Oleh:
Putri Permata Silalahi
104116046
Tanggal Seminar :
MENYETUJUI,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan kegiatan Kerja Praktek (KP). Adapun kerja praktek in dilaksanakan
sebagai persyaratan untuk melakukan jenjang S-1 di Universitas Pertamina, Jurusan Teknik Sipil.
Kerja praktek yang penulis laksanakan lebih kurang tiga bulan, terhitung dari tanggal 15
Mei 2019 sampai tanggal 7 Agustus 2019 dengan tema kerja praktek “ PEMBANGUNAN DAN
PENGADAAN T/L DAN GARDU INDUK 150 KV PEMATANG SIANTAR-TANAH JAWA”
yang dilaksanakan oleh PT. PLN(Persero). Menyadari akan keterbatasan ilmu pengetahuan dan
kemampuan yang penulis miliki, maka dalam penyusunan laporan kerja praktek lapangan ini
penulis mengucapkan banyak terimakasih yang setulus-tulusnya atas segala bimbingan dan
dorongannya kepada seluruh dosen, staf, karyawan , keluarga tercinta, dan rekan-rekan sesama
almamater 2016.
Penulis menyadari akan kekurangan, kesempurnaan dari penulisan laporan kerja praktek
ini, untuk itu kritik dan saran yang diftnya membanggun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis sendiri serta para
pembaca baik yang berada di lingkungan teknik sipil maupun yang berada diluar dari lingkungan
teknik sipil.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
6.2 SARAN .................................................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 29
LAMPIRAN ..................................................................................................................................... 30
1. Daya Dukung Tanah untuk Ukuran Diameter Bore Pile di Titik Bore 1 ................................. 31
2. Daya Dukung Tanah untuk Ukuran Diameter Tiang Pancang/Press di Titik Bore 1 ........... 32
3. Daya Dukung Tanah untuk Ukuran Diameter Bore Pile di Titik Bore 2 ................................. 33
4. Daya Dukung Tanah untuk Ukuran Diameter Tiang Pancang/Press di Titik Bore 2 ............... 34
5. Jenis Tanah Setiap Kedalaman di Sondir 4, SD-4............................................................... 35
DAFTAR HADIR KERJA PRAKTIK ............................................................................................ 39
SURAT KETERANGAN SELESAI KERJA PRAKTIK ................................................................ 41
LEMBAR BIMBINGAN INSTANSI .............................................................................................. 42
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Lokasi Gedung .............................................................................................................. 4
Gambar 3. 2 Bongkar Muat Barang yang Baru Datang ..................................................................... 4
Gambar 3. 3 Pengecekan Barang Yang Dibongkar Muat .................................................................. 5
Gambar 3. 4 Pembangunan Pondasi Gardu Induk ............................................................................. 8
Gambar 3. 5 Salah Satu Firewall Yang Telah Selesai ....................................................................... 8
Gambar 3. 6 Pembangunan Control Room......................................................................................... 8
Gambar 3. 7 Rambu Tanda Pengaman di Sekitaran Proyek .............................................................. 9
Gambar 3. 8 Salah Satu Print Out Firewall ....................................................................................... 9
Gambar 3. 9 Transmisi Tower 150 kV No 36 .................................................................................. 11
Gambar 3. 10 Detail Baut Pada Transmisi Tower 150 kV No 36 .................................................... 11
Gambar 3. 11 Rambu Tanda APD ................................................................................................... 11
Gambar 3. 12 Kegiatan Ereksi di Transmisi Tower 150 kV No 36 ................................................. 12
Gambar 3.13 Pembangunan Pondas Pada Transmisi Tower 150 kV No 53 .................................... 12
Gambar 3.14 Pembangunan Pondasi pada Transmisi Tower 150 kV No 54 ................................... 12
Gambar 3. 15 Pengujian Sample Beton Untuk Pondasi Gardu Induk .............................................. 13
Gambar 3. 16 Sample Beton Untuk Pondasi Gardu Induk............................................................... 13
Gambar 3. 17 Universal Testing Machine ....................................................................................... 14
Gambar 3. 18 Pencatatan Hasil Sample Beton Untuk Pondasi Gardu Induk ................................... 14
Gambar 4.19 Grafik Robertson dan Keterangan .............................................................................. 25
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk mendirikan konstruksi bangunan dalam hal ini Pekerjaan Soil Investigation GI 150
KV Tanah Jawa yang berlokasi di Tanah Jawa, Kab. Simalungun, Provinsi Sumatera Utara,
diperlukan Pondasi yang baik untuk penempatan bangunan dan menjamin kekokohan (kekuatan)
konstruksi bangunan tersebut. Hal ini disebabkan karena kaki tempat berpijaknya suatu bangunan
adalah pondasi. Dan biasanya pondasi ini tertanam dalam tanah sehingga yang memikul beban
bangunan keseluruhan adalah tanah, namun beban yang ditanggung pondasi bukan hanya beban
bangunan tersebut, akan tetapi juga beban-beban yang bergerak yang terjadi pada bangunan
tersebut.
