Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIK TERINTEGRASI

MATA KULIAH KOMUNIKASI DAN KONSELING DI


PUSKESMAS II DENPASAR TIMUR TANGGAL 7, 14, 21 MEI
2018

OLEH:

KELOMPOK 1

1. I Gusti Ngurah Suar Dewi (P07124217001)


2. Ni Made Opy Sutariani (P07124217009)
3. Ni Wayan Eka Sintia Dewi (P07124217017)
4. Della Yudi Ardana (P07124217025)
5. Ni Made Krismonita Dwi Sujani (P07124217033)
6. Dayu Eka Candra Dewi (P07124217041)
7. Ni Made Rita Antariningsih (P07124217050)
8. Ni Kadek Mita Indrayani (P07124217058)
9. Nyoman Arista Puspa Dewi (P07124217066)

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-IV KEBIDANAN

2018
KATA PENGANTAR

Puju syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
(Tuhan Yang Maha Esa) atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan yang berjudul “Laporan Praktik Terintegrasi Mata Kuliah
Komunikasi dan Konseling di Puskesmas II Denpasar Timur pada Tanggal
7,14,21 Mei 2108” dengan hasil yang cukup baik. Selama proses menyusun
laporan ini, penulis mendapat banyak bimbingan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. I Komang Lindayani, SST., M.Keb sebagai pembimbing kelompok.


2. Keluarga dan sahabat-sahabat terdekat yang senantiasa memberikan
dorongan dan inspirasi
3. Pihak-pihak lain yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari laporan ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk nantinya
dapat dipergunakan menyempurnakan laporan selanjutnya.

Denpasar, Mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR...................................................................... i

DAFTAR ISI…………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………... 1


1.2 Tujuan Praktik…..……………………………………………. 1
1.3 Metode Praktik…………………..……………..…..………… 1
1.4 Sistematika Penulisan Laporan………….………..…………. 2

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Konsep dasar dan bentuk Komunikasi dan Konseling…….. ... 4

2.2 Komunikasi Efektif…………………………………………... 5

2.3 Prinsip-prinsip hubungan antar manusia……………………. 7

2.4 Komunikasi Interpersonal/Konseling………………………. 11

2.5 4 Ketrampilan inti KIP/K…………………………………… 17

2.6 Berpikir kritis dalam penerapan komunikasi dan konseling

dalam asuhan kebidanan…………………………………… 18

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……..……………………………………………
3.2 Saran…………..……………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

 
1.1  Latar Belakang
Komunikasi merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Taylor (1993)
mengemukakan komunikasi adalah proses pertukaran informasi atau proses yang
menimbulkan dan meneruskan makna atau arti. Komunikasi dibuat untuk
menyebarluaskan pesan kepada publik, mempengaruhi khalayak, dan
menggambarkan kebudayaan pada masyarakat. Hal ini membuat komunikasi
menjadi bagian dari salah satu institusi yang kuat di masyarakat. Salah satu
bentuk komunikasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan berinteraksi yang
bersifat antarpribadi yaitu melalui komunikasi interpersonal atau antarpribadi.
Komunikasi merupakan pengetahuan yang wajib dimiliki seorang bidan.
Dalam komunikasi dan konseling keterampilan yang harus dapat dikuasai bidan
adalah keterampilan dalam melakukan komunikasi antara lain : terampil dalam
membantu memecahkan masalah yang dihadapi klien, terampil dalam melakukan
komunikasi interpersonal, terampil dalam menggunakan alat bantu visual untuk
pemberian informasi, terampil dalam mengatasi masalah genting yang dihadapi
klien, terampil membantu klien mengambil keputusan, dan sebagainya.
Salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan oleh seorang bidan yaitu
komunikasi konseling. Konseling merupakan hubungan yang direncanakan antara
seorang konselor (orang yang memberikan layanan secara professional) dan
seorang klien atau konseli (seseorang yang menghadapi masalah pribadi, karir,
belajar dan pendidikan) dengan tujuan agar klien dapat memecahkan masalah-
masalah 2 yang dihadapinya serta dapat mengembangkan potensi-potensi yang
ada dalam dirinya. Konselor dapat menciptakan hubungan dan memberikan
kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan apa yang sedang menjadi
permasalahannya.
Keterampilan komunikasi konselor merupakan salah satu penentu
keefektifan konseling. Hubungan mempunyai arti sebagai interaksi antar individu
selama suatu periode tertentu. Hubungan merupakan interaksi yang membentuk
suasana gerak individu-individu yang bersangkutan dalam mencapai tujuan
bersama. Berdasarkan latar belakang di atas maka bidan perlu melakukan praktik
guna mengaplikasikan teori-teori mengenai komunikasi dan konseling.
1.2  Tujuan Praktik
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum terintegrasi ini, yaitu :
1. Untuk memahami konsep dasar komunikasi.
2. Untuk mengaplikasikan komunikasi efektif.
3. Untuk mengaplikasikan konseling dalam kebidanan.
4. Untuk menerapkan prinsip-prinsip hubungan manusia.
5. Untuk melakukan komunikasi interpersonal kelompok.
6. Untuk dapat berpikir kritis dalam penerapan komunikasi dan konseling
dalam asuhan kebidanan.
1.3 Metode Praktik
Dalam melakukan observasi terhadap komunikasi dan konseling yang
diberikan bidan di Puskesmas Denpasar Timur II, terdapat beberapa
metode praktik sebagai berikut.
1. Metode Observasi

