dari prosedur penyusunan tes canggih dan kedua, karena dalam
berbagai aspek ,pendekatannya berlawanan secara tajam dengan diikuti dalam SII.
Inventori ini menggunakan area minat yang luas dalam pengembangan butir soal 
dan sistem penentuan skor. Dalam inventori Strong, sebagian butir soal adalah
butir soal Suka, Acuh Tak Acuh, atau Tidak Suka yang ditandai secara terpisah
oleh responden. Selain itu, butir soal Inventori Strong meruapakan butir soal
bertipe pilihan-terbatas.
Sebagaimana dalam pengembangan Personality Research Form dan
Jackson Personality Inventory, langkah pertama dalam pengembangan JVIS
adalah merumuskan konstruk-konstruk atau dimensi-dimensi yang harus diukur.
Ada dua jenis dimensi, yaitu dipilih berdasarkan penelitian yang dipublikasikan
tentang psikologi kerja, dan analisis faktor serta klasifikasi rasional atas butir soal
minat pekerjaan. Salah satunya dirumuskan yang berkaitan dengan peran kerja
(berhubunga dengan pekerjaan atau yang dilakukan seseorang pada pekerjaan)
dan dengan gaya kerja (merujuk pada preferensi-preferensi untuk lingkungan
kerja atau situasi dimana perilaku tertentu diharapkan).
Bentuk final JVIS memuat 34 skala minat dasar, yang mencakup 26 peran
kerja dan 8 gaya kerja. Inventori ini dirancang agar dapat diterapkan pada kedua
jenis kelamin, meskipun tersedia norma-norma persentil terpisah untuk sub-sub
kelompok wanita dan pria.  JVIS bisa diberi skor secara manual dengan cepat dan
mudah untuk 34 skala. Akan tetapi, pilihan-pilihan penentuan skor berbasis
komputer yang ada menggunakan nrma-norma paling baru dan menyediakan
berbagai analisis skor tambahan entah dalam laporan naratif lebih luas yang baru
direvisi. Misalnya, laporan-laporan berbasis komputer mencakup skor-skor yang
diturunkan dari analisis faktor atas 34 skala minat dasar. Skor-skor ini yang dibuat
menurut model  enam tema Holland, mencakup 10 Tema Pekerjaan Umum:
Ekspresif, Logis, Bersifat Menyelidik, Praktis, Tegas, Sosial, Bersifat Membantu,
Konvensional, Bersifat Wirausaha, dan Komunikatif.
Sejumlah peninjau telah mengemukakan bahwa perumusan JVIS mungkin
terlalu canggih bagi siswa sekolah menengah
(D.T.Brown,1989;J.W.Shepard,1989).

