Anda di halaman 1dari 23

RASI BINTANG DALAM AL-QUR’AN

Simbol Sains pada Ayat-Ayat Sumpah di Dalam


Alquran
(Rasi Bintang)
By: Med HATTA

Allah berfirman: 
‫ُوج‬
‫ر‬ ‫ب‬
ُ ْ ‫ت‬
‫ال‬ ِ ‫َوال َّس َما ِء َذا‬
ِ
Terjemah Arti: "Demi langit yang mempunyai Rasi
Bintang" (QS. Al-Buruj: 1).

Pengertian Buruuj (Rasi Bintang):


Ketika Allah bersumpah demi suatu makhluk dalam al-
Qur'an, pasti akan memberikan warning kepada umat
manusia betapa dahsyat makhluk yang disumpahkan itu,
karena Allah Maha kaya atas segala sumpah-Nya. Hal
yang terlintas dalam pikiran, apa maksud "al-buruj" yang
disumpahkan Allah dan dinamakan salah satu surah al-
Qur'an atas namanya sendiri? Lihat: (QS: 85: 1). Apa
yang hendak Allah peringatkan kepa da manusia dengan
bersumpah atas nama buruuj itu?
(Lihat: Sambungannya) 

Kata  (‫")ال====بروج‬al-buruuj" dari ayat ke-1 dari surah (


‫)ال===بروج‬ "al-buruuj", adalah kata dasar bahasa Arab (
‫)ب==رج‬ "baraja” – (‫)ي==برج‬ “yaberuju” - (‫)بروجا‬ “buruujan", yaitu
sesuatu yang nampak mencolok dan tinggi (menara),
dikatakan juga: " (‫)ب==رج‬baraja – (‫)وأب==رج‬ “wa aberaja” – (
‫)بروجا‬ “buruujan” – (‫)وتبريجا‬ “wa taberiijan", yaitu
membangun menara. Dan (‫)ال=====برج‬ "al-Burju" plural: (
‫)ب====روج‬ "buruujun” – (‫)وأب====راج‬ “wa abraajun” – (‫)وأبرجة‬ “wa
abrijatun", (yaitu benteng, mansion, istana atau
bangunan yang tinggi berbentuk bundar, oval atau
persegi dan selalu independent atau bagian dari suatu
bangunan yang sangat besar)[1]. 

Jika dikatakan (‫)ب==رج‬ "burjun", maka berarti bagian dari


benteng yang sangat besar. Dan (‫)البرج‬ "al-burju" single
berarti juga (menara) langit, yaitu sebutan yang
diistilahkan kepada gugusan bintang yang bertebaran di
tengah bundaran langit, sebagaimana tampak dari bumi
berbentuk lilitan melingkari gugusan-gugusan bintang
yang diitari dengan garis lingkaran fiksi untuk menara
langit. 

Sering disebut juga (‫)ت==برجت الم==رأة‬ "tabarrajatil mar-atu",


yaitu perempuan menampakkan kecantikannya,  (
‫")الت======برج‬attabarruj": adalah pesona wanita dan
menampakkan keindahannya kepada lelaki. Bisa juga
dikatakan  (‫")البارج‬al-baariju", yaitu nahkoda yang piawai
dan  (‫")البارجة‬al-baarijatu" plural  (‫")ب====وارج‬bawariju", yaitu
kapal perang raksasa. 

Dengan demikian, segala sesuatu yang tampak


menonjol, menjulang, kokoh, independen,
mempesonakan, dan dahsyat adalah  (‫)البروج‬ “al-buruuj”,
maka hanya rasi bintang-lah yang paling pantas
menyandang semua gelar ini dari semua benda-benda
di langit[2].
Astronomi Al-Qur'an Tentang Rasi Bintang:
Al-Qur'an menyebutkan kata  (‫")ال==بروج‬al-buruuj" sebagai
“rasi bintang” sebanyak tiga kali termasuk ayat sumpah
di atas, ayat-ayat lain seperti firman Allah: 

)١٦( ‫ين‬ َ ‫َو َل َق ْد َج َع ْل َنا فِي ال َّس َما ِء ُبرُوجً ا َو َز َّي َّنا َها لِل َّناظِ ِر‬
Artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
rasi bintang-bintang dilangit dan Kami telah menghiasi
langit itu bagi orang-orang yang
memandang(nya)" (QS: 15: 16)
)٦١( ‫ك الَّذِي َج َع َل فِي ال َّس َما ِء ُبرُوجً ا َو َج َع َل فِي َها سِ َراجً ا َو َق َمرً ا ُم ِنيرً ا‬ َ ‫َت َب‬
َ ‫ار‬
Artinya: "Maha Suci Allah yang menjadikan di langit
rasi-rasi bintang dan Dia menjadikan juga padanya
matahari yang bersinar dan bulan yang bercahaya" (QS:
25: 61). 

