PENDAHULUAN
Keberadaan manusia pada hakekatnya, terwujud sebagai manusia bersifat sosial dan
manusia yang berbudaya. Menurut kodrat alam, manusia di mana – mana dan pada zaman
apapun juga selalu hidup bersama. Berbagai kondisi obyektif dan perjalanan historis
mengakibatkan manusia berusaha mengembangkan sistem sosial dan sistem budayanya
secara khas. Manusia sebagai individu mempunyai kehidupan jiwa yang menyendiri, namun
manusia sebagai makhluk social tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Coba kita perhatikan
tayangan TV dan media cetak seperti surat khabar. Kedua media tersebut amat banyak kita
menyaksikan tayangan peristiwa-peristiwa berbagai tindak kriminalitas dan amoral, seperti
pembunuhan, memeras teman di sekolah digunakan membeli obat-obat psikotropika,
pornografi, pornoaksi, perselingkuhan, pemerkosaan, pencurian, perampokan dll. Semua
tayangan tersebut ibarat pisau bermata dua, di satu sisi, pesan-pesan tayangan tersebut untuk
diwaspadai, jangan sampai menjadi korban dan jangan dilakukan pihak lain maupun diri
sendiri. Di sisi yang lain dapat juga mendorong seseorang untuk menirukan
Dalam kehidupan global dengan sarana komunikasi yang sangat canggih, segala sesuatu
yang terjadi di luar rumah dan bahkan di luar negeri dapat di lihat melalui tanyangan TV,
demikian pula media elektronik seperti film/VCD termasuk internet dan sejenisnya yang
memuat ceritra tentang kriminalitas dan amoral sangat sulit dibendung dan tidak sulit untuk
mendapatkannya. Maka demikian makalah ini mencoba untuk menampilkan peranan
pendidikan budhi pekerti sesuai ajaran Hindu. Kita banyak berharap semoga semua orang tua
dan anak menjadi dua kelompok yang bersinergi untuk mencapai tujuan hidup sesuai dengan
ajaran agama Hindu. Salah satu contoh tujuan ajaran Hindu adalah untuk mewujudkan
masyarakat yang Krtajagadhita, yakni masyarakat yang sejahtera, tentram dan damai, karena
di dalamnya anggota masyarakatnya sebagian besar dan hampir seluruhnya berbudhi pekerti
luhur.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pngertian dari masyarakat ?
2. Apa pengertian jagadhita ?
3. Apakah pengertian dari masyarakat kerta jagadhita ?
4. Bagaimana cara mencapai masyarakat kerta jagadhita ?
5. Apa saja hambatan dalam mencapai masyarakat kerta jagadhita?
6. Apa peranan umat Hindu dalam mewujudkan masyarakat Kerta Jagadhita?
7. Apa tanggung jawab umat hindu dalam mewujudkan HAM dan Demokrasi?
8. Apa peran umat beragama dalam mewujudkan masyarakat sejahtera?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian jagadhita
2. Untuk mengetahui pengertian dari masyarakat kerta jagadhita
3. Untuk mengetahui cara mencapai masyarakat kerta jagadhita
4. Untuk mengetahui hambatan dalam mencapai masyarakat keta jagadhita
5. Untuk mengetahui peranan umat Hindu dalam mewujudkan masyarakat Indonesia
yang sejahtera
6. Untuk mengetahui tanggung jawab umat hindu dalam mewujudkan HAM dan
Demokrasi
7. Untuk mengetahui peran umat beragama mewujudkan Masyarakat sejahtera
1.4 Manfaat
PEMBAHASAN
Pengertian masyarakat terbagi atas dua yaitu pengertian masyarakat dalam arti luas dan
pengertian masyarakat dalam arti sempit. Pengertian Masyarakat dalam Arti Luas adalah
keseluruhan hubungan hidup bersama tanpa dengan dibatasi lingkungan, bangsa dan
sebagainya. Sedangkan Pengertian Masyarakat dalam Arti Sempit adalah sekelompok
individu yang dibatasi oleh golongan, bangsa, teritorial, dan lain sebagainya. Pengertian
masyarakat juga dapat didefinisikan sebagai kelompok orang yang terorganisasi karena
memiliki tujuan yang sama. Pengertian Masyarakat secara Sederhana adalah sekumpulan
manusia yang saling berinteraksi atau bergaul dengan kepentingan yang sama. Terbentuknya
masyarakat karna manusia menggunakan perasaan, pikiran dan keinginannya memberikan
reaksi dalam lingkungannya.
