Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

DINAMIKA PELAKSANAAN PANCASILA


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah: Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu: Ibu Gladys Retno Maharani, S.Pd, M,Pd

Oleh: Imam Munandar


NIM: 20045048
Jurusan Pendidikan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Padang
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada Nabi
Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat-Nya sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul
“DINAMIKA PELAKSANAAN PANCASILA”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen Pendidikan Pancasila kami yang
telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima
kasih.
Agam, 27 September 2020

Penulis
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL ……………………………

KATA PENGANTAR …………………………

DAFTAR ISI …………………………………

BAB I PENDAHULUAN ………………………

• A. Latar Belakang …………………………………………..


• B. Rumusan Masalah ………………………………………
• C. Tujuan Penulisan ………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN ………………………….

• A. Dinamika dan tantangan pelaksanaan Pancasila


diawal
perumusan ……………….…………………………………….
• B. Dinamika dan tantangan pelaksanaan Pancasila
diawal kemerdekaan …………………………………..
• C. Dinamika dan tantangan pelaksanaan Pancasila
era demokrasi
Liberal …………………………………….…………………………………
….
• D. Dinamika dan tantangan pelaksanaan Pancasila di
era demokrasi
terpimpin …………………………….…………………………….
• E Dinamika dan tantangan pelaksanaan Pancasila di
era demokrasi orde
baru …………………………….…………………………….
• F. Dinamika dan tantangan pelaksanaan Pancasila di
era demokrasi awal
reformasi ……………………………………………..
• G. Dinamika dan tantangan Pancasila saat
ini ……………………………………………..

BAB III PENUTUP ……………………………………

• A. Simpulan ……………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA …………………………………

BAB I
Pendahuluan

❖ Latar belakang

Pancasila sebagai dasar negara RI sebelum


disahkan pada tanggal
18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada
pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala
sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara RI.
Nilai-nilai tersebut berupa adat-istiadat,
kebudayaan serta nilai-nilai religius. Nilai-nilai
tersebut telah melekat dan teramalkan oleh
masyarakat ketika itu dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh sebab itulah maka Kausa Materialis dari
Pancasila itu pada dasarnya adalah Bangsa
Indonesia itu sendiri.

Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan


dirumuskan secara
formal oleh para pendiri negara untuk dijadikan
sebagai dasar filsafat negara Indonesia. Dan proses
perumusan materi Pancasila secara formal tersebut
dilakukan melalui proses: berbagai sidang, mulai
sidang BPUPKI pertama, Sidang Panitia “9”, sidang
BPUPKI kedua, yang diakhiri dengan disyahkannya
Pancasila secara yuridis sebagai dasar Filsafat
negara Republik Indonesia.

Oleh sebab itu untuk memahami Pancasila secara


lengkap alam
kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia, mutlak
diperlukan
pemahaman sejarah perjuangan dari bangsa
Indonesia, diperlukan
adanya pemahaman tentang sejarah perjuangan
bangsa Indonesia
dalam membentuk suatu negara yang didasari atas
asas hidup bersama demi kesejahteraan hidup
bersama yaitu negara yang berdasarkan Pancasila.

❖ Rumusan masalah
• Dinamika dan tantangan Pancasila diawal
perumusan Pancasila (Sidang BPUPKI I,
BPUPKI II, hingga PPKI)
• Dinamika dan tantangan Pancasila pada
awal kemerdekaan.
• Dinamika dan tantangan Pancasila di era
demokrasi liberal.
• Dinamika dan tantangan Pancasila di era
demokrasi terpimpin.
• Dinamika dan tantangan Pancasila di
masa orde baru (masa kepemimpinan
Presiden Soeharto).
• Dinamika dan tantangan Pancasila di
masa awal reformasi (masa
kepemimpinan Presiden BJ Habibie,
Presiden Abdurrahman Wahid sampai
Presiden Megawati Seokarno Putri).
• Dinamika dan tantangan Pancasila saat ini
(masa Presiden SBY dan Presiden Joko
Widodo).
❖ Tujuan penulisan
• Mengetahui dinamika dan tantangan
Pancasila diawal perumusan Pancasila
(Sidang BPUPKI I, BPUPKI II, hingga PPKI)
• Mengetahui dinamika dan tantangan
Pancasila pada awal kemerdekaan.
• Mengetahui dinamika dan tantangan
Pancasila di era demokrasi liberal.
• Mengetahui dinamika dan tantangan
Pancasila di era demokrasi terpimpin.
• Mengetahui dinamika dan tantangan
Pancasila di masa orde baru (masa
kepemimpinan Presiden Soeharto).
• Mengetahui dinamika dan tantangan
Pancasila di masa awal reformasi (masa
kepemimpinan Presiden BJ Habibie,
Presiden Abdurrahman Wahid sampai
Presiden Megawati Seokarno Putri).
• Mengetahui dinamika dan tantangan
Pancasila saat ini (masa Presiden SBY dan
Presiden Joko Widodo).

