Anda di halaman 1dari 4

PERAN PEMBINA PRAMUKA DI MASA PANDEMI COVID-19

(Ikhtiar Meneguhkan Peran Pramuka dalam Membangun Kesadaran Kemanusiaan)


Oleh: Lailatuzz Zuhriyah, M.Fil.I.
GS 407 B/031/Kwarcab Tulungagung

Pandemi Covid-19 merupakan problem global yang dihadapi oleh suluruh negara di
dunia. Tentu, hadirnya wabah ini berdampak pada berbagai sektor kehidupan manusia. Mulai
dari sektor yang paling utama dan serius, yakni sektor ekonomi, kemudian disusul dengan sektor
pendidikan, kesehatan, sosial, budaya, dan beberapa sektor lainnya. Berdasarkan data
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) per 7 April 2020, akibat pandemi Covid-19, tercatat
sebanyak 39.977 perusahaan di sektor formal yang memilih merumahkan, dan melakukan PHK
terhadap pekerjanya. Sementara dari sektor sosial, kasus kekerasan dalam rumah tangga, baik itu
terhadap perempuan maupun anak-anak juga melonjak tajam. Pada 7 April 2020, World Health
Organization (WHO) mengeluarkan laporan bertajuk “Covid-19 and violence against women:
What the health sector/system can do”. Laporan itu menyatakan, kekerasan terhadap perempuan
cenderung meningkat dalam keadaan darurat apa pun, termasuk pandemi. Dari sektor
pendidikan, kegiatan pembelajaran yang awalnya dilakukan secara luring (luar jejaring),
kemudian tanpa persiapan yang matang dirubah menjadi sistem daring (dalam jejaring) untuk
menekan laju penularan virus. Perubahan metode pembelajaran ini tentu mengalami banyak
kendala, seperti: 1) penguasaan teknologi, 2) keterbatasan sarana prasarana, 3) jaringan internet,
dan 4) pembiayaan. Dari sektor kesehatan, jumlah kenaikan pasien terinfeksi Covid-19 tidak
diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan alat kesehatan serta bahan baku obat yang masih impor
dan juga rendahnya rasio daya tampung rumah sakit dibanding total penduduk.

Melihat fenomena tersebut, maka problem dunia akibat Covid-19 ini merupakan masalah
yang harus direspon dengan cepat dan menjadi tanggung jawab bagi seluruh kalangan dan
masyarakat dunia untuk mencari solusi bersama, tak terkecuali Pramuka. Jika menilik sejarah
berdirinya kepanduan, maka Pramuka memiliki tujuan yang begitu mulia, yakni bagaimana agar
manusia dapat harmoni dengan Tuhan, alam, dan relasi sosial dengan manusia lainnya dengan
baik. Untuk mengejawantahkan tujuan yang mulia tersebut, maka disusunlah program
pendidikan yang integratif dalam sebuah kurikulum kepramukaan. Dalam hal ini, kurikulum
Pramuka haruslah bersifat responsif dengan kemajuan zaman dan bersifat kontekstual, agar
tujuan mulia Pramuka dapat tercapai dengan baik. Pembina Pramuka memegang peranan kunci
dalam mengonsep kurikulum yg responsif dan kontekstual ini. Kontekstual di sini berarti
disesuaikan dengan konteks kekinian, fenomena apa yang hari ini sedang dihadapi bangsa, maka
upaya untuk menemukan solusi atas fenomena tersebut, jika perlu dimasukkan dalam program
kepramukaan. Dengan demikian, maka peran Pramuka dalam upaya kemanusiaan, mengabdi dan
bela negara dapat mewujud dengan nyata. Dalam masa pandemi seperti ini, Pramuka perlu
tampil sebagai volunteer dan menjadi bagian dari elemen bangsa yang tanggap dan peduli
terhadap upaya pencegahan penularan Covid-19 bagi masyarakat luas dengan menyelenggarakan
serangkaian program kegiatan yang dapat mendukung upaya-upaya mulia tersebut. Tentu semua
program dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan yang ketat.

Dalam pelaksanaannya, kegiatan Pramuka haruslah senantiasa mengacu kepada prinsip


dasar kepramukaan, yang meliputi: 1). Iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, 2). Rasa
peduli akan tanah air dan bangsa, sesama manusia, dan alam sekitarnya, 3). Rasa peduli dan
tanggungjawab terhadap diri sendiri, 4). Patuh dan taat pada kode kehormatan Pramuka. Dari
prinsip dasar kepramukaan yang pertama tersebut dapat difahami bahwa landasan fundamental
bagi setiap anggota Pramuka adalah Tauhid, yakni menjalankan segala kebajikan, baik itu
kebajikan untuk dirinya, orang lain, maupun seluruh makhluk Tuhan yang lainnya adalah dalam
rangka untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Anggota Pramuka dituntut untuk
memahami dirinya sebagai manusia yang seutuhnya bahwa dirinya diciptakan dalam rangka
menjadi ‘abdun (hamba) sekaligus sebagai khalifatullaahi fil ardh (pengelola bumi) yang
mempunyai misi menciptakan integralitas hubungan antara Tuhan, manusia, dan alam semesta
secara harmoni. Oleh karena itu, maka Pramuka yang baik adalah Pramuka yang sadar akan
kemanusiannya, dan mengupayakan sebesar-besarnya kemaslahatan bagi semesta. Mulai dari
membangun kepedulian kepada mereka yang lemah, ikut serta dalam upaya pelestarian alam,
tanggap akan kemajuan zaman dengan berfikir terbuka dan berjiwa pembelajar, dan membangun
sikap toleransi terhadap segala perbedaan karena pada hakikatnya “berbeda” adalah sebuah
rahmat dari Tuhan yang tidak bisa kita nafikan dan sudah menjadi ketetapannya. Sebagai bagian
dari proses pendidikan, maka Pramuka sejatinya hadir untuk memanusiakan manusia. Oleh
karenanya, pendidikan dalam pramuka tidak hanya menciptakan manusia-manusia yang pandai
dan terampil saja (shaleh intelektual & Motorikal), namun juga shaleh spiritual, dan juga shaleh
secara sosial. Inilah pemaknaan saya atas pengejawantahan dari prinsip dasar pertama
kepramukaan yang menjiwai prinsip dasar yang lainnya.

