Analisis Kasus Pengambilan Kejputusan Etis
Analisis Kasus Pengambilan Kejputusan Etis
Disusun oleh :
Kelompok 11
1. Desy Dwi Lestari (12.0102.0074)
2. Aprilia Nugrahaning Putri (12.0102.0082)
3. Agung Dwi Pamungkas (12.0102.0110)
2014/2015
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
A. Pengertian Etika
Etika (Yunani Kuno: “ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah
cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi
studi mengenai standar dan penilaian moral[1]. Kata etika berasal dari
bahasa Yunani, ethos atau taetha yang berarti tempat tinggal, padang
rumput, kebiasaan atau adat istiadat. Oleh filsuf Yunani, Aristoteles, etika
digunakan untuk menunjukkan filsafat moral yang menjelaskan fakta
moral tentang nilai dan norma moral, perintah, tindakan kebajikan dan
suara hati. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar,
salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Pada pengertian yang paling
dasar, etika adalah sistem nilai pribadi yang digunakan memutuskan apa
yang benar, atau apa yang paling tepat, dalam suatu situasi tertentu;
memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai yang
ada dalam organisasi dan diri pribadi. Etika juga diartikan pula sebagai
filsafat moral yang berkaitan dengan studi tentang tindakan-tindakan baik
ataupun buruk manusia di dalam mencapai kebahagiaannya[2]. Apa yang
dibicarakan di dalam etika adalah tindakan manusia, yaitu tentang kualitas
baik (yang seyogyanya dilakukan) atau buruk (yang seyogyanya dihindari)
atau nilai-nilai tindakan manusia untuk mencapai kebahagiaan serta
tentang kearifannya dalam bertindak.
B. Pengertian Pengambilan Keputusan
Para individu dalam organisasi membuat keputusan (decision), artinya
mereka membuat pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih. Sebagai
contoh, manajer puncak bertugas menentukan tujuan-tujuan organisasi,
produk atau jasa yang ditawarkan, cara terbaik untuk membiayai berbagai
operasi, produk atau jasa yang menempatkan pabrik manufaktur yang
baru. Manajer tingkat menengah dan bawah menentukan jadawal
produksi, menyeleksi karyawan baru, dan merumuskan bagaimana
meningkatkan bayaran karyawan. Karyawan nonmanajerial juga membuat
keputusan yang mempengaruhi pekerjaan dan organisasi tempat mereka
bekerja. Semakin banyak organisasi memberikan karyawan nonmanajerial
otoritas pembuatan keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan, maka
pengambilan keputusan individual merupakan satu bagian penting dari
perilaku organisasi.
Pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan altematif terbaik
dari sejumlah Alternatif yang tersedia. Teori-teori pengambilan keputusan
bersangkut paut dengan masalah bagaimana pilihan-pilihan semacam itu
dibuat. Beberapa pegertian tentang keputusan menurut beberapa tokoh
(dhino ambargo: 2) adalah sebagai berikut :
1. Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan
masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang harus
dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan.
Keputusan dibuat untuk menghadapi masalah-masalah atau
kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah digariskan atau
penyimpangan serius terhadap rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tugas pengambilan keputusan tingkatnya sederajad
dengan tugas pengambilan rencana dalam organisasi.
2. Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan
adalah suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah,
pengumpulan fakta-fakta dan data. Penentuan yang matang dari
altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
3. Claude S. George, Jr (2005) menyatakan, proses pengambilan
keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu
kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan,
penilaian dan pemilihan di antara sejumlah alternatif.
4. Horolddan Cyril O'Donnell (2005) juga berpendapat bahwa
pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif
mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu
rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan,
suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang
telah dibuat.
