SKRIPSI Lengkap Banget NITA Fix
SKRIPSI Lengkap Banget NITA Fix
SKRIPSI
NITA KARDILAH
NIM KHGC 18143
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Garut,Juli 2020
Menyetujui,
(Iwan Wahyudi, S.Kep., Ns., M.Kep) (Iin Fatimah, S.Kep., Ns., M.Kep)
Mengetahui,
Ketua
Program Studi S1 Keperawatan
v
vi
PERNYATAAN
1. Skirpsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar akademik (S.Kep), baik dari STIKes Karsa Husada maupun di
perguruan tinggi lain.
2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
yang telah diperoleh karena skripsi ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
norma yang berlaku di STIKes Karsa Husada Garut.
materai 6000
NITA KARDILAH
KHGC18143
vi
vii
Nita Kardilah
E- Mail: nitazahri81@gmail.com
Abstrak
Abstract
Introduction : Congestive Heart Failure occurs when cardiac contractility is
reduced and the ventricles are unable to pump out as much blood as they enter
during diastole. Patients with Congestive Heart Failure (CHF) need adequate
sleep because of good sleep quality will improve heart muscle cells. Sleep
Hygiene is a behavioral practice based on our knowledge of sleep physiology and
pharmacology, which has been shown to improve sleep quality (Jefferson et al,
2005). Sleep quality can be measured by PSQI with the final result ≤ 5 (Good)
and 5-21 (Poor). This literature review aims to find evidence of sleep quality in
heart failure patients and their management. Methods : Literature study from
some a journals sourced from Google Scholar, with the keywords Sleep Hygiene
and Congestive Heart Failure, as many as 17 journals were selected for review.
vii
viii
viii
ix
ix
x
x
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan bimbingan-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini
dengan judul “PENGARUH INTERVENSI SLEEP HYGIENE TERHADAP
KUALITAS TIDUR PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE ” sebagai
salah satu syarat yang akan di gunakan dalam ujian akhir pada program studi S1
Keperawatan di STIKes Karsa Husada Garut.
Dalam penyusunan penelitian ini penyusun banyak mendapat bimbingan,
nasehat, dukungan dan bantuan yang bersifat moril maupun materil yang sangat
berharga, untuk itu pada kesempatan ini perkenankan penyusun mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak DR. (HC) H. Amas Setiana, selaku ketua pembina yayasan Dharma
Husada Garut.
5. Bapak Iwan Wahyudi, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku pembimbing utama yang
6. Ibu Iin Fatimah, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku pembimbing pendamping yang
xi
xii
8. Orang tua, adik-adik dan anakku tercinta Naflah Zahrie Shiddiq, yang
penelitian ini.
10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
Peneliti
xii
xiii
DAFTAR ISI
JUDUL i
2.1 KonsepTeori....................................................................................... 9
2.1.1 IstirahatTidur................................................................................. 9
xiii
xiv
4.2 Pembahasan............................................................................................ 46
5.2 Saran....................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran- Lampiran
xiv
xv
DAFTAR TABEL
xv
xvi
DAFTAR BAGAN
xvi
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
menurut data dari Departemen Kesehatan mencapai 29.550 jiwa. Data dari
diagnosis dokter sebanyak 96.478 atau 0,3%. Ini merupakan kasus terbanyak
lebih dari 36 juta orang meninggal dunia karena penyakit tidak menular, atau
xvii
xviii
mencapai 63% dari seluruh kematian. Diantaranya disebabkan oleh gagal jantung.
tidak mampu memompa keluar darah sebanyak yang masuk selama diastole.
2005). Sleep deprivation adalah periode lama yang tidak bisa tidur secara
disturbed sleep pattern adalah keterbatasan waktu tidur secara alami dan terus
(NANDA, 2019).