Sebagaimana terdapat kata  (‫")ال====بروج‬al-buruuj" berarti


"benteng" disebutkan sekali dalam al-Qur'an, seperti
firman Allah: 

ُ ‫أَ ْي َن َما َت ُكو ُنوا ي ُْد ِر ُك ُك ُم ْال َم ْو‬


ٍ ‫ت َو َل ْو ُك ْن ُت ْم فِي ُبر‬
‫ُوج ُم َشيَّدَ ٍة‬
Artinya: "Di mana saja kamu berada, kematian akan
mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng
yang tinggi lagi kokoh" (QS: 4: 78). 
Terdapat pula kata kerja  (‫")تبرج‬tabarraja", kata benda  (
‫)ت==================برج‬ "tabarrujun" dan kata sifat  (
‫")متبرج=======اة‬mutabarrijaatun" dalam perintah larangan
menebar pesona dan menampakkan perhiasan bagi
perempuan, seperti pada firman Allah SWT: 

‫َو َقرْ َن فِي ُبيُو ِت ُكنَّ َوال َت َبرَّ جْ َن َت َبرُّ َج ْال َجا ِهلِ َّي ِة األو َلى‬
Artinya: "Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan
janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang jahiliyah yang dahulu" (QS: 33: 33).
‫ت ِب ِزي َن ٍة‬
ٍ ‫ضعْ َن ِث َيا َبهُنَّ َغي َْر ُم َت َبرِّ َجا‬َ ‫ْس َع َلي ِْهنَّ ُج َنا ٌح أَنْ َي‬َ ‫َف َلي‬
Artinya: "tiadalah atas mereka dosa menanggalkan
pakaian mereka dengan tidak menampakkan
perhiasan" (QS: 24: 60)
Komenter Pakar Tafsir Dunia:
Adapun pendapat-pendapat ahli tafsir dunia tentang ayat
Sumpah: (‫)والس=========ماء ذات ال=========بروج‬ "was-samaai zaatil
buruj" (demi langit yang mempunyai gugusan (rasi)
bintang), seperti:
1. Ibnu Katsir[3], berkomentar: "Sesungguhnya Allah
bersumpah demi langit dan rasi-rasi bintang, yaitu
bintang-bintang yang perkasa", dia merujuk pendapat
Ibnu Abbas bahwa: (‫)ال====بروج‬ "al-buruj" yaitu bintang-
bintang, pendapat Yahya bin Rafi': (‫)ال=====بروج‬ "al-
buruuj" ialah menara di langit, pendapat al-Minhal bin
Amar: adalah ciptaan yang indah dan menurut Jarir:
adalah orbit-orbit matahari dan bulan yang terdapat 12
orbit (menara), yang dilewati matahari setiap orbit sekali
sebulan dan bulan melewati setiap orbit tersebut sekali
dalam 2 + sepertiga malam, maka jumlahnya adalah 28
orbit dan tertutupi dua malam.
2. Makhluf[4], berkomentar: "Allah bersumpah demi
langit yang mempunyai menara dan 12 orbit yang
dilewati bintang-bintang, laksana sebuah menara karena
disinggahi bintang-bintang, sebagaimana pembesar dan
tamu-tamu terhormat menyinggahi istana, plural: (
‫)برج‬ "burjun", yaitu singgasana atau menara yang tinggi".
3. Sayyid Quthub[5], berkomentar: "Surah al-Qur'an
ini – sebelum bercerita tentang peristiwa (‫)األخ==دود‬ "al-
Ukhdud" (perjanjian) – dimulai dengan sumpah ini: "demi
langit yang mempunyai tower", yaitu kemungkinan
dimaksudkan sebagai objek bintang-bintang massive,
seakan-akan tower langit yang besar atau bangunan
mansion. Atau mungkin juga persinggahan yang dilewati
objek-objek tersebut selama peredarannya.."
4. Tim penyusun tafsir al-Muntakhab, berkomentar
tentang pengertian ayat ini: "Allah bersumpah demi
langit yang mempunyai persinggahan, yang disinggahi
bintang-bintang selama peredarannya…"
5. Ash-Shabuni[6], mengomentari ayat ini: "Yaitu
Allah bersumpah demi langit yang spektakuler yang
mempunyai singgasana yang tinggi, disinggahi bintang-
bintang selama dalam peredarannya. Dia merujuk
kepada pendapat beberapa tokoh tafsir klasik, bahwa
singgasana ini disebut juga  (‫")بروج‬buruuj" (tower) karena
menonjolnya, bagaikan tower yang sangat tinggi sebagai
persinggahan bagi bintang-bintang yang beredar.
Kesimpulan: Berdasarkan dari keterangan-keterangan
di atas dan ditambah oleh pencerahahan dari tokoh-
tokoh besar tafsir dunia, meskipun mereka tidak
menyebutkan secara eksplisit, karena mereka umumnya
lahir sebelum masa observasi besar-besaran keruang
angkasa setelah tahun 1960-an, namun penulis tetap
berkesimpulan – tanpa ragu-ragu – bahwa yang
dimaksud ayat sumpah: "demi langit yang mempunyai
buruuj", tiada lain adalah "Rasi Bintang".
Fakta Ilmiah Rasi Bintang:

Rasi bintang atau konstelasi adalah sekelompok bintang


yang tampak berhubungan membentuk suatu konfigurasi
khusus. Dalam ruang tiga demensi, kebanyakan bintang
yang kita amati tidak memiliki hubungan satu dengan
lainnya, tetapi dapat terlihat seperti berkelompok pada
bola langit malam. 
Manusia memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam
mengenali pola dan sepanjang sejarah telah
mengelompokkan bintang-bintang yang tampak
berdekatan menjadi rasi-rasi bintang. 

