Instrumentasi Aum Umum
Instrumentasi Aum Umum
Tes Inventori Kepribadian
Contoh tes inventori Kepribadian yang telah terstandarisasi antara lain :
1. MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventories)
MMPI telah direvisi dan disusun ulang menjadi dua versi yang berbeda, MMPI-
2 (Butcher, Dahlstrom, Graham, Tellegen, dan Kaemmer, 1989) dan MMPI-
Adolescent (MMPI-A – Buchler et al., 1992). Pada tahun 1960-an, MMPI
dipandang sebagai tes kepribadian terkemuka dan digunakan sesering atau lebih,
pada subjek-subjek yang normal dalam lingkungan konseling, pekerjaan, medis,
militer, dan forensik seperti pasien psikiatris.
Instrumen yang sudah tidak tepat lagi karena norma-norma yang berdasar sempit
dan kadaluwarsa dari tes perlu diperbaharui dan direstandardisasi demi
kesinambungan MMPI.
Minnesota Multiphasis Personality Inventory-2. Butir-butir soal MMPI-2 terdiri
dari 567 pernyataan afirmatif yang ditanggapi peserta tes “Benar” atau “Salah”,
370 butir soal pertama, pada dasarnya sama dengan butir-butir soal pada MMPI
kecuali dalam hal perubahan editorial dan pengaturan kembali, menyediakan
semua respons yang dibutuhkan untuk memberi skor 10 skala “klinis” yang asli
dan tiga skala “validitas”, 197 butir soal tersisa (107 di antaranya baru)
diperlukan untuk menskor seluruh komplemen yang terdiri dari 104 validitas baru,
yang direvisi dan dipertahankan , serta skala dan sub skala suplementer yang
membangun inventori secara lengkap. Dahsltrom (1993a) telah mempersiapkan
suplemen manual yang menyediakan semua informasi yang perlu untuk
membandingkan butir-butir soal MMPI-2 dengan butir-butir soal asli.
Minnesota Multiphasic Personality Inventory-Adolescent (MMPI-A) adalah
bentuk baru yang dikembangkan secara spesifik untuk digunakan pada remaja.
MMPI-A memuat hampir semua segi MMPI dan MMPI-2, mencakup 13 skala
dasar namun dilakukan pengurangan panjang keseluruhan inventori menjadi
hanya 478 butir soal, dimasukkan butir-butir soal yang relevan dengan remaja,
seperti masalah sekolah dan keluarga, dan di atas segala-galanya persyaratan
norma kecocokan usia.
Dalam perkembangannya maju sejalan dengan MMPI-2 dan MMPI-A,
sebagaimana dengan kebanyakan rangkaian tes lainnya, komputerisasi prosedur
untuk administrasi, penentuan skor dan interpretasi inventori serta pengembangan
penerjemahan instrumen ke dalam berbagai bahasa. (Roper, Ben-Porath dan
Butcher, 1991, 1995).
2. CPI (California Psychological Inventory)
CPI dikembangkan secara khusus pada populasi orang dewasa. Dalam revisi
terakhir CPI terdiri dari 434 butir soal yang harus dijawab “Benar” atau “Salah”
dan menghasilkan skor pada 20 skala (Gough dan Bradly, 1996). CPI pada awal
diterbitkan tahun 1956. Pada awalnya terdiri dari 480 butir soal, diturunkan
menjadi 462 butir soal dan terakhir 434 butir soal
3. PIC (Personality Inventory for Children)
Dikembangkan melalui 20 tahun riset oleh sekelompok peneliti di Universitas
Minnesota yang secara mendalam terpengaruh oleh dasar pemikiran dan
penggunaan klinis MMPI. PIC dirancang untuk anak dan remaja usia 3
sampai 16 tahun. PIC awalnya terdiri dari 600 butir soal, yang dikelompokkan ke
dalam tiga skala validitas (skala kebohongan, skala frekuensi dan skala sikap
defensif), sebuah skala penyaringan umum dan 12 skala klinis. PIC direvisi
menjadi PIC-R dan jumlah butir soalnya dikurangi dari 600 butir soal menjadi
420. PIC-R bukanlah laporan inventori diri melainkan inventori perilaku teramati.
(hasil pelaporan orang tua). Personality Inventory for Youth (PIY) (Lachar dan
Gruber, 1993), terdiri atas 280 butir soal yang direvisi menjadi 270 butir soal,
dikembangkan sebagai ukuran laporan diri yang sejajar dengan PIC-R.
Kedua alat ini menyediakan seperangkat alat multidimensi terpadu yang secara
khusus dirancang untuk digunakan pada anak-anak dan remaja.