dada pada aktivitas, dyspnea pada istirahat atau aktivitas, letargi dan
ini akanmenambah beban biaya yang ditanggung klien menjadi tinggi dan
xviii
xix
hipersomnia di siang hari, tetapi kurang tidur atau sering terbangun dari tidur
di malam hari karena sesak, gelisah, nokturi, nyeri), faktor lingkungan (suara
bising, suhu ruangan yg panas, cahaya lampu, tempat tidur yang nyaman,
ventilasi yang baik) dan faktor psikologis (cemas dan depresi). Gangguan
tidur ini dapat berupa SDB (sleep disordered breathing), DMS (difficulties
lelah, mudah terangsang, gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata,
pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk. Menurut Mujtahidin
(2012) kualitas tidur seseorang tidak bergantung pada lamanya tidur, tetapi
tidur adalah kondisi tubuh saat bangun tidur. Jika terasa segar setelah bangun
kesehatan yang baik dan pemulihan klien yang sakit. Klien yang sakit
seringkali membutukan lebih banyak tidur dan istirahat daripada klien yang
xix
xx
istirahat tidur klien adalah tujuan penting bagi perawat. Perawat harus
pengetahuan kita terhadap fisiologi tidur dan farmakologi, yang telah terbukti
(2004; Nami, 2011 dalam Made 2014) Ada 4 komponen yang dapat dilakukan
mengubah perilaku (jadwal tidur teratur, rileks, minum obat sesuai jadwal
( makan teratur, tidak makan sebelum tidur dll) dan olah raga (latihan ROM
xx
xxi
al.,2005).
suasana lingkungan dengan gangguan tidur pasien rawat inap di rumah sakit
megatakan berbagai alasan bahwa gangguan tidur sering terjadi karena pasien
istirahat tidur pada pasien CHF masih berfokus pada terapi farmakologis.
yang ditimbulkan bila mengkonsumsi obat tersebut dalam jangka waktu lama
tidur, sehingga pasien akan tersugesti tidak bisa tidur jika tidak meminum
xxi
xxii
perawat dalam mengatasi ganggun tidur yang terjadi pada pasien, salah
pasien CHF.
pasien CHF.
pasien CHF.
xxii
xxiii
xxiii
xxiv
1) Bagi Peneliti
pasien CHF.
sebagai ruangan khusus penyakit jantung yang ada dirumah sakit, agar
xxiv
xxv
BAB II
kesehatan yang baik dengan nutrisi yang baik dan olah raga yang cukup
(Tarwoto & Wartonah, 2006). Tanpa jumlah istirahat dan tidur yang
berdasarkan pada kebiasaan pribadi mereka dan pola tidur serta masalah
xxv
xxvi
status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu (Potter & Perry,
berikutnya.
Pola istirahat dan tidur yang biasa dari seseorang yang masuk
yang tidak dikenal. Keluasan perubahan pola tidur dan istirahat yang
klien seperti kebisingan ruangan dan pola kerja dari pemberi pelayanan
xxvi
xxvii
tidak cepat atau tidur non rapid eye movement, (NREM) dan pergerakan
mata yang cepat atau tidur rapid eyemovement, (REM). Tahapan siklus
a. Tahap 1 :NREM
seperti suara.
b. Tahap 2 :NREM
c. Tahap 3 :NREM
xxvii
xxviii
d. Tahap 4 :NREM
jam terjaga.
e. Tidur REM
1). Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada
REM. Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang
lain.
2). Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur.
3). Hal ini dicirikan dengan respons otonom dari pergerakan mata
xxviii
xxix
7). Durasi tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-rata 20
menit.
Menurut teori, tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk periode
lebih rendah jika individu berada pada kondisis fisik yang sempurna.Akan
tetapi selama tidur laju denyut jantung turun sampai 60 denyut per menit
tidur. Otot skelet berelaksasi secara progesif, dan tidak adanya kontraksi
metabolik basal lebih jauh menyimpan persediaan energi tubuh (Anch dkk,
xxix
xxx
berdasarkan usia.
6 jam/har
i
xxx
xxxi
1. Penyakit fisik
Penyakit juga memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak
2. Obat-obatan.
3. Gaya hidup
4. Lingkungan.
xxxi
xxxii
makan yang lebih baik adalah penting untuk kesehatan yang tepat
atau sensasi abnormal di kala tidur atau terjaga di tengah malam, atau
rasa mengantuk di siang hari ( Naylor & Aldrich, 1994 dalam Perry &
xxxii
xxxiii
xxxiii
xxxiv
lelah, mudah terangsang, gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata,
tercukupinya waktu tidur adalah kondisi tubuh saat bangun tidur. Jika terasa
segar setelah bangun tidur, berarti tidur sudah cukup. Sebaliknya jika badan
pasien gagal jantung memiliki kualitas tidur yang rendah (Norra, Kummer,
KLASIFIKASI KRITERIA
xxxiv
xxxv
KELAS I berdebar-debar.