Untuk mendesign konstruksi, bentuk, bahan serta pondasi supaya tanah tempat bangunan
didirikan itu mampu memikul beban keseluruhan dari bangunan tersebut, maka sebelumnya harus
diketahui daya dukung tanah tersebut sehingga diperlukan daya dukung tanah serta spesifikasi
tanah yang akan memikul beban suatu konstruksi bangunan sehingga dapat digunakan untuk
mendesign pondasi yang akan digunakan untuk memikul beban konstruksi tersebut.
Dengan adanya Penelitian tanah ini, yang merupakan penyelidikan Geologi dan Mekanika
Tanah, diharapkan dapat meninjau dengan secara menyeluruh kondisi tanah dengan mendetail dan
spesifikasi tanah secara terperinci. Dengan adanya data spesifikasi tanah terperinci dan mendetail
maka dengan mudah pula akan diadakan perhitungan design pondasi yang bena, aman, dan
ekonomis.
1.2 TUJUAN
Dalam pengerjaan pondasi proyek ini, letak lokasi penyelidikan tanah adalah sebagai
berikut :
1
BAB II
PROFIL INSTANSI
Berawal di akhir abad 19, bidang pabrik gula dan pabrik ketenagalistrikan di Indonesia
mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula dan
pebrik teh mendirikan pembangkit tenaga lisrik untuk keperluan sendiri
Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945,
saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh
listrik melalui delagasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pemimpin KNI
Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan
tersebut kepada Pemerintah Republik Indinesia. Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno
membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan
kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.
Pada tanggal 1 januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Bada
Pemimpin Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas yang
dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu
Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas
Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17, status Perusahaan Listrik
Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai Pemegang Kuasa
Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan
umum.
Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta
untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN beralih dari
Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam
menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang.
2
BAB III
4. Shop Drawing
5. As Build Drawing
6. Peralatan K3
Pada kegiata Kerja Praktik ini, penulis kebanyakan menghabiskan waktu di kantor
saja dikarenakan pihak PT PLN (Persero) merupakan Owner dari pembangunan Gardu
Induk yang berlokasi di Tanah Jawa, Pematang Siantar, Sumatera Utara.
Pada kegiatan pengecekan gudang terkait dengan kegiatan bongkar muat barang,
penulis banyak mendapatkan ilmu yang sebelumnya penulis belum dapatkan dari
kegiatan perkuliahan. Penulis memahami banyak hal yang berkaitan dengan kabel yang
digunakan untuk pemasangan Transmisi Tower. Berikut beberapa hasil dokumentasi
berdasarkan kegiatan yang penulis lakukan :
3
Gambar 3. 1 Lokasi Gedung
Gambar 3.1 merupakan lokasi gudang yang digunakan untuk menyimpan segala
perlengkapan untuk mendukung pembangunan Transmisi Tower 150 kV. Letak dari
gudang ini terbilang strategis dikarenakan, posisinya yang tidak terlalu jauh ke lokasi
pembangunan Transmisi Tower 150 kV. Transmisi Tower yang dibangun ada
sebanyak 56 Tower . Gudang ini juga terdiri dari beberapa fasilitas penunjang lainnya
yaitu :
- Gudang Beratap
- Kantin
- Kantor
- Toilet
- Rumah Sementara
Gambar 2.2 merupakan kegiatan bongkar muat barang yang dilakukan di Gudang.
Barang yang masuk merupakan barang-barang yang datang dari pabrik dan disimpan
sementara sebelum digunakan untuk kepentingan pembangunan Transmisi Tower.
Kegiatan bongkar muat barang tersebut dilakukan dengan sangat hati-hati karena
barang yang datang jumlahnya harus sesuai dengan pesanan, dan apabila barangnya
4
sesuai, maka pihak Pengawas harus menandatangani surat bahwa barang telah di
terima.
Gardu Induk merupakan sebuah sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi)
tenaga listrik dimana Gardu Induk merupakan suatu kesatuan dari sistem penyaluran
(transmisi). Hal ini berarti, Gardu Induk merupakan sub-sub sistem dari sistem tenaga
listrik. Gardu Induk memiliki perananan yang cukup penting, sehingga dalam
pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari sistem penyaluran (transmisi) secara
keseluruhan.
Fungsi umum Gardu Induk dalam sistem transmisi adalah :
Mentransformasikan tegangan;
Untuk mengatur aliran daya listrik dari saluran transmisi ke saluran transmisi
lainnya yang kemudian di distribusikan ke konsumen sesuai kebutuhannya ;
Pengukur, Pengawas Operasi serta pengaman sistem tenaga listrik ;
Pengaturan pelayanan beban ke Gardu Induk lain dan ke Gardu Distribusi ;
Sebagai tempat untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan distribusi;
Sebagai sarana telekomunikasi.
