Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Senam kaki

a. Definisi

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang di lakukan

oleh pasien diabetes mellitus untuk mencegah terjadinya luka

dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki.

Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan

memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya

kelainan bentuk kaki.Selain itu dapat meningkatkan kekuatan

otot betis, otot paha dan juga mengatasi keterbatasan

pergerakan sendi (Widianti, 2010). Senam kaki diabetes

merupakan salah satu latihan jasmani yang di anjurkan untuk

menurunkan kadar gula darah paien diabetes mellitus

(American Diabetes Assiciation, 2003).

b. Fungsi senam kaki

Adapun fungsi senam kaki adalah sebagai beriukut:

1) Memperbanyak/memperbaiki sirkulasi darah

2) Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki

3) Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha

4) Mengatasi keterbtasan gerak sendi

5) Meningkatkan kebugaran klien diabetes mellitus

8
9

6) Memperkuat otot-otot kecil (Widianti, 2010)

c. Manfaat senam kaki

Adapun manfaat senam kaki terdiri dari:

Membantu memperbaiki peredaran darah yang terganggu dan

memperkuat otot-otot kaki, betis dan paha.

1) Mengatasi adanya keterbatasan gerak sendi (Widianti, 2010)

2) Mencegah terjadinya kelainan bentuk pada kaki. (Fransisca,

2012).

d. Indikasi senam kaki

Senam kaki ini dapat di berikan kepada seluruh penderita

diabetes mellitus tipe 1 maupun tipe 2. Tetapi sebaiknya senam

kaki ini disarankan kepada penderita untuk dilakukan semenjak

penderita di diagnose menderita diabetes mellitus sebagai

tindakan pencegahan (Widianti, 2010).

e. Kontraindikasi senam kaki

1) Penderita mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti

dispnea atau nyeri dada

2) Orang yang depresi, khawatir atau cemas (Widianti, 2010).

f. Prosedur senam kaki

Sebelumnya alat yang harus dipersiapkan adalah, kursi

(jika tindakan dilakukan dalam posisi duduk). 2 lembar koran,

prosedur pelaksanaan senam. Sedangkan persiapan untuk

klien adalah kontrak topik, waktu, tempat dan tujuan

dilaksanakan senam kaki. Perhatikan juga lingkungan yang


10

mendukung, seperti lingkungan yang nyaman bagi pasien, dan

jaga privaci pasien (Windianti, 2010).

1) Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien

duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai.

Keterangan gambar :
1. Posisi duduk diatas
kursi.
2. Kaki menempel dilantai.

Gambar 1 : pasien duduk di atas kursi.

2) Dengan meletakkan tumit dilantai,jari-jari kedua belah kaki

diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali kebawah

seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

2 3 Keterangan gambar :
1. Tumit menempel di lantai.
2. Jari kaki diluruskan ke
atas.
3. Jari kaki di bengkokkan
ke bawah.

Gambar 2 : tumit kaki di lantai dan jari-jari kaki diluruskan ke

atas.

3) Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat

ujung telapak kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki

diletakkan di lantai dengan tumit diangkatkan ke atas. Cara


11

ini dilakukukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara

bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

2 1 Keterangan gambar :
1. Tumit diletakkan di
lantai.
2. Ujung kaki di
angkat ke atas.

Gambar 3 : tumit kaki di lantai sedangkan telapak kaki

diangkat.

4) Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke

atas dan buat gerakan memutar kearah samping dengan

pergerkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Lalu

turunkan kembali ke lantai dan gerakkan ketengah.

Keterangan gambar :
2
1. Tumit diletakkan di
lantai.
2. Ujung kaki diangkat
dan buat gerakan
memutar.
1

Gambar 4 : ujung kaki diangkat ke atas.

5) Jari-jari kaki diletakkan di lantai. Tumit diangkat dan dibuat

gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan

kaki sebanyak 10 kali.


12

1
Keterangan gambar :
1. Ujung kaki di letakkan
di lantai.
2. Tumit diangkat ke atas
dan buat gerakan
memutar.

Gambar 5 : jari-jari kaki di lantai.

6) Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari

kaki, ke depan turunkan kembali secara bergantian ke kiri

dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali.

1 2 Keterangan gambar :
1. Lutut kaki diangkat dan
luruskan.
2. Jari-jari kaki digerakkan
ke depan.

Gambar 6 : kaki diluruskan dan diangkat

7) Luruskan salah satu kaki di atas lengan kemudian angkat

kaki tersebut dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu

turunkan kembali ke lantai.

1
2 Keterangan gambar :
1. Lutut diangkat dan
diluruskan.
2. Jari kaki digerakkan
kearah wajah.

Gambar 7 : kaki diluruskan dan diangkat.


13

8) Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke-6, namun

gunakan kedua kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10

kali.

9) Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi

tersebut. Gerakkan pergelangan kaki ke depan dan ke

belakang.

10)Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada

pergelangan kaki, tuliskan pada udara dengan kaki dari

angka 0 hingga 9, lakukan seara bergantian.

11)Letakkan sehelai koran di lantai. Bentuk kertas itu menjadi

seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola

itu dan dilicinkan kembali menjadi lembaran seperti semula

menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya

sekali.