Bab II
Pembahasan

❖ Dinamika Pancasila diawal perumusan

• Masa persidangan pertama,


Pada sidang pertama tanggal 29 Mei 1945, Ketua
BPUPKI meminta
kepada anggota peserta sidang untuk memberikan
masukan-masukan
diseputar Dasar Negara Indonesia ketika sudah
merdeka, (Philosho-
fische grondslag). Dan Tokoh pertama yang tampil
untuk menyam-
paikan konsep dasar negara pada sidang pertama ini
adalah Mr.
Mohammad Yamin. Dalam pidatonya beliau telah
menyampaikan
rumusan yang terdiri ata lima dasar, yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Peri Kesejahteraan.
Namun usulan tersebut mengalami perubahan disaat
beliau
menyampaikannya secara tertulis, sebagaimana
berikut ini:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadlan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Berikutnya pada sidang hari kedua (tanggal 30 Mei
1945) tokoh
yang tampil adalah Ki Bagoes Hadikoesoemo dan K.H.
Wahid Hasyim
(dua orang Tokoh muslim), mereka mengusulkan agar
yang menjadi
dasar negara Indonesia adalah ajaran Islam, namun
mereka tidak
menyampaikan sesuatu rumusan sebagai tindak
lanjutnya.
Kemudian pada sidang hari ketiga (tanggal 31 Mei
1945), tokoh
yang tampil sebagai pembicara utama adalah Prof.
Mr. Soepomo. Beliau
mengemukakan lima Dasar negara Indonesia adalah:
1) Persatuan.
2) Kekeluargaan
3) Keseimbangan lahir dan bathin
4) Musyawarah
5) Keadilan rakyat.
Pada hari terakhir masa persidangan pertama (tanggal
1 Juni 1945)
tokoh yang tampil menyampaikan rumusan dasar
negara Indonesia
adalah Ir. Soekarno (Bung Karno). Beliau mengusulkan
rumusan dasar
negara tersebut diberi nama Pancasila, yang berisikan
sila-sila sebagai
berikut:
1) Kebangsaan – Nasionalisme
2) Perikemanusiaan – Internasionalisme
3) Mufakat – Democratie
4) Keadilan Sosial
5) Ketuhanan Yang Maha Esa.
Lebih lanjut Bung Karno mengatakan, bahwa ke lima
sila itu bisa
diperas hingga menjadi Tri Sila, yang terdiri dari:
1) Socio – Nasionalisme
2) Socio – Democratie
3) Ke – Tuhanan.
Kemudian apabila Tri sila tersebut diperas lagi maka ia
menjadi
Eka sila, yaitu “Gotong royong”.
Mana kala kita memperhatikan rumusan-rumusan
tentang Konsep
dasar negara Indonesia, yang disampaikan pada masa
persidangan
pertama, oleh tokoh-tokoh seperti tersebut diatas,
sejarah telah
membuktikannya bahwa mereka mempunyai peran
yang besar dalam
menggali apa yang menjadi dasar Negara Republik
Indonesia pada
saat ini.

