Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL TERNAK

PEMBUATAN DANGKE

OLEH:

NAMA : HAERATI
NIM : I111 15 028
KEL / GEL : 8/1
WAKTU : SENIN, 27 FEBRUARI 2017

LABORATORIUM TEKNOLOGI HASIL TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagimanusia karena

kelezatan dan komposisinya yang ideal selain air susu mengandung semua zat

yang dibutuhkan oleh tubuh, semua zat makanan yang terkandung didalam air

susu dapat diserap oleh darah dan di manfaatkan oleh tubuh.Didalam kehidupan

sehari-hari, tidak semua orang meminum air susu yang belum diolah. Hal ini

disebabkan karena tidak terbiasa mencium aroma sususegar (mentah), atau sama

sekali tidak suka air susu dan sebagian lagi karena menganggap harga air

susumahal dibandingkan kebutuhan sehari-hari lainnya. Dengan adanya teknologi

pengolahan/pengawetan bahan makanan, makahal tersebut di atas dapat diatasi,

sehingga air susu beraroma enak dan disukai orang.

Dangke  yang unik dan terkenal dengan rasanya yang enak ini, terbuat dari

susu kerbau atau susu sapi. Namun dalam pengembangannya, keju dangke lebih

banyak menggunakan bahan baku dari susu sapi karena kandungan lemaknya

lebih rendah bila dibandingkan dengan susu kerbau. Pengolahan dangke sendiri

dimulai dari merebus campuran susu sapi, garam dan getah pepaya atau sari buah

pepaya muda. Hasil dari rebusan itu kemudian disaring dan dipisahkan dengan air,

lalu dicetak menggunakan tempurung kelapa. Getah pepaya memiliki kandungan

enzim-enzim protease yaitu papain dan kimopapain yang berfungsi sebagai

pengurai protein.

Dangke merupakan produk olahan susu tradisional yang dibuat oleh

masyarakat di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan, melalui proses

penggumpalan susu kerbau atau susu sapi dengan pemanasan dan penambahan
getah pepaya. Dangke telah dikenal sejak tahun 1905 yang hingga sekarang tetap

bertahan dan berkembang menjadi usaha skala rumah tangga. Konsumen dangke

tidak terbatas hanya di daerah Enrekang dan sekitarnya, tetapi juga pada

komunitas orang enrekang yang tidak berada di daerah tersebut. Hal ini berarti

bahwa gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi dangke yang tercemar mikrob

patogen dapat mencakup lingkup masyarakat yang luas. Hal inilah yang melatar

belakangi dilakukannya praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak mengenai

pembuatan dangke.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak mengenai

Pembuatan Dangke, yaitu untuk mengetahui cara pembuatan dangke dan

mengetahui karakteristik dangke.

Kegunaan praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak mengenai

pembuatan dangke, yaitu agar praktikan dan masyarakat dapat mengetahui cara

pembuatan dangke dan mengetahui karakteristik dangke.


TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Susu

Susu adalah hasil pemerahan dari sapi atau hewan menyusui lainnya dan

dapat dikonsumsi sebagai bahan makanan yang aman dan sehat serta tidak

dikurangi komponen-komponen penyusunnya atau ditambah bahan-bahan lain

(Hadiwiyoto, 2014).

Susu sebagai sekresi normal dari kelenjar susu mamalia. Susu merupakan

cairan yang berbentuk koloid agak kental dan berwarna putih sampai kuning,

tergantung jenis hewannya dan makanan saat masa laktasi. Apabila volume susu

agak banyak, susu nampak berupa cairan yang berwarna putih sampai kuning,

tergantung jenis hewannya dan makanan saat masa laktasi. Apabila volume susu

agak banyak, susu nampak berupa cairan yang berwarna putih atau kuning padat,

namun bila susu dalam lapisan tipis akan nampak transparan, pemisahan lemak

susu menyebabkan warnanya menjadi agak kebiru-biruan (Hatta, 2013)