Fungsi dari Gardu Induk adalah untuk mentransformasikan daya listrik dimana,
transformasi daya listrik yang dilakukan oleh Gardu Induk dibedakan atas :
Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi ( 500 kV / 150 kV )
Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah ( 150 kV/70 kV )
Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah ( 150 kV / 20 kV , 70 kV / 20 kV)
Dengan frequensi yang tetap ( di Indonesia , 50 Hertz)
5
Untuk Gardu Induk yang penulis lihat selama kegiatan kerja praktik, fungsi yang
dilakukan oleh Gardu Induk tersebut adalah mentransformasikan daya listrik dari
tegangan tinggi ke tegangan menengah yaitu 150 KV / 20 KV. Tujuan diadakannya
transformasi tegangan ialah sebagai penaik dan penurun tegangan sehingga dapat
digunakan sesuai dengan kebutuhan daerah sekitar (konsumen).
Dalam pembangunan Gardu Induk, ada beberapa ruangan yang harus dibuat
dengan fungsi masing-masing. Ruang-ruang tersebut adalah :
A. Switchyard
Switchyard merupakan lahan terbuka dimana sebagai tempat semua alat
kelistrikan seperti Pemutus Tenaga ( PMT), Pemisah (PMS), Lighting Arrester
(LA), Current Transformer (CT), Potential Transformer (PT), hingga transformer
atau trafo daya disimpan, sehingga wilayah switchyard GI merupakan wilayah
terbatas dan terlarang untuk umum dikarenakan bisa berbahaya apabila
sembarangan dimasuki oleh orang awam.
B. Control Room
Control Room atau Ruang Kontrol berfungsi untuk mengkontrol atau
mengendalikan semua yang ada di gardu induk, diantaranya untuk mengendalian
kompartemen yang ada di Switchyard. Biasanya, di dalam ruang kontrol ada
operator GI yang menjaga serta mengawasi apabila ada terjadi sesuatu hal yang
membahayakan. Maka dari itu, di dalam Ruang Kontrol tentu aja dilengkapi
dengan sarana komunikasi .
C. Ruang Proteksi
Ruang Proteksi adalah ruang dimana terdapat relai-relai proteksi. Relai
adalah proteksi atau pengaman peralatan listrik.
D. Ruang Baterai dan Ruang Inverter (Ruang DC)
Ruang DC didalamnya terdapat berberapa baterai atau sumber listrik
dengan arus DC. Sumber arus DC berfungsi sebagai sumber arus bagi relai karena
relai memerlukan sumber daya DC, sedangkan sumber arus listrik di GI yang
dihasilkan adalah arus AC. Fungsi inverter adalah untuk mengubah arus AC
menjadi arus DC yang dipakai dan dihasilkan GI untuk mengisi baterai atau
sumber DC.
E. Ruang Cell 20 kV
Ruang Cell 20 kV adalah ruangan dengan tegangan menengah (20 kV)
dimana pada ruangan ini jaringan listrik trafo penurun tegangan ke 20 kV atau
biasa disebut trafo distribusi masuk ke ruangan ini dan biasanya membentuk rel
untuk membagi-bagu jaringan ke beberapa penyulang atau feeder.
6
B. Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker
Pemutus Tenaga (PMT) berfungsi sebagai pemutus tenaga listrik dalam
kondisi berbeban dan sebagai pengaman apabila terjadi gangguan listrik maka akan
diputus hubungan listriknya agar gangguan listrik tidak menjalar ke peralatan lain
yang tiddak mengalami gangguan.
7
Gambar 3. 4 Pembangunan Pondasi Gardu Induk
8
Gambar 3. 7 Rambu Tanda Pengaman di Sekitaran Proyek
9
C. Leg
Leg merupakan kaki tower yang terhubung langsung antara stub dengan
body tower. Apabila Transmisi Tower dipasang pada tanah yang tidak rata,
maka perlu dilakukan penambahan atau pengurangan tinggi leg, dimana body
tower harus tetap sama tinggi permukaannya.
D. Common Body
Common Body merupakan badan tower bagian bawah yang terhubung
antara leg dengan badan tower bagian atas ( super structure).
E. Super Structure
Super Structure merupakan badan tower bagian atas yang terhubung
dengan common body dan cross arm kawat fasa maupun kawat petir.
F. Cross Arm
Cross Arm merupakan bagian dari tower yang berfungsi sebagai tempat
untuk menggantungkan/mengaitkan isolator kawat fasa serta clamp kawat
petir.
