Anda di halaman 1dari 15

KEKERASAN PADA LANSIA

OLEH :
NI WAYAN MUJANI (P07120216021)
NI PUTU NUR ADIANA DEWI (P07120216022)

KELAS A/PROFESI NERS

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR

Om Swastyatu,
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, atas karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Konsep Rumah Sakit dan Kebudayaan” dalam mata kuliah matrikulasi
Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan dengan baik dan lancar.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan motivasi dari
berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu. Penulis menyadari makalah ini
masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif sehingga penulis
dapat menyempurnakan makalah ini.

Denpasar,
Juli 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................3
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................3
1. Bagi penulis...............................................................................................3
2. Bagi institusi..............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
SA. Definisi Kekerasan Pada Lansia...................................................................4
B. Jenis Kekerasan Pada Lansia........................................................................4
C. Indikasi Kekerasan Terhadap Usia Lanjut....................................................6
D. Dampak Kekerasan Terhadap Lansia...........................................................7
E. Fenomenologi Kekerasan Terhadap Lansia..................................................8
F. Teori Penyebab Kekerasan Pada Lansia.......................................................9
G. Pencegahan Kekerasan Pada Lansia...........................................................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................11
A. Simpulan.....................................................................................................11
B. Saran...........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penuaan (usia lanjut) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya. Proses menua atau penuaan merupakan
proses yang terus-menerus secara alamiah dimulai sejak lahir dan setiap individu
tidak sama cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi merupakan proses
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
maupun dari luar tubuh (Stanley, 2010).
Pertambahan yang cepat dari penduduk lansia sebenarnya turut
mengundang permasalahan. Meningkatnya jumlah penduduk lansia akan
menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia. Pada
lansia yang tidak memiliki keterbatasan seharusnya memiliki perkembangan yang
normal bagi lansia yakni masih tetap mandiri, memandang segala sesuatu secara
keseluruhan, beryukur terhadap kehidupan, serta pada lansia siap untuk menerima
kematian. Namun, seiring dengan meningkatnya jumlah lansia tersebut diiringi
juga dengan meningkatnya permasalahan pada lansia, salah satunya adalah
meningkatnya kekerasan atau tindak kiminal terhadap lansia (Stanley, 2010;
Videbeck, 2009).
Tindakan kekerasan pada lansia merupakan tindakan yang disengaja atau
kelalaian (tidak sengaja) terhadap lansia baik dalam bentuk pengabaian, fisik/
tenaga atau luka fisik, psikologis oleh orang lain atau keluarga seperti suami atau
istri, anak, dan cucu yang disebabkan adanya kegagalan pemberian asuhan,
nutrisi, pakaian, pengawasan, dan perlindungan yang dibutuhkan oleh lansia.
Selain itu, Tindak kekerasan dipandang sebagai tindak kriminal yang dilakukan
tanpa dikehendaki korban yang menimbulkan dampak fisik, psikologis, social,
dan spiritual, serta mempengaruhi sistem keluarga dan masyarakat secara
menyeluruh. Kekerasan pada lansia dapat berupa kekerasan fisik, kekerasan
psikologis, serta juga berupa pengabaian terhadap lansia (Videbeck, 2009;
Komnas Lansia).