2 Keterangan gambar :
1. Letakkan Koran
diatas lantai
2. Kaki membentuk
Koran menjadi bola.

Gambar 8 : kaki membentuk koran menjadi bola.

a) Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua

bagian koran.

b) Sebagian koran disobek-sobek menjadi kecil-kecil

dengan kedua kaki.


14

c) Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan

kedua kaki lalu letakkan sobekan kertas pada bagian

kertas yang utuh.

d) Bungkus semuanya dengan keduan kaki menjadi bentuk

bola (Fransisca, 2012).

2. Gula Darah

a. Glukosa Darah atau Gula Darah

Glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang beredar

didalam tubuh dan di dalam sel yang merupakan sumber energy.

Dalam keadaan normal, sistem saraf pusat hanya dapat

menggunakan glukosa sebagai sumber energy (Prasetiati, 2008).

Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang

mengacu kepada tingkat glukosa didalam darah. Konsentrasi gula

darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat didalam

tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama

energy untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan

pada batas-batas yang sempit sepanjang hari : 4-8 mmol/l (70-150

mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada

pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan

(Wikipedia, 2013).

Hiperglikemi, tanda utama pada DM terjadi akibat penurunan

penyerapan glukosa oleh sel-sel disertai oleh peningkatan

pengeluaran glukosa oleh hati. Pengeluaran glukosa oleh hati

meningkat karena proses-proses yang menghasilkan glukosa


15

berlangsung tanpa hambatan karena insulin tidak ada. Karena

sebagian besar sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa tanpa

bantuan insulin timbul keadaan kronis yakni terjadi kelebihan

defisiensi glukosa intrasel (Prasetiati, 2008).

Pengaruh langsung dari masalah gula darahBila level gula

darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang bisa

fatal yang disebut hipoglikemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan

lelah, fungsi mental yang menurun, rasa mudah tersinggung,

nafsu makan akan tertekan untuk waktu yang singkat.

Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan

masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang

berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal,

dan saraf. Peningkatan rasio gula darah disebabkan karena terjadi

percepatan laju metabolisme glikogenesis dan glukoneogenesis

yang terjadi pada hati (Wikipedia, 2013).

b. Mekanisme pengaturan gula darah

Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negative untuk

mempertahankan keseimbangan didalam tubuh. Level glukosa

didalam darah domonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa

menurun, karena dikonsusi untuk memenuhi kebutuhan energi

tubuh, pankreas melepaskan glukagen, hormone yang

menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini

mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut

glikogenolisis), yang mengurangi level gula darah. Diabetes tipe 1


16

disebabkan oleh tidak cukup atau tidak dihasilkan insulin,

sementara tipe 2 disebabkan oleh respon yang tidak memadai

terhadap insulin yang dilepaskan (resistensi insulin). Kedua jenis

diabetes ini mengakibatkan terlalu banyaknya glukosa yang

terdapat didalam darah (Wikipedia, 2013).

c. Faktor yang mempengaruhi gula darah

1) Diet/makanan

Makanan akan menaikkan glukosa darah. Satu sampe

dua jam setelah makan, glukosa darah mencapai angka paling

tinggi. Jenis makanan menimbulkan efek kenaikan glukosa

darah yang berbeda-beda. Makanan terdiri dari karbohidrat,

protein, dan lemak. Ketiganya menaikkan glukosa, terapi

karbohidratlah yang paling kuat meningkatkan glukosa.

2) Hati

Makanan di timbun di hati dalam bentuk glikogen. Bila

glukosa dalah turun hati memecah klikogen menjadi glukosa

dan dilepaskan kedalam aliran darah. Hati juga bisa

membentuk glukosa dari bahan lain selain karbohidrat seperti

protein atau lemak yang disebut sebagai glukoneogenesis.

Proses penyimpanan dan pengeluaran glukosa oleh hati yang

berjalan terus menerus akan mengatur glukosa darah supaya

tetap stabil.

3) Aktivitas atau olahraga


17

Semua olahraga dan gerak badan akan menurunkan

glukosa darah. Olahraga mengurangi sistensi insulin sehingga

kerja insulin lebih baik dan mempercepat pengangkutan

glukosa masuk ke dalam sel untuk kebutuhan energi. Olahraga

dapat menurunkan glukosa darah dalam beberapa jam kadang

bisa lebih lama. Gerak badan selama 1 jam sesudah makan

akan lebih baik dari pada gerak badan saat perut kosong atau

sedang puasa.

4) Obat oral/insulin

Glukosa tergantung pada insulin yang disuntikkan atau

obat diabetes yang diminum. Berapa lama memakai obat dan

berapa lama dosisnya menentukan berapa banyak glukosa

darah yang turun. Obat-obatan lain juga bisa mempengaruhi

glukosa darah. Dalam hal ini juga bisa mempengaruhi glukosa

darah. Dalam hal ini dokter perlu mengatur obat diabetesnya

agar kadar glukosa darah tetap normal.