G. “K” Frame
“K” Frame merupakan bagian tower yang terhubung antara common body
dengan bridge maupun cross arm.
H. Bridge
Bridge merupakan penghubung antara cross arm kiri dan cross arm
tengah, dimana pada tengah-tengah bridge terdapat kawat penghantar fasa
tengah.
I. Rambu Tanda Bahaya
Rambu Tanda Bahaya memiliki fungsi untuk memberi peringatan bahwa
isntalasi SUTT/SUTET mempunyai resiko yang berbahaya. Rambu ini
bergambar petir dan bertuliskan “AWAS BERBAHAYA TEGANGAN
TINGGI”.
J. Rambu Identifikasi Tower dan Penghantar / Jalur
Merupakan rambu yang berfungsi untuk memberitahukan identitas tower (
Nomor tower, urutan fasa , dsb)
K. Anti Climbing Device (ACD)
ACD berfungsi untuk menghalangi orang yang tidak memiliki kepentingan
untuk naik ke tower.
L. Step Bolt
Step Bold merupakan baut panjang yang dipasang dari atas ACD ke
sepanjang badan tower hingga super structure dan arm kawat petir. Step Bolt
berfungsi sebagai pijakan petugas sewaktu naik dan turun dari tower.
M. Halaman Tower
Halaman Tower merupakan daerah tapak tower yang luasnya diukur dari
proyeksi keatas tanah galian pondasi.
10
Gambar 3. 9 Transmisi Tower 150 kV No 36
11
Gambar 3. 12 Kegiatan Ereksi di Transmisi Tower 150 kV No 36
12
3.4 PENGUJIAN BETON DI LABORATIUM
Gambar 3.15 merupakan kegiatan pengujian sample beton untuk pondasi Gardu
Induk dimana kegiatan pengujian sample ini dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil di
Politeknik Medan. Selama kegiatan pengujian berlangsung, penulis didampingi oleh
tim yang terdiri dari pihak PLN , pihak kontraktor, serta asisten laboratorium.
Gambar 3.16 merupakan sample beton untuk pondasi Gardu Induk. Sample beton
harus dilakukan pengujian di laboratorium agar ketika pengerjaan pondasi GI
dilakukan, mutu dari pondasi tersebut dapat diketahui.mutunya. Kubus-kubus dari
sample beton ini berukuran 20 X 20 X 20 cm dengan perbandingan nilai kuat tekan
0.95.
13
Gambar 3. 17 Universal Testing Machine
Gambar 3.17 merupakan mesin yang digunakan selama kegiatan pengujian sample
berlangsung. Nama mesin ini adalah Universal Testing Machine. Universal Testing
Machine adalah sebuah alat penguji tegangan tarik dan kekuatan tekan bahan atau
material sebelum produksi. Parameter yang dihasilkan oleh alat ini adalah berupa
modulus elastisitas ( Modulus Young), kuat luluh (Yield Strength), kuat maximum
tekan/tarik (Ultimate Strength) , kuat putus (Break Strength), regangan luluh (Yield
Strain), regangan di titik maksimum tekan/tarik (Ultimate Strain), dan regangan putus
(Break strain).
Gambar 3.18 merupakan kegiatan penulis pada saat mencatat hasil uji sample
beton. Pencatatan nilai tekan sangat perlu, hal ini bertujuan agar pihak proyek
mengetahui kualitas material yang akan dipergunakan untuk membangun sebuah
struktur.
14
BAB IV
Dalam pengerjaan pondasi proyek ini, letak lokasi penyelidikan tanah adalah
sebagai berikut :
Dengan mendapatkan data nilai CR dan TR, maka nilai FR, SF, TSF. Dan LSF
dapat dicari menggunakan persamaan :
(4 L 64 F %4 ........................... (4.1.1)
64
5( L (4 : : ; .........................(4.1.2)
54
65( L ’ 5( ..................................(4.1.3)
¿¸
.5( L 54
......................................(4.1.4)
Keterangan :
1. DCPT : SD-1
G.W.L : -9.00 m
Diperoleh nilai dari grafik :
CR : 45 Kg/Cm2 ( Skala 1:1)
TR : 53 Kg/Cm2( Skala 1:1)
15
TSF : 1058 Kg/Cm ( Skala 1:10)
2. DCPT : SD-2
G.W.L : -9.30 m
Diperoleh nilai dari grafik :
CR : 65 Kg/Cm2 ( Skala 1:1)
TR : 70 Kg/Cm2( Skala 1:1)
TSF : 888 Kg/Cm ( Skala 1:10)
3. DCPT : SD-3
G.W.L : -8.20 m
Diperoleh nilai dari grafik :
CR : 55 Kg/Cm2 ( Skala 1:1)
TR : 60 Kg/Cm2( Skala 1:1)
TSF : 828Kg/Cm ( Skala 1:10)
4. DCPT : SD-4
G.W.L : -8.40 m
Diperoleh nilai dari grafik :
CR : 210 Kg/Cm2 ( Skala 1:1)
TR : 220 Kg/Cm2( Skala 1:1)
TSF : 942 Kg/Cm ( Skala 1:10)
5. DCPT : SD-5
G.W.L : -8.00 m
Diperoleh nilai dari grafik :
CR : 48 Kg/Cm2 ( Skala 1:1)
TR : 53 Kg/Cm2( Skala 1:1)
TSF : 772Kg/Cm ( Skala 1:10)
16
a. Daya Dukung Tanah untuk Ukuran Diameter Bore Pile
Data tersedia di lampiran.