1
Kekerasan fisik pada lansia dapat berupa tamparan, pukulan, gigitan,
cubitan, benturan, gigitan, luka tusuk, memar,atau luka bakar. Luka bakar dapat
berupa luka akibat sundutan rokok, luka akibat siraman asam atau bahan kaustik,
atau luka akibat friksi pada pergelangan kaki karena direstrein dengan tali, kain,
atau rantai. Kekerasan psikologi pada lansia dapat berupa penganiayaan verbal
yang tidak beralasan, seperti ketika lansia secara teratur diancam, diteriaki,
dipermalukan, disalahkan atau salah penanganan secara emosional lainnya, seperti
selalu mencari-cari kesalahan lansia dan juga perilaku bermusuhan terhadap
lansia. Sedangkan pengabaian pada lansia yakni tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar lansia. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan makanan, tempat tinggal
yang memadai, kebersihan, dukungan emosional, cinta dan afeksi, keamanan dan
kenyamanan (Stanley, 2010; Videbeck, 2009).
Faktor yang mempengaruhi perilaku kekerasan pada lansia dapat
disebabkan karena kurangnya pengetahuan terutama keluarga tentang kebutuhan
dan masalah lansia. Sehingga memicu terjadinya kesalah pahaman, merasa
direpotkan, kurang komunikasi, sikap tidak menghormati, merasa malu dan
jengkel, bahkan sampai sikap balas dendam atas perlakuan yang dilakukan lansia
di masa lalu dan masalah warisan (Anderson, 2009; Jalal, 2012).
Lansia yang mengalami kekerasan akan merasa tidak mampu menentukan
jalan hidupnya sehingga lebih rentan untuk menyendiri, mengalami kecemasan,
suka menarik diri, depresi, kekurangan gizi, dan masalah psikososial serta
berbagai masalah kesehatan lainnya. Oleh karena itu, keperawatan turut berperan
dalam menanggulangi masalah kekerasan pada lansia sesuai dengan lingkup ilmu
dan profesi keperawatan dengan memperhatikan kebutuhan holistik lansia yang
mengalami tindakan kekerasan (Ibtiah, 2011).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kekerasan pada lansia?
2. Apa saja jenis-jenis kekerasan pada lansia?
3. Apa saja indikasi kekerasan pada lansia?
4. Apakah dampak kekerasan pada lansia?
5. Bagaimana fenomenologi kekerasan terhadap lansia?

2
6. Apa saja teori penyebab kekerasan pada lansia?
7. Apa saja penyebab kekerasan pada lansia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian kekerasan pada lansia
2. Untuk mengetahui jenis-jenis kekerasan pada lansia
3. Untuk mengetahui indikasi kekerasan pada lansia
4. Untuk mengetahui dampak kekerasan pada lansia
5. Untuk mengetahui fenomenologi kekerasan terhadap lansia
6. Untuk mengetahui teori penyebab kekerasan pada lansia
7. Untuk mengetahui penyebab kekerasan pada lansia

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang kekerasan pada lansia
sehingga dapat menjadi bekal dan pedoman dalam melakukan praktik gerontik.
2. Bagi institusi
Makalah ini dapat dijadikan sebagai masukan atau pedoman dalam mata
kuliah matrikulasi keperawatan gerontik untuk profesi ners dan dalam pembuatan
makalah selanjutnya dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dengan lebih baik
lagi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kekerasan Pada Lansia


Kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman
atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau
masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar/
trauma, kerugian psikologis, kelainan perkembangan, dan bahkan kematian
(Videbeck, 2009).
Kekerasan terhadap lansia adalah perlakuan semena-mena terhadap lansia
oleh anggota keluarga atau orang-orang yang merawat lansia. Kekerasan pada
lansia mencakup kekerasan fisik, psikologis, sosial, serta pengabaian atau
penelantaran. Kebanyakan korban kekerasan pada lansia berusia 60 tahun atau
lebih, dan 60% sampai 65% adalah wanita. Penganiayaan lebih cenderung terjadi
ketika lansia mengalami banyak masalah kesehatan fisik dan kesehatan jiwa yang
kronis dan saat lansia bergantung pada orang lain dalam memperoleh makanan,
perawatan medis, dan melakukan berbagai aktivitas hidup sehari-hari. Namun,
pada umumnya, lansia sering kali enggan melaporkan kekerasan yang dialaminya
walaupun mereka dapat melakukannya karena biasanya hal itu melibatkan
anggota keluarga yang ingin dilindunginya (Videbeck, 2009).

B. Jenis Kekerasan Pada Lansia


Kekerasan terhadap usia lanjut di bagi menjadi beberapa tipe menurut
(America Psychological Association, 2012) :
1. Penganiayaan fisik
Setiap bentuk cedera fisik baik secara langsung maupun tidak langsung
(Elsevier, 2016). Bisa berkisar dari menampar atau mendorong, pemukulan dan
mengikat dengan tali atau rantai. Bila seseorang pengasuh atau orang lain
menggunakan kekuatan yang menyebabkan rasa sakit atau luka yang tidak berarti,
bahkan jika alasannya adalah untuk membantu lansia, perilaku tersebut dapat
dianggap sebagai kekerasan. Kekerasan fisik bisa meliputi memukul, mendorong,
menedang, mencubit, membakar, atau menggigit. Ini juga mencakup penggunaan