Pembatasan yang jelas dari aktivitas fisik. Saat istirahat tidak ada
keluhan, namun aktivitas sehari-hari yang ringan sekalipun sudah
KELAS III menimbulkan keluhan.
hari, tetapi kurang tidur atau sering terbangun dari tidur di malam hari
mempengaruhi keselamatan diri sendiri dan orang lain. (Potter & Perry
2005).
xxxv
xxxvi
sesorang, dimana dari faktor ini biasanya dapat mengubah kualitas dan
a. Faktor fisik
pada malam hari, PND disebabkan oleh perpindahan cairan dari jaringan
tengah malam karena mengalami napas yang pendek dan hebat, sehingga
tingkat bantuan yang harus diberikan serta gangguan tidur dan istirahat
xxxvi
xxxvii
klien.Penyakit juga memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang aneh
akan merasa gelisah dan sulit untuk mendapatkan tidur yang nyenyak
Pusing sering terjadi pada siapa saja termasuk klien CHF, dan akan
siklus tidur.Kondisi ini sudah sering terjadi pada klien penyakit jantung,
kembali untuk tertidur lagi menjadi sulit (Potter & Perry 2005).
tidur dan biasanya tidak mendapatkan tidur yang dalam, (Potter & Perry,
xxxvii
xxxviii
berlebihan yang dihasilkan dari kerja yang meletihkan atau penuh stres
membuat sulit tidur.Hal ini dapat menjadi masalah yang umum bagi
b. Faktor lingkungan
atau teman tidur yang mengorok juga mengganggu tidur (Potter & Perry,
2005).
beristirahat.
xxxviii
xxxix
kondisi yang relatif tenang dan tidak terlalu terang akan mempengaruhi
cepat gerak mata. Selain itu tubuh juga akan memproduksi melatonin,
tidur yang tenang (Potter & Perry, 2005). Kelembaban ruangan perlu
tidak diatur maka seseorang tidak akan dapat tidur, walaupun dapat
2005).
c. Faktor psikologis
serta koping yang baik bagi pasien CHF. Perilaku koping diperlukan
xxxix
xl
frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan
2008). Hayes, Anstead, Ho, & Philips (2009) mengungkapkan bahwa usia
xl
xli
penggunaan obat-obatan untuk tidur, dan disfungsi tidur saat siang hari.
dalam waktu lebih dari 18 bulan dengan subjek yang memiliki kualitas
tidur yang “baik” (subjek yang sehat,n= 52)dan subjek dengan kualitas
tidur yang “buruk” (pasien yang mengalami depresi, n = 54; pasien dengan
diantaranya adalah:
1) Aromaterapi
xli
xlii
2) Stimulus Control
tidur dengan tempat tidur.Dengan metode ini, onset tidur dapat dapat
3) Sleep Restriction
tidur hanya waktu tidur dan dapat memperpanjang waktu tidur, sehingga
menyebabkan kualitas tidur terganggu dan terbangun saat tidur. Metode ini
mengubah pola pikir, pemahaman penderita yang salah tentang sebab dan
tidur dan ketakutan yang berlebihan terhadap kondisi mereka yang sulit
xlii
xliii
tidur.untuk mengatasi hal itu, mereka lebih sering tidur di siang hari
dengan tujuan untuk mengganti jumlah tidur yang tidak efisien di malam
tidur sehingga 54%. Pada studi lainnya menyatakan, metode ini sangat
4) Sleep Hygiene
menyatakan, seseorang dengan sleep hygiene yang baik, bangun di pagi hari
tidur mereka.
memiliki tidur yang lebih sehat jika dilakukan dengan baik meliputi
xliii
xliv
kesempatan terbaik untuk tidur yang rileks. Perilaku Sleep Hygiene adalah
ritual yang konsisten yang mencakup aktivitas waktu tenang sebelum tidur
Menurut Prayitno (2004; Nami, 2011 dalam Made 2014) sikap Sleep
1) Perilaku
xliv
xlv
2) Lingkungan
e. Mengganti sprei
3) Diet
4) Olahraga
xlv
xlvi
terdiri dari jadwal tidur bangun, lingkungan, diet dan kebiasaan tidur yang
jam tidur, kebiasaan jam bangun, dan aktivitas latihan sebelum tidur
malam yang lebih baik. Kebiasaan tidur siang dimulai dari pukul 14.00 –
16.00 WIB dengan durasi tidur siang yang berbeda, yaitu antara 11,5
sampai 108,5 menit (Pandi S., Jaime,2010). ) Hal ini sesuai dengan
penelitian oleh Yoon yang menyebutkan bahwa lebih dari 40% responden
tidur malam yang lebih dari dari pada responden yang tidak memiliki
2) Lingkungan
matras dan guling yang tidak nyaman, selimut yang terlalu tebal atau
terlalu tipis), kamar tidur yang tidak nyaman (terlalu terang, suhu ruangan
yang panas, suara berisik), perasaan yang buruk sebelum tidur (seperti
terang saat tidur akan mengurangi kadar melatonin hingga 50%.Dari hasil
memberikan kualitas tidur yang baik, jarang terbangun di malam hari dan
xlvi
xlvii
merasa bangun dalam keadaan segar. Lampu yang mati saat tidur akan
3) Diet
hari, kedalaman tidur, ketidakpuasan tidur dan disfungsi pada pagi hari
berikatan dengan kafein, maka aktivitas sel saraf akan tetap aktiv karena
J,2008).