• Masa Persidangan kedua:


Pada masa persidangan kedua ini pembahasan
dipusatkan pada
Rancangan Undang-Undang Dasar beserta
pembukaanya. Panitia
perancang UUD yang diketuai oleh Ir. Soekarno
menyetujui bahwa
Pembukaan UUD diambil dari Piagam Jakarta.
Kemudian untuk
merumuskan UUD, Panitia perancang membentuk lagi
panitia kecil
yang diketuai oleh Prof. Dr. Hussein. Akhirnya pada
tanggal 14 Juli
1945 Ir Soekarno melaporkan hasil kerja sama Panitia
Perancang UUD
kepada sidang, yang menyatakan hal-hal berikut;
1. Pernyataan Indonesia merdeka;
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar; dan
3. Undang-Undang Dasar (Batang Tubuhnya).
Akhirnya sidang BPUPKI menerima hasil kerja panitia
itu.
selanjutnya setelah berhasil menyelesaikan tugasnya,
kemudian
BPUPKI dibubarkan pada tanggal 7 Agustus 1945.
Kemudian sebagai gantinya dibentuklah Panitia yang
sesuai dengan tuntutan keadaan
saat itu, yaitu: “Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia” (PPKI).

• Sidang PPKI Pertama (18 Agustus 1945)


Sehari setelah proklamasi Kemerdekaan, tepatnya
tanggal 18
Agustus 1945, PPKI melakukan sidangnya yang
pertama, yang
dihadiri oleh 27 peserta, dengan keputusan-
keputusan yang
dihasilkan antara lain sebagai berikut:
a) Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945, yang
meliputi:
1) Setelah melakukan beberapa perubahan pada
Piagam
Jakarta yang kemudian berfungsi sebagai Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945.
2) Menetapkan rancangan hukum Dasar yang telah
diterima
dari BPUPKI pada tanggal 17 Juli 1945, setelah
mengalami
berbagai perubahan karena berkaitan dengan
perubahan
Piagam Jakarta, kemudian berfungsi sebagai Undang-
Undang Dasar 1945.
b). Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang
pertama
c). Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia
Pusat
sebagai Badan Musyawarah Darurat.

• Sidang Kedua (19 Agustus 1945)


Dalam sidang kedua PPKI telah menghasilkan
berbagai
keputusan sebagaimana berikut ini:
a. Pembagian Departemen-departemen atau
Kementerian-
Kementerian pemerintahan yang berjumlah 12
Departemen,
yang susunan pembagiannya terdiri atas berbagai
Departemen
sebagaimana tersebut di bawah ini:
1. Departemen Dalam Negeri
2. Departemen Luar Negeri
3. Departemen Kehakiman
4. Departemen Keuangan
5. Departemen Kemakmuran
6. Departemen Kesehatan
7. Departemen Pengajaran Pendidikan dan
Kebudayaan
8. Departemen Sosial
9. Departemen Pertahanan
10. Departemen Penerangan
11. Departemen Perhubungan
12. Departemen Pekerjaan umum.(Sekretariat
Negara, 1995:
461).
b. Tentang Daerah Propinsi Indonesia, dengan
pembagian sebagai
berikut:
1. Propinsi Sumatera
2. Propinsi Jawa Barat
3. Propinsi Jawa Tengah
4. Propinsi Jawa Timur
5. Propinsi Kalimantan
6. Propinsi Sulawesi
7. Propinsi Maluku
8. Propinsi Sunda Kecil

• Sidang Ketiga. (20 Agustus 1945).


Dalam sidang ketiga ini PPKI melakukan pembahasan
tentang
agenda “Badan Penolong Keluarga Korban perang”.
Adapun
keputusan yang dihasilkan adalah terdiri atas delapan
pasal. Salah
satu dari pasal tersebut yaitu: pasal 2. Untuk maksud
tersebut maka
dibentuklah suatu badan yang disebut dengan “Badan
Keamanan
Rakyat” (BKR).

• Sidang Keempat (22 Agustus 2045)