Susunan rasi bintang yang tidak resmi, yaitu yang


dikenal luas oleh masyarakat tapi tidak diakui oleh para
ahli astronomi atau Himpunan Astronomi International,
juga disebut asterisma. Bintang-bintang pada rasi
bintang atau asterisma jarang yang mempunyai
hubungan astrofisika, mereka hanya kebetulan saja
tampak berdekatan di langit yang tampak dari bumi dan
biasanya terpisah sangat jauh.
Pengelompokan bintang-bintang menjadi rasi bintang
sebenarnya cukup acak, dan kebudayaan yang berbeda
akan memiliki rasi bintang yang berbeda pula, sekalipun
beberapa yang sangat mudah dikenali biasanya
seringkali ditemukan, misalnya Orion atau Scorpius. 

Himpunan Astronomi International telah membagi langit


menjadi 88 rasi bintang resmi dengan batas-batas yang
jelas, sehingga setiap arah hanya dimiliki oleh satu rasi
bintang saja. Pada belahan bumi (hemisfer) utara,
kebanyakan rasi bintangnya didasarkan pada tradisi
Yunani, yang diwariskan melalui Abad Pertengahan, dan
mengandung simbol-simbol Zodiak. 
Beragam pola-pola lainnya yang tidak resmi telah ada
bersama-sama dengan rasi bintang dan disebut
asterisma, seperti Bajak (juga dikenal di Amerika Serikat
sebagai Big Dipper) dan Little Dipper (Lihat : Gb.
Bintang Utara).  

Big Dipper terlihat seperti sendok. Mereka adalah rasi


bintang yang penting untuk dilihat karena dapat
memperlihatkan kepada kita dimana Bintang Utara
(North Star). Bintang Utara selalu menunjukkan arah
utara.
Sejarah Penemuan Rasi Bintang dan Partisifasi
Ilmuan Islam:
Pada tahun 150 M. seorang putra Mesir, alumni Institute
Alexanderia bernama Ptolemeus Filose me-lunching
buku perdananya berjudul "Almagest", yang
menghimpun dan mengidentifikasikan sekitar 48 bintang
dari bintang-bintang langit. 
Kemudian antara abad ke-8 sampai 16 M, para
cendekiawan Islam mempelopori kebangkitan sains
modern termasuk memperbaharui ilmu astronomi yang
telah ada sebelumnya, mereka merevisi dan
memasukkan banyak tambahan-tambahan yang
substansial, terutama konversi teori astronomi ruang
penuh dengan mitos dan legenda dengan ruang, praktis-
tangan. 

Membersihkannya dari odran astrologi dan sihir, dan


membuat catatan dari diekstrapolasikan berdasarkan
pengamatan sensitif dan standar perhitungan ilmiah dan
matematis serta rekayasa. Maka mereka
memperkenalkan tower-tower untuk persinggahan
matahari, terbagi menjadi empat tower merupakan
musim tahun ini: Spring, musim panas, musim gugur dan
musim dingin. Setiap tower menghabiskan waktu tiga
konstelasi (rasi bintang):
1. Musim semi: (kehamilan - Taurus - Gemini)
2. Musim Panas: (Cancer - Lion - Virgo (Spica)
3. Musim gugur: (Saldo - Scorpio - Sagittarius)
4. Musim dingin: (Capricorn - Aquarius - Pisces).
Oleh karena itu, banyak bintang-bintang dan konstelasi
masih mempergunakan nama-nama Arab, seperti:
 Achernar (‫")آخر النهر‬Akhir Nahr" (muara sungai)
 Altair  (‫")الطير‬al-Thair" (burung)
 Beta Tauri  (‫")بيت الثور‬Bait Tsauri" (rumah banteng)
 Betelgeuse   (‫")بيت الج======وز‬Bait al-Gauz" (Walnut 
House/ buah kenari)
 Dubhe  (‫")الدب‬ad-Dubb" (Bear)
 Fomalhaut  (‫")فام الحوت‬Famul Hut" (mulut hiu)
 Kalbehasit  (‫")قلب األسد‬Qalbul asad" (jantung singa)
 Rigel  (‫")رجل الجوز‬Rajul Jauzaa" (laki-laki)
 Suhail,
 Vega "Al-Waqi'", dll...
Banyak pula istilah-istilah dan media/ sarana astronomi
mengambil dari bahasa Arab dan asli penemuan Arab
Islam. 