Kedua, prinsip dasar berikutnya adalah Rasa peduli akan tanah air dan bangsa, sesama
manusia, dan alam sekitarnya. Di tengah melemahnya ekonomi, meluasnya wabah pandemi
covid-19, dan munculnya berbagai problem pendidikan di negeri ini menuntut peran serta
anggota Pramuka sebagai wujud peduli kemanusiaan. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh
Pembina & anggota Pramuka dalam hal ini, salah satunya adalah dengan turut serta bergabung
dalam gugus tugas percepatan penanggulangan covid-19, baik di tingkat desa, sekolah,
institut/universitas, ataupun instansi/lembaga. Dengan bergabung menjadi bagian dari Satgas
Covid, banyak hal yang bisa dilakukan oleh anggota Pramuka, seperti: sosialisasi kepada
masyarakat tentang pentingnya menjaga protokol kesehatan, ikut serta menggalang bantuan dan
menyalurkan masker, hand sanitizer & sembako bagi warga, mengupayakan adanya spot wifi di
desa bagi desa yang terkendala sinyal internet, memberikan konseling & pelatihan keterampilan
kewirausahaan secara online bagi warga agar bisa tetap survive di tengah pandemi, dan lain-lain.
Pengejawantahan prinsip dasar yang kedua ini, juga sekaligus sebagai pengejawantahan dari
prinsip dasar kepramukaan yang ke-3. Kerja-kerja sosial kemanusiaan, tidak hanya sebagai
bentuk kepedulian terhadap diri, tetapi juga kepada orang lain. Sikap ini perlu untuk
dikembangkan dalam diri setiap anggota pramuka agar tumbuh jiwa-jiwa yang peduli dan
memiliki rasa persaudaraan yang kuat antar sesama.

Kepedulian terhadap lingkungan sebagai bentuk harmoni terhadap alam juga perlu untuk
terus diupayakan oleh setiap anggota Pramuka. Mengingat di masa covid-19 ini, kesehatan dan
kelestarian lingkungan menjadi hal yang cukup urgen untuk terus diupayakan. Pramuka harus
bisa menjadi agen pecinta dan pejuang lingkungan. Tentu untuk melakukan ini, pembina
memiliki peran yang sangat strategis untuk mengarahkan adik-adik bimbingannya untuk
mewujudkan hal ini. Tentu, dalam menjalankannya, pembina Pramuka bisa bersinergi dengan
Dinas Lingkungan Hidup untuk memberikan pendidikan dan pelatihan terkait dengan Saka
Kalpataru. Di masa yang akan dating, dengan pendidikan dan latihan Saka Kalpataru yang
diperuntukkan bagi golongan pramuka penegak usia 16 hingga 19 tahun dan golongan pandega
usia 20 hingga 25 tahun ini dapat mencetak technopreneur di bidang pengelolaan sampah, profesi
ahli lingkungan hidup di bidang pengelolaan limbah, daur ulang dan sebagainya, serta menjadi
kader pemberdayaan masyarakat di bidang pembangunan lingkungan hidup berkelanjutan.

Dalam menjalankan seluruh perannya tersebut, maka prinsip dasar kepramukaan yang ke-
4, yakni patuh dan taat pada kode kehormatan Pramuka, perlu untuk senantiasa dipegang teguh
dan diaplikasikan. Pengaplikasian kode kehormatan ini dapat diwujudkan dalam program
kegiatan yang disusun secara rapi dan sistematis dalam kurikulum kepramukaan. Kode
kehormatan merupakan norma dalam kehidupan Pramuka dan terpancar dalam sikap dan tingkah
laku Pramuka sebagai hasil pembangunan watak dari proses kegiatan kepramukaan. Kode
kehormatan Pramuka hendaknya diterapkan Pembina terhadap dirinya sendiri untuk kemudian
disosialisasi dan ditanamkan kepada peserta didik melalui berbagai program kegiatan yang
dituangkan dalam kurikulum kepramukaan yang disampaikan dengan metode mengajar yang
menarik, menyenangkan dan penuh tantangan. Jika kode kehormatan ini ditaati oleh setiap
Pramuka, maka akan menghasilkan Pramuka yang memiliki jati diri yang luhur, memahami
hakikatnya sebagai makhluk yang harus senantiasa memberikan kemanfaatan dan kemaslahatan
yang sebesar-besarnya, tidak hanya untuk kemanusiaan, tetapi juga untuk alam semesta.

Anda mungkin juga menyukai