5) Penyakit

Penyakit lain seperti flu, infeksi virus, dan infeksi bakteri

merupakan stress fisik yang dapat mengeluarkan hormone

tertentu yang dapat menaikkan glukosa darah. Trauma atau

penyakit berat seperti stroke atau serangan jantung juga

meningkatkan glukosa. Sering kali pasien minum air gula saat

sakit untuk mempercepat kesembuhan. Tetapi penderita


18

diabetes harus berhati-hati. Upayakan pemeriksaan glukosa

darah lebih sering jika sedang sakit.

6) Alkohol

Alkohol menghambat hati melepaskan glukosa ke darah

sehingga kadar glukosa darah bisa turun. Bila mengkonsumsi

obat diabetes atau suntik insulin, hipoglikemia bisa timbul bisa

oleh minum alkohol, oleh karena itu batasi minum alkohol atau

jangan minum alkohol pada saat perut kosong dan glukosa

darah turun.

d. Klasifikasi kadar gula darah

Kadar gula darah sewaktu adalah hasil pengukuran yang

dilakukan seketika waktu itu, tanpa ada puasa. Jadi biasanya

kadar gula akan lebih tinggi. Sedangkan pemeriksaan glukosa

puasa merupakan pengukuran kadar glukosa dalam darah pada

kondisi puasa selama 12 jam. Pemeriksaan ini dapat

menggambarkan kadar glukosa endogen (Majid, 2010).

Tabel 1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu Dan Puasa Sebagai

Patokan Penyaring Dan Diagnosis DM.

Kadar Bukan DM Belum pasti DM

Glukosa DM
(mg/dL)
Darah
Sewaktu

Plasma vena < 110 110-199 ≥ 200


19

Darah kapiler < 90 90-199 ≥ 200


Puasa

Plasma vena < 110 110-125 ≥ 126

Darah kapiler < 90 90-109 ≥ 110


Sumber: PERKENI, Pengelolaan Diabetes Militus Tipe 2 (2002)

Dalam Misnadiarly (2006).

Table 2. Kadar Glukosa Darah Berdasarkan Tingkatannya.

Tingkatan Glukosa Darah (mg/dL)

Hipoglikemia < 55

Hipoglikemia ringan 50-60

Hipoglikemia sedang < 50

Hipoglikemia berat < 35

Normal 60-125

Normal tinggi 126-144

Rentang tinggi (khususnya 146-199

kadar gula puasa)

Hiperglikemia ≥ 200

Sumber. Fransisca (2012) dan Nastiti (2012).

e. Mengontrol gula darah

Pemantauan kadar gula darah penderita diabetes (diabetes)

secara teratur merupakan bagian yang penting dari pengendalian

diabetes. Terutama penderita DM tipe 1, DM tipe 2 yang sering

mengalami hipoglikemia dan DM gestasional (DM saat hamil).

Pemantauan kadar gula darah ini penting karena membantu

menentukan penanganan medis yang tepat sehingga mengurangi


20

risiko komplikasi yang berat, dan dapat meningkatkan kualitas

hidup penderita diabetes. Pemeriksaan kadar gula darah dapat

dilakukan dengan berbagai cara baik di laboratorium, klinik

bahkan dapat dilakukan kadar glukosa darah mandiri yang

dilakukan pasien dirumah dengan menggunakan alat yang

bernama Glukometer. Diabetesi harus dimonitor kadar glukosa

darah dengan Glukometer dengan alasan:

1) Lebih ekonomis dan praktis di banding pemeriksaan di

laboratorium

2) Untuk menyesuaikan dosis obat, terutama bagi pengguna

insulin sehingga terhindar dari hipoglikemia

3) Kadar gula darah penderita DM tipe 1 sangat berfluktuasi dan

cepat berubah.

Konsultasikan kepada dokter, kapan dan seberapa sering

harus melakukan tes tersebut karena dapat bervariasi. Dianjurkan

pagi ini sebelum sarapan, dua jam setelah makan, dan malam hari

sebelum tidur. Perlu pula pengukuran pada saat tertentu lainnya.

Contohnya pengukuran yang lebih ketat bisa terjadi hipoglikemia

(penurunan kadar gula darah secara tidak normal), saat sebelum

olahraga dan pada kehamilan (Fransisca, 2012).

f. Cara mengukur gula darah

Cara untuk mengukur kadar gula darah menggunakan

glukometer sebagai berikut (Rachmawan, 2013):


21

1) Siapkan glukometer, alkohol, kasa/kapas, test strip, jarum

penusuk (lancet) dan alat penusuk (lancing device).

2) Untuk menghindari kontaminasi, cuci dan keringkan kedua

tangan anda dengan kain bersih sebelum pengambilan sampel

darah.

3) Masukkan jarum penusuk (lancet) di alatnya (lancing device).

Pastikan bahwa jarum yang anda pakai steril dan masih baru.

4) Letakkan ujung jari anda yang akan ditusuk. Kami sarankan

anda menggunakan ujung jari berbeda – beda sehingga tidak

menimbulkan pengerasan kulit. Jari yang di rekomendasikan

untuk digunakan adalah telunjuk, jari tengah dan jari manis.

