Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

TONSILITIS

OLEH :

I KOMANG WISITA (0602105037)


I B RUPEM WIADNYANA (0602105043)
I GST.AG.NGR.SUASTIKA W (0602105079)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2009
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN TONSILITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT TONSILITIS

1. Definisi
Tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri atau
kuman streptococcusi beta hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus
pyogenes dapat juga disebabkan oleh virus.

2. Epidemiologi/ Insiden Kasus


Tonsilitis paling sering terjadi pada anak-anak, terutama berusia 5 tahun dan 10
tahun dimana penyebarannya melalui droflet infection yaitu alat makan dan
makanan.

3. Penyebab/ Faktor Predisposisi


Penyebab tersering tonsilitis akut adalah streptokokus beta hemolitikus grup A.
Bakteri lain yang juga dapat menyebabkan tonsilitis akut adalah Haemophilus
influenza dan bakteri dari golongan pneumokokus dan stafilokokus. Virus juga
kadang-kadang ditemukan sebagai penyebab tonsilitis akut.
Faktor predisposisi tonsilitis kronis antara lain rangsangan kronis rokok, makanan
tertentu, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan
tonsilitis akut yang tidak adekuat.
4. Patofisiologi Terjadinya Penyakit

Kuman Streptococcus Kuman Streptococcus Kuman Streptococcus


Virus
Beta Hemolyticus Viridan Pyogenesis

Droplet Infection

Infiltrasi lapisan epitel

Epitel terkikis

Jaringan limfoid Pelekatan pd fosa tonsillitis


superficial bereaksi dan pembesaran pd kelenjar
limfe submandibularis

Peradangan karena
infiltrasi leukosit
polimorfonuklear
Tonsil membesar dan
permukaan tidak rata

Hipertermi

Peritonsiler abses Menghambat


saluran nafas

Nyeri akut Susah menelan Sesak nafas Tonsilektomi

Terdapat Luka
Anoreksia Pola Nafas pada daerah tonsil
Tidak Efektif

Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh Kesulitan Resti Infeksi Nyeri Akut
menelan

Resiko Kurang Perubahan nutrisi


Volume Cairan kurang dari
kebutuhan tubuh
5. Klasifikasi
Tonsilitis ada 2 yaitu :
 Tonsilitis akut
Tonsilitis akut adalah radang akut pada tonsil akibat infeksi kuman terutama
Streptokokus hemolitikus (50%) atau virus.
 Tonsilitis kronik
Tonsilitis kronis adalah radang yang disebabkan oleh kuman yang bukan
penyebab tonsilitis akut (bakteri gram positif).

6. Gejala Klinis
Keluhan pasien biasanya berupa nyeri tenggorokan, sakit menelan, dan kadang-
kadang pasien tidak mau minum atau makan lewat mulut. Penderita tampak loyo
dan mengeluh sakit pada otot dan persendian. Biasanya disertai demam tinggi dan
napas yang berbau, yaitu :
- Suhu tubuh naik sampai 400C.
- Rasa gatal atau
kering ditenggorokan.
- Lesu.
- Nyeri sendi, odinofagia.
- Anoreksia dan otolgia.
- Bila laring terkena suara
akan menjadi serak.
- Tonsil membengkak.
- Pernapasan berbau.

7. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Mengamati bagian rongga mulut, apakah kelenjar tonsil membesar atau
tidak
Palpasi : Menekan leher bagian atas dari belakang apakah timbul nyeri atau tidak.

8. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang


1) Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada
dalam tubuh pasien merupkan bakteri group A, karena group ini disertai dengan
demam rematik dan glomerulnefritis
2) Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.

9. Diagnosis/ Kriteria Diagnosis


Akan diperiksa tonsil dan bagian belakang tenggorokan untuk melihat adanya
tanda-tanda infeksi, seperti adanya warna kemerahan atau nanah. Bila tonsil
terlihat mengalami infeksi dan terdapat tanda-tanda dan gejala lain yang
mengarah pada radang tenggorokan, maka akan dilakukan uji usap
tenggorokan. Dengan tes yang sederhana ini, akan diusapkan semacam kasa
steril pada bagian belakang tenggorokan untuk mendapatkan sampel air liur.
Tes ini tidak menyakitkan, tapi dapat menyebabkan rasa sedikit tercekat.
Sampel yang telah diambil akan diperiksa di dalam lab untuk melihat ada
tidaknya bakteri streptokokus. Hasil tes dapat dilihat dalam hitungan menit
atau jam, bergantung pada metode pengujian yang digunakan. Bila tes ini
menunjukkan hasil yang positif, anda perlu minum antibiotik untuk mengobati
infeksi yang dialami.

