Anda di halaman 1dari 4

Putusan-putusan yang menolak perawkilan kelas (class action) dengan

pertimbangan hukum sebagai referensi.

I. Putusan 600 K/Pdt/2010

Status : Berkekuatan Hukum Tetap


Amar : Tidak dapat diterima

Para pihak :
 Penggugat : Mantan pekerja dan ahli waris mantan pekerja NV. NNGPM
 Tergugat I : PT. Pertamina Daerah Operasi Hulu Papua
 Tergugat II : PT. Pertamina Kantor Pusat
 Tergugat III : Pemerintah Republik Indonesia c.q. Menteri Negara Badan
Usaha Miik Negara RI c.q. Dewan Komisaris Pemerintah untuk PT
Pertamina (Persero) Kantor Pusat sebagai Tergugat III
Uraian singkat :
Bahwa telah terjadi PHK oleh NV. NNGPM yang berjumlah 4.982 orang dari tahun
7 November 1959 s.d saat ini (2001), dimana sampai sekarang seluruh mantan
pekerja tidak pernah mendapatkan ganti rugi ataupun kompensasi. Atas hal
tersebut Penggugat berpendapat bila masing-masing secara langsung dan sendiri-
sendiri bertindak sebagai Penggugat dalam gugatan ini; maka proses pengajuan
gugatan menjadi tidak sederhana, tidak cepat dan tidak efektif sehingga
dilakukan gugatan perwakilan kelompok (class action)
Pertimbangan Hukum :
Bahwa gugatan class action tidak diatur dalam HIR, sehingga MA mengeluarkan
PERMA No. 1 Tahun 2002 untuk mengisi kekosongan hukum.
Bahwa berdasarkan PERMA tersebut telah ditentukan cara-cara gugatan class
action dilakukan :
Pada awal proses pemeriksaan persidangan, Hakim wajib memeriksa dan
mempertimbangkan kriteria gugatan perwakilan kelompok sesuai dengan
ketentuan Pasal 2 yang antara lain telah mensyaratkan sedemikian banyak
sehingga tidaklah efektif dan efisien apabila gugatan dilakukan secara sendiri-
sendiri. Ketentuan ini dimaksudkan adanya suatu kepastian tentang jumlah
anggota kelompok. Penentuan jumlah anggota kelompok adalah penting untuk
menentukan jumlah ganti rugi yang harus dibayar oleh Tergugat, tanpa jumlah
tersebut maka sulit menentukan jumlah ganti rugi; hal mana tidak dilakukan
oleh judex facti, sehingga menimbalkan perbedaan yang tajam tentang jumlah
anggota kelompok yang dapat dilihat dari :
a. Penggugat mendalilkan jumlah anggota kelompok berjumlah 4.982 orang
yang disangkal oleh Tergugat
b. Tergugat mengakui telah melakukan pembayaran keapada orang yang
memenuhi syarat pembayaran, sehingga bila ada orang yang mengaku
mempunyai hak untuk dibayar, maka harus benar-benar dikelompokan
lebih dahulu dengan memuat bukti alas hak nya;
c. Pengadilan Negeri secara mentah menerima jumlah yang diberikan
Penggugat sebesar atau sejumlah 4.982 orang;
d. Putusan PT yang menyatakan bahwa “dari bukti-bukti yang diajukan
oleh para Terbanding/para Penggugat ternyata tidak semua mantan
pekerja yang telah meninggal dunia memenuhi syarat sebagai pekerja
NC NNGPM karena tidak dapat menunjukan dokumen surat keterangan
bukti kerja, sehingga yang dibenarkan sebagai anggota kelompok hanya
2.961 orang
e. Bahwa adanya perbedaan jumlah anggota kelompok tersebut di atas
adalah akibat tidak dilakukanya prosedur class action menurut PERMA
tersebut di atas;
f. Bahwa oleh karena proses gugatan dengan cara class action tidak
terpenuhi, maka gugatan Penggugat harus dinyatakan tidak dapat
diterima

II. Putusan 13/Pdt.G/2018/Pn Ktp

Status : Berkekuatan Hukum Tetap


Amar : tidak dapat diterima

Para pihak :
 Penggugat : M. Sandi Wakil Kelompok 1, Riyandi Wakil Kelompok II,
Sariadi Wakil Kelompok III dan Sarjoyo wakil kelompok IV
 Tergugat I : PT. Ladang Sawit Mas – Site Plant Sungai Kelik
 Tergugat II : PT. Bupati Ketapang Cq. Dinas Perumahan Rakyat,
Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang

Uraian singkat :
Bahwa pada bulan September 2017 Penggugat menduga Tergugat membuang
limbah atau mengalirkan limbah ke sungai dan menyebabkan masyarakat yang
memakai air sungai tersebut mengalami gatal-gatal, Tergugat juga membuat
bendungan yang membuat desa Penggugat sering mengalami kebanjiran karena
adanya limpasan air yang mengalir pada lingkungan bantaran sungai bendungan
tersebut, Tergugat juga melakkan penanaman pohon kelapa sawit pada sempadan
sungai dan bau limbah Tergugat menyengat sampai ke pemukiman masyarakat
yang pada intinya menyebabkan kerugian pada masyarakat sekitar.
Pertimbangan Hukum :
Menimbang, bahwa Penggugat pada pokoknya menyatakan merupakan bagian
dari 200 (dua ratus) orang warga masyarakat dari Dusun Kelik Tua dan Dusun
Tanah Merah, Dusun Muara Kayung, serta Dusun Tanjung Perak di Desa Sungai
Kelik, Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat
yang mata pencahariannya adalah nelayan penangkap ikan di sekitar Sungai
Putih, Sungai Dukuh, Sungai Tanah Merah, Hilir Sungai Tanah Merah menuju
Sungai Pawan, Sungai Penjalaan di Desa Sungai Kelik, Kecamatan Nanga Tayap,
Kabupaten Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat yang mengalami kerugian
(korban) akibat perusakan lingkungan dan pencemaran akibat kegiatan
TERGUGAT, untuk itu kedudukan dan keberpihakannya tidak diragukan lagi,
oleh sebab itu patut dan pantas mewakili warga masyarakat yang mengalami
kerugian (korban) di Dusun Kelik Tua dan Dusun Tanah Merah, Dusun Muara
Kayung, serta Dusun Tanjung Perak di Desa Sungai Kelik, Kecamatan Nanga
Tayap, Kabupaten Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat untuk dan atas nama
mereka mengajukan gugatan aquo dengan prosedur Gugatan Perwakilan
Kelompok (Class Action);
Menimbang, bahwa setelah mempelajari gugatan Penggugat tersebut, Majelis
Hakim menyimpulkan bahwa gugatan Penggugat tidak menjelaskan secara jelas
dan rinci mengenai pihak-pihak atau anggota kelompok ( Numerousity ) yang
mengalami kerugian yang nyata-nyata diderita baik wakil kelompok maupun
anggota kelompok harus benar-benar secara nyata mengalami kerugian ( concrete
injured ). Gugatan Penggugat tidak mencantumkan dan menjelaskan tentang
definisi kelompok secara jelas, rinci dan spesifik serta tidak terdapat keterangan
tentang anggota kelompok yang diperlukan dalam kaitan dengan kewajiban
melakukan pemberitahuan. Majelis hakim menyimpulkan bahwa posita gugatan
Penggugat tidak menguraikan atau tidak memuat secara jelas dan rinci dari
seluruh kelompok maupun anggota kelompok, yang teridentifikasi maupun tidak
teridentifikasi;
Menimbang, bahwa selanjutnya disamping hal tersebut diatas Majelis Hakim
akan mempertimbangkan apakah gugatan perwakilan kelompok (Class Action)
Penggugat tersebut di atas terdapat kesamaan fakta atau peristiwa dan kesamaan
dasar hukum yang digunakan yang bersifat substansial, serta terdapat kesamaan
jenis tuntutan diantara wakil kelompok dengan anggota kelompoknya,
sebagaimana yang disyaratkan dalam Pasal 2 huruf b Peraturan mahkamah
Agung RI Nomor 1 Tahun 2002 tentang acara gugatan perwakilan kelompok,
setelah mempelajari gugatan Penggugat tersebut Majelis hakim berpendapat
bahwa nilai kerugian yang dituntut dalam gugatan Penggugat berdasarkan
asumsi-asumsi atau estimasi tidak berdasarkan kerugian yang nyata-nyata
diderita oleh wakil kelompok maupun anggota kelompok;
Menimbang, bahwa berdasarkan hal-hal yang telah dipertimbangkan tersebut
diatas maka menurut pendapat Majelis Hakim bahwa gugatan yang diajukan oleh
Penggugat melalui mekanisme Hukum Acara Gugatan Perwakilan Kelompok
(Class Action) kepada Tergugat dan Turut Tergugat tersebut diatas adalah tidak
memenuhi syarat materiil maupun syarat formil sebagaimana diatur dalam Pasal
2 dan pasal 3 Peraturan mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2002 tentang acara
gugatan perwakilan kelompok, sehingga haruslah dinyatakan tidak sah ;