4
obat dan pembatasan fisik dan hukuman fisik yang tidak tepat dalam bentuk apa
pun.
2. Kekerasan psikologis, verbal atau emosional
Biasanya penganiayaan yang tidak beralasan, dapat berkisar dari panggilan
nama atau memberi "perlakuan diam" untuk mengintimidasi dan mengancam
individu. Bila anggota keluarga, pengasuh, atau orang lain berperilaku sedemikian
rupa sehingga menimbulakan rasa takut, kesedihan mental, atau rasa sakit atau
kesusahan, perilaku tersebut dapat dianggab kekerasan. Kekerasan verbal dan
emosional bisa termasuk berteriak, bersumpah, dan membuat komentar mengina
atau mengabaikan komentar. Kekerasan psikologis melibatkan segala jenis
perilaku koersif atau mengancam yang membentuk perbedaan kekuatan antara
lansia dengan anggota keluarga atau pengasuh. Ini juga bisa mencangkup merawat
lansia seperti anak kecil dan mengisolasi orang tersebut dari keluarga, teman, dan
aktivitas rutin melalui kekerasan, ancaman, atau perilaku manipulatif.
3. Kekerasan seksual
Paksaan untuk melakukan kontak atau perilaku seksual tanpa persetujuan
(Elsevier, 2016). Bisa berkisar dari pameran seksual sampai pemerkosaan.
Kekerasan seksual dapat mencangkup sentuhan yang tidak pantas, memotret
orang tersebut dalam pose sugestif, memaksa orang tersebut untuk melihat
pornografi, memaksa kontak seksual dengan pihak ketiga, atau perilaku seksual
yang tidak di inginkan. Ini juga mencangkup pemerkosaan, sodomi, atau
ketelanjangan paksa. Kekerasan seksual mungkin merupakan jenis kekerasan
lansia yang paling mengerikan namun paling tidak dilaporkan.
4. Eksploitasi finansial
Dapat berkisar dari penyalahgunaan dana lansia hingga penggelapan uang.
Eksploitasi finansial meliputi penipuan, mengambil uang dengan alasan palsu,
pemalsuan, trasfer properti paksa, membeli barang-barang mahal dengan uang
lansia tanpa sepengetahuan atau izin lansia tersebut. Ini mencangkup penggunaan
pengaturan perwalian hukum, surat kuasa, atau konservatori yang tidak
semestinya. Ini juga mencangkup berbagai penipuan internet, telepon, dan tatap
muka yang dilakukan oleh orang-orang penjual atau bahkan layanan kesehatan.

5
5. Kekerasan pengabaian
Yaitu ketika kebutuhan dasar lansia tidak terpenuhi. Berkisar dari strategi
pengasuh yang menahan perhatian yang tepat dari individu untuk secara segaja
gagal memenuhi kebutuhan fisik, sosia, atau emosional lansia. Pengabaian dapat
mencakup kegagalan untuk menyediakan makanan, air, pakaian, obat-obat, dan
bantuan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari atau membantu kebersihan
pribadi. Pengasuh dan keluarga mungkin secara tidak sengaja mengabaikan lansia
karena kurangnya pengetahuan, sumber daya, atau kedewasaan mereka.

C. Indikasi Kekerasan Terhadap Usia Lanjut


Tanda yang tidak bisa dijelaskan secara medis mungkin menandakan
tindak kekerasan.Munculnya tanda ini harus segera diteliti lebih lanjut untuk
menentukan dan memperbaiki penyebabnya. Kita dapat mengetahui dari berbagai
indikasi yang ditimbulkan dari suatu tindak kekerasan terhadap usia lanjut dengan
memperhatikan beberapa kondisi berikut menurut (Sheila L, 2008) :
1. Indikator kekerasan pada fisik
a. Adanya cedera yang tidak dapat dijelaskan dan sering terjadi disertai
kebiasaan mencari bantuan medis dari berbagai tempat
b. Enggan mencari terapi medis untuk cedera atau menyangkal adanya
cedera
c. Disorientasi atau grogi, yang menunjukkan penyalahgunaan obat-obatan
d. Takut atau gugup ketika ada anggota keluarga yang merawat
2. Indikator kekerasan seksual
a. Trauma tentang alat kelamin, payudara, rektum, dan mulut,
b. Cedera pada wajah, leher, dada, perut, paha, pantat,
c. Adanya penyakit menular seksual, dan terdapat gigitan manusia pada
bagian tertentu
3. Indikator kekerasan psikologis, verbal atau emosional
a. Tidak berdaya
b. Ragu-ragu untuk berbicara terbuka
c. Marah atau agitasi
d. Menarik diri atau depresi