Pada tahun 1603, Alexander Mair membuatkan peta


konstelasi bintang di langit dan menambahkan 12 nama
bintang baru ke dalam gabungan yang telah dirumuskan
Ptolemeus Filose sebelumnya. Tahun 1664, Jacob
Bartsch menambahkan tiga nama baru, setelah
beberapa waktu kemudian, Nicolas Louis menambahkan
14 bintang. 

Pada tahun 1690, Jehannes Hevelius menambahkan 9


bintang selatan baru, sehingga total semuanya menjadi
88 bintang yang kita kenal sekarang. 

Pada tahun 1928, Himpunan Astronomi Internasional


membagi langit menjadi 88 rasi bintang resmi dengan
batas-batas yang jelas, sehingga setiap arah hanya
dimiliki oleh satu rasi bintang saja. Pada belahan bumi
(hemisfer) utara, kebanyakan rasi bintangnya didasarkan
pada tradisi Yunani, yang diwariskan melalui abad
Pertengahan dan mengandung simbol-simbol Zodiak.
Manfaat Rasi Bintang Bagi Manusia Menurut al-
Qur’an:
Sebagaimana telah dikatakan, rasi bintang atau
konstelasi adalah sekelompok bintang yang tampak
berhubungan membentuk suatu konfigurasi khusus dan
maksud tertentu dari Sang Pencipta alam semesta. Al-
Qur'an telah menjelaskan secara tuntas fungsi dan
manfaat bintang-bintang di langit bagi kepentingan umat
manusia di bumi, seperti sebagai alamat yang menjadi
petunjuk pada kegelapan darat dan lautan, penghias
bagi langit dunia dan bom molotop bagi setan. 

Al-Qur'an juga menegaskan bahwa bintang-bintang juga


itu menjadi sumber rezki di langit dan sekaligus menjadi
perisai yang membendung keganasan rerentuhan
benda-benda langit yang setiap detik mengancam
keberlangsungan hidup di dunia. Karena Allah telah
melengkapi bintang-bintang tersebut dengan berbagai
perasarana keselamatan, seperti keterikatan yang
kokoh, kepaduannya satu sama lain dan gaya gravitasi
yang dimiliki masing-masing, sehingga tidak saling
mengancam satu sama lain. 
Berikut ini beberpa contoh manfaat-manfaat bintang dan
rasi bintang tersebut: 

Pertama: Rasi bintang sebagai sarana petunjuk arah di


pada kegelapan darat dan lautan, Allah SWT berfirman: 

ِ ‫ص= ْل َنا اآل َي==ا‬


‫ت‬ َّ ‫ت ْال َب==رِّ َو ْال َبحْ= ِر َق= ْ=د َف‬ ُ ‫َوه َُو الَّذِي َج َع َل َل ُك ُم ال ُّنجُو َم لِ َت ْه َت ُدوا ِب َها فِي‬
ِ ‫ظلُ َما‬
)٩٧( ‫ُون‬ َ ‫لِ َق ْو ٍم َيعْ َلم‬
Artinya: "Dan Dia-lah yang menjadikan bintang-bintang
bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam
kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami
telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami)
kepada orang-orang yang mengetahui" (QS: 6: 97). 

Ayat ini dapat diartikan bahwa Allah SWT telah


merekayasa bintang-bintang di langit membentuk
sebuah komfigurasi khusus sebagai konstelasi atau rasi
bintang, sehingga dapat menentukan arah. 

Jika kita menemukan bintang utara, kita akan dapat


menemukan arah utara, selatan, timur, dan barat.
Dengan mengetahui arah, kita dapat menemukan jalan
saat tersesat. Kita juga dapat menemukan arah qiblat
jika kita memerlukan. 
Setidaknya ada empat rasi bintang utama yang perlu kita
ketahui, yaitu:
1. Rasi Bintang Pari: Berbentuk palang, dan bintang
di ujung palang sentiasa menunjukkan ke arah selatan.
2. Rasi Bintang Belantik: Bentuknya menyerupai
seorang pemburu, dan bintang di kepala menunjukkan
arah utara.
3. Rasi Bintang Biduk: Berbentuk sendok, dan dua
bintang di ujung menunjuk ke arah utara.
4. Rasi Bintang Skorpion: Menggambarkan seekor
kalajengking.
Allah SWT Yang Maha Pengasih, telah memberikan
bintang yang dapat menunjuki kita. Selama beberapa
abad para pelaut dan penjelajah menggunakan bintang
untuk menemukan jalan mereka. Bintang adalah karunia
yang besar bagi manusia. 
Sungguh menakjubkan betapa bintang dapat menunjuki
kita dan membantu kita disaat tersesat? Bintang
membuktikan kepada kita bahwa Allah adalah Maha
Kuasa, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. 