III. Putusan Nomor : 189 / Pdt.G / 2016 / PN.Dps.

Status : Berkekuatan Hukum Tetap


Amar : tidak dapat diterima

Para pihak :
 Penggugat : Jean Pierre Seveke mewakili komplek LIV Bali
 Tergugat I : PT. Leisure investment villas
 Tergugat II : Ni Gusti Ayu
 Tergugat III : Allan DIjaya Keller

Uraian singkat :
Bahwa Tergugat merupakan kontraktor pembagunan Perumahan Liv Bali dan
Penggugat merupakan orang-orang yang telah membeli unit-unit rumah di Liv
Bali, di perjalanannya ternyata Tergugat menghentikan proses pembangunan
dengan alasan masalah internal, bahwa akhirnya Penggugat dan Tergugat
sepakat untuk menghentikan proyek tersebut, saat komplek dan perumahan
tersebut ingin dialihkan Tergugat malah memanfaatkan hal tersebut untuk
memaksa Penggugat agar menandatangani perjanjian “Statemen of Agreement”
serta mengancam Penggugat yang apabila perjanjian tersebut tidak
ditandatangani, maka tanah pada pembangunan a quo tidak akan dialihkan oleh
Tergugat II kepada Penggugat, dimana apabila kepemilikan atas tanah pada
pembangunan a quo tidak dialihkan, maka pembangunan yang terhenti tersebut
tidak dapat dilanjutkan oleh Penggugat dan Penggugat juga terancam merugi dan
kehilangan investasinya, atas hal tersebut Penggugat mewakili para pembeli
perumahan Liv Bali mengajukan gugatan class action.
Pertimbangan Hukum :
Menimbang, bahwa dalam gugatan aqua menurut Majelis Hakim Penggugat sama
sekali tidak menguraikan unsur-unsur ataupun hal-hal yang menjadi dasar para
wakil anggota layak untuk menyandang sifat kejujuran dan kesungguhan untuk
mengayomi kepentingan seluruh anggota kelompok secara bertanggung jawab
Menimbang, bahwa berdasarkan surat gugatan Penggugat menyebutkan
perwakilan para Pembeli Villa bekerja sama dan membangun Villa komersil pada
komplek LIV Bali di Desa Kedonganan sebanyak 16 (enam belas) orang tidak
menuntut ganti rugi berdasarkan kepada Para Tergugat berdasarkan Statement
of Agreement No. 1 dan Management Agreement tanggal 31 Desember 2013,
menurut Majelis Hakim pihak Para Penggugat tidak mendefinisikan secara jelas
dan rinci serta spesifik yang akan diwakilkan dalam gugatan perwakilan
kelompok tersebut, dan Penggugat dalam gugatannya tidak memuat usulan
tentang mekanisme atau tata cara mendefinisikan ganti kerugian kepada seluruh
kelompok termasuk usulan tentang pembentukan tiem atau panel yang
membantu memperlancar pendistribusian ganti rugi sesuai dengan pasal 3 Perma
Mahkamah Agung No. 1 tahun 2002
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas
Majelis Hakim berkesimpulan bahwa gugatan Perwakilan Kelompok (Class
Action) yang diajukan oleh Para Penggugat tidak memenuhi kreteria yang
dikatakan dalam pasal 2 dan 3 Perma Mahkamah Agung RI No. 1 Tahun 2002
sebagai gugatan Perwakilan Kelompok, yaitu tidak dapat dibuktikan adanya
kelompok yang jumlahnya banyak dapat didefinisikan secara rinci dan spesifik,
Penggugat sebagai wakil kelompok tidak memenuhi kreteria memiliki kejujuran
dan kesungguhan untuk memperjuangkan anggota kelompoknya, serta antara
wakil kelompok tidak dipersyaratkan anggota kelompok adanya surat kuasa
khusus dari anggota sesuai dengan pasal 4 Perma No. 1 tahun 2002, sehingga
gugatan Penggugat harus dinyatakan tidak sah untuk diajukan sebagai gugatan
perwakilan kelompok

Kesimpulan :
Dari seluruh gugatan class action yang telah saya rangkum dan saya temukan,
hampir seluruhnya memiliki alasan ditolak yang sama, antara lain :
1. Tidak menjelaskan secara detil siapa saja anggota kelompok yang teridentifikasi
maupun yang tidak teridentifikasi ;
2. Tidak menjelaskan secara detil kerugian yang dialami secara nyata;
3. Tidak menjelaskan definisi kelompok secara detil dan spesifik

Anda mungkin juga menyukai