6
4. Indikator penyalahgunaan keuangan
a. Transaksi perbankan yang tidak lazim atau tidak tepat
b. Tanda tangan pada cek yang berbeda dari tanda tangan lansia
c. Perbuahan terbaru surat wasiat atau pemberian kuasa pada pengacara
ketika lansia tidak mampu membuat keputusan tersebut
d. Kehilangan barang berharga yang bukan hanya karena salah meletakkan
e. Tidak memiliki televisi, pakaian, atau barang pribadi yang dapat diperoleh
dengan mudah
f. Kekhawatiran orang yang merawat lansia yang tidak lazim tentang biaya
pengobatan lansia padahal bukan uang orang yang merawat tersebut yang
digunakan
5. Indikator dari kekerasan pengabaian
a. Terlihat kotor, bau pesing atau tinja, atau hal lain yang membahayakan
kesehatan di lingkungan hidup lansia
b. Ada ruam, luka, atau kutu pada lansia
c. Lansia mengalami kondisi medis yang tidak diobati, kurang gizi, atau
dehidrasi yang tidak berhubungan dengan suatu penyakit yang diketahui
d. Pakian tidak adekuat

D. Dampak Kekerasan Terhadap Lansia


Tindakan kekerasan yang dialami oleh lansia sebenarnya adalah perlakuan
yang senantiasa berdampak jangka panjang. Selama ini berbagai kasus telah
membuktikan bahwa terjadinya elder abuse (penganiayaan lansia) sering disertai
dengan elder neglect (penelantaran lansia). Adapun dampak yang dialami lansia
akibat dari kekerasan yang dialami adalah sebagai berikut (Elizabeth T. A, 2009
dalam Fadhilah, 2015):
1. Problem kesehatan mental, misalnya: kecemasan yang berlebihan, problema
dalam makanan, susah tidur
2. Sering mimpi buruk serta ketakutan. Selain itu juga menyebabkan kehilangan
nafsu makan, sakit kepala, serta dapat menyebabkan kekurangan gizi pada
lansia.

7
3. Kurangnya motivasi dan harga diri pada lansia.
4. Mengembangkan perilaku agresif (suka menyerang), jadi pemarah, atau
bahkan sebaliknya lansia menjadi pendiam dan suka menarik diri dari
pergaulan di lingkungannya.
5. Mengakibatkan depresi pada lansia.

E. Fenomenologi Kekerasan Terhadap Lansia


Menurut Elsevier, 2013 perkiraan jumlah lanjut usia yang menjadi korban
kekerasan, ditelantarkan, atau dieksploitasi sangant beragam kerena permasalahan
ini kurang dilaporkan. Lanjut usia biasanya menjadi korban kekerasan,
ditelantarkan, atau dieksploitasi oleh orang-orang yang menjaga mereka, yang
biasanya merupakan pasangan, anak, atau anggota keluarga lainnya.
Sulit untuk memperkirakan prevalansi masalah penganiayaan lansia akibat
perbedaan definisi, mekanisme pelaporan dan penggunaan data. Kewajiban untuk
melaporkan penganiayaan lansia tidak diharuskan di semua negara bagian.
Diperkirakan terdapat 1 dari 14 insidensi penganiayaan lansia yang dilaporkan
dan hanya 1 dari 25 kasus yang merupakan kasus eksploitasi materi. Frekuensi
penganiayaan lansia diperkirakan berkisar dari 2% hingga 10 % bergantung pada
pengambilan sampel, metode survei, dan definisi kasus studi yang dilakukan
(National Center On Elder Abuse [NCEA], 2015 dalam Patricia G, 2016).
Diperkirakan bahwa setengah juta lansia dianiaya atau diabaikan dalam
rumah tangga dan perbandingan antara insiden penganiayaan atau pengabaian
yang tidak dilaporkan dan yang dilaporkan adalah lima banding satu. Pelaku
hampir 60% adalah pasangan, 20% anak yang sudah dewasa, dan 20% orang lain,
seperti saudara kandung, cucu, dan orang yang indekos (Lego, 1996 dalam Sheila
L, 2008).
Kebanyakan korban penganiayaan lansia berusia 75 tahun atau lebih, dari
60% dampai 65% adalah wanita. Penganiayaan lebih cenderung terjadi ketika
lansia mengalami banyak masalah kesehatan fisik dan gangguan jiwa kronis, dan
saat lansia bergantung pada orang lain dalam memperoleh makanan, perawatan
medis, dan melakukan berbagai aktivitas hidup seharihari (Sheila L, 2008).