Kedua: Rasi bintang sebagai penghias langit dunia: Rasi


bintang sebagaimana juga bintang lainnya dan planet-
planet, merupakan keistimewaan langit dunia dan
penghiasnya, seperti firman Allah: 

)١٦( ‫ين‬ َ ‫َو َل َق ْد َج َع ْل َنا فِي ال َّس َما ِء ُبرُوجً ا َو َز َّي َّنا َها لِل َّناظِ ِر‬
Artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah
menghiasi langit itu bagi orang-orang yang
memandang(nya)" (QS: 15: 16).
)٦( ‫ب‬ ِ ‫إِ َّنا َز َّي َّنا ال َّس َما َء ال ُّد ْن َيا ِب ِزي َن ٍة ْال َك َوا ِك‬
Artinya:"Sesungguhnya Kami telah menghias langit
yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-
bintang" (QS:37:6)
َّ ‫ْن َوأَ ْو َحى فِي ُك ِّل َس َما ٍء أَ ْم َر َها َو َز َّي َّنا‬
‫الس = َما َء ال = ُّد ْن َيا‬ ِ ‫ت فِي َي ْو َمي‬ ٍ ‫ضاهُنَّ َسب َْع َس َم َاوا‬ َ ‫َف َق‬
)١٢( ‫يز ْال َعل ِِيم‬ ً
ِ ‫يح َو ِح ْفظا َذل َِك َت ْقدِي ُر ْال َع ِز‬ َ ‫ص ِاب‬ َ ‫ِب َم‬
Artinya: "Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam
dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang yang cemerlang dan Kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah
ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui" (QS: 41: 12)
َ ‫ين َوأَعْ َت= ْ=د َنا َل ُه ْم َع= َذ‬
‫اب‬ َّ ‫يح َو َج َع ْل َنا َه==ا ُرجُو ًم==ا ل‬
ِ ِ‫ِلش=يَاط‬ َ ‫َو َل َق ْد َز َّي َّنا ال َّس َما َء ال ُّد ْن َيا ِب َم‬
َ ‫ص= ِاب‬
)٥( ‫ِير‬ ِ ‫ال َّسع‬
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit
yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan
bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami
sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-
nyala" (QS: 67: 5). 

Ketiga: Konfigurasi, bintang-bintang (pelita), planet-


planet dan satelit-satelit alami adalah sarana yang paling
penting untuk cahaya gelap malam, terutama dengan
cahayanya sendiri dan planet-planet serta satelit-satelit
refleksi lampu-lampu bintang memberikan cahaya juga.
Jika tidak demikian, bumi menjadi gelap-gulita malam.
Mencengkeram, menakutkan dan sangat mengganggu. 

Keempat: Rasi bintang sebagai bintang-bintang dan


planet-planet rudal untuk setan: Manusia mempercayai
bahwa rudal untuk setan cukup hanya dengan meteor
saja, firman Allah SWT: 

ٍ ‫) َو َحف ِْظ َنا َه==ا ِمنْ ُك= ِّل َش= ْي َط‬١٦( ‫ين‬
‫ان‬ َ ‫َو َل َق ْد َج َع ْل َنا فِي ال َّس َما ِء ُبرُوجً ا َو َز َّي َّنا َه==ا لِل َّناظِ ِر‬
)١٨( ٌ‫َّمْع َفأ َ ْت َب َع ُه شِ َهابٌ م ُِبين‬
َ ‫) إِال َم ِن اسْ َت َر َق الس‬١٧( ‫َر ِج ٍيم‬
Artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah
menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang
(nya), Dan Kami menjaganya dari tiap-tiap setan yang
terkutuk, Kecuali setan yang mencuri-curi (berita) yang
dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh
semburan api yang terang (meteor)" (QS: 15: 16-18).
‫) ال‬٧( ‫=ار ٍد‬
ِ =‫ان َم‬
ٍ ‫ْط‬َ ‫) َو ِح ْف ًظ==ا ِمنْ ُك= ِّل َش=ي‬٦( ‫ب‬ َ =‫الس= َما َء ال= ُّد ْن َيا ِب ِزي َن= ٍة ْال َك‬
ِ ‫=وا ِك‬ َّ ‫إِ َّنا َز َّي َّنا‬
ِ ‫) ُدحُورً ا َو َل ُه ْم َع َذابٌ َو‬٨( ‫ب‬
ٌ‫اص==ب‬ ٍ ‫ون ِمنْ ُك ِّل َجا ِن‬َ ُ‫ُون إِ َلى ْال َمإل األعْ َلى َو ُي ْق َذف‬ َ ‫َي َّس َّمع‬
)١٠( ٌ‫ف ْال َخ ْط َف َة َفأ َ ْت َب َع ُه شِ َهابٌ َثا ِقب‬ َ ِ‫) إِال َمنْ َخط‬٩(
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menghias langit
yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan
telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap
setan yang sangat durhaka, setan-setan itu tidak dapat
mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan
mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir
mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal, akan
tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi
(pembicaraan); Maka ia dikejar oleh suluh api yang
cemerlang (meteor)" (QS: 37: 10-6).
ُ ‫ت َح َرسًا َشدِي ًدا َو‬
)٨( ‫ش ُهبًا‬ ْ ‫َوأَ َّنا َل َمسْ َنا ال َّس َما َء َف َو َج ْد َنا َها ُملِ َئ‬
Artinya: "Dan sesungguhnya kami (bangsa jin) telah
mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami
mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan
panah-panah api (meteor)" (QS: 72: 8). 