b. Daya Dukung Tanah untuk Ukuran Diameter Tiang Pancang/Press
Data tersedia di lampiran.
17
BAB V
TINJAUAN TEORITIS
1. FR = TR-CR ........................................................(5.1)
FR = Friction Resistance.................................... kg/cm2
TR = Total Resistance........................................ kg/cm2
CR = Cone Resistance........................................ kg/cm2
2. SF = FR x 20/10..................................................(5.2)
SF = Skin Friction.............................................. kg/cm
20cm = Interval Pembacaan
10 = Faktor Alat
Selanjutnya dari nilai CR atau TSF digambarkan dalam grafik dengan sumbu
vertikal menggambarkan kedalaman ( D = meter ) dan sumbu horizontal atas
menunjukkan nilai dari CR (kg/cm2) sedangkan sumbu horizontal bawah menunjukkan
nilai TSF (kg/cm). Melalui grafik ini juga kita tahu bagaimana secara menyeluruh
18
keadaan kekuatan tanah, apakah naik linear, naik turun, atau malah tidak mempunyai
tekanan.
Metodologi Pelaksanaan Bor Mesin
Metode pelaksanaan Boring (Bor Mesin) harus disesuaikan dengan petunjuk
standart ASTM Designation. Bor Mesin dilaksanakan sedemikian rupa dengan
menggunakan mata bor yang memadai sehingga diperoleh contoh yang maximum,
dengan panjang contoh maximum 1,50 meter.
Untuk memperoleh core recovery yang maximum, mata bor dicabut sesering
mungkin dan pada lapisan tanah kohesif dan mudah lepas, lubang bornya dipasang
casing sedemikian rupa sehingga contoh asli dapat diambil pada setiap kedalaman yang
diinginkan.
Contoh inti yang diambil dari lobang bor ditempatkan di dalam peti contoh (core
box) secar teratur. Setelah terisi maka peti diberi label kemudian difoto sebagai
dokumentasi dari hasil core drilling yang dilaksanakan.
Metodologi Pelaksanaan Standart Penetration Test (SPT)
Pekerjaan ini dilaksanakan berdasarkan petunjuk ASTM D-1586 yang dilakukan
setiap interval 1.0 – 2.0 meter. Nilai SPT dicatat melalui jumlah pukulan (N Value)
untuk setiap penetrasi 15cm (blows perfoot).
Penumbukan jenis Automatic Trip Mechanis dengan berat 63,5 kg yang menjamin
gerakan jatuh bebas dengan tinggi jatuh yang tetap dan teratur setinggi 75cm. Jumlah
tumbukan untuk setiap 15 cm penetrasi sedalam 45 cm. Tabung contoh split barrel
dipakai untuk mendapatkan contoh tanah untuk keperluan identifikasi dan untuk
mengukur tahanan tanah yang ditembus.
Standart Penetration Test ini sering disebut SPT. Hasil dari pengetesan dituangkan
dalam boring log.
19
ASTM T-265
Dengan menggunakan cawan dan oven serta timbangan dari percobaan ini dapat
ditentukan kadar air yang kemudian kita buat dalam satuan persentase (W=%).
Berat Satuan Isi (Unit Weight )
Berat satuan isi ini diperlukan untuk mengetahui banyaknya tanah dalam satu
pemadatan tertentu. Kegunaan dari perhitungan ini adalah untuk mendapatkan satu
analisa kekuatan tanah ditinjau dari isinya. Semakin besar berat satuan isi suatu tanah,
berarti semakin baik keadaan tanah tersebut untuk memikul beban diatas tanah
tersebut.
Berat Satuan Isi = Unit Weight = Density didapatkan dengan metode percobaan
sesuai dengan petunjuk ( Designation).
Acuan yang digunakan :
ASTM D-29
AASHTO T-2937
Berat isi adalah berat suatu contoh tanah dibagi volume tanah itu sendiri didapat
dengan menggunakan ring yang diketahui berarti serta volumenya, dengan satuan
gram/cm3.