Susu merupakan bahan pangan yang tersusun atas berbagai nilai gizi

dengan proporsi seimbang. Tingginya kandungan gizi pada susu merupakan

media yang baik bagi pertumbuhan mikrobia, sehingga susu merupakan salah satu

bahan pangan yang mudah rusak atau perishable. Faktor penyebab kerusakan susu

dapat meliputi faktor kimia, fisik, dan mikrobiologi. Namun kerusakan susu

akibat pengaruh faktor mikrobiologi menjadi penyebab utama terjadinya

kerusakan susu. Hal ini diakibatkan karena susu sangat mudah tercemar oleh

mikroba, baik pada waktu proses pemerahan maupun pengolahan, sehingga

menjadikan masa simpan susu relatif singkat, yaitu hanya sekitar 5 (lima) jam

apabila disimpan dalam suhu ruang (Fadliah, 2014).


Air susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia karena

kelezatan dan komposisinya yang ideal selain air susu mengandung semua zat

yang dibutuhkan oleh tubuh, semua zat makanan yang terkandung didalam air

susu dapat diserap oleh darah dan di manfaatkan oleh tubuh. Didalam kehidupan

sehari-hari, tidak semua orang meminum air susu yang belum diolah. Hal ini

disebabkan karena tidak terbiasa mencium aroma sususegar (mentah), atau sama

sekali tidak suka air susu dan sebagian lagi karena menganggap harga air

susumahal dibandingkan kebutuhan sehari-hari lainnya. Dengan adanya teknologi

pengolahan/pengawetan bahan makanan, makahal tersebut di atas dapat diatasi,

sehingga air susu beraroma enak dan disukai orang (Malaka, 2015).

Susu segar yang baru diperoleh mempunyai rasa sedikit manis dan bau

dengan karateristik tidak menonjol. Bau akan hilang setelah beberapa jam atau

pendinginan dan udara. Flavour susu yang menyenangkan dapat berhubungan

dengan kandungan laktosa susu yang tinggi dan kandungan klorida yang relatif

lebih rendah. Kandungan laktosa yang rendah dan klorida yang relatif tinggi dapat

menyebabkan susu mempunyai rasa asin. Menjelang akhir periode laktasi, susu

yang dihasilkan sering mempunyai rasa asin (Puspita, 2013).

Susu merupakan sumber protein dengan mutu yang sangat tinggi, dengan

kadar protein dalam susu segar 3.5 %, dan mengandung lemak yang kira-kira

sama banyaknya dengan protein. Karena itu, kadar lemak sering dijadikan sebagai

tolak ukur mutu susu, karena secara tidak langsung menggambarkan juga kadar

proteinnya. Beberapa jenis sapi perah, khususnya dari Bos Taurus misalnya Jersey

dan Guernsey mampu memproduksi susu dengan kadar lemak mendekati 5 %.

Gula dalam susu disebut laktosa atau gula susu, kadarnya sekitar 5 - 8 %. Laktosa
memiliki daya kemanisan sangat rendah, yaitu hanya 16 % daya kemanisan

sukrosa. Laktosa merupakan senyawa yang banyak digunakan dalam

pembentukan sel otak, khusunya bagi anak-anak usia di bawah 7 tahun, agar

jumlah maupun perkembangan sel otaknya berlangsung dengan normal dan lancer

(Suryani, 2015).

Dewa (2010), menyatakan bahwa susu merupakan medium yang sangat

sesuai dengan kehidupan mikroba karena mempunyai komposisi kimia yang kaya

berbagai zat makanan dan tinggi kandungan airnya sehingga sangat mudah

terkontaminasi oleh bakteri-bakteri pembusuk pada saat produksi, pengolahan dan

pemasaran. Komposisi rata-rata susu segar adalah air (87 %), protein (3,7 %),

laktosa (4,9 %) dan abu (0,7 %).

Tinjauan Umum Dangke

Dangke adalah salah satu keju tradisional yang teksturnya mirip tahu

berwarna putih kekuningan yang bahannya dari susu kerbau dari Sulawesi selatan.