Untuk mencapai ketentraman bersama jagadhita sebagai penerapan ajaran karma marga
yang dengan dilandasi filosofi "paras-paros sarpanaya salunglung sabayantaka" Diharapkan
agar dalam kehidupan kita ini selalu dapat menjalin persahabatan kepada setiap orang atas
dasar saling hormat - menghormati yang berdasarkan atas dasa paramartha dalam ajaran
kerohanian di Bali.Dalam mewujudkan masyarakat kerta jagadhita yang sejahtera disebutkan
pada hakekatnya hampir semua masyarakat ingin mewujudkan Jagadhita (sejahtera), Kerta
(aman) dan Trepti (tertib) yang meliputi kesejahteraan lahiriah dan adyatmika yaitu
kesejahteraan batiniah.
Jadi, secara harfiah masyarakat jagadhita/masyarakat yang sejahtera adalah suatu tata
kehidupan dan penghidupan masyarakat baik materil maupun spiritual yang meliputi
ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan bagi setiap masyarakat untuk mengadakan
usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri
sendiri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi serta kewajiban
manusia, dan tentunya tetap berpedoman pada ajaran agama.
Tri Hita Karana ini terdiri dari kata Tri yang artinya tiga, Hita artinya kesejahteraan dan
Karana artinya yang menyebabkan, jadi Tri Hita Karana adalah tiga penyebab kesejahteraan,
dimana bagian dari Tri Hita Karana adalah Parhyangan, Pawongan dan Palemahan. Dimana 3
kata itu memiliki arti dan makna yang berbeda pula. Parhyangan adalah hubungan antara
manusia dengan Tuhan. Tuhan memberikan alam semesta beserta isinya kepada kita, oleh
sebab itu kita sebagai manusia patut mensyukurinya dengan cara melakukan sembahyang,
bersembah kepada Beliau. Dengan cara itu kita dapat merasakan sebuah ketenangan,
kedamaian lahir bathin, sehingga kelak akan terciptanya suatu kesejahteraan. Pawongan
adalah hubungan manusia dengan manusia, dimana kita mengetahui sebagai manusia tidak
bisa hidup sendiri saling membutuhkan satu sama lainnya. Oleh karena itu, sebagai manusia
harus saling menghormati, mengargai dan menjunjung tinggi kerukunan antar manusia.
Dengan itu secara tidak sengaja dapat menciptakan suatu hubungan yang harmonis, dimana
kelak nantinya akan menciptakan suatu kesejahteraan. Palemahan adalah hubungan antara
manusia dengan lingkungan. Manusia yang memiliki akal pikiran seharusnya memperhatikan
lingkungan dimana mereka berada, karena jika lingkungan tersebut rusak, suatu kenyamanan
untuk tinggal dan menetap di ruang lingkup tersebut akan terganggu, otomatis jika kita
melestarikan dan menjaganya suatu kenyaman akan terwujud dan kelak akan menimbulkan
kesejahteraan.
Dari ketiga bagian diatas, jika salah satunya tidak diamalkan, kesejahteraan di dunia ini
tidak akan terwujud. Walaupun ketiga bagian diatas memiliki makna yang berbeda, tetapi
tujuan dan manfaatnya akan kita rasakan. Oleh karena itu, pentingnya kita mengamalkan
ajaran Tri Hita Karana dalam kehidupan beragama ini, guna menciptakan kehidupan sejahtera
lahir dan bathin. Selain itu juga, agama Hindu mengajarkan bahwa dalam kesejahteraan
menyangkut kehidupan material dan spiritual berdasarkan Dharma Artha dan Kama yang
disebut Tri Warga.