5. Dee Ann Gullies (1996) menjelaskan definisi Pengambilan
keputusan sebagai suatu proses kognitif yang tidak tergesa-gesa
terdiri dari rangkaian tahapan yang dapat dianalisa, diperhalus, dan
dipadukan untuk menghasilkan ketepatan serta ketelitian yang lebih
besar dalam menyelesaikan masalah dan memulai tindakan. Definisi
yang lebih sederhana dikemukakan oleh Handoko (1997),
pembuatan keputusan adalah kegiatan yang menggambarkan proses
melalui serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu
masalah tertentu.
6. Ralp C. Davis dalam Imam Murtono (2009) menyatakan keputusan
dapat dijelaskan sebagai hasil pemecahan masalah, selain itu juga
harus didasari atas logika dan pertimbangan, penetapan alternatif
terbaik, serta harus mendekati tujuan yang telah ditetapkan. Seorang
pengambil keputusan haruslah memperhatikan hal-hal seperti;
logika, realita, rasional, dan pragmatis.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
pengambilan keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis
terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data,
penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil
tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Pengambilan keputusan yang dilakukan biasanya memiliki beberapa
tujuan , seperti ; tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan
tidak berkaitan dengan masalah lain) dan tujuan yang bersifat ganda
(masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak
kontradiktif).
Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembilan
keputusan adalah :
1. Hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional
maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;
2. Setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk
mencapai tujuan organisasi;
3. Setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi,
perhatikan kepentingan orang lain;
4. Jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
5. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan
mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;
6. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang
cukup lama;
7. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan
hasil yang baik;
8. Setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui
apakah keputusan yang diambil itu betul; dan
9. Setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari
serangkaian kegiatan berikutnya.
4. Pendekatan Pastin
Dalam pendekatan Pastin ini berkaitan erat dengan konsep etika aturan
dasar. Yang didalamnya menyangkut tentang beberapa hal, yaitu :
a. Organisasi/ aturan dan nilai-nilai (terkait dengan moral dan norma,
etika dalam manajemen)
Pada kasus ini, manajemen perusahaan PT. Indosat, Tbk dan anak
perusahaannya yaitu PT. Indosat Mega Media (IM2)jelas
melanggar moral dan norma etika dalam pengambilan
keputusannya. Hal ini dibuktikan pada saat manajemen melakukan
pengambilan keputusan ini terkait dengan penyalahgunaan
frekuensi 3G di frekuensi radio 2.1 GHz perusahaan ini tidak
menghiraukan peraturan-peraturan hukum (Peraturan Pemerintah
Nomor 53 tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi
Radio dan Orbit Satelit ) yang ada di Indonesia dan perusahaan ini
juga tidak memperhatikan atas dampak negatif yang ditimbulkan
kepada pengguna layanan internet yang ada di Indonesia.
b. Aturan etika dasar yang dapat digunakan untuk menentukan
batasan-batasan etika, yang didalamnya menyangkut mengenai
beberapa hal, diantaranya :
1) Etika peraturan dasar
Pengambilan keputusan yang dilakukan manajemen perusahaan
ini mengakibatkan benturan hak antara perusahaan dengan
pemangku kepentingan (stake holder) perusahaan. Dimana
perusahaan mengambil keputusan ini dengan maksud agar
memproleh keuntungan yang besar namun manajemen
perusahaan tidak mempertimbangkan hak-hak pemangku
kepentingan lain seperti pemerintah dan pengguna jasa layanan
internet.
2) Etika titik akhir
Dalam pengambilan keputusan yang etis ini, perusahaan
seharusnya menentukan kepentingan atau kebaikan untuk
semua yang terbaik. Namun pada kasus ini, perusahaan hanya
menentukan kepentingan atau kebaikan yang terbaik hanya
bagi perusahaan itu sendiri.