Berat Jenis Butiran (Spesific Gravity )
Berat Jenis Tanah = Spesific Gravity
Metode Percobaan sesuai dengan petunjuk (Designation), dimana acuan yang
digunakan :
ASTM D-854
AASHTO T-100
Berat jenis tanah adalah perbandingan antara berat butir tanah dengan berat air
suling dengan isi yang sama dengan menggunakan picnometer, neraca dan lain-lain,
dengan simbol G.
Konsisten Atterberg (Atterberg Limits)
Bila contoh tanah berbutir halus ( lempung atau lanau) dicampur dengan air
sehingga mencapai keadaan cair, kemudian dibiarkan mengering, maka tanah akan
mengalami keadaan berikut :
a. Batas Cair : Kadar air Tanah pada 25 kali pukulan, depi tepi alu yang terpisah
dari contoh tanah tersebut menjadi merapat kembali.
b. Batas Plasti : Kadar Air pada keadaan tanahdapat digelintir menjadi satu
benang berdiameter tiga (3) mm tanpa menjadi patah.
c. Batas Susut : Kadar air maksimum pada keadaan dimana kehilangan
selanjutnya tidak akan menyebabkan perubahan volume.
Pada pemeriksaan kali ini yang ditentukan adalah batas cair dan batas plastis dari
tanah.
Konsistensi Atterberg = Atterberg Limit
Metode Percobaan sesuai dengan petunjuk (Designation), dimana acuan yang
digunakan :
ASTM D-423, D-424, D-427
AASHTO T-89 dan T-90
Analisa Saringan (Grain Size Analysis)
20
Sifat-sifat suatu tanah banyak ditentukan oleh ukuran butirnya. Besarnya butir juga
merupakan dasar untuk klasifikasi dan pemberian nama pada jenis tanah. Besarnya
butiran dapat ditunjukkan dalam grafik yang disebut grafik lengkung gradasi atau
grafik lembung pembagi butir. Tanah yang ukuran butirnya terbagi rata antar butiran
kasar sampai butiran halus disebut bergradasi baik. Bila terdapat kekurangan atau
kelebihan salah satu ukuran butir tersebut, maka tanah itu disebut bergradasi buruk,
dan apabila besar butiran hampir sama, maka disebut bergradasi seragam.
Pada tanah berbutir kasar seperti kerikil dan pasir, sifat-sifatnya tergantung pada
ukuran butir. Pada tanah berbutir halus seperti lempung dan lanau secara langsung
tidak berhubungan dengan ukuran butirnya, sebab sifat lempung dan lanau lebih
dipengaruhi oleh komposit zat mineral dari ada ukuran butirnya. Karena itu penentuan
butir pada tanah berbutir halus tidak begitu penting, Yang penting adalah menentukan
batas-batas Atterberg,karena akan memberi petunjuk yang lebih baik tentang sifatnya
dari paa yang ditunjukkan oleh besar butirnya.
21
Metode Percobaan sesuai dengan petunjuk (Designation), dimana acuan yang
digunakan :
ASTM D-2435
AASHTO T-216
Direct Shear
Kekuatan geser suatu tanah dapat didefinisikan sebagai tahanan maksimum dari
tanah terhadap tegangan geser dibawah suatu kondisi yang diberikan. Kondisi-kondisi
yang dimaksud diatas berkaitan dengan sifat-sifat drainase tanah, untuk suatu tanah
berbutir kasar drainase pada umumnya baik, tetapi tanah berbutir halus akan
mengering dengan sangat lambat maka percobaan merupakan sebhuah hal yang
penting.
Kohesi ( Daya lekat antar butir)
Sifat gesekan ( Friction/sudut geser)
Pemeriksaab ini dimaksudkan untuk menentukan kohesi (C) dan sudut geser tanah
(Ɵ) Methode percobaan sesuai dengan petunjuk (Designation) :
ASTM D-3080
AASHTO T-236
Analisa daya dukung tanah merupakan perhitungan yang dibuat untuk mengetahui
kemampuan tanah dalam mendukung beban pondasi yang bekerja di atasnya dimana
pondasi adalah bagian dari struktur yang berfungsi meneruskan beban akibat berat
struktur secara langsung ke tanah yang terletak di bawahnya. Daya dukung dan
kekuatan tanah dapat dihitung melalui hasil lapangan yaitu dari Sondir maupun dar
hasil Standart Penetrometer Test (SPT) dan juga dapat dihitung melalui hasil
pengujian di Laboratorium.