4. 16 PF (Sixteen Personality Factor Questionnaire)
Disusun oleh : Cattell dan rekan-rekan kerjanya yang sekarang sudah memasuki
edisi kelima (1993). Pertama kali diterbitkan tahun 1949. 16 PF (sixteen
Personality Factor Questionnaire)
16 PF dirancang untuk umur 16 tahun ke atas dan menghasilkan 16 skor dalam
ciri-ciri, seperti : keberanian sosial, dominasi, kewaspadaan, stabilitas emosional,
dan kesadaran peraturan.
5. MCMI (Millon Clinical Multiaxial Inventory)
Mengikuti tradisi MMPI dan dirancang untuk maksud yang sama. MCMI-III-
Million, Million and Davis, 1994) Diterbitkan pertama kali tahun 1977.
Belakangan dikembangkan menjadi 2 . Salah satunya adalah Million Adolescent
Clinical Inventory (MACI-Million, Million dan Davis, 1993) digunakan untuk
anak usia 13 dan 19 tahun dalam lingkup klinis. Sedangkan Million Indenx of
Personality Styles (MIPS-Million, 1994) untuk orang dewasa.
6. EPPS (Edward Personal Preference Schedule)
Dirancangkan untuk menaksir sistem kebutuhan nyata dikemukakan oleh Murray
dan rekan-rekannya di Harvard Psychological Clinic (Murray, et.al., 1938) Yang
akhirnya dibuatlah Edward Personal Preference Schedule (EPPS-Edward, 1959).
Dimulai dari 15 kebutuhan yang berasal dari daftar Murray. Inventori ini terdiri
atas 210 pasang pernyataan dimana butir soal dari 12 skala lainnya.
EPPS perlu direvisi untuk menghapus kelemahan teknis terkait butir soal dan
interpretasi skornya. Aspek need yang diungkap, diantaranya;
- Kemampuan untuk berprestasi
- Kemampuan menyesuaikan diri
- Kemampuan menunaikan tugas
- Kebutuhan untuk menunjukan diri
- Kebutuhan untuk mandiri
- Kebutuhan untuk berempati
- Kebutuhan perhatian terhadap sesama
- Kebutuhan akan hubungan sosial
- Keinginan untuk memimpin
- Keinginan untuk kompromi
- Kebutuhan memberikan perhatian
- Kebutuhan akan stimulasi dari luar
- Kemampuan mengahadapi berbagai rintangan
- Kebutuhan memberikan perhatian dari lawan jenis
- Kebutuhan untuk bertentangan dengan orang lain
Cukup banyak sekali aspek yang diungkap EPPS, namun pada dasarnya tes ini
akan dikelompokan menjadi tiga aspek, yaitu sikap kerja, aspek
sosial, dan aspek emosi.
7. PRF (Personality Research Form) (Costa dan McCrae, 1988)
PRF mencontoh pendekatan Douglas N Jackson terhadap pengembangan tes
kepribadian. Tersedia dalam lima pilihan berbeda, termasuk dua rangkaian form
paralel (A,B dan AA, BB) dari 300 dan 400 butir soal. Teknik analisis lebih
canggih menggunakan komputer terdiri dari 352 butir soal dari butir-butir soal
terbaik. Seperti instrumen kepribadian lainnya PRF mengambil teori kepribadian
Murray sebagai titik tolak.
8. Jackson’s Basic Personality Inventory
Jackson Personality Inventory Revised (JPI-R) dikembangkan setelah PRF
melalui prosedur penyusunan skala yang sama dengan PRF namun lebih
sempurna (Jackson, 1976, 1994a) Jackson menggunakan standar ketat yang sama
pada penyusunan Basic Personality Inventory (BPI-Jackson, 1989a). BPI sudah
tampak menjanjikan untuk digunakan secara klinis pada bidang kenakalan remaja
(Holden & Jackson, 1992)
9. TAT (Thematic Apperception Test)
Pertama kali dikembangkan oleh Henry Murray dan stafnya di Harvard
Psychological Clinic (Murray, et al., 1938). Materi-materi TAT terdiri dari 19
kartu yang memuat gambar-gambar kabur dalam warna hitam dan putih serta
kartu kosong. Responden diminta mengarang cerita sesuai dengan tiap gambar,
menceriterakan apa yang mengarah pada peristiwa sebagaimana tergambar dalam
gambar itu, mendeskripsikan apa yang terjadi waktu itu, kemudian membuat
cerita tentang hal itu.
