Anda di halaman 1dari 4

Nama : Noven Prima A

NIM : 135180078
Kelas :A
Materi : Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

KASUS 1
Di kawasan Bantar Gebang Bekasi menyebutkan, akibat dijadikan kawasan tersebut
sebagai TPA, warga di sekitar menderita yang tiada berujung. Dampak, seperti Penyakit ISPA,
Gastritis, Mialgia, Anemia, Infeksi kulit, Kulit alergi, Asma, Rheumatik, Hipertensi, dan lain-
lain merupakan hasil penelitian selama kawasaan tersebut dijadikan TPA.
Hasil perhitungan berdasarkan jumlah penduduk,jumlah limbah domestik dari rumah
tangga adalah sebesar 2.915.263.800 ton/tahun atau 5900 – 6000 ton/hari; lumpur dari septic
tank sebesar 60.363,41 ton/tahun dan yang bersumber dari industri pengolahan sebesar
8.206.824,03 ton/tahun. Penanganan kebersihan di wilayah DKI Jakarta dilaksanakan oleh Dinas
Kebersihan DKI Jakarta, dengan jumlah sarana dan prasarana yang terdiri dari tonk sebanyak
737 buah (efektif : 701 buah); alat-alat besar : 128 buah (efektif : 121 buah); kendaraan
penunjang : 107 buah (efektif : 94 buah), sarana pengumpul/pengangkutan sampah dari rumah
tangga : gerobak sampah : 5829 buah; gerobak celeng : 1930 buah, galvanis : 201 buah.
Sampah yang diangkut dari Lokasi Penampungan Sementara (LPS) akan diolah di Tempat
Pemusnahan Akhir (TPA). TPA yang sekarang adalah TPA Bantar Gebang, Bekasi dengan luas
yang direncanakan 108 Ha. Status tanah adalah milik Pemda DKI Jakarta dan sistim pemusnahan
yang dilaksanakan adalah “sanitary landfill”. Luas tanah yang sudah dipergunakan sebesar 85
persen, sisanya ± 15 persen diperkirakan dapat menampung sampah sampai tahun 2004,
sehingga Pemda DKI Jakarta saat ini sudah mencari alternatif-alternatif lain sistim penanganan
sampah melalui kerjasama dengan pihak swasta.
PENANGANAN 1
Dengan mencermati permasalahan yang terjadi maka pemerintah mencoba berbagai
terobosan yang efektif dan efisien (tepat guna dan tepat sasaran). Sejauh ini, berbagai solusi
terus-menerus diupayakan meskipun dalam perkembangannya berbagai kendala kerapkali
dijumpai. Solusi-solusi yang sejauh ini telah diupayakan melalui sejumlah program kerja antara
lain dalah pelaksanaan regionalisasi pengelolaan sampah melalui program GBWMC (Great
Bandung Waste Management). Terdapat 4 poin dalam nota kesepahaman itu, yaitu :
 pengelolaan sampah bersama secara terpadu di kawasan Bandung metropolitan
 membentuk wadah yang mandiri dalam pengelolaan sampah terpadu
 percepatan pembentukan wadah mandiri dengan membentuk tim perumus yang terdiri
dari 5 wilayah tersebut
 nota kesepahaman ini berlaku hingga terbentuknya wadah yang mandiri tersebut
Untuk mengatasi hal ini Dinas Kebersihan telah melakukan kegiatan-kegiatan antara lain :
1. Menambah fasilitas Unit Pengolahan Limbah dan meningkatkan efisiensi pengolahan
sehingga      kualitas limbah memenuhi persyaratan untuk dibuang.
2. Meningkatkan/memperbaiki penanganan sampah sesuai dengan prosedur “sanitary
landfill”.
3. Membantu masyarakat sekitar LPA dengan menyediakan air bersih, Puskesmas dan
ambulance.
4. Mengatur para pemulung agar tidak mengganggu operasional LPA.

KASUS 2
Pembalakan liar sering terjadi di Kalimantan. Satuan Polisi Hutan Reaksi Cepat (SPORC)
Regional Kalimantan yang berkedudukan di Samarinda, Kalimantan Timur, menggagalkan
penyelundupan 30 meter kubik kayu meranti yang diangkut menggunakan tiga truk, 19 Februari
2017. Dua truk berisi kayu berbentuk papan dan satu truk lagi memuat balok. Kepala Seksi
Wilayah II UPT Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Subhan, mengatakan tiga truk itu ditangkap di Jalan Poros Samarinda – Tenggarong (Kutai
Kartanegara), KM 40, pukul 03.30 Wita. Kayu tersebut terbukti tanpa dokumen sah, yang
dipastikan hasil pembalakan liar. Kayu siap jual, sudah berbentuk papan dan balok dan
jumlahnya ada 2.976 batang. Dijelaskan Subhan, pelanggaran yang dilakukan oknum pebisnis
haram tersebut adalah dengan sengaja mengangkut, menguasai atau memiliki hasil hutan kayu
yang tidak dilengkapi surat keterangan sah hasil hutan. Akibatnya, tiga sopir yang mengangkut
kayu tersebut digelandang ke Mapolresta Tenggarong. Sementara barang bukti dibawa ke Kantor
Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Kehutanan Wilayah Kalimantan Timur (Kaltim) di
Jalan Teuku Umar.
PENANGANAN 2
Untuk mengatasi hal ini Dinas Lingkungan Hidup Kalimantan :
1. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat di sekitar kawasan hutan. Penyuluhan tersebut
dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Untuk melakukan pendekatan kepada
masyarakat di sekitar terlebih dahulu harus melakukan izin kepada kepala desa setempat.
Penyuluhan yang dilakukan secara lisan biasanya dilakukan antar individu ataupun
kelompok, sedangkan tulisan dapat berupa peringatan dan juga tanda – tanda mengenai
dampak dari pembalakan liar.
2. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk ikut bertanggung jawab terhadap kerusakan
hutan yang telah dilakukan. Untuk melakukan hal ini peran stakeholders sangat diperlukan.
Sebagai stakeholder bisa melakukan tindakan seperti reboisasi atau penanaman hutan
kembali di wilayah hutan rakyat.
3. Memperketat pengawasan guna melakukan pengendalian dan pengelolaan lahan hutan. Perlu
adanya peran aktif seluruh masyarakat termasuk pemerintah setempat guna menghindari
pembalakan liar.
4. Mempertegas peraturan undang – undang tentang pembalakan liar. Peraturan tersebut dapat
berupa pembatasan jumlah penebangan hutan, perencanaan penebangan hutan, kewajiban
menanam kembali pohon yang telah ditebang, serta memberantas penebangan kayu secara
liar atau ilegal.
5. Memberikan hukuman atau sangsi kepada pihak manapun yang telah melanggar peraturan
mengenai pembalakan liar. Sangsi atau hukuman tersebut dapat berupa teguran, ancaman,
hingga hukuman penjara atau berdasarkan hukum yang berlaku. Dengan begitu, pelaku –
pelaku pembalakan liar akan merasa jera dan diharapkan tidak akan mengulangi lagi
tindakan tersebut.