5.      Kuder Preference Record (KPR)


Inventori ini mula-mula diterbitkan pada tahun 1939. Kemudian
mengalami revisi dan tambahan-tambahan item-item baru. Kuder memulai dengan
mengadakan analisa item tunggal berdasarkan kelompok-kelompok minat (cluster
of intesrest) dalam menyusun item-item tersebut alam skala deskriptif. Skala ini
dapat dipergunakan dalam bimbingan pendidikan (Educational guidance) maupun
dalam bimbingan jabatan (vocatinal guidance).
Berdasarkan alat konsepnya mengenai sepuluh kelompok minat, Kuder
lalu menyusun item-item inventorinya. Setiap item merupakan triad dari kegiatan-
kegiatana yang mencerminkan tiga kelompok minat. Penyusunan triad-triad
tersebut diatur sedemikian rupa sehingga setiap kelompok minat pernah ber-triad
dengan kelompok minat lainnya. Subyek yang hendak dinilai disuruh memilih
dalam setiap triad. Satu kegiatan yang paling disenangi dan satu kegiatan yang
paling tidak disenangi dalam triad tersebut.
6.      Career Assesment Inventory (CAI)
Sekarang tersedia dua versi CAI, yaitu The Vocational Version (VV) dan
The Enhanced Version (EV). Deskripsi dalam bagian ini adalah VV. Meskipun
EV sangat serupa dalam struktur, adalah instrument yang sama sekali terpisah
(Johannson,1986) yang dapat diterapkam  pada banyak dan rentang pekerjaan
yang len\bih luas, mencakup banyak yang memerlukan pendidikan lewat sekolah
menengah.
CAI pertama kali dikeluarkan pada tahun 1975, CAI (Johannson,1984)
secara dekat mengikuti pola inventori Strong. Akan tetapi, berbeda dari
kebanyakan unventori minat, CAI dirancang secara khusus untuk para pencari
karir yang tidak memerlukan pendidikan universitas selama empat tahun atau
pelatihan profesional lebih jauh. CAI berfokus pada pekerjaan yang melibatkan
keterampilan, pekerjaan teknis, dan pekerjaan jasa.
Contoh dari skala-skala pekerjaan yang sekarang tersedia antara lain
montir pesawat, petugas kesehatan gigi, petugas kafetaria, programer komputer,
dan perawat terdaftar. Ke-305 butir soal inventori dikelompokkan dibawah tiga
kategori isi yaitu aktivitas, mata pelajaran dan pekerjaan. Masing-masing butir
menyediakan lima pilihan respons, dari ”sangat suka” sampai ”sangat tak suka”.
Ditulis untuk tingkat membaca kelas 6, CAI juga bisa digunakan pada orang-
orang dewasa yang memiliki keterampilan membaca yang buruk. Seperti inventori
Strong, CAI menyediakan skor pada tiga tipe skala utama, termasuk 6 skala Tema
Umum Holland, 22 skala Bidang Minat Dasar homogen, dan 91 skala pekerjaan.
Indeks administratif dan empat akala non-pekerjaan juga termasuk didalamnya.
Semua pengumpulan data dan analisis statistik dijalankan secara terpisah dari
inventori ini. Kecuali skala Tema Umum, skala-skala tertentu yang dikembangkan
dalam masing-masing kategori ini adalah khusus untuk CAI.

7.      Self Directed Search (SDS)


Instrumen ini dikembangkan oleh J.L Holland, sebagai instrumen
konseling pekerjaan yang bisa dilaksanakan sendiri, diskor sendiri, dan
diinterpretasikan sendiri. Individu mengisi Booklet Penaksiran-Diri, menskor
respon, dan menghitung enam skor rangkuman yang berhubungan dengan tema
model Holland (Realistis, Investigatif, Artistik, Sosial, Bersifat Wirausaha, dan
Konvensional). Ketiga skor rangkuman tertinggi rangkuman tertinggi digunakan
untuk menemukan kode berhuruf tiga. Sebuah skor pendamping, Penemu
Pekerjaan, digunakan unutk menemukan pekerjaan diantara 1355 pekerjaan yang
kodenya cocok dengan kode rangkuman responden.
Meskipun SDS dirancang untuk bersifat bisa menemukan skor sendiri,
buku panduannya merekomendasikan pengawasan tertentu dan pemeriksaan skor.
Sebuah studi atas 107 individu yang diseleksi secara acak dari berbagai usia yang
mengikuti edisi SDS yang sekarang ada menunjukkan bahwa 7,5% lebih, telah
menarik kode yang memuat atau transposisi yang tidak tepat (Holland, Powell &
Frizche, 1994).
Validitas konkuren dan efisiensi prediktif SDS naik-turun tergantung pada
susunan sampel-sampel dalam kaitan dengan usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, dan tipe-tipe distribusi.