Pada sidang ini masalah yang dibahas oleh PPKI
adalah
pembentukan Komite Nasional., Partai Nasional
Indonesia dan
Badan keamanan Rakyat. Hal tersebut sebagaimana
ditetapkan
dalam pasal (4) aturan Peralihan, bahwa inti dari
keanggotaan
Komite Nasional ialah PPKI, kemudian ditambah
dengan Pimpinan
rakyat dari semua golongan, aliran dan lapisan
masyarakat, seperti
Pamong Praja, Alim Ulama, Kaum Cendekiawan,
Wartawan dan
golongan lain yang ada di masyarakat.
(M.Syamsuddin, dkk.: 2009:
42).
Berikutnya setelah PPKI menyelesaikan sidang
terakhir
tersebut, maka bubarlah PPKI tersebut secara tidak
langsung, dan
para anggotanya dilebur menjadi anggota inti dari
KNIP (Komite
Nasional Indonesia Pusat), yang anggotanya
berjumlah sebanyak
150 orang. Yang selanjutnya pada Rabu tanggal 29
Agustus 1945,
bertempat di gedung Kebudayaan (gedung Komidi di
Pasar Baru)
seluruh anggota tersebut dilantik secara resmi oleh
Presiden
Soekarno.
❖ Tantangan pelaksanaan Pancasila diawal
perumusan
• Sebelum proklamasi, pelaksanaan Pancasila
mengalami hambatan dikarenakan tidak tersebar
luasnya pengetahuan masyarakat terhadap
Pancasila. Hal ini dikarenakan alat komunikasi
antar daerah pada saat itu belum memadai
• Adanya pihak-pihak yang menentang Pancasila
sebagai ideologi dan dasar negara.
❖ Dinamika pelaksanaan Pancasila diawal
kemerdekaan
Walaupun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia telah
dilaksanakan
pada tanggal 17 Agustus 1945, namun bangsa Indonesia
masih meng
hadapi masalah terutama yang berkaitan dengan
kekuatan tentara
Sekutu, khususnya bangsa Belanda yang berupaya ingin
kembali
berkuasa di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari
sikap mereka
dalam memaksa Indonesia agar mengakui Pemerintah
Nica (Nehter-
lands Indies Civil Administration). Serta
memprogandakan kepada dunia luar bahwa negara
Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945 hannyalah Hadiah dari Fasis Jepang.
Oleh sebab itu untuk melawan sikap licik dan tuduhan
dari
Belanda tersebut, maka pemerintah Indonesia
mengeluarkan tiga
maklumat, yang terdiri dari:
1. Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16
Oktober 1945, yang
menghentikan kekuatan luar biasa dari Presiden
sebelum habis
masa berlakunya. Kemudian maklumat tersebut
memberikan
kekuasaan kepada MPR dan DPR yang semula dipegang
oleh
Presiden kepada KNIP.
2. Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945,
yang berisikan
agar rakyat Indonesia mendirikan Partai politik
sebanyak-banyak-
nya. Hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan kepada
negara luar
(Barat), bahwa negara Indonesia yang telah
memproklamasikan
kemerdekaannya adalah negara demokrasi dengan
Multi partai.
3. Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945,
tentang peru-
bahan sistem pemerintahan Indonesia, dari sistem
Pemerintahan/
Kabinet Presidensial menjadi sistem Pemerintahan
Parlementer
yang berasaskan Demokrasi Liberal.

❖ Tantangan pelaksanaan Pancasila diawal


kemerdekaan
• Berubahnya Sistem demokrasi Indonesia

❖ Dinamika pelaksanaan Pancasila era demokrasi


Liberal

Selanjutnya bertepatan pada tanggal 27 Desember


1949 di DenHaag (Belanda), Pemerintah Indonesia
telah menandatangani suatupersetujuan
(Mantelresolusi) bersama Ratu Yulliana di Belanda,
sebagai hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB),
berupa pembentukan “Negara Indonesia Serikat”
(RIS). Akibatnya semua ketentuan yang berkaitan
dengan konstitusi RIS tersebut harus diberlakukan.

❖ Tantangan pelaksanaan Pancasila di era demokrasi


liberal
• Munculnya paham-paham yang bertentangan
dengan Pancasila, seperti komunis, Darul Islam,
tentara Islam Indonesia.

❖ Dinamika pelaksanaan Pancasila di era demokrasi


terpimpin
• Pelaksaan Pancasila di era reformasi terpimpin
dimulai pada tahun1959 sampai tahun 1966.
❖ Tantangan pelaksanaan Pancasila di era demokrasi
terpimpin
• Presiden ditetapkan sebagai presiden seumur
hidup
• Pembangunan berpusat di pulau Jawa
• Timbulnya pergolakan masyarakat di berbagai
daerah