A. Pondasi Dangkal ( Shallow Foundation)
Hasil penyelidikan lapangan bor mesin
BH-01
Rencana Kedalaman Boring : 30.00 meter
Nilai SPT (N-Value) : ≥ 50
Elevasi titik bor :-
Total kedalaman pengeboran max didapat : 20.00 meter
Pengambilan sample
1. Undisturbed Sample :-
2. Disturbed Sample : 4 tbg
Tes Lapangan
1. Standart Penetration Test (SPT) : 10 test
2. Permeability Test :-
Ground Water Level : - 8.50 meter
BH-02
Rencana Kedalaman Boring : 30.00 meter
Nilai SPT (N-Value) : ≥ 50
22
Elevasi titik bor :-
Total kedalaman pengeboran max didapat : 20.00 meter
Pengambilan sample
3. Undisturbed Sample :-
4. Disturbed Sample : 4 tbg
Tes Lapangan
3. Standart Penetration Test (SPT) : 10 test
4. Permeability Test :-
Ground Water Level : - 9.00 meter
SONDIR 3(S-3)
Total Kedalaman Rencana : 20.00 meter
Cone Reistance Renana : ≥ 150 kg/cm2
Elevasi Titik Sondir :-
Muka Air Tanah/GWL : -8.20 meter
Total Kedalaman Maximum yang didapat : 20.40 meter
Cone Resistance Maximum yang didapat : 55 kg/cm2
Total Skin Friction : 828 kg/cm
SONDIR 4(S-4)
Total Kedalaman Rencana : 20.00 meter
Cone Reistance Renana : ≥ 150 kg/cm2
Elevasi Titik Sondir :-
Muka Air Tanah/GWL : -8.40 meter
Total Kedalaman Maximum yang didapat : 18.60 meter
Cone Resistance Maximum yang didapat : 210 kg/cm2
Total Skin Friction : 942 kg/cm
SONDIR 5(S-5)
Total Kedalaman Rencana : 20.00 meter
Cone Reistance Renana : ≥ 150 kg/cm2
Elevasi Titik Sondir :-
Muka Air Tanah/GWL : -8.00 meter
Total Kedalaman Maximum yang didapat : 20.40 meter
Cone Resistance Maximum yang didapat : 48 kg/cm2
Total Skin Friction : 772 kg/cm
%4 ( 65( 1
3= L E : ww;
u w
23
%4 (
3= L : wx;
u
Dimana :
Qa : Daya Dukung Pondasi (kg)
CR : Cone Resistance ( kg/cm2)
TSF : Total Skin Friction (kg/cm)
F : Luas penampang pondasi (cm2)
O : Keliling penampang pondasi (cm)
3&5 : Nilai angka keamanan
Grafik Robertson
Dimana :
24
Berikut merupakan grafik Robertson :
25
BAB VI
6.1 KESIMPULAN
Setelah dilakukannya kerja praktik di instansi PT. PLN (Persero) ini, penulis
banyak mendapatkan ilmu-ilmu baru, khususnya dalam bidang monitoring lapangan
atas proyek yang sedang berlangsung. Kegiatan monitoring memberikan ilmu baru
kepada penulis, hal ini dikarenakan penulis turun langsung kelapangan dan melihat
secara langsung kegiatan proyek yang sedang berlangsung. Untuk skill penghitungan
data tanah, penulis hanya mengamati berdasarkan hasil data yang ada, hal ini
dikarenakan penulis tidak diizinkan untuk terjun langsung pada saat pengujian tanah.
Secara umum dari hasil penyelidikan tanah dengan peralatan Sondir dan Bor mesin
mendapatkan nilai hasil analisa daya dukung adalah sebagai berikut :
1. Sondir
a) Hasil Penyelidikan tanah di titik sondir 1 (S-1) :
Kedalaman maximum NK ≥ 150 kg/cm2 : 19.80 meter
Kedalaman Muka Air Tanah/GWL : -9.00 meter
Nilai Cone Resistance (CR) : 45 kg/cm2
Nilai Total Skin Friction (TSF) : 1058 kg/cm
b) Hasil Penyelidikan tanah di titik sondir 2 (S-2) :
Kedalaman maximum NK ≥ 150 kg/cm2 : 20.40 meter
Kedalaman Muka Air Tanah/GWL : -9.30 meter
Nilai Cone Resistance (CR) : 65 kg/cm2
Nilai Total Skin Friction (TSF) : 888 kg/cm
c) Hasil Penyelidikan tanah di titik sondir 3 (S-3) :
Kedalaman maximum NK ≥ 150 kg/cm2 : 20.40 meter
Kedalaman Muka Air Tanah/GWL : -8.29 meter
Nilai Cone Resistance (CR) : 55 kg/cm2
Nilai Total Skin Friction (TSF) : 828 kg/cm
26
2. Bor Mesin
a) Hasil penyelidikan tanah di titik Bor 1 ( BH -1 ) :
Kedalaman maximum N SPT ≥ 50 : 20.00 meter
Kedalaman muka air tanah/GWL : -8.50 meter
Nilai SPT ( N Value) Interval 2.00 meter sebagai berikut
Tabel 6. 2 Hasil Penyelidikan Tanah di Titik Bor 1
N Classification of Material
Depth
Value
2.00 meter 3 Lempung Berpasir Sedang
27
16.00 meter 9 Pasir Sedang Berlempung
6.2 SARAN
Saran dari penulis untuk instansi tempat penulis melakukan kegiatan Kerja Praktik
, tepatnya untuk PT. PLN (Persero) Unit Induk , harusnya lebih bisa membimbing
penulis lebih baik lagi, dan mengajarkan penulis untuk lebih bisa mengatur waktu
dengan lebih baik lagi. Penulis juga berharap agar pihak Instansi lebih bisa
memberikan ilmu baru mengenai pengujian tanah dengan lebih jelas lagi.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Dr. Ir. Laurence D. Wesley, Mekanika Tanah, Badan Penerbit Pekerjaan Umum Jalan
Patimura No. 20 Kebayoran Baru-Jakarta, cetakan ke 7 tahun 1977 dan Mekanika Tanah
untuk Tanah Endapan & Residu (Judul asli : Fundamentals of Soil Mechanics for
Sendimentary and Residual Soils). Diterjemahkan oleh Dr. Laurence D. Wesly, Dr.Ir.
