Anda di halaman 1dari 3

Jawaban Tugas Kelompok ke-1

(Minggu 3/ Sesi 4)
CAHYA HIDAYAT
DIMAS RAFI RAMAHARMUZI
FAREEL ARDAN HIDAYAT
MUHAMMAD REZA AZHAR PRIYADI
PASCA EMANUELLE DAMANIK

Buatlah sebuah deskripsi minimal 1 halaman Font: Times New Roman, ukuran: 12, spasi: 1,5.
Fakta bahwa kemajuan ilmu dan teknologi, terutama di era informasi ini, memang
membawa dampak negatif disamping, dampak positifnya. Hal inilah yang disebut dengan
ambivalensi ilmu dan teknologi itu terjadi. Apalagi akhir-akhir ini.

Akhir-akhir ini hoax ‘terserak’, caci-maki dan ‘sumbu pendek’ banyak terjadi dan
cukup membuat resah. Tak mengherankan bila Keminfo mulai mengeluarkan ancaman-
ancaman tertentu berkenaan dengan hal ini.

Berdasarkan deskrispsi kasus di atas, analisal pertannyaan berirkut;

Apa pandangan anda mengenai praktik-praktik hoax dan hate speech tersebut?
Pandangan anda harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila.

 Tugas memuat referensi bacaan.

Jawaban

Menurut Septiaji Eko Nugroho (Ketua Komunitas Masyarakat Indonesia Anti Fitnah)
"hoax" merupakan informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya atau juga
bisa diartikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang meyakinkan
tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya.

"Hoax" juga bisa diartikan sebagai tindakan mengaburkan informasi yang sebenarnya,
dengan cara membanjiri suatu media dengan pesan yang salah agar bisa menutupi pesan yang
benar," katanya. Ia melihat penyebaran "hoax" mulai marak sejak media sosial populer
digunakan oleh masyarakat Indonesia karena sifatnya yang memungkinkan akun anonim
untuk berkontribusi, juga setiap orang tidak peduli latar belakangnya punya kesempatan yang
sama untuk menulis.

Pada dasarnya, ujaran kebencian berbeda dengan ujaran (speech) pada umumnya,
walaupun di dalam ujaran tersebut mengandung kebencian, menyerang dan berkobar-kobar.
Perbedaan ini terletak pada niat (intention) dari suatu ujaran yang memang dimaksudkan
untuk menimbulkan dampak tertentu, baik secara langsung (aktual) maupun tidak langsung
(berhenti pada niat). Menurut Susan Benesch, jika ujaran tersebut dapat menginspirasi orang
lain untuk melakukan kekerasan, menyakiti orang atau kelompok lain, maka ujaran kebencian
itu berhasil dilakukan (Anam dan Hafiz, 2015).

Namun menurut David O. Brink, ada pernyataan atau ujaran yang bersifat diskriminatif
namun tidak termasuk dalam kategori ujaran kebencian. Hal ini dapat dicontohkan pada
stereotipe yang bias dan jahat, namun tidak sampai pada derajat stigmatisasi, merendahkan,
sangat menyakiti ataupun melukai. Menurut Brink, hate speech lebih buruk dari sekedar
pernyataan yang diskriminatif. Ia menggunakan simbol tradisional untuk melecehkan
seseorang karena keterikatannya pada kelompok tertentu dan sebagai ekspresi dari
penghinaan kepada targetnya agar menimbulkan efek kesengsaraan secara psikologis (Anam
dan Hafiz, 2015).

Merebaknya hoax di media sosial membuat pemerintah mengambil langkah tegas dengan
mengesahkan UU No.11 Tahun 2008 tentang ITE. Khusus pelanggaran freedom of speech
diatur dalam pasal 27 UU ITE. Bukan berarti UU ITE meniadakan kebebasan berpendapat
dalam pasal 28 UUD 1945, justru itu adalah penegasan bahwa pemerintah sangat menghargai
kebebasan individu dan sebagai batas bagi individu untuk tidak mengganggu kebebesan
orang lain seenaknya (Notanubun, 2014, p. 115).

Pancasila sila ketiga berbunyi “Persatuan Indonesia” mengandung arti Indonesia adalah
satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari bagian-bagian yang saling menyatu (Kaelan, 2009).
Persatuan itu tercermin dalam semboyan nasional Bhinneka Tunggal Ika yang berarti meski
terdiri dari beraneka ragam suku bangsa yang berbeda-beda, tetapi tetap menjunjung tinggi
Negara Kesatuan Republik Indonesia (Kaelan, 2009, p. 185). Sila ketiga sangat menentang
bentuk-bentuk aksi yang mengancam persatuan dan kesatuan nasional, terutama hoax yang
bersifat propagandis dan hate speech

"Cyber attack, hoax yang muncul dari teknologi tinggi. Kita lakukan langkah yang nyata
menghadapi ini. Sepanjang 2018 kita sudah menangani hate speech 324 kasus dan 152 kasus
sudah diselesaikan, Sementara itu ada 53 kasus hoax dan 30 diantaranya sudah ditangani."
Ujar Bapak Wiranto dalam paparan 4 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK di gedung
Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Kamis (25/10/2018).

Menurut Kami dengan berlandaskan teori yang telah dipaparkan diatas, dan melihat fakta
yang ada di lapangan seperti yang disebutkan datanya oleh Bapak Wiranto maka Kami
sepakat untuk mengambil kesimpulan bahwa sangat penting sekali penanaman nilai-nilai
Pancasila dan pengamalannya di kehidupan bermasyarakat. Dengan langkah-langkah
melakukan pendidikan di sekolah-sekolah, lingkungan RT, tempat-tempat publik, dan tempat
keagamaan. Terkhususkan nilai pada sila ketiga Pancasila hendaknya lebih sering diajarkan
dan diterapkan pada kehidupan sosial masyarakat.
Pencegahan hoax bisa dilakukan dengan mengedukasi para pengguna jejaring sosial
tentang literasi media. Tujuan literasi media dimaksudkan untuk melindungi warga
masyarakat sebagai konsumen media dari dampak negative media massa, dan upaya
mempersiapkan warga masyarakat untuk hidup di dunia yang sesak-media agar mampu
menjadi konsumen media yang kritis.

Referensi bacaan

https://kominfo.go.id/content/detail/8790/melawan-hoax/0/sorotan_media

http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-X-6-II-P3DI-Maret-2018-
186.pdf

https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/sjj/article/view/1195

https://www.academia.edu/35473186/Ancaman_Hoax_Terhadap_Sila_Persatuan_Indonesia
_dan_Pentingnya_Literasi_Media

https://news.detik.com/berita/d-4272642/wiranto-ada-53-kasus-hoax-dan-324-hate-speech-
sepanjang-2018

Anda mungkin juga menyukai