Metode Observasi merupakan suatu cara memperoleh data dengan cara


mengadakan pengalamatan secara langsung oleh mahasiswa terhadap
komunikasi dan konseling yang diberikan oleh bidan secara langsung.

2. Metode Wawancara
Metode wawancara merupakan mahasiswa menanyakan kepada
pembimbing di lapangan mengenai hal yang belum mahasiswa mengerti.

1.4 Sistematika Penulisan Laporan


Dalam laporan praktikum ini terdiri dari 4 bab, yaitu bab I
Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan praktik, metode
praktik, dan sistematika laporan. Bab II yang terdiri dari tinjauan teori dan
bab III yang merupakan hasil dan pembahasan praktikum. Bab IV yang
merupakan penutup dari laporan. Laporan ini juga dilengkapi dengan
daftar pustaka.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Konsep Dasar dan Bentuk Komunikasi dan Konseling

Komunikasi merupakan proses penyampaian pikiran dalam bentuk


pendapat atau informasi melalui kata-kata, gerak atau isyarat, atau pemberi simbol
dari pemberi pesan kepada penerima pesan. Aspek-aspek dalam komunikasi yaitu
aspek verbal adalah aspek dengan menggunakan kata-kata dalam tuturan bahasa
dengan bersuara sebagai saluran untuk menampilkannya. Adapun unsur-unsur
yang ada di dalam komunikasi yaitu pemberi pesan, isi pesan, media/saluran, dan
penerima pesan. Pemberi pesan adalah seseorang yang ingin menyampaikan
maksud dan tujuannya kepada penerima pesan, isi pesan merupakan hal yang
ingin disampaikan kepada penerima pesan, isi pesan harus jelas, akurat,bermakna,
dan sesuai dengan keadaan penerima pesan, media/saluran merupakan alat yang
digunakan dalam berkomunikasi dan tentunya mudah dijangkau oleh penerima
pesan, dan penerima pesan merupakan seseorang yang ingin disampaikan pesan
dan diharapkan penerima pesan paham dan mengerti terhadap pesan yang
disampaikan oleh pemberi pesan sehingga dapat memberikan umpan balik.

Dalam praktik kebidanan, bidan dapat melakukan komunikasi yaitu


memberikan konseling kepada klien. Konseling merupakan proses dimana
konselor membantu konseli untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan
membantu konseli untuk membuat keputusan. Dalam kebidanan, bidan memiliki
kewenangan untuk melakukan konseling kepada klien untuk mengatasi
masalahnya. Konseling dilakukan untuk membantu klien agar dapat mengatasi
keadaannya yang dianggap kurang memadai dan membantu klien untuk
menyesuaikan dengan lingkungannya. Konseling dilakukan oleh seseorang tenaga
kesehatan yang profesional dan biasanya disebut dengan konselor. Sedangkan
orang yang menerima layanan konselor disebut dengan konseli. Kriteria konselor
yaitu memiliki kepribadian, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses
konseling terkadang terjadi hambatan dari konselor yaitu :