Meteor, adalah penampakan jalur jatuhnya meteoroid ke


atmosfer bumi, lazim disebut sebagai bintang jatuh
dengan kecepatan sangat tinggi mencapai 40 Km per-
detik. Penampakan tersebut disebabkan oleh panas
yang dihasilkan oleh tekanan ram (bukan oleh gesekan,
sebagaimana anggapan umum sebelum ini) pada saat
meteoroid memasuki atmosfer. Meteor yang sangat
terang, lebih terang daripada penampakan Planet
Venus, dapat disebut sebagai bolide. 

Jika suatu meteoroid tidak habis terbakar dalam


perjalanannya di atmosfer dan mencapai permukaan
bumi, benda yang dihasilkan disebut meteorit. Meteor
yang menabrak bumi atau objek lain dapat membentuk
impact crater. 

Diriwayat dari nabi Muhammad SAW bahwa: Para


malaikat di lepas bicara tentang hal diperuntukkan di
bumi, lalu setang mendengarkan hal tersebut dan
dibisikkannya ketelinga dukun sebagaimana meniupkan
kemulut botol, maka dimanfaatkannya untuk meraut
kekayaan dengan kebohongannya. 

Setan selalu berusaha menguping untuk mendengar dan


mencuri berita-berita langit dunia, dan disampaikannya
apa yang didengarkan itu kepada kolega-koleganya
seperti dajjal, tukang nujum, dukun dan peramal-peramal
agar dapat menyesatkan anak cucu Adam serta
memalingkannya dari iman dan tawakkal kepada Allah
Tuhan semesta alam, menjadikan mereka kafir. 

Kemudian usaha-usaha setan tersebut terhenti secara


total setelah diutusnya nabi Muhammad SAW. Allah
menjadikan meteor-meteor dari materi rasi bintang,
bintang-bintang dan planet-planet satpam langit untuk
mengawasi setan. 

Kelima: Rasi bintang, bintang dan planet-planet sebagai


sumber memperoleh rezki dari langit, seperti firman
Allah SWT: 

َ ‫َوفِي ال َّس َما ِء ِر ْزقُ ُك ْم َو َما ُت‬


َ ‫وع ُد‬
)٢٢( ‫ون‬
Artinya: "Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu
dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu" (QS:
51: 22). 

Para pakar tafsir dunia mengomentari ayat ini sebagai


urusan rezki dan penentuan janji, karena yang dijanjikan
itu adalah surga atau neraka dan keberuntungan
(pahala) atau siksaan. Sebagian ahli tafsir yang lain
sebagai hujan, menafsirkan langit sebagai awan. 

Tentu semua penafsiran ini benar adanya, dan benar


juga ungkapan Ibnu Abbas ra. yang mengatakan bahwa
waktulah akan menafsirkan al-Qur’an, tokoh-tokoh tafsir
di atas umumnya lahir sebelum era observasi ke luar
angkasa maka pengetahuan astronomi mereka sangat
terbatas. Namun belakangan ini fakta ilmiah datang
meyakinkan bahwa segala aspek yang telah diciptakan
oleh Allah SWT di jantung bintang-bintang merupakan
sumber rezeki dan diturunkan ke bumi dengan skala
telah ditentukan sesuai ukurannya. Itu semua diketahui
setelah abad pertengahan terutama setelah tahun 1960-
an. 

Rasi, bintang-bintang, planet-planet, meteor-meteor dan


komet-komet merupakan sumber-sumber rezeki penting
atas penduduk bumi. 

Keenam: Rasi dengan bintang-bintangnya merupakan


patriot (perisai) untuk mencegah runtuhan-runtuhan
langit menimpa bumi: Bahwa rasi dengan bintang-
bintang dan objek-objek yang lain adalah perisai yang
telah dipersiapkan oleh Allah SWT untuk melindungi
bumi dari runtuhan benda-benda langit. 

Walau jarak yang memisahkan antara satu sama lain


sangat jauh, tetapi semuanya mempunyai keterikatan
yang kokoh dan teliti oleh kekuatan-kekuatan yang
sangat besar seperti grafitasi dan kemampuan
pencegahan yang terpusat. 

Dari berbagai informasi yang telah dijelaskan di atas,


dapat diketahui sebagian kecil dari fungsi dan manfaat
yang sangat besar dari rasi bintang, yang telah
diperingatkan oleh Allah SWT kepada kita dengan
sumpah dahsyat ini: "Demi langit yang mempunyai rasi
bintang".  
Penulis sangat yakin bahwa generasi-generasi
mendatang, akan mengungkap lebih banyak lagi
rahasia-rahasia ayat ini, jauh dari yang kita ketahui
sekarang. Dengan demikian, isyarat-isyarat ilmiah alam
semesta dalam al-Qur'an akan tetap menjadi saksi
keagungan Allah SWT dan bukit ketuhanan-Nya yang
mutlak. Begitu juga dapat mengukuhkan kenabian dan
risalah, bahwa nabi Muhammad SAW tiada-lah berucap
sesuka hati tetapi wahyu dari Allah Pencipta alam
semesta. (Wallahua'lam)