10. Theraphy/ Tindakan Penanganan


Tonsilitis akut pada dasarnya termasuk penyakit yang dapat sembuh sendiri (self-
limiting disease) terutama pada pasien dengan daya tahan tubuh yang baik. Pasien
dianjurkan istirahat dan makan makanan yang lunak. Berikan pengobatan
simtomatik berupa analgetik, antipiretik, dan obat kumur yang mengandung
desinfektan. Berikan antibiotik spektrum luas misalnya sulfonamid. Ada yang
menganjurkan pemberian antibiotik hanya pada pasien bayi dan orang tua. Tonsilitis
kronis dapat diatasi dengan menjaga higiene mulut, obat kumur, obat hisap dan
tonsiletomi.

Indikasi tonsilektomi :
 Infeksi berulang & kronis.
 Terjadi gejala sumbatan.
 Curiga neoplasma : tumor jinak & tumor ganas.
 Infeksi berulang dan kronis yang menjadi indikasi tonsilektomi antara lain :
1. Infeksi telinga tengah yang berulang.
2. Rinitis & sinusitis kronis.
3. Abses peritonsil & abses kelenjar limfe leher berulang.
4. Tonsilitis kronis dengan nyeri tenggorok yang menetap dan napas berbau.
5. Tonsil sebagai fokal infeksi dari organ lain.

11. Komplikasi
- Otitis media akut.
- Abses parafaring.
- Abses peritonsil.
- Bronkitis,
- Nefritis akut, artritis, miokarditis.
- Dermatitis.
- Pruritis.
- Furunkulosis.
B KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Pengkajian awal (A,B,C)
Pengkajia Data Masalah
Objektif Subjektif
n
Airway - - Tidak ada masalah
Breathing - RR meningkat - Pasien Pola nafas tidak efektif
(RR Normal : 20x/menit) mengatakan
- Ekspansi paru sesak
(+)
- Pasien tampak
menggunakan otot bantu
pernafasan
Circulation - - Tidak ada masalah

b. Pengkajian dasar (Persistem)


Pengkajian Data Masalah
Objektif Subjektif
Breathing - RR meningkat - Pasie - Pola
(RR Normal : 20x/menit) n mengatakan nafas tidak efektif
- Ekspansi paru sesak
(+)
- Pasien tampak
menggunakan otot bantu
pernafasan

Blood - Badan teraba - Pasie Hipertermi


hangat n mengatakan
- Suhu meningkat badannya
(Suhu normal : 36,5 – terasa hangat
0
37,2 C)

Brain _ _ Tidak ada masalah

Bladder _ _ Tidak ada masalah

Bowel - Nafsu makan menurun - Pasien - Perubahan nutrisi


mengatakan kurang dari
sulit menelan kebutuhan tubuh
- Resiko kurang
volume cairan

Bone - Nyeri (+) - Pasie - Nyeri


- Pasien tampak n mengeluh
lemah nyeri
- Pasien tampak - Pasie
meringis n mengatakan
badannya
terasa lemas

B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien tonsillitis pada saat pre-
operatif adalah :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pembengkakan tonsil pada
saluran nafas.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan
menelan.
3. Hipertermia berhubungan dengan reaksi radang pada tonsil.
4. Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran tonsil dan radang.

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien tonsilitis pada saat post-
operatif adalah :
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidak adekuatan
masukan cairan sekunder akibat nyeri saat menelan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan
menelan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jarngan dan refluks spasme otot
sekunder akibat oprasi.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan peritonsiler.

C. Perencanaan tindakan
 Pre- operatif
No Tujuan Kriteria Hasil Tindakan Rasional
Dx Keperawatan
1 Pola nafas - RR pasien Mandiri :
pasien dalam batas - Kaji - Kecepatan biasanya meningkat.
kembali normal (16- frekuensi, Dipsnea dan terjadi peningkatan
efektif 20X/menit) kedalaman kerja nafas. Kedalaman
- Pengembangan pernafasan pernafasan bervariasi
dada maksimal dan ekspansi tergantung derajat gagal nafas.
dada. Catat
upaya
pernafasan,
termasuk - Bunyi nafas menurun/tak ada
penggunan bila jalan nafas obstruksi
otot bantu. sekunder terhadap perdarahan,
bekuan atau kolaps jalan nafas
- Auskultasi kecil(atelektasis). Ronkhi dan
bunyi nafas mengi menyertai obstruksi jalan
dan catat nafas/kegagalan pernafasan.
adanya bunyi
nafas
adventisius,
seperti
krekels,meng
i, gesekan
pleura