a. Kemampuan mengatasi kecemasan diri sendiri


b. Keterbukaan tentang diri sendiri
c. Mengakui /Jujur dengan keterbatasan diri
d. Mengatasi permintaan klien
e. Mengatasi konseli yang tidak mempunyai komitmen
f. Menolak memberikan nasihat
g. Konselor merasa dipermalukan dengan topik pembicaraan
h. Waktu yang dimiliki konselor terbatas
i. Konselor tidak dapat menciptakan hubungan yang baik

Sedangkan faktor penghambat konseling dari konseli yaitu :

a. Diam
b. Menangis
c. Konselor meyakini bahwa tdk ada pemecahan masalah bagi masalah yang
dihadapi konseli
d. Konselor tidak dapat menjawab pertanyaan - pertanyaan konseli (konseli
kecewa)
e. Konselor membuat/melakukan kesalahan(<yakin)
f. Konselor dan konseli sudah saling mengenal

2.2 Komunikasi Efektif

a. Pengertian Komunikasi Efektif


Komunikasi Efektif merupakan sebuah proses penyampaian
pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara
tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud
oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin,
1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988).

b. Proses Komunikasi Efektif


Proses Komunikasi Efektif adalah pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan
sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal
itu (Hardjana, 2003). Di dalam proses komunikasi terdiri dari unsur-unsur
penting untuk menciptakan komunikasi efektif,yakni:

1) Komunikator atau sumber


Sumber yang memberikan informasi, adapun contoh hal yang
dapat ditanyakan yaitu: Siapa dia? Seberapa luas/dalam
pengetahuannya tentang informasi yang disampaikannya?
2) Komunikan
Penerima (yang diberi informasi). Bagaimana karakternya? Apa
kepentingannya? (langsung, tidak langsung).
3) Isi Pesan
Isi pesan (apa yang disampaikan). Panjang pendeknya,
kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi,
media penyampaian, penerimanya.
4) Media
Media yang digunakan. Apakah hanya berbicara atau Apakah
percakapan
dilakukan secara tatap muka atau melalui telepon, menggunakan
lembar lipat, buklet, vcd, peraga).
Sejalan dengan keterampilan yang termuat dalam empat unsur
ditambah umpan balik tersebut, diperlukan kemampuan dalam hal-hal
berikut:
- Cara berbicara
- Mendengar
- Cara mengamati
- Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan pasien (bahasa tubuh)
agar tidak mengganggu komunikasi

Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua


pendekatan komunikasi yang digunakan:
1. Disease centered communication style atau doctor centered
communication style.
Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha
menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran
klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.
2. Illness centered communication style atau patient centered
communication style.
Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang
penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik.
Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya,
harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang
dipikirkannya.

c. Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien, antara lain:


1. Melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak.
2. Menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati.

d. Tujuan Komunikasi Efektif


1. Memfasilitasi terciptanya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan
pasien).
2. Membantu pengembangan rencana perawatan pasien bersama pasien,
untuk kepentingan pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk
kemampuan finansial.
3. Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah
kesehatan pasien.
4. Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang
penyakit/masalah yang dihadapinya.

Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk


melakukan komunikasi, yaitu “SAJI”. (Poernomo, Ieda SS, Program
Family Health Nutrition, Depkes RI, 1999).
S = Salam
A = Ajak Bicara
J = Jelaskan
I = Ingatkan

2.3 Prinsip Hubungan Antarmanusia


a. Pengertian hubungan antar manusia
Hubungan antar manusia adalah interaksi antar satu individu
dengan orang lain dalam segala situasi bersifat action oriented
mengandung unsur-unsur kejiwaan yang mendalam untuk merubah sikap,
pendapat dan prilaku seseorang.