5) Bersihkan ujung jari yang akan ditusuk dengan kasa atau kapas

beralkohol untuk menghindari infeksi.

6) Tusukkan jarum ke ujung jari anda. Darah pertama yang keluar

anda lap terlebih dahulu dengan kapas lalu biarkan bulatan

kecil darah terbentuk di ujung jari. Tekan dengan pelan jari

anda untuk membantu mengeluarkan darah, ingat jangan

terlalu kuat agar sampel tidak bercampur dengan cairan otot

sehingga membuat hasil pengukuran menjadi tidak valid.

7) Bila darah tidak cukup keluar, dapat dimasukkan jarum di jari

kedua.

8) Masukkan test strip kea lat pengukur (glucosemeter). Anda

sebaiknya memastikan bahwa tes strip yang anda gunakan

belum kadaluarsa. Setiap tes strip mempunyai tanggal


22

kadaluarsa jadi bila terlewati akan membuat hasil pengukuran

menjadi tidak akurat.

9) Tempelkan kassa atau kapas beralkohol ke ujung jari yang

tertusuk untuk menghentikan perdarahan.

10) Lihat hasil pengukuran di glukometer anda

Hasil pemeriksaan glukosa darah dengan cara sederhana

ini biasanya cukup akurat. Hasil pembacaan yang kurang baik

lebih disebabkan oleh kesalahan cara pemeriksaan (Human

Error) dari pada kerusakan alat. Hasil yang tidak akurat bisa

disebabkan oleh (Tandra, 2008):

1) Darah ditambahkan pada strip yang sudah ditetesi darah

2) Strip rusak atau sudah kadaluarsa

3) Glukometer rusak atau kotor

4) Strip tidak disimpan dalam suhu kamar

5) Kode diglukometer tidak cocok dengan strip.

g. Pemantauan glukosa darah secara rutin

Dengan melakukan pemantauan glukosa darh secara

mandiri, penderita diabetes kini dapat mengatur terapinya untuk

mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal. Cara ini

memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta

hiperglikemia, dan berperan dalam menentukan kadar glukosa

darah normal yang kemungkinan akan mengurangi komplikasi

diabetes jangke panjang (Smeltzer & Bare, 2002).


23

Pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan secara rutin

dapat berguna untuk dokter dalam menyusun rencana terapi bagi

diabetes, merancang keseimbangan gizi diabetes dan mengetahui

sedini mungkin resiko komplikasi yang terjadi (Askes, 2010).

3. Diabetes Melitus (DM)

a. Definisi

Diabetes mellitus (DM) atau kencing manis merupakan suatu

penyakit yang disebabkan oleh jumlah hormon insulin yang tidak

mencukupi atau tidak dapat bekerja secara normal, padahal

hormon ini memiliki peran utama dalam mengatur kadar glukosa

(gula) di dalam darah (Fitria, 2009). Diabetes melitus merupakan

sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan

peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat

kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya

(Brunner & suddarth, 2014).

Diabetes melitus (DM) adalah suatu keadaan hipeglikemia

yang disebabkan penurunan kecepatan insulin oleh sel-sel beta

pulaulangerhans dalam pancreas (Guyton, 2012). American

Diabetes Association (2012) mendefinisikan diabetes melitus

adalah salah satu penyakit metabolik yang ditandai oleh

hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau

keduanya. Keadaan hiperglikemia kronis dari diabetes

berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, gangguan


24

fungsi dan kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal,

saraf, jantung, dan pembuluh darah.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat

disimpulkan bahwa diabetes melitus adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh jumlah hormon insulin yang tidak mencukupi

atau tidak dapat bekerja secara normal, padahal hormone ini

memiliki peran utama dalam mengatur kadar glukosa (gula)

dalam darah.

b. Manifestasi Klinis

Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh

penyakitDM diantaranya:

1) Pengeluaran urin (Poliuria)

Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam

24jam meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai

gejala DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi

sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan

berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin. Gejala

pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada malam hari dan

urin yang dikeluarkan mengandung glukosa (PERKENI, 20112)

2) Timbul rasa haus (Polidipsia)

Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena

kadarglukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon

untuk meningkatkan asupan cairan (Subekti, 2009)

3) Timbul rasa lapar (Polifagia)


25

Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal

tersebut disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin

habis sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup tinggi

(PERKENI, 2011).

4) Peyusutan berat badan

Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan

karena tubuh terpaksa mengambil dan membakar lemak

sebagai cadangan energi (Subekti, 2009).

c. Klasifikasi

1) Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak,

dan terjadi karena kerusakan sel beta (WHO, 2014).

CanadianDiabetes Association (CDA) 2013 juga

menambahkan bahwarusaknya sel beta pankreas diduga

karena proses autoimun, namun hal ini juga tidak diketahui

secara pasti. Diabetes tipe 1 rentan terhadap ketoasidosis,

memiliki insidensi lebih sedikit dibandingkan diabetes tipe 2,

akan meningkat setiap tahun baik di negara maju maupun di

negara berkembang (IDF, 2014)

2) Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa

(WHO, 2014). Seringkali diabetes tipe 2 didiagnosis

beberapa tahun setelah onset, yaitu setelah komplikasi

muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari


26

penderita DM di seluruh dunia dan sebagian besar

merupakan akibat dari memburuknya faktor risiko seperti

kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik (WHO,

2014)

3) Diabetes gestational

Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes

yangdidiagnosis selama kehamilan (ADA, 2014) dengan

ditandai dengan hiperglikemia (kadar glukosa darah di atas

normal) (CDA, 2013 danWHO, 2014). Wanita dengan

diabetes gestational memiliki peningkatan risiko komplikasi

selama kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki risiko

diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan (IDF, 2014).