TAT telah disiapkan dalam survei atas sikap buruh, kelompok minoritas, otoritas
dsb.(D.T. Campbell, 1950; R Harrison, 1965). Dalam perkembangannya tes yang
lebih baru dikembangkan, Apperception Tes for Children (RATC) oleh (Mc
Arthur dan Roberts, 1982), masih dalam bentuk kartu gambar. RATC
menyediakan 16 kartu stimulus. Gambar-gambar itu diplih untuk melukiskan
situasi antarpribadi yang telah dikenal dimana ada anak-anak dalam hubungannya
dengan orang dewasa atau anak-anak lainnya.
Test inventori minat
1. The Strong Vocational Intrest Blank (SVIB)
Inventori ini diterbitkan pada tahun 1927 terdiri dari 400 item. Responden
diminta untuk memberikan jawaban dengan jalan memberi tanda (L) terhadap
aktivitas-aktivitas atau obyek-obyek yang disenangi, memberi tanda (I) apabila ia
ragu-ragu dan memberi tanda (D) apabila ia tidak menyenangi aktivitas atau
obyek tersebut.
a. Validitas
Validitas berasal dari bahasa Inggris validity yang berarti keabsahan.
Toha Anggoro (2008: 536) mengatakan “suatu alat ukur dikatakan valid
atau mempunyai nilai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut memang
dapat mengukur apa yang hendak diukur”. Hal ini dipertegas oleh
Sugiyono (2009: 172) yang mengatakan “hasil penelitian yang valid bila
terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti”.
3) Validitas Konstruk
Validitas konstruk (construct validity) adalah pengujian validitas
yang dilakukan dengan melihat kesesuaian konstruksi butir yang
ditulis dengan kisi-kisi. Validitas konstruk berkenaan dengan konstruk
atau struktur dan karakteristik psikologis aspek yang akan diukur
dengan instrumen. Apakah konstruk tersebut dapat menjelaskan
perbedaan kegiatan atau perilaku individu berkenaan dengan aspek
yang diukur. Pengujian validitas konstruk dapat dilakukan dengan
menelaah butir, meminta pertimbangan ahli, konvergensi dan
diskriminabilitas, multitrait-multimethod, dan analisis faktor.
Berdasarkan beberapa uraian mengenai validitas di atas, peneliti
hanya menggunakan satu validitas saja yaitu validitas isi. Dalam
pengembangan alat ukur inventori kesiapan kerja lebih memfokuskan
pada sejauhmana isi inventori kesiapan kerja yang mencerminkan ciri
atribut yang hendak diukur. Validitas isi banyak tergantung pada
penilaian subyektif individual karena estimasi ini tidak melibatkan
perhitungan statistik melainkan analisis rasional maka tidaklah
diharapkan setiap orang akan sama pendapatnya mengenai validitas isi
suatu tes yang telah dicapai. Dalam penelitian ini akan dibantu kisikisi
pengembangan instrumen. Kisi-kisi tersebut menjabarkan variabel
menjadi sub variabel, kemudian dijabarkan kembali menjadi indikator
dan mejadi item pernyataan.
b. Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari bahasa Inggris rely yang berarti percaya, dan
reliable yang artinya dapat dipercaya. Dengan demikian reliabilitas
menurut Purwanto (2007: 161) “dapat diartikan sebagai keterpecayaan.
Keterpercayaan berhubungan dengan ketepatan dan konsistensi. Instrumen
dapat dipercaya atau reliabel apabila memberikan hasil pengukuran yang
relatif konsisten”.
Nurul Zuriah (2007: 192) berpendapat “apabila suatu alat pengukur
dipakai dua kali atau lebih untuk mengukur gejala yang sama dan hasil
pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut
dikatakan reliabel”.
Banyak metode yang dapat dipilih untuk menguji reliabilitas. Menurut
Purwanto (2007: 162) metode reliabilitas secara garis besar dikelompokan
menjadi dua yaitu:
1) Reliabilitas sebagai koefesien stabilitas eksternal yang terdiri dari dari
metode tes ulang (test-retest) dan metode paralel (parallel form).
2) Reliabilitas sebagai konsistensi internal hasil pengukuran butir-butir
instrumen yang terdiri dari metode belah dua digunakan untuk jumlah
butir instrumen genap, sedangkan untuk instrumen yang jumlah
butirnya ganjil maka formula yang digunakan Kuder-Richardson,
Hoyt, dan Alpha Cronbach.
Dalam penelitian ini, formula yang akan digunakan untuk menguji
reliabilitas inventori kesiapan kerja adalah dengan menggunakan formula