b. Tujuan hubungan antar manusia


Tujuan hubungan antar manusia secara garis besar adalah agar
tercapainya kehidupan yang harmonis yaitu masing-masing orang saling
bekerjasama dengan menyesuaikan diri terhadap satu dengan yang lain dan
memanfaatkan pengetahuan tentang faktor sosial dan psikologis dalam
penyesuaian diri manusia sedemikian rupa sehingga penyesuaian diri ini
terjadi dengan serasi dan selaras,dengan ketegangan dan pertentangan
sedikit mungkin.
Adapun tujuan hubungan antar manusia yang lebih spesifik
diantara lain :
1. Menemukan diri sendiri
2. Menemukan dunia luar
3. Membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna dengan orang
laian
4. Mengubah sikap dan perilaku sendiri danorang lain
5. Bermain dan hiburan
6. Memberikan bantuan

c. Teknik-teknik hubungan antar pribadi


a. Keterbukaann
Mengacu pada sedikitnya tiga aspek, meliputi :
1) Aspek pertama komunikasi antar pribadi yang efektif harus terbuka
kepada orang yang diajak berinteraksi Hal ini bukanlah berarti bahwa
seseorang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya
kepada orang lain. Sebaliknya, harus ada kesediaan membuka diri atau
mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan.
2) Aspek keterbukaan yang kedua mengacu pada kesediaan seseorang
untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang
yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya akan
menjenuhkan apabila melakukan hubungan dengan orang lain.
3) Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran
(Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah
mengakui bahwa perasan dan pikiran merupakan milik individu dan
harus dipertanggungjawabkan.
b. Empati
Menurut Backrac (1976), empati adalah kemampuan seseorang
untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat
tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain
itu. Jadi dapat dikatakan, berempati adalah merasakan sesuatu seperti
orang yang mengalaminya, berada di kondisi yang sama, merasakan
perasaan yang sama, dengan cara yang sama.
c. Sikap mendukung
Hubungan antar manusia yang efektif adalah hubungan dimana
terdapat sikap mendukung (supportiveness). Hubungan yang terbuka
dan empati tidak dapat terbina dalam suasana yang tidak mendukung.
Sikap mendukung dapat dilakukan dengan deskriptif bukan evaluative,
spontanitas bukan strategis dan profesional bukan sangat yakin
d. Sikap positif
Sikap positif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menyatakan
sikap positif dan secara positif mendukung orang untuk melakukan
hubungan antar manusia. Sikap positif mengacu pada dua aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikassi interpesonal terbina
jika seseorang memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri. Kedua,
perasaan positif sangat penting untuk melakukan hubungan antar
manusia secara efektif.
e. Kesetaraan
Dalam hubungan antar manusia, kesetaraan akan menghindarkan
diri dari ketidakk-sependapatan dan konflik. Konflik dianggap sebagai
suatu upaya untuk memahami perbedaan. Kesetaraan tidak berarti
harus menerima dan menyetujui semua perilaku verbal dan nonverbal
orang lain. Kesetaraan berarti menerima pihak lain dan memberikan
penghargaan positif secara tidak bersyarat kepada orang lain.
d. Teori Johari Windows
a. Pengertian teori johary windows
Teori Johary Windows (Jendela Johary) merupakan perangkat
sederhana dan berguna dalam mengilustrasikan dan meningkatkan
kesadaran diri serta pengertian bersama individu-individu yang ada dalam
suatu kelompok tertentu. Model ini juga berfungsi dalam meningkatkan
hubungan antar kelompok yang sekaligus mengilustrasikan kembali proses
memberi maupun menerima feedback. Jendela Johary sendiri
dikembangkan oleh psikolog Amerika, Joseph Luft dan Harrington
Ingham pada tahun 1950-an ketika meneliti untuk program proses dari
kelompok mereka. Joseph Luft dan Harrington Ingham mengembangkan
konsep Johary Windows sebagai perwujudan bagaimana seseorang
berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai perwujudan
bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan
sebagai sebuah jendela. Jendela Johary banyak dimanfaatkan sebagai
pengertian dan latihan kesadaran diri, peningkatan personal dan
komunikasi.
b. Perspektif teori Johary Windows
Ketika jendela Johary digunakan untuk membangun hubungan antar
kelompok ‘personal’ dikategorikan sebagai kelompok dan ‘orang lain’
menjadi kelompok lain. Terdapat empat perspektif Jendela Johary yang
biasa disebut dengan ‘daerah’ atau ‘kuadran’.Adapun daerah pengenalan
diri dari Jendela Johary tersebut antara lain :
1) Open area adalah informasi tentang diri kita yang diketahui oleh orang
lain seperti nama, jabatan, pangkat, status perkawinan, lulusan mana,
dan lain-lain. Ketika memulai sebuah hubungan, kita akan
menginformasikan sesuatu yang ringan tentang diri kita. Makin lama
maka informasi tentang diri kita akan terus bertambah secara vertikel
sehingga mengurangi hidden area. Makin besar open area, makin
produktif dan menguntungkan hubungan interpersonal kita.
2) Hidden area berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita tapi
tertutup bagi orang lain. Informasi ini meliputi perhatian kita
mengenai atasan, pekerjaan, keuangan, keluarga, kesehatan. . Hal ini
akan membuat orang lain miss komunikasi tentang kita, yang jika
dalam hubungan kerja akan mengurangi tingkat kepercayaan orang.
3) Blind area yang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu tapi
kita tidak. Misalnya bagaimana cara mengurang grogi, bagaimana
caranya menghadapi dosen. Sehingga dengan mendapatkan masukan
dari orang lain, blind area akan berkurang. Makin kita memahami
kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui orang lain, maka
akan bagus dalam bekerja tim.
4) Unknown area adalah informasi yang tidak diketahui oleh orang lain
dan diri kita. Sampai kita dapat pengalaman tentang sesuatu hal atau
orang lain melihat sesuatu akan diri kita bagaimana kita bertingkah
laku atau berperasaan.
5) Daerah publik adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh
dirinya dan orang lain. Daerah buta adalah daerah yang memuat hal-
hal yang diketahui oleh orang lain tetapi tidak diketahui oleh orang
lain.
6) Daerah tersembunyi adalah daerah yang memuat hal-hal yang
diketahui oleh diri sendiri tetapi tidak diketahui oleh orang lain.