Dangke mengandung protein paling tinggi di bandingkan beberapa keju

tradisional yaitu dadih dan dali. Dangke ini dibuat dari susu segar yang

difermentasi dengan menggunakan bahan alami atau tanpa pengawet buatan. Oleh

sebab itu dangke memiliki kandungan protein betakaroten yang cukup tinggi,

serta aman untuk dikonsumsi, walapun hanya bisa bertahan bisa bertahan

beberapa hari saja pada suhu ruang. Dangke merupakan olahan dari pangan dari

susu kerbau yang bergizi dengan kandungan air 47,75%; abu 2,32%; lemak

33,89%; protein 17,01%; serta vitamin dan mineral (Suryani dan Niswah, 2015).

Dangke adalah sejenis keju yang terbuat dari susu kerbau atau susu sapi.

Tujuan pengolahan susu menjadi dangke agar dapat disimpan lebih lama dan
mencegah terjadinya kerusakan pada air susu. Selain itu untuk mempertahankan

kualitas dangke biasanya dangke direndam di dalam larutan garam jenuh selama

satu jam dan dikeringkan pada suhu kamar selama 160 menit serta dibungkus

dengan plastik. Dengan cara ini dangke dapat bertahan untuk jangka waktu dua

bulan. Dangke merupakan bahan pangan dengan nilai gizi yang tinggi. Dangke

kerbau terdiri dari air 47, 75%; abu 2,32%; lemak 33,89%; protein 17,01%; serta

komponen-komponen lainnya dalam jumlah kecil yakni vitamin dan mineral

(Baba, 2012).

Dangke dibuat melalui susu sapi atau susu kerbau yang diperah dan belum

pecah, lalu dipanaskan dengan api kecil sampai mendidih, kemudian di dalam

susu ditambahkan dengan 1 sendok teh enzim papain (Papain Kasar).

Penambahan yang berlebihan dapat menyebabkan dangke terasa pahit

(Suryani,2015).

Hasil penilaian organoleptik terhadap deskripsi dari warna dangke susu

sapi dan susu kerbau oleh konsumen bukan orang Enrekang memperlihatkan

bahwa mayoritas konsumen (63,9%) menyatakan bahwa warna dangke susu sapi

adalah putih kekuningan, sedangkan warna dangke susu kerbau berkisar antara

putih (30,6%), putih kekuningan (33,3%) hingga putih keabuan (36,1%) (Hatta,

2013). Warna putih dari susu diakibatkan oleh dispersi yang merefleksikan sinar

dari globula-globula lemak serta partikel-partikel koloid senyawa kasein dan

kalsium fosfat. Warna kekuningan disebabkan adanya pigmen karoten yang

terlarut di dalam lemak susu, sedangkan warna putih sedikit kebiruan dapat

tampak pada susu yang memiliki kadar lemak rendah atau pada susu skim (Hatta,

2013).
Dangke merupakan jenis makanan yang bergizi dan khas, yang terdapat

dan dikenal di Kabupaten Enrekang Propinsi Sulawesi Selatan, yang dibuat dari

susu kerbau atau susu sapi. Dangke berasal dari bahasa belanda yang didengar

oleh rakyat setempat waktu orang belanda melihat dan menerima jenis makanan

yang dibuat dari susu kerbau atau susu sapi. Selanjutnya mengatakan ”Dangk

Well” yang artinya terima kasih. Kata ”Dangk” inilah yang akhirnya dipakai

untuk nama dangke (Baba,2012)

Menurut Marzoeki, dkk (1978), bahwa dangke yang asli dapat dibedakan

dengan dangke yang telah dicampur dengan tepung (dipalsukan) antara lain : a)

Dangke asli berwarnah putih, Sedangkan dangke campuran agak kuning kusam ;

b) Dangke asli elastis, sedangkan dangke campuran tidak elastis.