- Duduk tinggi memungkinkan


- Tinggikan ekspansi paru dan
kepala dan memudahkan pernafasan.
Bantu Pengubahan posisi dan
mengubah ambulasi meningkatkan
posisi.bangu pengisisan udara segmen paru
nkan pasien berbeda sehingga memperbaiki
tutrun tempat divusi gas
tidur dan
ambulasi
segera
mungkin
Kolaborasi
Kolaborasi : - Memaksimalkan
- Berikan bernafas dan
oksigen menurunkan kerja nafas
tambahan

2 Kebutuhan - Porsi yang - Kaji status - Dapat mengobserpai


pasien akan disediakan nutrisi pasien penyimpangan dari normal
nutrisi dapat
terpenuhi dihabiskan.
- Nafsu makan - Kaji makanan - Meningkatkan nafsu makan
meningkat dan minuman pasien
- Mual dan yang disukai
muntah pasien
berkurang
- Beri - Meningkatkan hasrat pada
makanan makanan dan jumlah masukan
dalam porsi
kecil tapi
sering
dengan
konsistensi
yang dapat
diterima

- Motivasi - Pasien dapat menghabiskan


pasien untuk porsi makan yang disediakan
makan

- Timbang BB - Membuat data dasar,


tiap 3 hari membantu dalam mementau
sekali keefektifan aturan terapiutik

3 Pasien tidak - Suhu tubuh - Pantau suhu - Suhu 38,5 0C-41,1 0C


mengalami pasien dalam tubuh pasien menunjukkan proses penyakit
peningkatan batas normal infksius akut. Pola demam
suhu tubuh yaitu (36,5- dapat membantu diagnosa.
37,5 0 C )
- Tubuh tidak - Beri kompres - Dapat membantu mengurangi
terasa hangat hangat, demam. Alkohol dapat
saat disentuh hindari mengeringkan kulit,
- Kulit tidak pemberian menyebabkan kedinginan, dan
kemerahan alcohol meningkatkan suhu aktual.

- Kolaborasi - Digunakan untuk mengurangi


dalam demam dengan aksi sentralnya
pemberian pada hipotalamus meskipun
antiperetik demam mungkin dapat berguna
dalam membatasi pertumbuhan
organisme dan meningkatkan
outodestruksi dari sel-sel yang
terinfeksi.
4 Nyeri yang - Pasien tidak - Obs tanda- - Dapat mengindikasikan rasa
dirsakan mengeluh tanda vital sakit akut dan ketidaknyamanan
telah kesakitan (kaji , mengetahui seberapa besar
terkontrol - Raut muka intensitas nyeri yang dirasakan pasien.
tampak tenang, nyeri)
tidak meringis
- Skala nyeri 0-1 - Ajarkan - Untuk mengalihkan perhatian
dari 0-10 skala tehnik pasien agar tidak terfokus pada
nyeri Yang relaksasi dan nyeri sehingga dapat
diberikan distraksi mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi - Analgetik dengan segera
dalam mencapai pusat rasa sakit,
pemberian menimbulkan penghilang yang
analgetik efektif.
 Post- operatif
No. Tujuan Kriteria hasil Tindakan Rasional
Dx keperawatan
1 Kebutuhan - Keluaran dan - Pantau turgor - Indicator
pasien akan masukan cairan kulit dan langsung status
cairan dalam tubuh kelembaban cairan
terpenuhi seimbang membrane /perbaikan
- Mukosa bibir mukosa ketidak
lembab seimbangan
- Turgor kulit
kering - Pantau tanda- - Kekurangan
tanda vital cairan mungkin
dimanifestasikan
oleh hipotensi
dan takikardia
karma jantung
mencoba
mempertahanka
n curah jantung

- Pantau masukan - Mengevaluasi


dan keluaran langsung status
cairan

- Timbang berat - Perubahan berat


badan badan secara
tiba-tiba dicurigai
kehilangan/
retensi cairan
2 Kebutuhan - Porsi yang - Kaji status nutrisi - Dapat
pasien akan disediakan pasien mengobserpasi
nutrisinya dapat penyimpangan
terpenuhi dihabiskan dari normal
- Nafsu makan
meningkat - Kaji makanan - Meningkatkan
- Mual dan dan minuman nafsu makan
muntah (-) yang disukai pasien
pasien

- Beri makanan - Meningkatkan


dalam porsi kecil hasrat pada
tapi sering makanan dan
dengan jumlah masukan
konsistensi yang
diterima pasien