1. Lihat: Kamus Lisanul Arab, Ibn Mandzur, Materi (‫)برج‬.


2. Lihat: Kamus Lisanul Arab, Ibn Mundzir, Materi (‫)برج‬.
3. Ibn Katsir, Tafsir Ibn Katsir.
4. Muhammad Hasanain Makhluf, Tafsir Ruuhul Ma’ani.
5. Muhammad Sayyid Quthub, Fi Dzilaalil Qur’an.
6. Muhammad as-Shabuni, Shafwatut Tafasir.
assalamu ‘alaikum wr. wb. Penanya dan pembaca yang budiman. Semoga Allah memberikan
rahmat-Nya kepada kita semua. Masalah yang ditanyakan tampaknya lebih dekat dengan
persoalan akidah, bukan persoalan fiqih. Dengan demikian kami mencoba mengulas masalah ini
dari sudut pandangan akidah. Artinya, pembahasan ini tidak berujung pada halal, haram, sah,
batal, maslahat, dan mudarat. Pertama sekali, kita coba melihat zodiak dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI). KBBI memaknai zodiak sebagai lingkaran khayal di cakrawala yang
dibagi menjadi dua belas tanda perbintangan, yaitu Aries, Taurus, Gemini, Kanser, Leo, Virgo,
Libra, Skorpio, Sagitarius, Kaprikornus, Akuarius, dan Pises; rasi (bintang). Sedangkan ramalan
zodiak lebih dekat maknanya dengan astrologi. Astrologi atau nujum dalam KBBI ialah ilmu
perbintangan yang dipakai untuk meramal dan mengetahui nasib orang. Dari sini kita
mendapatkan gambaran bahwa ramalan zodiak adalah ramalan yang didasarkan pada dua belas
tanda bintang yang dikaitkan dengan dua belas bulan kelahiran seseorang. Praktik ramalan itu
sendiri dilakukan dengan cara mengaitkan karakteristik khas yang disematkan pada tanda
bintang tertentu dan bulan kelahiran seseorang sehingga karakteristik khas itu tampak berkaitan
erat dengan, atau bahkan menentukan jalan nasib seseorang yang lahir pada bulan tersebut. Lalu
bagaimana kita sebagai umat Islam memandang masalah ramalan ini? Pertama sekali yang perlu
kita katakan adalah bahwa nasib itu adalah masalah ghaib. Sedangkan yang ghaib itu berada di
tangan Allah. Artinya, kita harus berbaik sangka kepada Allah (husnuzzhan) bahwa bulan apapun
kita dilahirkan adalah bulan baik. Dengan kata lain kita harus optimis dengan nasib dan masa
depan kita. Lalu bagaimana kita memaknai ramalan zodiak atau ramalan lainnya? Dalam kajian
Islam, kita mengenal hukum aqli (wajib [sesuatu yang pasti ada], mustahil [sesuatu yang pasti
tidak ada], jaiz [sesuatu yang bisa jadi ada dan bisa jadi tidak ada]), hukum syari (wajib, sunah,
haram, makruh, mubah, sah, batal), dan hukum adi (hukum kebiasaan). Ramalan zodiak dan
apapun bentuk sebab-akibat merupakan hukum adi. Hukum adi secara utuh disebutkan oleh
Mufti Betawi Sayyid Utsman bin Yahya ketika mengulas akidah Ahlussunnah wal Jamaah dalam
Kitab Sifat Dua Puluh berikut ini: “Artinya hukum adi yaitu menetapkan suatu barang bagi suatu
barang atau menafikan suatu barang pada suatu barang dengan lantaran berulang-ulang serta
sah bersalahan dan juga dengan tiada memberi bekas salah suatu itu pada yang lain,” (Lihat
Sayid Utsman bin Yahya, Kitab Sifat Dua Puluh [Indonesia, Syirkah Maktabah Al-Madaniyyah]
halaman 4). Dalam konteks hukum adi ini, bisa jadi ramalan zodiak itu lahir dari kebiasaan yang
berulang-ulang dan terbukti sehingga kaitan antara nasib atau karakter tertentu dan bulan
tertentu tampak sangat erat. Dalam hal ini kita boleh saja mempercayai ramalan tersebut
sebagai sesuatu yang berulang-ulang dan sah bersalahan, sama halnya kita mempercayai bahwa
parasetamol adalah obat yang bersifat menghilangkan rasa nyeri dan menurunkan panas (KBBI).
Hanya saja, kita perlu ingat bahwa hubungan keduanya sah bersalahan. Artinya, ramalan itu bisa
saja tidak terbukti sama sekali atau parasetamol itu tidak bekerja sama sekali dalam
menghilangkan rasa nyeri dan menurunkan panas. Dengan kata lain, kita tidak mempercayai
bahwa hubungan bulan kelahiran dan nasib atau karakter kita itu bersifat mutlak. Kita tidak
mempercayai bahwa hubungan parasetamol dan kesembuhan itu bersifat mutlak. Singkat kata,
ramalan itu atau efek obat itu omong kosong belaka. Guru kami almarhum KHM Syafi’i Hadzami