terjaga dalam waktu yang lama dan akan mulai mereda setelah tidur.
lainnya adalah blocking tidur pada fase REM. Fase REM yang berkurang
xlvii
xlviii
(Matizih,2004).
A,2010). Proses ini akan menyebabkan proses jatuh tidur semakin lama.
memiliki risiko 9,3 kali lebih besar untuk mengalami insomnia daripada
perokok ringan.
supresi REM dan sering terjaga (Barry G. 2009). Beberapa jenis hipnotik
xlviii
xlix
akan dimulai 10-20 menit setelah konsumsi obat, namun jam kerja bisa
mencapai 3-6 jam. Tersedia dalam bentuk tablet sirup ataupun melalui
dapat dilakukan dengan bangun pada waktu yang sama setiap hari, batasi
waktu ditempat tidur, hindari tidur sekejap di siang hari, aktif berolahraga
di sore hari. Merendam dalam air panas menjelang waktu tidur selama 20
menit, hindari makan banyak sebelum tidur, makan pada waktu yang
memberi perlakuan rendam kaki dengan air hangat selama 5 hari berturut-
Penurunan rata-rata skor total kualiatas tidur lansia dari 15,20 saat belum
xlix
l
Menurut Mastin (2006; Nilam 2015 dalam Yessi, 2017) sleep hygiene
Kuesioner ini digunakan sebagai alat ukur baik atau buruknya perilaku atau
kebiasaan tidur dan lingkungan tidur seseorang. Sleep Hygiene Index terdiri
dari 13 item dengan pilihan jawaban dalam rentang 1-5 per itemnya
sebagaimana
l
li
periode lama yang tidak bisa tidur secara alami dan terus menerus dalam
keterbatasan waktu tidur secara alami dan terus menerus dalam periode
li
lii
Bagan 3.1 pengaruh Sleep Hygiene terhadap kualitas tidur pada pasien CHF
Penyakit CHF
Faktor yg
mempengaruhi
kualitas tidur:
Aromaterapi StimulusContr
Sleep SleepRestrictio Cognitive
ol Hygiene n Behavioral
Perilaku Theraphy
Lingkungan
Diet
Olah Raga
Kualitas Tidur
lii
liii
Keterangan:
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
atau tinjauan pustaka. Studi literature review adalah cara yang dipakai untuk
mengumpulkan data atau sumber yang berhubungan pada sebuah topic tertentu
yang bisa didapat dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, internet, dan pustaka
lain.
( Maret- Juni 2020). Kata kunci yang digunakan dalam penelusuran adalah
liii
liv
Artikel/ jurnal yang sesuai dengan criteria inklusi dan ekslusi diambil
2003-2019, yang dapat diakses fulltext. kriteria jurnal yang direview adalah
dewasa, lansia.
kata kunci, Sleep Hygiene, peneliti menemukan 832 jurnal yang sesuai dengan
kata kunci tersebut. Untuk kata kunci “kualitas tidur pasien CHF” Sebanyak
448 jurnal , untuk kata kunci “Congestive Hearth Failure” sebanyak 115
jurnal , dari jurnal yang ditemukan sesuai kata kunci pencarian tersebut
full text. Asesment kelayakan terhadap 54 jurnal full text dilakukan, jurnal
yang duplikasi dan tidak sesuai kriteria inklusi dilakukan eksklusi sebanyak
142 , sehingga didapatkan 20 jurnal & artikel full text yang dilakukan review.