Berdasarkan penelitian Wahyuni (1998) bahwa pada pengujian kadar protein

dangke diperoleh rata-rata 12,09%. Pada pengolahan susu menjadi dangke

berpengaruh nyata terhadap kadar protein. Dengan adanya pemanasan dan

penambahan enzim papain pada susu akan merubah komposisi kadar protein. Pada

hasil organoleptik, tidak menunjukkan perubahan warna dan bau, hanya

konsistensinya sedikit berubah yaitu menjadi kenyal.

Seperti halnya warna, perbedaan aroma, rasa, dan tekstur antara kedua

jenis dangke diduga berkorelasi dengan perbedaan sifat dan komposisi kimiawi

antara susu kerbau dan susu sapi. Keju yang terbuat dari susu kerbau

memperlihatkan karakteristik kenampakan dan tekstur yang khas, terutama rasa

dan sifat berangkainya saat dikunyah sangat diperlukan seperti pada keju

Mozzarella susu kerbau lebih disukai daripada susu sapi (Hatta, 2013).
Tinjauan Umum Enzim Papain

Papain adalah suatu protease sulfidril dari getah papaya (carica papaya).

Enzim protease yang terpenting dalam buah papaya adalah enzim papain dan

kemopapain yang aktifitas penggumpalannya mencapai optimum pada suhu 60 0C

sampai 700C. Enzim papain mempunyai daya tahan panas lebih tinggi dari enzim

lain. Aktivitas enzim papain ditandai dengan proses pemecahan substrat menjadi

produk oleh gugus histidin dan sistein pada sisi aktif enzim. Aktivitas

katalitiknya dipengaruhi oleh karakteristik getah papaya serta proses pengeringan

getah (Sabriyyah, 2005) dalam (Puspitasari, dkk. 2013). Keaktifan enzim papain

hanya menurun 20 persen pada pemanasa 700 C selama 30 menit pada pH 7,0

(Winarno, 1983) dalam (Puspitasari, 2013). Kelebihan papain dibandingkan

proteolitik yang lain adalah lebih tahan terhadap suhu proses, mempunyai kisaran

pH yang luas dan lebih murni dibandingkan bromelin dan ficin (Puspitasari, dkk.

2013).

Kalie (1990) Mengemukakan bahwa papain adalah salah satu enzim

proteolitik yang terdapat dalam Papain Kasar. Kandungannya dapat mencapai

50% dari berat kering getah. Seluruh bagian tanaman kecuali biji dan akar

mengandung enzim, buah merupakan penghasil getah yang paling banyak.

Papain kasar adalah getah pepaya yang telah dikeringkan, dihaluskan

berbentuk tepung. Bahan dari tepung getah pepaya kering ini sesungguhnya

mengandung empat macam enzim proteolitik yakni papain, chimopapain A,

chimopapain B, dan papain peptidase A. Keempat jenis enzim proteolitik tersebut

biasanya disebut sebagai papain atau papain kasar. Papain murni adalah hasil
pemisahan dan pemurnian papain menjadi keempat enzim proteolitik tersebut

(Fadliah,2010).

Dalam getah pepaya terkandung enzim-enzim protease (pengurai protein)

yaitu papain dan kimopapain. Kadar papain dan kimopapain dalam buah pepaya

muda berturut-turut 10 % dan 45 %. Kedua enzim ini mempunyai kemampuan

menguraikan ikatan-ikatan dalam melekul protein sehingga protein terurai

menjadi polipeptida dan dipeptida. Jika bekerja pada daging, protein daging dapat

diuraikan sehingga daging menjadi empuk. Kedua enzim ini juga mempunyai

daya tahan panas yang baik. Disamping menguraikan protein, papain mempunyai

kemampuan untuk membentuk protein baru atau senyawa yang menyerupai

protein (Puspitasari,dkk 2013).

Kekenyalan tahu susu terlihat bahwa semakin tinggi dosis enzim yang

digunakan maka akan dihasilkan tahu susu yang semakin kenyal. Salah satu sifat

dari enzim papain adalah mempunyai keaktifan sintetik yaitu kemampuan

membentuk protein baru yang disebut palestin yang akan mempengaruhi

kekenyalan sehingga semakin tinggi level pemberian enzim papain dalam

pembuatan tahu susu akan meningkatkan pembentukkan palestin dengan demikian

meningkatnya palestin maka tahu susu yang dihasilkan akan semakin kenyal.