4) Tipe diabetes lainnya

Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang

terjadi karena adanya kerusakan pada pankreas yang

memproduksi insulin dan mutasi gen serta mengganggu sel

beta pankreas, sehingga mengakibatkan kegagalan dalam

menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan

kebutuhan tubuh. Sindrom hormonal yang dapat

mengganggu sekresi dan menghambat kerja insulin yaitu

sindrom chusing, akromegali dan sindrom genetik (ADA,

2015).

d. Patofisiologi

1) Patofisiologi diabetes tipe 1


27

Pada DM tipe 1, sistem imunitas menyerang dan

menghancurkan sel yang memproduksi insulin beta pankreas

(ADA, 2014). Kondisi tersebut merupakan penyakit autoimun

yang ditandai dengan ditemukannya anti insulin atau antibodi

sel anti-islet dalam darah (WHO, 2014). National Institute of

Diabetes andDigestive and Kidney Diseases (NIDDK) tahun

2014 menyatakanbahwa autoimun menyebabkan infiltrasi

limfositik dan kehancuran islet pankreas. Kehancuran

memakan waktu tetapi timbulnya penyakit ini cepat dan

dapat terjadi selama beberapa hari sampai minggu. Akhirnya,

insulin yang dibutuhkan tubuh tidak dapat terpenuhi karena

adanya kekurangan sel beta pankreas yang berfungsi

memproduksi insulin. Oleh karena itu, diabetes tipe 1

membutuhkan terapi insulin, dan tidak akan merespon insulin

yang menggunakan obat oral.

2) Patofisiologi diabetes tipe 2

Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin namun

tidak mutlak. Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu

memproduksi insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

yang ditandai dengan kurangnya sel beta atau defisiensi

insulin resistensi insulin perifer (ADA, 2014). Resistensi

insulin perifer berarti terjadi kerusakan pada reseptor-

reseptor insulin sehingga menyebabkan insulin menjadi

kurang efektif mengantar pesan-pesan biokimia menuju sel-


28

sel (CDA, 2013). Dalam kebanyakan kasus diabetes tipe 2

ini, ketika obat oral gagal untuk merangsang pelepasan

insulin yang memadai, maka pemberian obat melalui

suntikan dapat menjadi alternatif.

3) Patofisiologi diabetes gestasional

Gestational diabetes terjadi ketika ada hormon

antagonis insulin yang berlebihan saat kehamilan. Hal ini

menyebabkan keadaan resistensi insulin dan glukosa tinggi

pada ibu yang terkait dengan kemungkinan adanya reseptor

insulin yang rusak (NIDDK, 2014 dan ADA, 2014).

e. Komplikasi

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang

dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain:

1) Komplikasi metabolik akut

Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes

melitus terdapat tiga macam yang berhubungan dengan

gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

pendek, diantaranya:

a) Hipoglikemia

Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah)

timbulsebagai komplikasi diabetes yang disebabkan karena

pengobatan yang kurang tepat (Smeltzer & Bare, 2008).

b) Ketoasidosis diabetic
29

Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena

kelebihankadar glukosa dalam darah sedangkan kadar

insulin dalam tubuh sangat menurun sehingga

mengakibatkan kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias

hiperglikemia, asidosis dan ketosis (Soewondo, 2006).

c) Sindrom Hiperglikemia Hiperesmolar NonKetosis (HHNK)

Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus

yang ditandai dengan hiperglikemia berat dengan kadar

glukosa serum lebih dari 600 mg/dl (Price & Wilson, 2006).

2) Komplikasi metabolik kronik

Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut

Price & Wilson (2006) dapat berupa kerusakan pada pembuluh

darah kecil (mikrovaskuler) dan komplikasi pada pembuluh

darah besar (makrovaskuler) diantaranya:

a) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)

Komplikasi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)yaitu:

1. Kerusakan retina mata (Retinopati)

Kerusakan retina mata (Retinopati) adalah suatu

mikroangiopati ditandai dengan kerusakan dan

sumbatan pembuluh darah kecil (Pandelaki, 2009).

2. Kerusakan ginjal (Nefropati diabetik)

Kerusakan ginjal pada pasien DM ditandai

dengan albuminuria menetap (>300 mg/24jam atau

>200 ih/menit) minimal 2 kali pemeriksaan dalam


30

kurun waktu 3-6 bulan. Nefropati diabetik merupakan

penyebab utama terjadinya gagal ginjal terminal.

3. Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik)

Neuropati diabetik merupakan komplikasi yang

paling sering ditemukan pada pasien DM. Neuropati

pada DM mengacau pada sekelompok penyakit yang

menyerang semua tipe saraf (Subekti, 2009).

b) Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)

Komplikasi pada pembuluh darah besar pada pasien

diabetes yaitu stroke dan risiko jantung koroner.

a. Penyakit jantung koroner

Komplikasi penyakit jantung koroner pada pasien

DM disebabkan karena adanya iskemia atau infark

miokard yang terkadang tidak disertai dengan nyeri

dada atau disebut dengan SMI (Silent Myocardial

Infarction) (Widiastuti, 2012).

b. Penyakit serebrovaskuler

Pasien DM berisiko 2 kali lipat dibandingkan

dengan pasien non-DM untuk terkena penyakit

serebrovaskuler. Gejala yang ditimbulkan menyerupai

gejala pada komplikasi akut DM, seperti adanya

keluhan pusing atau vertigo, gangguan penglihatan,

kelemahan dan bicara pelo (Smeltzer & Bare, 2008).


31

f.Faktor Risiko

1) Faktor risiko yang dapat diubah

b) Gaya hidup

Gaya hidup merupakan perilaku seseorang yang

ditunjukkan dalam aktivitas sehari-hari. Makanan cepat

saji, olahraga tidak teratur dan minuman bersoda adalah

salah satu gaya hidup yang dapat memicu terjadinya DM

tipe 2 (ADA, 2009).

c) Diet yang tidak sehat

Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga,

menekan nafsu makan, sering mengkonsumsi makan siap

saji (Abdurrahman, 2014).

d) Obesitas

Obesitas merupakan salah satu faktor risiko utama

untuk terjadinya penyakit DM. Menurut Kariadi (2009)

dalam Fathmi (2012), obesitas dapat membuat sel tidak

sensitif terhadap insulin (resisten insulin). Semakin banyak

jaringan lemak pada tubuh, maka tubuh semakin resisten

terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh

terkumpul didaerah sentral atau perut (central obesity).


32

Perhitungan berat badan ideal sesuai dengan Indeks

MassaTubuh (IMT)menurut WHO (2014), yaitu:

IMT =BB(kg)/TB(m2).

Tabel 3. Klasifikasi indeks massa tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) Klasifikasi berat badan


<18,5 Kurang

18,5-22,9 Normal

23-24,9 Kelebihan

≥25,0 Obesitas

e) Tekanan darah tinggi

Menurut Kurniawan dalam Jafar (2010) tekanan darah

tinggi merupakan peningkatan kecepatan denyut jantung,

peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari

tepi dan peningkatan volume aliran darah.

2) Faktor risiko yang tidak dapat diubah

a) Usia

Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi

risiko terkena diabetes tipe 2. DM tipe 2 terjadi pada orang

dewasa setengah baya, paling sering setelah usia 45 tahun.

Meningkatnya risiko DM seiring dengan bertambahnya usia

dikaitkan dengan terjadinya penurunan fungsi fisiologis

tubuh. (AmericanHeart Association [AHA], 2012).

b) Riwayat keluarga diabetes mellitus


33

Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM orang

tua. Biasanya, seseorang yang menderita DM mempunyai

anggota keluarga yang juga terkena penyakit tersebut (Ehsa,

2010). Fakta menunjukkan bahwa mereka yang memiliki ibu

penderita DM tingkat risiko terkena DM sebesar 3,4 kali lipat

lebih tinggi dan 3,5 kali lipat lebih tinggi jika memiliki ayah

penderita DM. Apabila kedua orangtua menderita DM, maka

akan memiliki risiko terkena DM sebesar 6,1 kali lipat lebih

tinggi (Sahlasaida, 2015).

c) Ras atau latar belakang etnis

Risiko DM tipe 2 lebih besar terjadi pada hispanik,

kulit hitam, penduduk asli Amerika, dan Asia (ADA, 2009).

d) Riwayat diabetes pada kehamilan

Mendapatkan diabetes selama kehamilan atau

melahirkan bayi lebih dari 4,5 kg dapat meningkatkan risiko

DM tipe 2 (Ehsa, 2010).

g. Pencegahan

Beberapa cara pencegahan penyakit DM menurut

Misnadiarly (2006), yaitu:

a) Pencegahan Primer

Pencegahan ini merupakan suatu upaya yang dilakukan

pada kelompok risiko tinggi yang belum menderita DM, tetapi

berpotensi untuk menderita penyakit ini, yaitu mereka yang


34

tergolong kelompok usia dewasa (diatas 45 tahun),

kegemukan, riwayat keluarga DM, dan lain-lain.

b) Pencegahan sekunder

Pencegahan ini berupa upaya untuk mencegah dan

menghambat timbulnya penyulit dengan tindakan deteksi dini

dan dilakukan sejak awal penyakit. Tindakan ini berarti

pengelola DM dengan baik agar tidak timbul penyakit lanjut.