8.      Rothwell Miller Interest Blank (RMIB)


Menurut sejarahnya tes ni disusun pertama kali oleh Rothwell pada tahun
1947. saat itu tes tersebut hanya memiliki 9 jenis kategori dari jenis-jenis
pekerjaan yang ada. Kemudian pada tahun 1958 tes diperluas menjadi 12 kategori
oleh Kenneth Miller.sejak saat itu tes minat ini dinamakan tes minat Rothwell
Miller.
                Tes ini berbentuk blanko/formulir yang berisikan daftar pekerjaan yang
disusun dalam 9 kelompok, dengan kode huruf A sampai I, serta dibedakan untuk
kelompok pekerjaan pria dan wanitanya.masing-masing kelompok pekerjaan
tersebut terdiri atas 12 jenis pekerjaan, yang mewakili 9 kategori pekerjaan yang
akan diukur dalam tes ini. Tes ini disusun dengan tujuan untuk mengukur minat
seseorang berdasarkan sikap seseorang terhadap suatu pekerjaan dan ide-ide
stereotipe terhadap pekerjaan yang bersangkutan.
                Tes Rothwell Miller dapat diberikan kepada testee secara perorangan
maupun klasikal. Instruksi biasanya sudah terdapat dalam balangko sehingga bagi
testee yang sudah dewasa dapat diinstruksikan untuk membaca sendiri, kecuali
untuk orang dewasa dengan intelegensi rendah (Dull-normal). Bagi testee dull-
normal, dianggap kemampuannya untuk memahami, indtruksi tes yang tertulis
sehingga perlu diberikan beberapa contoh untuk dapat mengerjakannya dengan
tepat. Bahkan kadang masih harus dilengkapi dengan memeriksa pekerjaannya
setiap saat untuk mencegah kemungkinan berbuat kesalahan.
9.      Safran Student’s Interest Inventory
Dalam inventori minat ini mengungkap tiga aspek, yaitu
 (1) Minat Jabatan
(2) Minat terhadap Mata Pelajaran dan,
(3) Tingkat kemampuan.
Daftar minat terhadap mata pelajaran di sekolah ini bersifat fleksibel.
Siswa tidak perlu memberi nilai terhadap mata pelajaan yang tidak diberikan di
sekolah. Jika hanya sepuluh matapelajaran yang dinilai, maka mereka hanya akan
mengisi empat kotak dalam bagian yang agak menarik atau disenangi.
Test inventori nilai
Study of Value
Tes ini berupa suatu inventori kepribadian yang berstruktur.
Inventori kepribadian yang berstruktur ini terdiri dari pertanyaanpertanyaan
atau pernyataan-pernyataan tertentu yang hanya ada satu jawaban tertentu.
Inventori of Values bertujuan untuk mengungkap
enam dasar minat dan motif dalam kepribadian yang relatif menonjol
yaitu teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politik, dan relegius.

3. Syarat Inventori yang Baik


Menurut Saifuddin Azwar (2009: 34) bahwa:
Apapun bentuk instrumen pengumpulan data yang digunakan, masalah
ketepatan tujuan dan penggunaan instrumen (validitas) dan keterpercayaan
hasil ukurnya (reliabilitas) merupakan dua karakter yang tidak dapat ditawartawar,
di samping tuntutan akan adanya objektivitas, efisiensi dan ekonomis.

Lebih lanjut Mahmud (2011: 165) mengatakan bahwa “untuk


mendapatkan sebuah instrumen penelitian yang baik atau memenuhi standar,
ada dua syarat yang harus dipenuhi yaitu validitas dan reliabilitas”. Hal ini
dipertegas oleh Ary (2005: 293) yang mengatakan “validitas menunjuk
kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya
diukur.
Sebaliknya reliabilitas mengacu kepada sejauh mana suatu alat
pengukur secara ajeg (konsisten) mengukur apa saja yang diukurnya”.
Dalam penelitian ini, untuk menyusun instrumen kesiapan kerja peneliti
menggunakan dua persyaratan penting yaitu validitas dan reliabilitas.
Penjelasan mengenai validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut.

a. Validitas
Validitas berasal dari bahasa Inggris validity yang berarti keabsahan.
Toha Anggoro (2008: 536) mengatakan “suatu alat ukur dikatakan valid
atau mempunyai nilai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut memang
dapat mengukur apa yang hendak diukur”. Hal ini dipertegas oleh
Sugiyono (2009: 172) yang mengatakan “hasil penelitian yang valid bila
terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa


validitas adalah sejauhmana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang
hendak diukur sesuai dengan tujuan dari alat ukur tersebut.
Purwanto (2007: 124) “mengelompokan metode pengujian validitas
menjadi tiga macam yaitu validitas isi, validitas kriteria, dan validitas
konstruk”.
1) Validitas Isi.
Validitas isi (content validity) adalah pengujian validitas dilakukan
atas isinya untuk memastikan apakah isi instrumen mengukur secara
tepat keadaan yang ingin diukur. Validitas isi berkenaan dengan isi
dan format dari instrumen. Apakah instrumen tepat mengukur hal
yang ingin diukur, apakah butir-butir pertanyaan telah mewakili aspek
yang akan diukur. Pengujian validitas isi dapat dilakukan
menggunakan satu dari tiga metode yaitu menelaah butir instrumen,
meminta pertimbangan ahli dan analisis korelasi butir total.
Untuk keperluan pengembangan butir-butir instrumen yang
representatif maka pengembangan butir-butir instrumen harus
didasarkan pada perencanaan kisi-kisi. Pengujian validitas isi yang
dilakukan dengan menelaah butir (item review) dilakukan dengan
mencermati kesesuaian isi butir yang tertulis dengan perencanaan
yang dituangkan dalam kisi-kisi. Butir-butir instrumen dinyatakan
valid (logically valid) apabila setelah mencermati isi butir-butir yang
ditulis telah menunjukan kesesuaian dengan kisi-kisi.

Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan meminta


pertimbangan ahli (expert). Orang yang memiliki kompetensi dalam
suatu bidang dapat dimintakan pendapatnya untuk menilai ketepatan
isi butir instrumen.
Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan melihat korelasi isi
butir dengan total. Korelasi butir dengan total menunjukkan
sumbangan butir terhadap totalnya. Sebuah butir dinyatakan valid
apabila dia berkorelasi tinggi dengan totalnya. Butir yang berkorelasi
tinggi dengan totalnya menunjukkan bahwa butir tersebut merupakan
isi dari instrumen karena mempunyai sumbangan besar membentuk
skor total instrumen.
2) Validitas Kriteria
Validitas kriteria (criterion related validity) adalah pengujian
validitas yang dilakukan dengan membandingkan instrumen dengan
kriteria tertentu di luar instrumen. Validitas kriteria berkenaan dengan
tingkat ketepatan instrumen mengukur segi yang akan diukur
dibandingkan dengan hasil pengukuran dengan instrumen lain yang
menjadi kriteria. Instrumen yang menjadi kriteria adalah instrumen
yang sudah standar. Validitas kriteria dihitung dengan
mengkorelasikan skor yang diperoleh dari penggunaan instrumen
tersebut dengan skor dari instrumen lain yang menjadi kriteria.

3) Validitas Konstruk
Validitas konstruk (construct validity) adalah pengujian validitas
yang dilakukan dengan melihat kesesuaian konstruksi butir yang
ditulis dengan kisi-kisi. Validitas konstruk berkenaan dengan konstruk
atau struktur dan karakteristik psikologis aspek yang akan diukur
dengan instrumen. Apakah konstruk tersebut dapat menjelaskan
perbedaan kegiatan atau perilaku individu berkenaan dengan aspek
yang diukur. Pengujian validitas konstruk dapat dilakukan dengan
menelaah butir, meminta pertimbangan ahli, konvergensi dan
diskriminabilitas, multitrait-multimethod, dan analisis faktor.
Berdasarkan beberapa uraian mengenai validitas di atas, peneliti
hanya menggunakan satu validitas saja yaitu validitas isi. Dalam
pengembangan alat ukur inventori kesiapan kerja lebih memfokuskan
pada sejauhmana isi inventori kesiapan kerja yang mencerminkan ciri
atribut yang hendak diukur. Validitas isi banyak tergantung pada
penilaian subyektif individual karena estimasi ini tidak melibatkan
perhitungan statistik melainkan analisis rasional maka tidaklah
diharapkan setiap orang akan sama pendapatnya mengenai validitas isi
suatu tes yang telah dicapai. Dalam penelitian ini akan dibantu kisikisi
pengembangan instrumen. Kisi-kisi tersebut menjabarkan variabel
menjadi sub variabel, kemudian dijabarkan kembali menjadi indikator
dan mejadi item pernyataan.

b. Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari bahasa Inggris rely yang berarti percaya, dan
reliable yang artinya dapat dipercaya. Dengan demikian reliabilitas
menurut Purwanto (2007: 161) “dapat diartikan sebagai keterpecayaan.
Keterpercayaan berhubungan dengan ketepatan dan konsistensi. Instrumen
dapat dipercaya atau reliabel apabila memberikan hasil pengukuran yang
relatif konsisten”.
Nurul Zuriah (2007: 192) berpendapat “apabila suatu alat pengukur
dipakai dua kali atau lebih untuk mengukur gejala yang sama dan hasil
pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut
dikatakan reliabel”.
Banyak metode yang dapat dipilih untuk menguji reliabilitas. Menurut
Purwanto (2007: 162) metode reliabilitas secara garis besar dikelompokan
menjadi dua yaitu:
1) Reliabilitas sebagai koefesien stabilitas eksternal yang terdiri dari dari
metode tes ulang (test-retest) dan metode paralel (parallel form).
2) Reliabilitas sebagai konsistensi internal hasil pengukuran butir-butir
instrumen yang terdiri dari metode belah dua digunakan untuk jumlah
butir instrumen genap, sedangkan untuk instrumen yang jumlah
butirnya ganjil maka formula yang digunakan Kuder-Richardson,
Hoyt, dan Alpha Cronbach.
Dalam penelitian ini, formula yang akan digunakan untuk menguji
reliabilitas inventori kesiapan kerja adalah dengan menggunakan formula

alpha cronbach. Seperti yang dijelaskan oleh Burhan Nurgiyantoro (2004:


349) “ reliabilitas alpha cronbach dapat dipergunakan baik untuk
instrumen yang jawabannya berskala maupun jika dikehendaki yang
bersifat dikhotomis”. Hal ini sesuai dengan pengembangan inventori
kesiapan kerja yang menggunakan jawaban berskala. Jawaban berskala
tidak memberlakukan jawaban salah dan yang ada adalah tingkatan
ketepatan opsi jawaban. Seperti yang diungkapkan oleh Suharsimi
Arikunto (2006: 198) “ untuk mengukur reliabilitas instrumen yang
skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai atau skala bertingkat
(rating scale) digunakan rumus Alpha”.

Langkah-langkah Penyusunan Inventori.


Pengembangan inventori kesiapan kerja ini, akan digunakan untuk
mengukur dan menilai sejauh mana kesiapan kerja yang dimiliki oleh siswa.
Penyusunan inventori kesiapan kerja ini akan mengikuti langkah-langkah
penyusunan intrumen bentuk skala model likert. “Jawaban setiap item
instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai tingkatan dari sangat
positif sampai sangat negatif” (Sugiyono, 2009: 93). Pada skala likert
perangsangannya adalah pernyataan. Pernyataan yang akan diberikan oleh
subyek adalah pernyataan yang favorable (mendukung) atau pernyataan
tidak-favorable (tidak mendukung), dalam bentuk variasi sebagai berikut:
sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai
(STS).

Ada beberapa langkah penyusunan instrumen psikologi diantaranya


menurut Suharsimi Arikunto (2006: 166) yang menjelaskan “prosedur yang
ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik ada 6 langkah yaitu: 1)
perencanaan, 2) penulisan butir, 3) penyuntingan, 4) uji coba, 5) pengenalan
hasil, 6) mengadakan revisi”.
Sementara itu menurut Saifuddin Azwar (2011: 11) :
Penyusunan skala psikologi harus melalui prosedur sebagai berikut:
identifikasi tujuan ukur, operasional konsep, penskalaan dan pemilihan
format stimulus, penulisan item dan review item, uji coba, analisis item,
kompilasi 1 seleksi item, pengujian reliabilitas dan validitas, serta
kompilasi II format final.
Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah penyusunan instrumen yang
akan dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada langkah dasar
perancangan dan penyusunan skala psikologis dari Saifuddin Azwar karena
lebih mudah dipahami, yang meliputi: identifikasi tujuan akhir,
operasionalisasi konsep, penskalaan dan pemilihan format stimulus, penulisan
item dan review item, uji coba, analisis item, kompilasi 1 item, pengujian
validitas dan reliabilitas, dan kompilasi II format final

Anda mungkin juga menyukai