c. Teori Johary Windows yang Berhubungan Dengan Komunikasi dan


Konseling
Komunikasi sebagai kegiatan sehari-hari yang dilaksanakan individu
berhubungan erat dengan prilaku individu itu sendiri. Perbedaan perilaku
individu dalam melakukan komunikasi dan berhubungan dengan orang
lain merupakan situasi yang berkaitan psikologis individu. Komunikasi
juga berkaitan dengan asumsi manusia.
Contohnya ; seorang anak kecil akan merasa takut dan terancam bila ia
tidak memahami hal yang terjadi disekitarnya. Komunikasi yang
dilakukan oleh antara petugas kesehatan dan mengurangi rasa takutnya
dengan penjelasan-penjelasan yang akan membuat anak kecil tersebut
mengerti dan nyaman.

2.4 Komunikasi Interpersonal/Konseling


a. Pengertian KIP/K
Komunikasi interpersonal dan Konseling adalah suatu proses dua
arah, lingkaran interaktif dimana pihak-pihak yang berkomunikasi saling
bertukar pesan secara verbal dan nonverbal. Komunikasi Interpersonal
atau Konseling merupakan suatu proses penyampaian informasi secara
tatap muka dan saling pengertian antara dua orang atau lebih.
b. Faktor penghambat KIP/K
1. Faktor individual
Orientasi kultural (keterkaitan budaya) yang mencakup
kepekaan pancaindera, sudut faktor status sosial, peran sosial,
dan bahasa. Perbedaan bahasa yang digunakan antara klien
dan konselor dapat menjadi faktor dapat menjadi penghambat
dalam komunikasi dan konseling.
2. Faktor yang berkaitan dengan interaksi
Perbedaan tujuan dan harapan terhadap komunikasi, sikap
terhadap interaksi, pembawaan diri individu terhadap orang
lain seperti kehangatan, perhatian, dukungan, dan sejarah
hubungan yang kurang baik
3. Faktor-faktor situasional
Merupakan faktor yang berkaitan erat dengan bagaimana
faktor pembentuk komunikasi interpersonal di luar kondisi
individu yang turut berpengaruh dalam proses interaksi.
a) Daya tarik fisik
Dalam hukum daya tarik dapat dijelaskan
bahwa cara pandang orang lain terhadap diri
seseorang akan dibentuk melalui cara berfikir,
bahasa, dan tindakan yang khas. Orang pintar
pandai bergaul, ganteng, atau cantik akan di
interpretasikan dengan cara yang menyenangkan
dan dianggap memiliki sikap yang baik. Orang-
orang yang memiliki daya tarik cenderung akan
disikapi dan diperlakukan lebih baik, sopan, dan
efektif untuk mempengaruhi ide orang lain.