Selain dengan cara mengamalkan ajaran Tri Hita Karana, untuk mencapai masyarakat
jagadhita juga dipengaruhi oleh pemimpin yang baik. Kata Kepemimpinan berasal dari kata
dasar pimpin yang berarti bimbing atau tuntun. Dari akta pimpin lahirlah kata kerja pemimpin
yang artinya membimbing atau menuntun, dan kata benda ”pemimpin”, yaitu orang yang
berfungsi memimpin atau menuntun atau orang yang membimbing. Menjadi pemimpin
merupakan kesempatan emas untuk beryadnya. Untuk mencapai kehidupan yang jagadhita
tidak bisa dilakukan seorang diri. Karena itu, perlu dibangun kerja sama antara pemimpin dan
masyarakatnya memiliki visi yang sama untuk mewujudkan masyarakat jagadhita. Tugas
utama yang diemban para pemimpin adalah melaksanakan aspirasi rakyat dan membawa
bangsa yang dipimpin ke arah yang lebih baik. Untuk mencapai tujuan itu mereka mesti lebih
mengutamakan kepentingan umum daripada diri sendiri dalam agama disebut andrasangsia.
Para pemimpin mesti mampu meredam sikap arogansi dalam Hindu dikenal dengan istilah
asmita yang dapat menghambat manusia melakukan aiswarya yaitu meningkatkan diri
menuju perilaku yang makin mulia dan suci. Kalau sikap arogan ini dapat diredam maka
segala sesuatunya akan terkoordinasi dengan baik. Dalam menjalankan roda pemerintahan,
spirit agama dijadikan tuntunan seorang pempimin. Dalam konteks Bali, spirit taksu dan
jengah mesti dijadikan pijakan. Taksu itu bisa diperoleh dari upaya terus-menerus mengisi
diri, mendalami dan melaksanakan ajaran agama. Jengah itu sikap sportif untuk membawa
perubahan ke arah yang lebih baik. Jadi, dengan pemimpin yang baik akan dapat terwujudnya
masyarakat jagadhita.
Konsepsi kerta (kreta) yang di pahamkan dalam konteks keraman ini secara ideal
merujuk kepada ketentraman dan keberlimpahan sebagai mana halnya di khayangan atau
sorga; ketentraman dan keberlimpahan itu adalah sepatutnya dihadirkan di bumi bagi segenap
umat manusia. Hal ini di sebutkan dalam Atharva Veda, sebagai berikut :
“Jnana bibhrati bahudha vivacasam,
nanadharmanam pritivi yathaukasan.
Shasram dhara dravinasya me duham,
Dhruveva dheur anapasphuranti”
(Atharva Veda XII.1.45)
“Bumi yang memikul beban, bagaikan sebuah keluarga, sebuah orang berbicara dengan
bahasa berbeda-beda dan yang memeluk kepercayaan (agama) yang berbeda- beda pula,
semoga ia melimpahkan kekayaan kepada kita, tumbuhkan penghargaan diantara Anda
seperti sapi betina (kepada anak-anaknya)”
“ Samani prapa saha vo-annabhagah,
Samane yoktre saha vo-yunajmi.
Samyanco-agnim saparnyata.
Ana nabhim iva-abitah.”
(Atharva veda III.30.6)
“Engkau mengambil makanan dan air mu ditempat yang sama. Aku menyatakan Anda semua
dengan suatu ikatan saling pengertian. Sembahlah Tuhan Yang Maha Esa dengan kebulatan
hati ( musyawarah ) dan tujulah kehidupan
yang bersatu seperti sebuah as roda yang di kelilingi oleh jari-jarinya”.
“Jyayavantas Cittino ma vi yausta,
Sam radhayantah sadhuras caran-tah.
Anyo anyasmai algu vadanta eta.
Sadhrician vahsammanasaskraomi”
(Atharva Veda III.30.5)
“ Wahai uamat manusia, dengan berjalan kearah depan anda seharusnya tidak saling
bertentangan, karena anda adalah para pengikut tujuan yang sama, yang hormat kepada orang
tua, yang memiliki pemikiran-pemikiran yang mulia dan ikut serta di dalam pikiran yang
sama. Aku mempersatukan anda dan memberkahimu dengan pemikiran-pemikiran yang
mulia”.