Enzim papain akan bekerja dan mencapai optimum pada suhu 600 oC – 700oC

sehingga aktivitas penggumpalannya akan optimal. Hasil penelitian

memperlihatkan bahwa suhu pemanasan mempengaruhi kadar dangke atau tahu

susu dimana dengan pemanasan akan memecah protein menjadi lebih sederhana

dimana dimulai dari denaturasi (Puspitasari, dkk. 2013).


Konsentrasi getah pepaya pada dangke tersebut perlu mempertimbangkan

penerimaan pada masyarakat khususnya pada anak-anak SD terlebih dahulu.

Sebab senyawa alkaloid karpain pada getah papaya yang memberi pengaruh rasa

pahit pada Dangke, sehingga pemberian konsentrasi getah papaya harus

memperhatikan kadar nya, sebab semakin banyak konsentarsi getah papaya yang

diberikan maka rasa pahit pada Dangke akan semakin terasa. Hasil analisis

statistik menunjukkan bahwa tingkatan konsentrasi getah pepaya pada dangke

berpengaruh secara signifikan pada penilaian warna dangke (p=0.690). Hal ini

mengindikasikan bahwa kesukaan panelis terhadap keempat tipe dangke

konsentrasi getah pepaya adalah sama atau tidak berbeda (Dewa, dkk. 2010)
METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak mengenai Pembuatan

Dangke dilaksanakan pada hari Seinin, 27 Februari 2017 pukul 14.00 WITA

sampai selesai, bertempat di Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil Ternak

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak

mengenai pembuatan dangke yaitu kompor, panci, pengaduk, dan thermometer.

Bahan yang digunakan pada Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil

Ternak mengenai pembuatan dangke yaitu larutan susu segar/susu rekonsitusi 100

ml, getah papaya 2 ml, garam halus 1 g, air 900 ml, susu bubuk 100 g.

Prosedur Kerja

Membuat larutan papain, kemudian memanaskan susu segar dan

menambahkan garam. Pada saat suhu mencapai 400C menambahkan larutan

papain sedikit demi sedikit. Apabila pada saat mendidih cairan susu masi putih,

apinya dikesilkan lalu menambahkan larutan papain (sedikit demi sedik)

kemudian mengaduk secara perlahan tanpa merusak gumpalan yang sudah

terbentuk. Setelah gumpalan terbentuk suhu dinaikkan 950C selama 5 menit untuk

mengeraskan dan memadatkan curd. Curd yang terbentuk dipisahkan dari whey.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa pembuatan dangke tidak

berhasil. Gagalnnya pembuatan dangke dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor,seperti suhu dan pemanasan. Pemanasan atau suhu yang berlebihan dapat

berpengaruh terhadap kualitas dangke. Hal ini sesuai dengan pendapat (Malaka.,

dkk 2015) yang menyatakan bahwa Mekanisme pengggumpalan yang diawali

dengan proses gelatinasi, akibat penambahan enzim yang dalam penelitian ini

menggunakan getah pepaya (Carica papaya), dengan berbagai pengaruh

prosessing seperti suhu pemanasan dan konsentrasi bahan penggumpal akan

menentukan dalam kualitas produk akhir.

Pembuatan dangke yang tidak berhasil juga di pengaruhi oleh penambahan

enzim papain. Hal ini sesuai dengan pendapat (Malaka., dkk 2015) yang

menyatakan bahwa Pemberian papain dengan suhu pemanasan yang berbeda

akan mempengaruhi penggumpalan susu. Dimana dalam pembuatan dangke

dengan penambahan papain pada saat susu dipanaskan akan menghasilkan

rendemen yang lebih besar. Sehingga aktivitas papain dan suhu pemanasan akan

mempengaruhi kualitas dangke.