KASUS 3
Kegiatan pelebaran jalan di Jalan RTA Milono memiliki dampak pada tahap pra
konstruksi dan tahap konstruksi. Kegiatan pada tahap pra-konstruksi yang sangat potensial
menimbulkan dampak terhadap lingkungan (khusus dampak sosial) adalah pembebasan lahan.
Kegiatan pekerjaan umum pada tahap konstruksi biasanya menggunakan alat-alat berat,
sehingga menimbulkan dampak pada komponen lingkungan fisik seperti peningkatan
kebisingan, pencemaran udara, tanah dan air, gangguan pada kondisi hidrologi, juga ampak pada
komponen lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya antara lain keterlambatan pengerjaan karena
pembebasan lahan, Peningkatan kepadatan lalu lintas, Kerusakan prasarana umum, dan Konflik
sosial akibat penggunaan tenaga kerja dari luar lokasi proyek.
PENANGANAN 3
Upaya mengatasi dampak dari pelebaran jalan yang dilakukan adalah :
1. Untuk pencegahan terjadinya kebisingan, disarankan mengikuti aturan yang ada seperti
peredam suara.
2. Membuat aturan atau sanksi dalam menjalankan AMDAL sehingga diharapkan dapat
meminimalisir dampak lingkungan

KASUS 4
Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), di tahun 2015 hampir 68
persen mutu air sungai di 33 provinsi di Indonesia dalam status tercemar berat, di antaranya
sungai Brantas, Citarum, dan kali Wonorejo yang baru-baru ini tampak menghasilkan busa putih.
Sumber utama pencemaran air sungai di Indonesia sebagian besar berasal dari limbah domestik
atau rumah tangga, umumnya dalam bentuk kotoran manusia, limbah cucian piring dan baju,
kotoran hewan, dan pupuk dari perkebunan dan peternakan. Limbah feses dan urin berperan
dalam meningkatkan kadar bakteri E. coli dalam air. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan
Yogyakarta, kandungan E. coli di luar batas normal tak hanya di sungai melainkan hingga ke air
sumur di area tempat tinggal penduduk.
PENANGANAN 4
1. Ada banyak cara mengatasi pencemaran air yang bisa dilakukan bagi seorang individu
seperti kita, misalnya :
2. Tidak membuang sampah sembarangan dan selalu membuang sampah pada tempat yang
tepat. Jika tempat sampah tidak ada di sekitarmu, sampah bisa di bawa pulang dan ditaruh
di tempat sampah di rumahmu. Ini termasuk jika kamu sedang berada ditempat-tempat
seperti pantai, sungai, dan tempat-tempat umum.
3. Gunakan air dengan bijak. Jangan membiarkan air keran mengalir saat sedang tidak
digunakan. Selain itu, mengurangi jumlah air yang digunakan saat mencuci dan mandi
juga merupakan salah satu cara mengatasi pencemaran air. Jika kita semua melakukan hal
ini, kita dapat secara signifikan mencegah kekurangan air dan mengurangi jumlah air
kotor di sungai kita.
4. Tidak membuang bahan kimia, minyak, cat dan obat-obatan ke wastafel atau toilet untuk
menghindari dampak pencemaran air.
5. Gunakan plastik yang lebih cepat terdekomposisi untuk membungkus. Plastik semacam
ini lebih ramah lingkungan dan tanah.
6. Tidak terlalu sering menggunakan pupuk dan pestisida untuk kegiatan pertanian dan
peternakan. Karena penggunaan bahan-bahan ini akan meninggalkan residu di tanah yang
kemudian terbawa ke badan air. Penumpukan residu ini selain menyebabkan kematian
biota perairan karena keracunan, juga dapat mengakibatkan eutrofikasi dan membuat
populasi alga dan eceng gondok membeludak di daerah perairan. 6. Jika kamu tinggal
dekat dengan badan air, cobalah untuk menanam banyak pohon dan bunga di sekitar
rumah mu, sehingga ketika hujan, bahan kimia dari rumah Anda tidak mudah mengalir ke
dalam air.

Anda mungkin juga menyukai