Kriteria inklusi pada penelitian yaitu jurnal yang diambil dalam 16 tahun
1. Tipe Studi
liv
lv
Desain penelitian yang diambil dalam penulusuran ilmiah ini adalah Mix
2. Bahasa
Jurnal yang dipilih yaitu yang berbahasa inggris dan bahasa indonesia
3. Tema
Tema jurnal yang di telaah yaitu Sleep Hygiene , kualitas tidur, CHF
4. Subjek/sampel
hygiene.
5. Tipe intervensi
CHF
6. Hasil Ukur
yang diukur untuk menjawab tujuan. Jurnal penelitian yang sesuai dengan
nama peneliti, tahun terbit jurnal, negara penelitian, judul penelitian, metode
lv
lvi
dimasukan ke dalam tabel diurutkan sesuai alphabet dan tahun terbit jurnal
dan sesuai dengan format tersebut di atas. Untuk lebih memperjelas analisis
abstrak dan full textjurnal dibaca dan dicermati. Ringkasan jurnal tersebut
kemudian dilakukan analisis terhadap isi yang terdapat dalam tujuan penelitian
isi jurnal. Data yang sudah terkumpul kemudian dicari persamaan dan
Bulan
1. Tahap persiapan
penelitian
a. Penyusunan dan
pengajuan judul
(outline)
b. Pengambilan data
dan sumber
c. Bimbingan proposal
penelitian
b. Lain-lain
lvi
BAB IV
terkait.
Table 4.1
41
berpotensi untuk
meningkatkan kualitas
tidur pada pasien gagal
jantung.
42
farmakologi, dengan
mempertimbangkan
aspek psikososial dan
spiritual
43
nyaman, dan
kecemasan.Kualitas
tidur yang tidak baik ini
ditandai dengan
lamanya waktu untuk
tertidur, beberapa kali
terbangun ditengah
malam bahkan ada
laporan responden yang
menyatakan tidak tidur
selama satu malam.
44
hubungan antara
komponen kebersihan
tidur individu dan setiap
rekomendasi didukung
oleh fisiologis yang
masuk akal dan
mekanisme psikososial.
kanan.
45
menunjukan perubahan
yang lebih signifikan dari
pada SH grup di hampir
semua pengukuran.
12. Liu, Ju-Chi, Dampak kualitas cross- 88 pasien Temuan dari studi ini
Hung, tidur dan kantuk sectional dengan menambah bukti
14. Redeker, N., & Kualitas tidur Quasy 61 pasien Kualitas tidur berubah
dan kualitas experiment dengan dipengaruhi oleh
Hilkert, R. seringnya terbangun di
hidup pasien gagal malam hari, kinerja
(2010 ).
gagal jantung jantung fungsional dan kesehatan
stabil. mental pada pasien gagal
yang jantung dengan sistolik
stabil stabil. Penanganan yang
efektif
46
hidup.
4.2 Pembahasan
47
sering dijumpai adalah paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) (Davey,
terjadi tiba-tiba pada saat tengah malam setelah penderita tidur selama
& Uliyah, 2008). Gangguan istirahat tidur pada pasien CHF terutama
Kualitas tidur merupakan aspek dari tidur yang meliputi lama tertidur,
lebih baik maka kualitas tidurnya lebih baik, begitu juga sebaliknya.
Adanya keluhan seperti nyeri, suasana hati seperti kecemasan juga dapat
48
2. Kualitaas Tidur Pasien Gagal Jantung Dan Penanganannya
penyakit gagal jantung dan pengaruhnya terhadap kualitas tidur pada jurnal
yang ditulis oleh (Herrscher, Akre, Overland, Sandvik, & Westheim, 2014;
dikemukakan (Suna et al., 2015; Wang, Lee, Tsay, & Tung, 2010).
Faktor risiko koroner seperti diabetes dan merokok merupakan faktor yang
dapat berpengaruh pada perkembangan dari gagal jantung. Selain itu berat
badan serta tingginya rasio kolesterol total dengan kolesterol HDL juga
2014).
gagal jantung. Central Sleep Apnea bahkan lebih sering terjadi di populasi
49
gagal jantung. Penderita gagal jantung dan SDB memiliki waktu tidur total
lebih pendek, onset untuk tertidur lebih lama dan waktu untuk terbangun
dengan mereka yang tidak gagal jantung (Liu et al., 2011 ; Thomas et al.,
2008).
terhadap kualitas hidup pasien, baik secara lingkungan, fisik, sosial dan
50
Dapat disimpulkan bahwa efek gangguan tidur mengungkapkan
bahwa efek kumulatif jangka panjang dari gangguan tidur telah dikaitkan
hidup.
dan nocturia. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada faktor
masih terjaga, persepsi kurang tidur, sering tidur siang, dan penggunaan
tidur yang terjadi pada pasien dengan gagal jantung harus mendapatkan
51
dalam masalah ini. Ini karena ruang lingkup keperawatan adalah
2) Mengatur waktu untuk bangun pada waktu yang sama setiap hari.