Penyuluhan mengenai DM dan pengelolaannya memegang

peran penting untuk meningkatkan kepatuhan berobat.

c) Pencegahan tersier

Kalau penyulit menahun DM ternyata terjadi juga maka

pengelolaan harus berusaha mencegah terjadinya kecacatan

lebih lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin sebelum

kecacatan tersebut menetap.

h. Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasie diabtes mellitus meliputi

penatalksanaan farmakologis. Langkah pertama yang di

gunakan adalah dengan penatalaksanaan non farmakologis

berupa: edukasi, perancanaan makan, kegiatan jasmani,

penurunan berat badan. Jika penatalaksanaan non

farmakologis belum bisa mencapai sasaran untuk


35

pengendalian diabetes mellitus maka dilanjutkan dengan

menggunakan obat/ penatlaksaan farmokolgis berupa insulin

dan obat antihyperglikemia oral(OHO). Menurut Soegeondo,

Soewondo & subekti, (2007): Smelstzer & Bare(2008)

penatlaksaanan pasien diabetes mellitus terbagi menjadi 4

pilar yaitu:

1. Penatalksanaan non farmakologis

a) Edukasi

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik, yang

membutuhkan pengaturan prlaku khusus sepanjajng hidup.

Berbagai faktor daoat mempengaruhi pengendalian

diabetes mellitus sepertiaktivitas fisik, strees emosi dan fisik

sehingga pasien harus belajar untuk menyeimbangkan

berbagai factor tersebut. Pasien harus belajar tentang

keterampilan merawat diri untuk mencegah fluktasi akut

kadar glukosa darah. Pasien juga harus bekerjasama untuk

mencegah terjadinya komplikasi jangka Panjang diabetes

mellitus (Smeltzer & Bare, 2008).

Edukasi diabetes mellitus adalah Pendidikan dan

pelatihan mengenai pengenalan dan keterampilan bagi

pasien diabetes mellitus guna menunjang perubahan

perilaku, meningkatkan pemahaman pasien tentang

penyakitnya, sehingga tercapai kesehatan yang optimal,

penyesuaian keadaan psikologis dan peningkatan kualitas


36

hdup (Smeltzer & Bare, 2008).

Program penyuluhan terstruktur pada penderita

diabetes mellitus terbagi dalam empat kali pertemuan

dalam empat minggu, disetiap pertemuan dialkukan selama

90-120 menit. Metode yang diguankan adalaha metode

ceramah, tanya jawabdan simulasi.

Materi edukasi pada pasien diabetes mellitus meliputi :

pengetahuan tentang patofisiologi penyakit, komplikasi dan

pencegahannya, diet dan olahraga. OHO dan insuli,

perawatan kaki, control teratus, penangan hypo dan

hyperglekimia, pemeriksaan gula darah mandiri.

b) perencanaan makan

Merupakan salah satu pilar penanganan pasein

diabetes mellitus tipe 2. Prinsip dan perncaan makan

meliputi : haus adanya penyesuaian dan kebiasaan tiap

individu, jumalah kalori disesuaiakan dengan pertumbuhan

status gizi, umur, strees akut dan kegiatan jasmani.

Perhitungan kebutuhan kalori menggunakan rumus

brocca yaitu : Berat badan ideal (BBI) = (TB-100) – 10%

Status gizi: BB kurang (BB< 90% BBI), BB nomal (BB =90-

110% BBI), BB lebih (BB =110-120% BBI), BB gemuk

(BB>120% BBI)

Contoh perhitungan kalori denagn rumus Brocca:


37

BBI=(TB-100)-10% dikalikan dengan kebutuhan kalori untuk

metabolisme basal (30kkal/kgBB untuk oria: 24 kkal/kgBB

untuk wanita). Penambahan kalori: pagi (20%) strees akut,

koreksi bila gemuk.

Makanan dibagi atas 3 porsi besar. Pagi (20%), siang

(30%), sore (25%) dan sisa unruk snack diantara makanan

pagi- siang dan siang-sore. Selanjutnya perubahan

diseusaikan dengan pola makan pasien. Standar yang

dianjurkan untuk komposisi mkanan: Karbohidrat (KH) 60-

70%, protein 10 -15%,, lemak 20-25%. Karbohidrat

diklasifikasikan berdasarkan efeknya terhadap peningkatan

glukosa (index glikemik). ;ambat (contoh roti whole grai,

nasi, kentang, cereal, apel),sedang dan cepat. Untuk

mencegah peningkatan glukosa secara cepatmaka dipilih

makanan dengan index glikemik lambat. Gula murni tidak

perlu dihindari (Sukardji, 2007 dalam soegondo, soewondo

& subekti, 2007).

c). Latihan jasmani/olahraga

Manfaat olahraga bagi pasien diabetes mellitus:

meningkatkan control gula drah , menurunkan resiko

penyakit kardiovaskuler(jika dilakukan minimal 30 menit, 3-4

kali/minggu sampai HR mencapai 220-umur/menit).

Menurunkan berat badan, menimbulkan kegembiraan.


38

Sebelum melakukan olahrga, pasien dabetes mellitus

melakukan evaluasi medis. Diidentifikasi kemungkinan

adanya masalah mikro dan makroangiopati yang akan

bertambah buruk dan olahraga.