mengambil contoh uang dalam masalah ini. “Umpamanya saja uang. Uang itu mempunyai
khasiat, menggirangkan, dan melegakan hati. Orang yang banyak uangnya, kelihatan segar,
gampang ridhanya. Dan orang yang tidak punya uang, kelihatannya lesu, gampang marahnya,
sering uring-uringan. Itu namanya khasiat uang. Tentu saja tidak dimaksudkan bahwa uang itu
mempunyai ta’tsir (pengaruh-red) demikian. Yang dimaksudkan adalah menurut adat atau
kebiasaan saja, atau pada umumnya yang juga tentunya dapat bersalahan dari ketentuan
tersebut,” (Lihat KHM Syafi’i Hadzami, Taudhihul Adillah: Seratus Masalah Agama [Kudus:
Menara Kudus] juz III, halaman 38. Lalu bagaimana kita menempatkan relasi sebab-akibat atau
letak zodiak saat seseorang lahir dan nasibnya? Syekh Ibahim Al-Baijuri menyebut sedikitnya
empat sikap manusia memandang relasi tersebut. ‫اعلم أن الفرق في هذا المقام أربعة األولى تعتقد أنه ال تأثير‬
‫ لكن‬ ‫ الثانية تعتقد ال تأثير لذلك أيضا‬،‫لهذه األشياء وانما التأثير هلل مع إمكان= التخلف بينها وبين آثارها وهذه هي الفرقة الناجية‬
‫مع التالزم بحيث ال يمكن التخلف وهذه الفرقة جاهلة بحقيقة الحكم العادي وربما جرها ذلك إلى الكفر بأن تنكر ما خالف العادة‬
‫ الرابعة تعتقد أنها مؤثرة بقوة أودعها هللا فيها‬،‫ الثالثة تعتقد أن هذه األشياء مؤثرة بطعها وهذه الفرقة مجمع على كفرها‬،‫كالبعث‬
‫ وهذه الفرقة في كفرها قوالن واألصح انها ليست كافرة‬Artinya, “Perlu diketahui bahwa manusia dalam
kedudukan ini terbagi menjadi empat kelompok. Pertama, kelompok yang meyakini bahwa tidak
ada pengaruh apapun pada benda-benda itu. Yang memberi pengaruh hanya Allah disertai
kemungkinan bersalahan antara sebab dan akibatnya. Inilah kelompok yang selamat. Kedua,
kelompok yang meyakini bahwa tidak ada pengaruh apapun pada benda-benda itu, tetapi
meyakini kelaziman antara sebab dan akibat sekira tak ada kemungkinan bersalahan. Ini adalah
kelompok yang tidak mengerti hakikat hukum adi, dan terkadang dapat membawa kelompok ini
pada kekufuran di mana mereka mengingkari sesuatu yang bertentangan dengan adat, misalnya
kebangkitan. Ketiga, kelompok yang meyakini bahwa segala benda itu dapat memberi pengaruh
karena tabiatnya. Kekufuran kelompok ini disepakati ulama. Keempat, kelompok yang meyakini
bahwa benda-benda itu memberi pengaruh karena kekuatan yang Allah titipkan di dalamnya.
Perihal kekufuran kelompok ini, pendapat ulama terbelah menjadi dua. Pendapat lebih sahih
menyatakan bahwa kelompok ini tidak kufur,” (Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Tahqiqul Maqam
ala Kifayatil Awam [Indonesia: Darul Ihyail Kutubil Arabiyah] halaman 44). Dari pelbagai
keterangan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa hubungan sebab dan akibat atau posisi zodiak
(horoskop) ketika seseorang lahir dan nasibnya dapat kita percayai dalam konteks hukum adi,
yaitu sesuatu yang sah saja secara akal sehat bersalahan. Dalam relasi sebab dan akibat, berapa
banyak orang bekerja keras keluar pagi dan pulang sore tetapi tetap bernasib kurang beruntung
terlepas variabel lain. Dalam relasi posisi zodiak ketika seseorang lahir dan nasibnya, berapa
banyak orang yang memiliki karakter berjauhan dengan ramalan zodiaknya. Dalam khasiat uang,
berapa banyak orang yang bahagia meski hanya memiliki sedikit uang. Dan berapa banyak orang
yang tertekan dan sulit bahagia meski memiliki banyak uang. Pasalnya, penentu dan sebab
mutlak adalah Allah SWT. Kita kembali lagi harus berbaik sangka kepada Allah bahwa hari dan
bulan apapun kita dilahirkan adalah hari dan bulan baik. Posisi zodiak dan nasib kita sama sekali
tidak memiliki pertalian mutlak karena yang menentukan dan berpengaruh adalah Allah SWT.
Demikian jawaban singkat ini. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka untuk
menerima saran dan kritik dari para pembaca. Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,
Wassalamu ’alaikum wr. wb. (Alhafiz Kurniawan)

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/86252/bolehkah-mempercayai-ramalan-zodiak-dalam-
islam

Anda mungkin juga menyukai