1. Hindari tidur di siang hari dengan waktu yang lama karena tidur
lebih dari 30-45 menit di siang hari akan mengurangi waktu tidur
52
3. Menghindari konsumsi minuman kafein di malam hari (kopi, teh,
pada pasien lain juga dilakukan oleh Soleimani pada pasien gagal ginjal
gangguan tidur pada pasien gagal jantung. Pasien gagal jantung harus
53
manajemen diri, dan mempromosikan kondisi emosional untuk
54
BAB V
5.1 Kesimpulan
dan perilaku juga dapat mengatasi gangguan tidur. Sleep Hygiene dan adalah
terjadi pada siang hari (tidur berkepanjangan) atau malam hari (sering
hidup pasien baik dimensi fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Perlu
1) Aspek Farmakologis
hal ini menunjukkan bahwa gangguan tidur pada pasien gagal jantung lebih
55
2) Non Farmakologis
5.2 Saran
kardiovaskuler.
56
sering mengaplikasikan sleep hygiene dalam pemberian intervensi pasien CHF
57
DAFTAR PUSTAKA
Buysse, D.J., et al. 1989. The Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI): A New
Instrument For Psiciatric Practice And Research, Pittsburg: Elsevier
Scientific Publisher Ireland Ltd.
Depkes RI. 2012. Pedoman Nasional Penanggulangan Penyakit Infeksi Dan Non
Infeksi. Edisi III, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Elizabet J.Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin .Jakarta: Aditya Media.
Hanning, C. 2009. Sleep Disturbance and Wind Turbine Noise on Behalf of Stop.
Swinford.Wind.Farm.Action.Group. SSWFAG
58
Johansson, P., Arestedt, K., Alehagen, U., Svanborg, E., Dahlström, U.,
&Broström, A. 2010. Sleep Disordered Breathing, Insomnia, and Health
Related Quality of Life - A Comparison Between Age and Gender Matched
Elderly with Heart Failure or without Cardiovascular Disease. European
Journal of Cardiovascular Nursing: Journal of the Working Group on
Cardiovascular Nursing of The European Society Of Cardiology [Eur J
CardiovascNurs] 9(2), 108- 117
Malau, Rulita Yesi. 2017. Gambaran Sleep Hygiene Lansia Di Panti Werdha Elim
Dan Wisma Harapan Asri Semarang. Melalui
<http://eprints.undip.ac.id/55072/1/proposal_skripsi.pdf>[10/01/2020].
Melani, R. 2014. Analisis Pengaruh Sudut Posisi Tidur Terhadap Kualitas Tidur
Dan Tanda Vital Pasien Gagal Jantung Di Ruang Rawat Intensif RSUP dr.
Hasan Sadikin Bandung.
Nami, Torabi. 2011. Sleep Hygiene The Gateway for Efficient Sleep: A Brief
Review. [13 /01/2020]
Norra, C., Kummer, J., Boecker, M., Skobel, E., Schauerte, P., &Wirtz, M. 2012.
Poor Sleep Quality is Associated with Depressive Symptoms. International
Society of Behavioral Medicine, 19, 526-534.
Potter & Perry.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4 volume 1.EGC. Jakarta. Almatsier, Sunita
59
Sayekti, Nilam dan Hendrati. 2015. “Analisis Resiko Depresi Tingkat Kejadian
Sleep Hygiene Dan Penyakkit Kronis Dengan Kejadian Insomnia Pada
Lansia”. Jurnal FKM volume 3 No.2. Universitas Airlangga. Melalui
<http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2015>[13/01/ 2020].
Septiyadi, E. 2005.Terapi Alami Agar Tidur Lebih Mudah. Jakarta: Restu Agung.
Thomas, S. A., Chapa, D. W., Friedmann, E., Durden, C., Ross, A., Lee, M. C.
Y., & Lee, H.-J. 2008. Depression in Patients with Heart Failure:
Prevalence, Pathophysiological Mechanisms, and Treatment. Crit Care
Nurse 28, 40-45
60