“ Ajyesthaso akanisthasa ete,sam
Bhrataro vav rdhuh saubhagaya”
(Rg Veda V.60.5)
“Pada Dewa Marut bertingkah laku seperti sesama saudara dan mereka membeci orang yang
membedakan tinggi dan rendah, majulah diaku menuju kemakmuran”.
“Sagdhis ca me saptitas ca me”
(Yayur Veda XVIII 9 )
“Hendaknya terdapat tempat makan umum, untuk makan dan minum”.
“Indram vardhanto apturah
krnavanto visvam aryanam
Apaghnanto Aravnah”
(Rg Veda IX.63.5)
“Semoga semua dari Anda menjadi giat dan bijak. Buatlah seluruh masyarakat menjadi mulia
dan hancurkanlah orang-orang kikir”.
Dari kutipan di atas dapat di pahami bahwa setiap manusia Hindu yang merupakan
bagian dari anggota keluarga, mahagotra, dan desa pakaraman secara teologis telah dibekali
sebuah kesadaran social-ekonomi cultural untuk berperan mengkondisikan dan membangun
sebuah masyarakat yang kerta-raharja (civil society) atau masyarakat madani/ sejahtera.
Upaya ini tidak sekedar tergantug kepada pimpinan Negara, akan tetapi bertumpu kepada
setiap individu. Hal ini selaras dengan konsep Hindu yang memandang bahwa setiap manusia
Hindu adalah seorang pemimpin; pertam-tama adalah memimpin mengendalikan indra-
indranya ke hal yang positif, sehingga ia jiga akan dapat memimpin keluarga dan masyarakat
demi terciptanya kesejahteraan bersama. Mewujudkan kesejahteraan pada prinsipnya sebuah
dharma-agama sekaligus dharma-Negara dan dharma-kemasyarakatan.
2.7 Tanggung Jawab Umat Hindu Dalam Mewujudkan HAM dan Demokrasi
Masyarakat adalah kumpulan orang-orang yang selalu bergaul satu dengan yang lain
sehingga terjadi kontak dan interaksi. Sebagai kelompok yang tetap eksis masyarakat
mempunyai identitas bersama, masyarakat Hindu mempunyai ciri-ciri sendiri yang khas.
Agama Hindu mengajarkan bahwa kesejahteraan adalah yang menyangkut kehidupan
material dan spiritual berdasar atas dharma artha dan kama yang disebut tri warga, untuk
mewujudkan kesejahteraan harus dilaksanakan pembangunan masyarakat.
Bentuk-bentuk peran serta umat Hindu di antaranya peran serta dalam pemikiran,
penggalangan dana, penyediaan tenaga dan peran serta dalam penggalian sumber-sumber
kekayaan.
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa sejak lahir
sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak-hak asasi manusia diperjuangkan dalam
kurun waktu panjang, dan telah masuk dalam pasal-pasal Undang-undang Dasar Republik
Indonesia.
Tanggung jawab umat Hindu dalam mewujudkan hak asasi manusia dan demokrasi
dilaksanakan dengan memenuhi kewajiban untuk mengamalkan Undang-undang Dasar 1945
karena dalam pasal-pasalnya sudah masuk hak-hak asasi manusia dan sendi-sendi demokrasi.