b) Ganjaran
Seseorang yang menyenangi orang lain
akan memberi penghargaan atau ganjaran berupa
pujian, bantuan, dan dorongan moral. Bila
pergaulan seseorang menyenangkan orang-orang
disekitarnya, maka akan sangat menguntungkan
bila ditinjau dari keberhasilan seseorang,
menguntungkan secara ekonomis, psikologis, dan
social.
c) Kedekatan

Kedekatan merupakan factor situasional


yang bisa membuat efektifitas dalam komunikasi
meningkat dengan cukup signifikan. Kedekatan ini
diartikan sebagai jarak jangkauan individu dalam
berinteraksi. Orang akan lebih senang menyenangi
seseorang yang dekat dengan kita baik dari segi
rumah, tempat tidur, tempat duduk dan sebagainya.

d)  Kemampuan

Setiap orang memiliki kecenderungan


tertarik kepada orang lain atas prestasi atau
kemampuan yang di milikinya. Masyarakat
cenderung menanggapi informasi dari orang-orang
yang berpengalaman, ahli, professional, atau bisa
memberikan kontribusi baik secara intelektual
maupun solusi terhadap masalah yang dihadapi.
Dalam situasi krisis, para pihak yang konflik
membutuhkan bantuan teknis dan bimbingan dari
orang yang dipercaya yang bisa menumbuhkan
kerja sama untuk mendorong penyelesaian

c. Kompetensi dalam melakukan percakapan


Agar komunikasi interpersonal berjalan lancar dan mendatangkan
hasil yang diharapkan, baik komunikator maupun komunikan perlu
memiliki kemampuan dan kecakapan dalam melakukan komunikasi
interpersonal. Kompetensi ( Competence ) KIP adalah tingkat dimana
perilaku kita dalam berkomunikasi ineterpersonal (KIP) sesuai dan
cocok dengan situasi dan membantu kita mencapai tujuan komunikasi
interpersonal yang kita lakukan dengan orang lain. Agar komunikasi
interpersonal berhasil kita perlu memiliki keterampilan dalam
komunikasi interpersonal baik sosila maupun behavioral. Kompetensi
tersebut meliputi :
1) Empati
Komunikasi dapat berlangsung kondusif apabila komunikator
(pengirim pesan) menunjukkan rasa emapti pada komunikan
(penerima pesan). Istilah empati menggambarkan sejauh mana
seseorang ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain. Seorang
bidan yang memiliki empatik ditandai dengan kemampuannya
untuk memahami motivasi dan pengalaman, perasaan dan sikap,
harapan dan keinginan klien untuk masa mendatang. Bidan bisa
mengomunikasikan empati baik secara verbal maupun non-verbal.
Secara nonverbal, dapat dilakukan dengan memperlihatkan :
a) Keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan
gerak-gerik yang sesuai
b) Kosentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang
penuh perhatian, kedekatan fisik.
c) Sentuhan atau belaian yang sepantasnya
2) Perspektif social
Perspektif social adalah kecakapan dalam melihat
kemungkinan-kemungkinan yang diambil oleh orang yang kita
ajak berkomunikasi.
3) Kepekaan
Kepekaan atau sensitifity terhadap susuatu hal dalam KIP.
4) Pengetahuan akan situasi pada saat melakukan KIP
5) Memonitor diri adalah kemampuan menjaga ketepatan prilaku
dan pengungkapan komunikan.
6) Kecapakapan dalam tingkah laku antara lain keterlibatan dalam
berinteraksi.
7) Pengaruh pemahaman diri terhadap proses KIP/K
a. Memahami diri sendiri
Pengertian:
Memahami diri bertujuan untuk mengetahui dan mengenal
siapakah diri kita, apakah persepsi orang lain terhadap diri kita sama
atau tidak. Kita perlu memahami diri kita agar apa yang menjadi diri
kita agar apa yang menjadi potensi dari dalam diri kita pertahankan
atau bahkan kita tingkatkan dan apa yang menjadi kelemahan dan
kekurangan kita bisa kita rubah atau kita tutupi, agar menjadi lebih
baik, sehingga hal ini akan mengantar kita kearah kesuksesan.