- Motivasi pasien - Pasien dapat


untuk makan mengabiskan
porsi makan
yang disediakan

- Timbang berat - Membuat data


badan 3 hari dasar,
sekali membantu
dalam
memantau
keefektifan
aturan terapiutik
3 Nyeri yang - Pasien tidak - Obserpasi tanda- - Dapat
dirasakan mengeluh tanda vital mengindikasikan
dapat kesakitan rasa sakit akut
dikontrol/ - Raut muka dan ketidak
hilang tampak nyamanan
tenang/tidak
meringis - Kaji intensitas - Mengetahui
- Skala nyeri 0-1 nyeri seberapa besar
dari 0-10 skala nyeri yang
nyeri yang dirasakan
diberikan
- Untuk
- Ajarkan tekhnik
mengalihkan
relaksasi dan
perhatian pasien
distraksi
agar tidak
terfokus pada
nyeri sehingga
dapat
mengurangi rasa
nyeri

- Kolaborasi dalam
- Analgetik
pemberian
dengan segera
analgetik
mencapai pusat
rasa sakit,
menimbulkan
penghilangan
yang efektif
4 Pasien Pasien - Beri perawatan - Menurunkan
terhindar dari menunjukkan oral dengan resiko kerusakan
infeksi penyembuhan cermat jaringan dan
seiring dengan infeksi
waktu
- Pertahankan - Meringankan
teknik aseptik resiko infeksi
oleh bakteri

- Amati cairan - Indikator infeksi


luka/eritema lokal

- Beri tahu pasien - Mencegah


untuk menutup penyebaran
mulut dan hidung infeksi melalui
dengan tisu saat droplet udara
batuk/bersin

E. Evaluasi
 Pre – Operatif :
Diagnosis 1 : Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
ketidakadekuatan masukan cairan sekunder akibat nyeri saat
menelan
S : Pasien mengatakan kalau sudah minum 8 gelas air sehari
O : Mukosa bibir pasien terlihat lembab,turgor kulitnya baik
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kesulitan menelan akibat nyeri.
S : Pasien mengatakan nafsu makannya meningkat
O : Pasien menghabiskan ½ porsi makanan yang disediakan
A : Tujuan tercapai sabagian
P : Lanjutkan rencana keperawatan

Diagnosa 3 : Hipertermi berhubungan dengan pembendungan radang


S : Pasien mengatakan badanya tidak tersa panas lagi
O : Suhu tubuh pasien 36,5o C, tubuh pasien tidak terasa panas dan kulitnya
tidak kemerahan
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi

Diagnosa 4 : Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran tonsil dan radang


S : Pasien mengatakan tidak merasa sakit lagi pada tonsilnya
O : Raut muka pasien tampak tenang dan skala nyeri 0-1 dari 0-10 skala
nyeri yang diberikan
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi
Diagnosa 5 : Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
S : Pasien mengatakan mengerti tentang penjelasan yang diberikan
mengenai penyakitnya
O : Pasien tampak tenang dan tidak bertanya-tanya lagi
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi

 Post – operatif
Diagnosa 1 : Risiko kekurangan Volume cairan berhubungan dengan
ketidakadekuatan masukan cairan sekunder akibat nyeri saat
menelan
S : Pasien mengatakan bisa minum air sebanyak 8 gelas sehari
O : Mukosa bibir pasien terlihat lembab, turgor kulit normal
A : Tujuan tercapai
P : pertahankan kondisi

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kesulitan menelan akibat nyeri
S : Pasien mengatakan nafsu makannya meningkat
O : Pasien menghabiskan ½ porsi dari makanan yang disediakan
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan rencana keperawatan

Diagnosa 3 : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks


spasme otot sekunder akibat operasi
S : Pasien mengatakan tidak terasa sakit lagi pada tonsilnya
O : Raut muka pasien tampak tenang dan skala nyeri 0-1 dari 0-10 skala
nyeri yang diberikan
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi

Diagnosa 4 : Risiko infeksi berhubungan dengan abses peritonsiler


S : Pasien mengatakan sudah melakukan perawatan mulut
O : Tidak ada tanda-tanda infeksi pada pasien
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi

DAFTAR PUSTAKA

1. Belden MD. THT : www. emedicine. com. Last Updated 10 Sepember 2009.
2. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. FKUI. Jakarta.
3. Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
4. Jordan Sanders, Medser. 2000. Emergency Nursing Core Curriculum Fifth Edition.
North Carolina : ENA
5. Saten S. Chalazion. Taken From : www. emedicine. com. Last Updated : 12
September 2009

Anda mungkin juga menyukai