Satyawan Pranyoto, Edisi Bahasa Indonesia diterbitkan ANDI Yogyakarta, copyright 2012.
2. Ir. G. Djatmiko Soedarmo dan Ir. S.J Edy Purnomo Mekanika Tanah 2, Penerbit
KANISIUS ( Anggota IKAPI) Jalan Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, Cetakan ke
5 tahun 2001.
3. Editor, Dr. Ir. Suyono Sosrodarsono dan Nakazawa Kazuto : Mekanika Tanah & Teknik
Pondasi ( Judul asli : Soil Mechanics and Foundation Engineering, oleh Kazuto
Nakazawa). Diterjemahkan : Ir.L. Taulu. Diterbitkan ole PT. Pradnya Paramita, Jalan
Bunga 8-8A Jakarta 13140, Cetakan ke 6 tahun 1994.
4. Dr. Ir. Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng.,DEA : Mekanika Tanah II, Dicetak dan
diterbitkan oleh Beta offset Perum FT-UGM No 3 Seturan YK, Edisi ke 2 tahun 2002.
5. Bowles E.Joseph. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Edisi ke 4 Alih bahasa Johan K.
Hainim. Jakarta 1993.
7. H.S. Sardjono. Ir. Pondasi Tiang Pancang 1. Cetakan Ketiga Surabaya 1996.
8. SNI 2827. 2008. Cara Uji Penetrasi Lapangan Dengan Alat Sondir. Indonesia : Penerbit
Badan Standart Nasional.
29
LAMPIRAN
1. Daya Dukung Tanah untuk Ukuran Diameter Bore Pile di Titik Bore 1
2. Daya Dukung Tanah untuk Ukuran Diameter Tiang Pancang/Press di Titik Bore 1
3. Daya Dukung Tanah untuk Ukuran Diameter Bore Pile di Titik Bore 2
4. Daya Dukung Tanah untuk Ukuran Diameter Tiang Pancang/Press di Titik Bore 2
5. Jenis Tanah Setiap Kedalaman di Sondir
6. Layout Transmisi Tower 150 kV, ada di Compact Disk
30
1. Daya Dukung Tanah untuk Ukuran Diameter Bore Pile di Titik Bore 1
Proyek : GI 150 KV TANAH JAWA Bore Number : BH-1
31
2. Daya Dukung Tanah untuk Ukuran Diameter Tiang Pancang/Press di Titik Bore 1
Proyek : GI 150 KV TANAH JAWA Bore Number : BH-1
32
3. Daya Dukung Tanah untuk Ukuran Diameter Bore Pile di Titik Bore 2
Proyek : GI 150 KV TANAH JAWA Bore Number : BH-2
33
4. Daya Dukung Tanah untuk Ukuran Diameter Tiang Pancang/Press di Titik Bore 2
Proyek : GI 150 KV TANAH JAWA Bore Number : BH-2
30 40 50 60
34
5. Jenis Tanah Setiap Kedalaman di Sondir 4, SD-4
Depth CR Friction Ratio % Jenis Tanah
2 10 20 2 ( organic soils-peats)
35
5.2 16 12.5 3 (clays-silty clay to clay)
10 15 20 2 ( organic soils-peats)
36
10.8 55 9.090909091 3 (clays-silty clay to clay)
37
16.4 142 7.746478873 9 ( very stiff, fine grained)
38
DAFTAR HADIR KERJA PRAKTIK
39
40
SURAT KETERANGAN SELESAI KERJA PRAKTIK
41
LEMBAR BIMBINGAN INSTANSI
42
43