b. Pengetahuan, keterampilan, sikap yang dimiliki konselor


Perilaku bidan dalam melaksanakan tugas sebagai komunikator
maupun konselor dipengaruhi oleh :
1) Aspek kognitif (pengetahuan)
2) Psikomotorik (keterampilan)
3) Apektif (Sikap)

Sikap yang sebaiknya dimiliki bidan sebagai konselor


 mempunyai motivasi yang tinggi untuk membantu orang
lain
 bersikap ramah
 sopan santun
 menerima klien apa adanya
 empati terhadap klien
 membantu dengan ikhlas
 terbuka terhadap pendapat orang lain.

Menurut Carl Rogers agar konseling efektif ada 3 kualitas diri (sikap)
yang sebaiknya dimiliki oleh konselor yaitu

 Empati : memandang dengan kerangkah pikir klien, berusaha


memahami dan berpikir bersama klien.
 Otentik : konselor tahu perasaannya sendiri, memahami diri sendiri,
yang dialami dan dirasakan selaras, tidak berpura-pura.

 Unconditional Positif Regart atau Ac

Pemahaman diri meliputi :

- Kesadaran diri bidan harus menyadari dirinya sebagai konselor yang


baik
- Klarifikasi nilai bertujuan agar tidak mempengaruhi keberhasilan
hubungan antar bidan dengan klien. Dengan menyadari sistem nilai
yang dimiliki bidan ( misal : kepercayaan, seksual, dan ikatan keluarga
) bidan akan siap mengidentifikasi situasi yang bertentangan system
nilai yang dimiliki.
- Eksplorasi perasaan Bidan perlu terbuka dan sadar terhadap
perasaannya serta mengontrolnya agar dapat menggunakan dirinya
secara terapeutik
- Kemampuan menjadi model Bidan yang mempunyai masalah pribadi,
seperti hubungan interpersonal yang terganggu , akan mempengaruhi
hubungannya dengan klien

c. Pengaruh pemahaman diri terhadap KIP/K


Pentingnya pemahaman diri adalah karena bidan bekerja dengan
melibatkan abnyak aspek, orang dan kondisi. Bidan perlu memahami
bahwa setiap orang mempunyai Bio-psiko-sosial-spritual yang
berbeda. Sehingga perlu pemahaman diri untuk menghadapi orang
dengan berbagai karakteristik. Bidan harus mampu memahami untuk
bisa menghadapi kecemasan, kemarahan, kesedihan, dan kegembiraan
klien.
Bidan harus mengetahui bagaimana dia harus mengambil sikap,
dan ini bisa menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Bayangkan apabila bidan sendiri tidak bisa memahami dirinya sendiri,
misalnya bidan yang mudah marah, maka apabila dia mendapatkan
pasien yang memeberikan pendapat lain tentang keadaan yang
dialaminya, maka bidan tidak akan mampu mengendalikan emosinya
sehingga pertengkaran akan terjadi dan memperkeruh suasana. Bidan
harus mengetahui bagaimana dia harus mengambil sikap, dan ini
menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan.