Jenis olahraga yang dianjurkan pada pasien diaebtes

mellitus yaitu olahrga yang bersifat reaksional maupun

professional. Hindari olahraga dan kontak tubuh. Latihan

jasmani lain yang dapat dilakukan berupa senam kaki,

masase kaki dan senam ergonomic. Informasi yang perlu

disampaikan pada pasein diabtes mellitus sebelum

melakukan olahrag adalah: cek gula darah sebelum

melakukan olahraga,cek apakah butuh tambahan glukosa,

hindari dehidrasi, minum 500cc, diperlukan teman selama

berolahraga, pakai selalu tanda pengenal sebagai dabetesi,

selalu bawa makanan sumber glukosa cepat: permen, jelly,

makanan snack sebelum memulai, jangan olah raga jika

merasa tak enak badan dan gunakan alas kaki yang

baik(Dongoes, 2011).

2. penatalaksaan farmakologis

a. Obat anti hipoglikemik oral

intervensi farmokologis ditambahkan jika sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dengan pengaturan

makan dan latihan jasmani. Intervensi farmoklogis meliputi:


39

OHO (Obat Hipoglikemik Oral) dan insulin (Dongoes, 2011).

1) Obat hipoglikemik oral

Digolongkan berdasarkan cara kerjanya: pemicu

sekresi insulin/secretagogue (Sulfonilurea dan Glinit),

penambah sensitifitas terhadap insulin: metformin dan

Tiazolidindion, penghambat oksidase alfa (Dongoes,

2011).

a. Sulfonil urea

1. Bekerja dengan cara meningkatkan

sekrsesi insulin

2. Semua sulfonuliurea meingkatkan berat

badan dan bersiko menyebabkan

hipoglikemik.

3. Menurnukan GDP sampai 50-70 mg/dl dan

menurunkan HbA1c sampai 0,8 -1,7%.

4. Semua obat menyebabkan hipoglikemik

berat, maka dosis yang diberikan sekecil

mungkin dan harus dimoitor GDP sampai

110-140 mg/dL.

5. Generasi pertama (Tolbutamide,

Acetohexamide, Tolazamide, dan

Chlorpropamide).

6. Sudah tidak digunakan lagi(terutama di

US) karena meningkatkan reaksi obat


40

dengan obat lain.

7. Sangat kuat efek hipoglikemiknya

(chlorpropamide): hanya dimetabolisme

sebagian sisa obat dapt terkumulasi pada

ginjal sehingga pada pasien gangguan

ginjal menyebabkan hipoglikemik

memanjang dan berat.

b. Binguand

1) mekanisme kerja terutama menurukkan

penegluaran glukosa hati.

2) Mampu meningkatkan sensitifias terhadap

insulin tirosin kinase, meningkatkan sistesis

glikogen dan meningkatkan transport glukosa

transpoter ke dalam plasma membrane.

Contoh: metformin. Mampu menurunkan GDP

sampai 50-70 mg/dl dan HbA1c sampai 1.4

-1.8%.

3) Tidak begitu berbahaya dalam menyebabkan

hipoglikemik.

4) Efek samping yang sering terjadi: ketidak

nyamanan GL dan mual. Hampir 0.03

kasus/1.000 pasien/tahun, mengalami asidosis

laktat terutama pada pasien yang mengalami

renal insufisiensi dan gangguan hati.


41

5) Metarformin tidak direkomendasikan untuk

pasien dengan kreatinin >1,5 mg/dl.

6) Baik digunakan bagi asien gemuk.

b. Aktivitas intervensi keperawtan

aktivitas intervensi keperwatan pada pasien yang

mengalami penurunan sensasi dikaki menurut dochterman

&bulechek (2004) terdiri dari:

1. Managemen sensai perifer

Mencegah atau meminimalkan injuri tau

ketidaknyamanan klien dengan perubahan sesasi

melalui tindakan antara lain: monitor kemampuan

proteksi kaki (panas, dingin, tajam), monitor

paresthesia, ajarkan observasi kulit tiap hari,

gunakan sepatu yang nyaman dan sesuai, lindungi

tubuh dari benda yang bersuhu ekstrim, identifikasi

penyebab sensasi yang berubah atau abnormal

(Dochterman&Bulechek, 2004).

2. Perawatan kaki

Membersihkan dan menginspeksi kaki untuk

tujuan relaksasi, kebersihan dan kesehtan kulit.

Aktivitas kulit yang dapat dilakukan antara lain :

inspeksi kaki terhadap iritasi, kering, luka, corns,

callus, deformitas, atau edema, keringkan daerah

antara jari-jari, oleskan pelembab dan jaga


42

kebersihan kuku,monitor : hidrasi kaki, insufiensi

arteri (Dochterman&Bulechek, 2004).

3. Insulin

Insulin terapi harus diberikan pada pasien

diiabtes mellitus tipe 1. Insulin terapi dapat

diberikan pada pasien diabtes mellitus tipe 2 jika

diet, latihan dan OHO belum mampu mengontrol

gula darah, atau diberikan pada pasien diabetes

mellitus tipe 2 fase akut yang disertai dengan strees

dan infeksi seperti pasien diabetes mellitus tipe 2

dengan ganggren atau dengan komplikasi (lemone

& Burke, 2008).

C.Hipotesis

Anda mungkin juga menyukai