Sarana untuk mewujudkan jagadhita itu adalah melalui bekerja tekun dan giat membenahi
diri dan membangun diri meliputi pembangun dibidang fisik, pembangunan dibidang rohani,
mental dan perilaku. Pembangunan dibidang fisik akan mewujudkan kesejahteraan ekonomi
dan peralatan hidup, pembangunan dibidang rohani akan mewujudkan kesucian dan
ketenangan pikiran, pembangunan dibidang mental akan mewujudkan ketentraman dan
kenyamanan perasaan, dan pembangunan dibidang perilaku akan mewujudkan ketertiban dan
kedisiplinan, baik individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat khususnya di desa adat .
maka dari itu adalah mutlak perlu diciptakan suatu: trepti ring tata parhyangan (tata tertib
dalam tata prahyangan), trepti ring tata pawongan (tata tertib dalam perilaku manusianya) dan
trepti ring palemahan ( tertib dalam pemakain tanah desa dan sesuai dengan aturan yang
berlaku) di desa adat yang bersangkutan, sehingga terwujud suatu kondisi masyarakat desa
adat yang kerta, raharja dan jagadhita
Untuk mewujudkan kesejahteraan harus ada pembangunan, yaitu suatu proses yang
menunjukkan adanya suatu kegiatan guna mencapai kondisi yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Ada keselarasan antara tujuan pembangunan
dengan tujuan agama Hindu, yaitu untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan
kebahagiaan di akhirat.
Akan tetapi keragaman itu tidak mustahil menjadi tantangan jika dalam implementasi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terjadi perpecahan. Maka dalam hal ini
bukan hanya pemerintah yang mempunyai peran tetapi juga masyarakat punya andil yang
besar dalam menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat, agar segala perbedaan itu dapat
dirangkum menjadi sesuatu yang bernilai positif.
Selain itu, pemerintah juga harus menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan hukum dan
peraturan yang berlaku. Potensi yang sangat besar dalam menghambat tujuan hidup bersama
adalah masalah agama. Contoh nyata yang terjadi dewasa ini yaitu konflik berbau agama
yang terjadi di Tanjungbalai di mana rumah ibadah dibakar oleh sekelompok orang yang
mengatasnamakan agama tertentu.
Sungguh memang di luar akal sehat bahwa sekelompok orang melakukan aksi intoleran atas
nama agama yang seharusnya agama itu menyatukan perbedaan-perbedaan bukan mencari
perbedaan. Oleh karena itu, setiap pemeluk agama yang berbeda harus mampu menjalankan
ajaran agamanya dengan baik dan benar agar tidak terjadi perpecahan. Setiap umat beragama
harus berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Mendoakan orang lain,tanpa melihat latar belakang suku, ras, dan agama adalah salah satu
bentuk mengasihi dan memedulikan orang lain. Dengan mendoakan secara tulus dan ikhlas
menjadi pertanda bahwa kita telah berpartisipasi di dalam segala pergumulan bangsa dan
negara.
Didalam Alkitab juga disebutkan bahwa kita harus mendoakan orang lain seperti Surat Rasul
Paulus kepada jemaat di Timotius,
"Pertama-tama aku menasehatkan: naikkanlah permohonan dan doa dan ucapan syukur untuk
semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar agar kita hidup tenang dan tenteram
dalam segala kesalehan dan kehormatan. Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah,
juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh
pengetahuan akan kebenaran" (Timotius 2:1-4).
Semua orang harus kita doakan, supaya semua orang mendapatkan keselamatan. Jika semua
orang telah mendapatkan keselamatan, maka peluang untuk menikmati kehidupan yang
damai dan sejahtera akan terwujud.
J. Verkuyl mengatakan bahwa doa umat Kristen jika dilakukan dengan ketulusan hati dan
dengan iman, sangatlah besar. Artinya bahwa doa adalah bagian pelayanan politis yang
paling dasar yang dapat dilakukan oleh setiap orang terhadap pemerintah agar kehidupan
yang damai dan tenteram dapat terwujud dengan baik dan benar.
Hidup dengan taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku adalah penjabaran dan prinsip
hidup Kristiani. Orang Kristen harus menjadi "Garam dan Terang" dunia sekitarnya seperti
yang tertulis dalam Matius 5:13-14 dan menjadi berkat bagi orang lain seperti yang tertulis
dalam Kejadian 12:2.
Rasul Paulus juga menjabarkan berbagai hal yang harus dilakukan sebagai bentuk ketaatan
kepada hukum dan peraturan yang berlaku. Antara lain:
3. Memberi rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerimanya
( Roma 13:1-7 ).