3) Etika kontrak sosial
Dalam pengambilan keputusan yang etis ini, perusahaan juga
harus menentukan batasan apa yang harus diambil orang atau
organisasi terhadap prinsip-prinsip etika. Namun pada
kenyataannya, PT. Indosat, Tbk dan anak perusahaannya tidak
menghiraukan prinsip-prinsip etika yang baik dalam melakukan
pengambilan keputusan ini.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat kasus pelanggaran etika yang terjadi pada PT. Indosat, Tbk dan
anak perusahaannya PT. Indosat Mega Media (IM2) menyangkut pelanggaran
yang dilakukan perusahaan yang telah melanggar peraturan pemerintah yaitu
PT Indosat dan PT IM2 telah melanggar Pasal 33 Undang-Undang No 36
Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi yang berisi; (1) Penggunaan spektrum
frekuensi radio dan orbit satelit wajib mendapatkan izin pemerintah; (2)
Penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit harus sesuai dengan
peruntukannya dan tidak saling mengganggu; (3) Pemerintah melakukan
pengawasan dan pengendalian penggunaan spektrum frekuensi radio dan
orbit satelit. PT Indosat dan PT IM2 juga melanggar Pasal 58 PP Nomor 52
Tahun 2000 Tentang Peneyelenggaraan Komunikasi yang berbunyi, Menteri
mengumumkan peluang usaha untuk menyelenggarakan jaringan dan/atau
jasa telekomunikasi kepada masyarakat secara terbuka dan Pasal 30 PP
Nomor 53 Tahun 2000 Tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Dan
Orbit Satelit yang berbunyi, biaya hak penggunaan spektrum frekuensi radio
bagi penggunaan bersama pita frekuensi radio dan atau kanal frekuensi radio
dibebankan secara penuh pada setiap pengguna.
Kasus ini dapat terjadi dikarenakan beberapa hal yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan, salah satunya adalah pengambilan keputusan
manajemen perusahaan yang tidak etis yang hanya memperhitungkan
keuntungan dan kepentingan untuk perusahaannya itu sendiri tanpa melihat
kepentingan bagi pihak-pihak lain seperti pemerintah dan pihak pengguna
jasa layanan internet.
Terdapat beberapa pendekatan dalam melakukan pengambilan keputusan
yang etis bagi perusahaan. Yaitu pendekatan biaya manfaat, pendekatan 5
pertanyaan, pendekatan standar moral dan pendekatan pastin. Namun melihat
kasus yang menjerat PT. Indosat, Tbk dan perusahaan anaknya yaitu PT.
Indosat Mega Media (IM2), menurut penulis dalam melakukan pengambilan
keputusan yang etis, pendekatan 5 pertanyaan merupakan pendekatan yang
lebih tepat yang dapat digunakan perusahaan dalam melakukan pengambilan
keputusan yang etis. Dikarenakan melalui pendekatan ini, keputusan-
keputusan yang dibuat oleh manajemen perusahaan dapat memperhatikan
beberapa aspek yang tepat yaitu menyangkut keputusan tersebut
menguntungkan atau tidak? Sesuai hukum atau tidak? Sudah adil atau tidak?
Menyangkut kebenaran? Dan apakah keputusan tersebutakan membawa
perkembangan yang lebih baik atau tidak?. Sebab kasus ini telah menyangkut
mengenai peraturan hukum yang berlaku dan pendekatan ini lebih tepat
didalam pengambilan keputusan etis karena didalamnya juga menyangkut
pertimbangan hukum.
B. Saran
1. Sebaiknya perusahaan sebelum mengambil keputusan yang etis harus
memperhatikan langkah-langkah dalam melakukan pengambilan
keputusan yang etis agar keputusan yang dihasilkan perusahaan juga akan
memberikan keuntungan secara adil baik dari segi perushaan maupun
pihak-pihak berkepentingan.
2. Dalam mengambil keputusan, perusahaan juga sebaiknya selalu
memperhatikan segala norma-norma dan peraturan yang telah di tetapkan
di Indonesia sehingga hal ini tidak akan merugikan pihak-pihak lain
khususnya pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
http://wepreventcrime.org/index.php/component/k2/item/170-kecurangan-bisnis-
indosat-im2-kasus-korupsi-pertama-di-indonesia-yang-dilakukan-korporasi