8
F. Teori Penyebab Kekerasan Pada Lansia
Ketergantungan pada usia tua dapat meningkatkan risiko kekerasan dan
penganiayaan serta pelalaian pada lansia. Penganiayaan dapat terjadi jika tingkat
ketergantungan sangat besar sehingga pemberi perawatan dapat menunjukkan
perilaku bermusuhan dan agresif yang dapat membahayakan lansia. Pelaku dari
tindakan kekerasan pada lansia adalah lebih sering pada pemberi asuhan pada
lansia sendiri yatu seperti anak, cucu, menantu, dan orang lain yang berada di
lingkungan lansia. Kasus-kasus pelalaian menunjukkan peran ketergantungan
pada salah perlakuan. Adapun beberapa teori menunjukkan penyebab terjadinya
perilaku kekerasan pada lansia adalah sebagai berikut (Stanley, 2010) :
1. Teori psikopatologi penganiaya
Teori ini mengemukakan bahwa orang-orang yang menderita penyakit
mental, ketergantungan zat (seperti: obat atau alkohol) memiliki kemampuan
untuk mengendalikan perilaku mereka seperti halnya yang dilakukan orag sehat.
Penyalahgunaan zat memainkan peran besar dalam perlakuan kekerasan.
2. Teori kekerasan antargenerasi
Teori ini berfokus pada kekerasan sebagai pelaku yang dipelajari dan
diturunkan dari generasi ke generasi di beberapa keluarga karena kekerasan sudah
menjadi model perilaku koping yang dapat diterima, dengan tanpa hukuman untuk
perilaku tersebut. Model ini mengemukakan bahwa anak yang tumbuh dalam
keluarga yang kejam juga akan menjadi kejam. Beberapa orang meyakini bahwa
salah perlakuan dapat berhubungan dengan balas dendam pada anak yang sudah
dewasa yang waktu kecilnya mengalami penganiayaan atau kekerasan.
3. Teori stres pemberi perawatan
Stres diyakini dapat mengakibatkan perilaku kekerasan, hal ini didukung
oleh klinisi. Hal ini disebut juga model situasional sosial yang mencakup stress
structural dan norma budaya.
4. Teori pertukaran
Teori ini menerangkan bahwa salah perlakuan atau kekerasan pada lansia
merujuk ke sifat manusia untuk mendapatkan pujian dan menghindari hukuman.

9
Moel ini terlihat pada hubungan antara lansia dan pemberi perawatan yang suka
menganiaya dan memberikan postulat bahwa selama penganiaya tersebut akan
terus bersikap kejam. Jika perubahan tersebut menjadi negatif, seperti pada kasus
ancaman sanksi, kurangnya pendapatan, rasa bersalah, dan sebagainya, perilaku
tersebut akan berhenti.
G. Pencegahan Kekerasan Pada Lansia
Tindakan perawat dalam pencegahan kejadian kekerasan pada lansia
adalah sebagai berikut :
1. Tindakan Preventif
Usaha-usaha yang sifatnya preventif adalah usaha yang dapat dilakukan
melalui pendidikan di masyarakat, yaitu :
a. Pembinaan pendidikan dalam keluarga :
1) Menghindari perselisihan antar anggota keluarga
2) Mencegah terjadinya faktor pencetus stress dalam perawatan lansia
3) Menanamkan pendidikan agama dalam lingkungan keluarga dan lansia
4) Memelihara hubungan dan kasih sayang yang adil dan merata antar
sesama anggota keluarga
5) Memberikan peran dan tanggung jawab diantara anggota keluarga.
b. Pembinaan pendidikan dalam masyarakat
Masyarakat adalah tempat pendidikan yang ketiga setelah pendidikan
rumah tangga dan sekolah. Pembinaan pendidikan kemasyarakatan
dimaksudkan untuk mengisi waktu senggang dengan mengadakan kegiatan
yang bermanfaat. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membuat kelompok
pengajian, kelompok majlis taklim, pendidikan olahraga, dan usaha-usaha
lainnya.
2. Tindakan Kuratif
Tindakan secara kuratif dan rehabilitasi, yaitu setelah usaha dan tindakan
yang lain dilaksanakan, tindakan ini merupakan pembinaan khusus untuk
memecahkan dan menanggulangi problem kesehatan dan permasalahn terkait
dengan lansia.