Ketaatan kepada hukum dan peraturan yang berlaku di masyarakat tidak boleh bertentangan
dengan ketaatan kita kepada Tuhan Allah. Tuhan Allah-lah yang menjadi dasar atau patokan
terhadap segala macam peraturan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Hukum dan
peratutan yang benar adalah hukum dan peraturan yang tidak menyimpang dari rencana dan
kehendak Allah.
Konsep ketaaan terhadap peraturan dan hukum yang berlaku adalah kebenaran. Yang benar
adalah yang bersumber dari kebenaran. Kebenaran adalah Firman Allah. Dalam menyatakan
yang sebenarnya orang Kristen harus tetap berpedoman kepada apa yang telah dinyatakan
Yesus dalam Matius 5: 37, "Jika ya, hendaklah kamu katakan ya. Jika tidak, hendaklah kamu
katakan tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat."Segala bentuk pelayanan,
persekutuan, dan kesaksian harus selalu berdasarkan kepada kebenaran yaitu Tuhan Allah.
Rasul Paulus dalam suratnya kepada Timotius, memberikan beberapa sikap dan tindakan
Kristiani dalam masyarakat yaitu:
Sikap mental yang negatif ini tampak dalam kesombongan religius, dan lebih tepat dikatakan
sombong rohani. Sikap tersebut muncul adalah sebagai akibat dari timbulnya prasangka
bahwa ajaran agamanya saja yang benar serta menganggap agama lain salah.
Hal inilah permasalahan besar dalam beragama. Tafsir yang salah akan ajaran agama akan
menimbulkan dampak yang sangat besar karena bisa berpotensi menimbulkan doktrin yang
salah sehingga otomatis implementasinya pun akan salah.
Di dalam kehidupan umat beragama, sering muncul sikap merasa lebih berkuasa karena dalil
kemayoritasan sehingga mereka merasa bahwa yang layak diperhitungkan atau difasilitasi
hanyalah kelompok mayoritas. Inilah yang menimbulkan adanya diskriminasi dalam hal
hidup berbangsa dan bernegara.
Kita berbeda dalam banyak hal baik dari segi agama, harta, pendidikan, adat istiadat, suku
tetapi di hadapan Tuhan kita semua adalah sama. Yang membedakan kita adalah iman dan
perbuatan kita.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk mewujudkan kesejahteraan harus ada pembangunan, yaitu suatu proses yang
menunjukkan adanya suatu kegiatan guna mencapai kondisi yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Ada keselarasan antara tujuan pembangunan
dengan tujuan agama Hindu, yaitu untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan
kebahagiaan di akhirat.
Cara yang dapat ditempuh untuk mencapai masyarakat jagadhita adalah dengan
mengamalkan ajaran Tri Hita Karana yang meliputi parhyangan, pawongan, dan palemahan.
Dari ketiga bagian tersebut, jika salah satunya tidak diamalkan, kesejahteraan di dunia ini
tidak akan terwujud. Walaupun ketiga bagian itu memiliki makna yang berbeda, tetapi tujuan
dan manfaatnya akan kita rasakan. Oleh karena itu, pentingnya kita mengamalkan ajaran Tri
Hita Karana dalam kehidupan beragama ini, guna menciptakan kehidupan sejahtera lahir dan
bathin. Selain itu untuk mewujudkan masyarakat jagadhita, diperlukan pemimpin yang baik,
yang mampu menuntun masyarakatnya ke arah kesejahteraan.
3.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan yaitu implementasikanlah etika, moral, dan norma dalam
kehidupan sehari – hari. Melalui implementasi ketiga aspek tersebut, kesejahteraan dalam
kehidupan dan akhirat akan dapat tercapai apabila diiringi dengan ketulusan dalam bertindak.
DAFTAR PUSTAKA
http://umum-pengertian.blogspot.com/2016/05/pengertian-masyarakat-secara-umum.html
http://agungdu.blogspot.com/
https://prezi.com/ymszn-bcpl3l/masyarakat-kertha-jagadhita/
https://feelinbali.blogspot.com/2012/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html