❖ Dinamika pelaksanaan Pancasila di masa orde baru

Munculnya Orde Baru, ditandai dengan terjadinya


berbagai aksi
yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat.
Misalnya aksi yang
dilakukan oleh Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar
Indonesia (KAPPI),
Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI),
Kesatuan Aksi Guru In-
donesia (KAGI) dan lain-lain, yang timbul dimana-
mana. Disamping
tuntutan utama seperti tersebut di atas, semua aksi
tersebut juga
menuntut:
1. Pembubaran PKI dan Ormas-ormasnya.
2. Pembersihan Kabinet dari unsur-unsur Gerakan
30 S PKI
3. Penurunan Harga.
Ketiga tuntutan tersebut dikenal dengan istilah
“Tritura” (Tiga
Tuntutan Hati Nurani Rakyat), sebagai perwujudan
dari rasa keadilan, kesejahteraan dan kebenaran.
Namun karena kuatnya aksi dan tuntutan rakyat
menyebabkan
penguasa Orde lama (Presiden) ketika itu Ir.
Soekarno tidak mampu
lagi menguasai negara. Hingga Presiden sebagai
Panglima Tertinggi
mengeluarkan “Surat Perintah 11 Maret 1966
(SUPER SEMAR) yang
memberikan kekuasaan penuh kepada Panglima
Angkatan Darat yang ketika itu dijabat oleh Letnan
Jenderal Soeharto.
❖ Tantangan pelaksanaan Pancasila di masa orde
baru
• Pemerintahan tidak terbuka kepada
masyarakat
• Praktik korupsi, kolusi dan nepotisme di dalam
pemerintah
• Masyarakat tidak bebas menyatakan
pendapatnya

❖ Dinamika pelaksanaan Pancasila di masa reformasi


Masa reformasi adalah suatu gerakan untuk
memformat ulang,
menata ulang atau menata kembali, hal-hal yang
menyimpang untuk
dikembalikan pada format/bentuk semula, sesuai
dengan nilai-nilai
ideal yang dicita-citakan rakyat (Riswanda, 1998).
Hal tersebut
dilakukan karena setelah Orde Baru berkuasa
sekian lama (sekitar 32 tahun), bangsa Indonesia
menghadapi bencana hebat, sebagai dampak krisis
ekonomi di Asia, terutama Asia Tenggara ketika itu.
Kondisi tersebut berdampak negatif terhadap
negara Indonesia. Misalnya, stabilitas politik
menjadi goyah dan hancurnya tatanan ekonomi
nasional.
Akhirnya sebagai akibat dari kuatnya tuntutan
reformasi,
pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto
mengundurkan diri, dan Presiden kemudian
digantikan oleh Wakil Presiden Prof. Dr. B.J.
Habibie, yang diikuti dengan pembentukan
“Kabinet Reformasi Pembangunan”. Sejak
pemerintahan B.J.Habibie inilah yang
mengantarkan rakyat Indonesia untuk melakukan
reformasi secara menyeluruh, terutama dalam
perubahan terhadap 5 buah UU politik yang
ditetapkan pada tahun 1985.
❖ Tantangan pelaksanaan Pancasila di masa
reformasi
• Kondisi pemerintahan belum stabil
• Kepemimpinan presiden berganti-ganti
❖ Dinamika pelaksanaan Pancasila saat ini
Sejak masa pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono pelaksanaan Pancasila dianggap telah
berhasil dibandingkan beberapa pemerintahan
sebelumnya.
❖ Tantangan pelaksanaan Pancasila saat ini
• Praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme masih
terjadi
• Beberapa kejadian anti-toleransi
mengakibatkan kerugian
• Perubahan sikap masyarakat yang meniru gaya
barat

Bab III
Penutup

❖ Kesimpulan
Indonesia telah mengalami berbagai pemerintahan
sejak dari awal kemerdekaan hingga saat ini.
Pancasila telah dijadikan sebagai ideologi negara
sejak 18 Agustus 1945, tepat 1 hari setelah
proklamasi Indonesia. Dalam pelaksanaannya,
masih banyak berbagai tantangan yang dialami
untuk menjadikan masyarakat Indonesia yang
berpedoman pada pancasila.
❖ Daftar pustaka
• Pendidikan Pancasila untuk perguruan tinggi
• DEMOKRASI INDONESIA: DARI MASA KE MASA
Oleh: Hartuti Purnaweni1
• DINAMIKA AKTUALISASI NILAI PANCASILA
DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN
BERNEGARA M u l y o n o

Anda mungkin juga menyukai