10
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Kekerasan terhadap lansia adalah perlakuan semena-mena terhadap lansia
oleh anggota keluarga atau orang-orang yang merawat lansia. Kekerasan pada
lansia mencakup kekerasan fisik, psikologis, sosial, serta pengabaian atau
penelantaran. Jenis-jenis kekerasan pada lansia yaitu penganiayaan fisik,
kekerasan psikologis, verbal atau emosional, kekerasan seksual, eksloitasi
finansial, serta kekerasan pengabaian.
Selama ini berbagai kasus telah membuktikan bahwa terjadinya elder
abuse (penganiayaan lansia) sering disertai dengan elder neglect (penelantaran
lansia). Dampak kekerasan pada lansia diantaranya problem kesehatan mental,
sering bermimpi buruk serta ketakutan, kurangnya motivasi dan harga diri pada
lansia, mengembangkan prilaku agresif serta mengakibatkan depresi pada lansia.
beberapa teori menunjukkan penyebab terjadinya perilaku kekerasan pada lansia
adalah teori psikopatologi penganiaya, teori kekerasan antargenerasi, teori stres
pemberi perawatan, dan teori pertukaran. Tindakan perawat dalam pencegahan
kejadian kekerasan pada lansia dapat dilakukan tindakan preventif dan tindakan
kuratif.

B. Saran
Dengan berhasil disusunnya makalah ini, semoga bermanfaat bagi para
pembaca, khususnya bagi mahasiswa keperawatan. Penyusun berharap agar para
pembaca dapat lebih memahami kekerasan pada lansia sehingga ilmu yang
didapatkan dapat bermanfaat di masa yang akan datang.

11
DAFTAR PUSTAKA

American Psychological Association. 2012. Elder Abuse & Neglect : In Search Of


Solutions. American Psychological Association. Tersedian dari URL.
https://www.apa.org/pi/aging/elder-abuse.pdf diakses pada 17 Juli 2020
Anderson, E. T. 2009. Buku ajar keperawatan komunitas teori dan praktik. Edisi
ke-3. Jakarta : EGC.
Elsevier. 2016. Prinsip dan Praktik: Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart (Buku
2). Singapore
Fadhilah, R. 2015. Gambaran Perilaku Kekerasan Pada Lansia Di Rw Xiv
Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang.
Padang : Skripsi Politeknik Kesehatan Padang. 2015.
http://pustaka.poltekkespdg.ac.id/repository/RISA_FADHILAH.pdf
diakses pada 17 Juli 2020
Ibtiah, dkk. 2011. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian tindakan
kekerasan pada lansia. Medan: Jurnal Keperawatan. Vol.11(1)
Jalal, F. Kesehatan jiwa lansia. Kompas 04 September 2012. Tersedia di URL:
http://nasional.kompas.com/read/2012/04/09/0701040/Kesehatan.Jiwa.Lan
sia diakses pada 17 Juli 2020
Komnas Lansia. Kekerasan menyerang kaum lansia. Tersedia dari URL:
http://www.komnaslansia.go.id/modules.php?name=News&file=article41
diakses pada 17 Juli 2020
Stanley, M. 2010. Buku ajar keperawatan gerontik. Edisi Ke-2. Jakarta: EGC.
Videbeck, S. L. 2009. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta : EGC.

12

Anda mungkin juga menyukai