Proses penggumpalan susu oleh enzim diawali dengan proses gelatinasi,

dimana bila terjadi hidrolisis protein secara ektensif yang dipengaruhi oleh suhu

pemanasan dan konsentrasi enzim akan berpengaruh negatif terhadap

pembentukan curd, sehingga berpengaruh terhadap (Malaka, dkk 2015).

Dari hasil penelitian Amin (2003) melalui pembuatan curd keju dengan

bahan penggumpal asam asetat 5, 10 dan 15% dengan pemanasan 65 dan 85oC

menunjukkan bahwa pemanasan 85oC memberikan produksi curd yang lebih


tinggi dibanding pemanasan 65oC. Proses terjadinya curd yaitu pada

penggumpalan akibat adanya stadium presifitasi isoelektrik, yang mula-mula

disebabkan distribusi ukuran partikel dan komposisi akhir kasein pada curd.

Setelah stadium presifitasi maka perubaha distribusi kasein terjadi. Pada suhu

53oC dan pH > 4,6 partikel curd bertendensi menjadi berserabut berikatan satu

sama lain menipis,lalu membentuk massa gumpalan yang lebih besar. Pada suhu

yang lebih rendah akan terbentuk curd yang lunak dan mudah pecah saat ditangani

secara mekanik, partikel curd akan menyebar di air dingin dan mengkerut saat

pengeluaran whey selama pencucian curd (Jablonka dan Munro, 1985). Para

Peneliti menyatakan bahwa pada saat pemanasan yang terpengaruh bukan hanya

kasein, tetapi juga whey protein seperti α-laktalbumin, β-laktoglobulin ataupun

laktoferin. Protein β-laktoglobulin sering dikeluarkan dari produk susu karena

dianggap sumber alergen. Hidrolisa protein dengan papain dapat mereduksi β-

laktoglobulin ini, dan merupakan formula untuk membuat susu hipoalergik, tetapi

hidrolisis denga enzim sering menimbulkan rasa pahit dan penyimpangan rasa

lainnya, tetapi dengan metode eliminasi agregasi β-laktoglobulin saat prosessing

dapat menghasilkan produk susu tanpa rasa pahit dan flavor lainnya yang tidak

diinginkan (Isyana., 2012).

Cara pemanasan susu pada pembuatan dangke yakni susu dipanaskan

dalam panci terbuka dengan api kecil hingga sedang sambil diaduk untuk

menghindari pemanasan setempat. Pengadukan perlu dilakukan untuk memastikan

semua partikel air susu mendapatkan pemanasan yang cukup dan merata (Hatta,

dkk 2014)
Tahap selanjutnya dari pembuatan dangke adalah penambahan getah

pepaya untuk menggumpalkan susu. Getah dari buah pepaya dicampur dengan air

kemudian dikocok-kocok hingga tercampur rata dan siap digunakan untuk

membuat dangke. Konsentrasi dan level penggunaan larutan getah pepaya

beragam dan umumnya bergantung pada kebiasaan dan pengalaman pekerja.

Standar ketepatan pemakaian larutan getah pepaya oleh pekerja biasanya

berdasarkan pada kekerasan gumpalan dan rasa pahit dangke yang dihasilkan

(Malaka, dkk 2015).

Tahap berikutnya dari pembuatan dangke setelah penambahan larutan

getah pepaya adalah penyaringan gumpalan (curd) dari cairan (whey) yang

sekaligus sebagai tahap pencetakan dangke. Susu sesaat setelah penambahan

larutan getah pepaya diaduk perlahan agar enzim proteolitik dan suhu pemanasan

dapat menyebar secara merata pada semua partikel susu, setelah itu susu

didiamkan hingga terbentuk gumpalan yang memisah dari cairan berwarna kuning

(Malaka, dkk 2015).

Gumpalan dicetak harus dalam kondisi panas agar satu sama lain dapat

melekat sehingga tekstur dangke yang dihasilkan padat dan kompak. Gumpalan

ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam cetakan sambil ditekan-tekan dengan

sendok untuk membantu pengeluaran cairan dari gumpalan dan membentuk

tekstur yang lebih kompak (Malaka, dkk 2015).


PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pembuatan dangke

dapat dipengaruhi oleh suhu pemanasan dan penambahan enzim papain.

Pemanasan yang baik yakni susu dipanaskan dalam panci terbuka dengan api kecil

hingga sedang sambil diaduk untuk menghindari pemanasan setempat.

Saran

Dalam pembuatan dangke harus berhati-hati. Pencetakan dangke harus

dilakukan dengan hati-hati, seperti menuang cairan susu ke wadah pencetakan

secara pelan-pelan.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, 1984. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu bagian 1. Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Andi Offset, Yogyakarta.

Amin, R.M. 2003. Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat dan Suhu


Pemanasan terhadap produksi Curd Susu. Skripsi. Fakultas
Peternakan, Universitas Hasanuddin

Dewa, F, Sirajuddin, S dan Hendrayati. 2010. Pengaruh Konsentrasi Getah


Pepaya Terhadap Kualitas Dangke Dan Daya Terima Masyarakat. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Djide, 1991. Analisis Mikrobiologi Dangke Asal Enrekang. Laporan Penelitian


Fakultas MIPA. Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang.

Fadliah. 2014. Kualitas organoleptik dan pertumbuhan bakteri pada susu


pasteurisasi dengan penambahan kayu secang (caesalpinia sappan l.)
selama penyimpanan. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin. Makassar.

Hadiwiyoto, 1984. Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Liberty,


Yogyakarta.

Hatta, W. 2013. Survei Potensi Pengembangan Dangke Susu Sapi Sebagai


Alternatif Dangke Susu Kerbau Di Kabupaten Enrekang, Sulawesi
Selatan. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Hatta, w. Minarwati, b,. s. Idwan, S. Ratmawati, M. 2014. Survei Karakteristik


Pengolahan Dan Kualitas Produk Dangke Susu Sapi Di Kabupaten
Enrekang, Sulawesi Selatan. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin.
Makassar.

Imai, K.S.H., M. Nakamura, T. Nishiya, M. Kawanari and I. Nakajima.


1996. Effect of protein concentration and degree of hydrolysis
during heating on the aggregation of β-lactoglobulin.
Milckwissenschaft 51(7): 380 – 382.

Jablonka, M.S., and P.A. Munro. 1985. Particle size distribution and
calcium content of batch-precipitated acid casein curd: effect of
precipitation temperature and pH. J. of Dairy Research, 52: 419 –
428.

Kalie, 1990. Tanaman Pepaya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Susu. eBookPangan.com. Yogyakarta


Malaka,R., Sudirman, b. Kusumandari, I.,p. 2015. karakteristik dan mekanisme
gelatinasi curd dangke melalui analisis fisiko kimia dan mikrostruktur.
Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar

Marzoeki, dkk., 1978. Penelitian Peningkatan Mutu Dangke. Balai Penelitian


Kimia. Departemen Perindustrian. Ujung Pandang.

Puspitasari, R, Santosa, S dan Sulistyowati, M. 2013. Pengaruh Lama Pemanasan


Dan Pemberian Level Papain Terhadap Kekenyalan Dan Kesukaan Tahu
Susu. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 501 – 506. Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Surono, I.S. 1983. Tradisional Milk Product From Buffalo Milk by Use Higher
Pantsas Coagulants In Indonesia-Japanese. J. Dairy Sci and Food Sci.

Suryani, T dan Niswah, F. 2015. Pemanfaatan Susu Kambing Etawa Dan Kedelai
Sebagai Bahan Dasar Dangke (Keju Khas Indonesia) Dengan Koagulan
Ekstrak Jeruk Nipis. Vol. 1 No. 2. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sutrisno. 2007. Tepung Papain Kasar, Pengempuk Daging. Ebook Pangan.com.


Jakarta.

Syarief, 1985. Ternak Perah. CV. Yasaguna, Jakarta.

Saleh, E. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. USU Digital
Library. Medan.

Wahyuni. 1998. Pengujian Kadar Protein Susu Segar dan Sesudah Pengolahan
menjadi Dangke. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Anda mungkin juga menyukai