2.5 Keterampilan KIP/K


Dalam komunikasi dan konseling dapat dilakukan dengan komunikasi
interpersonal/konseling yaitu komunikasi atau interaksi dimana terjadi
penyampaian pesan dan umpan balik dari pemberi pesan kepada penerima pesan.
Dalam melakukan komunikasi interpersonal/konseling dibutuhkan keterampilan
untuk mendukung proses komunikasi tersebut agar berjalan dengan baik. Adapun
keterampilan yang harus dimiliki yaitu :

a. Sikap Empati merupakan suatu keadaan kepribadian yang lebih mendalam


kepada seseorang. Dalam proses empati akan berlangsung proses
pengertian, pengaruh dan bentuk hubungan antar pribadi
b. Menciptakan/membina hubungan baik merupakan sikap dan perilaku yang
dibutuhkan bidan agar tercipta hubungan yang baik
c. Menunjukan tingkah laku dapat dilakukan dengan komunikasi verbal yaitu
menggunakan kata-kata dan komunikasi non verbal dengan isyarat atau
gaya tubuh.
d. Kegiatan Mendengar Aktif merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
bidan agar dapat memahami masalah yang dihadapi klien sehingga klien
nyaman berkomunikasi dengan bidan/tenaga kesehatan.
e. Keterampilan bertanya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menghasilkan jawaban klien agar mampu menganalisis masalah yang
dihadapi klien.
f. Mempertahankan kontak mata merupakan komunikasi non verbal untuk
meyakinkan klien agar klien percaya menyampaikan keluhan dan
masalahnya kepada bidan/tenaga kesehatan.

Dalam proses konseling terdapat jenis konseling yaitu salah


satunya adalah konseling kelompok. Konseling kelompok memungkinkan
konselor menghadapi beberapa konseli dengan keuntungan biaya yang
lebih murah dimana proses kelompok juga memiliki keuntungan dengan
terjadinya keunikan proses belajar diantara sesama anggota kelompok.
Konseling kelompok dapat digunakan untuk tujuan terapeutis atau
pendidikan atau kombinasi dari keduanya. Konseling kelompok dapat
dicontohkan dalam lingkungan sekolah yaitu di sekolah menengah,
konseling kelompok ditujukan pada siswa – siswa yang menjalani
rehabilitasi ketergantungan obat, korban kekerasan, atau melewati krisis
tertentu.

2.6 Berpikir Kritis dalam penerapan komunikasi dan konseling


dalam asuhan kebidanan.

Berpikir kritis dalam penerapan komunikasi dan konseling adalah suatu


kemampuan untuk mampu menyelesaikan dan mampu memberdayakan klien
untuk mengambil keputusan terkait masalah yang dihadapi. Hal-hal yang perlu
ditekankan kepada klien dalam mengambil keputusan yaitu :

a. Hati-hati dan bersikap bijaksana dalam pengambilan keputusan karena


berkaitan dengan masalah kehamilan, persalinan dan masa nifas.
Pengambilan keputusan dibuat setelah klien diberi informasi secukupnya
untuk menimbang pilihan sesuai dengan situasinya
b. Bantu klien dalam pengambilan keputusan dengan memberikan saran yang
sesuai dengan riwayat kesehatannya, keinginan pribadi dan situasi.
c. Keputusan merupakan hak dan menjadi tanggung jawab klien.
d. Konseling bukan proses informasi, melainkan informasi setelah konselor
memperoleh data atau informasi tentang keadaan dan kebutuhan klien dan
informasi yang diberikan sesuai dengan kondisi klien dan kebutuhannya.
Adapaun faktor-faktor yang dapat memengaruhi pengambilan keputusan
yaitu :
a. Fisik, yaitu Pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan fisik
(tidak berat dan tidak memforsir tenaga).
b. Menghindari tingkah laku yang menimbulkan ketidaksenangan dan
memilih tingkah laku yang menimbulkan kesenangan.
c. Emosional, biasanya terjadi pada kaum perempuan. Sikap subjektivitas
akan mempengaruhi keputusan.
d. Rasional yaitu suatu pemikiran yang didasarkan pada pengetahuan.
e. Praktikal yaitu didasarkan pada kemampuan individu dan kemampuan
individu dalam melaksanakannya
f. Interpersonal yaitu didasarkan pada pengaruh jaringan sosial.
Hubungan antara satu orang dan orang lain mempengaruhi tindakan
individu.
g. Struktural yaitu didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi, dan politik.

Anda mungkin juga menyukai