Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
UTS Sosiologi Pendidikan.
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan untuk memenuhi
tugas UTS yang diberkan oleh dosen pengampuh.
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat sebagai media pemberitahuan
kepada masyarakat tentang pendidikan menurut perspektif sosiologi.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. Pendidikan dalam Perspektif Teori Fungsional Struktural 1
BAB II. Pendidikan dalam Perspektif Teori Konflik 7
BAB III. Pendidikan dalam Perspektif Teori Interaksionisme Simbolik 11
BAB IV. Pendidikan dalam Perspektif Teori Strukturasi 12
KESIMPULAN DAN ANALISIS KRITIS 16
DAFTAR PUSTAKA 16
LAMPIRAN 17
iii
BAB I
Pendidikan dalam Perspektif Teori Fungsional Struktural
Di era persaingan dunia semakin tajam, maka bangsa Indonesia dituntut untuk
dapat mencapai keunggulan dalam produktivitas nasional yang tinggi. Untuk mampu
bersaing maka masyarakat harus menguasai bidang ilmu pengetahuan, teknologi
(iptek) dan keterampilan serta keahlian yang professional yang dibutuhkan untuk
meningkatkan nilai tambah pada berbagai sektor industri dan pemerataan ekonomi.
iv
Durkheim melihat “pendidikan sebagai pemegang peran dalam proses
sosialisasi atauhomogenisasi, seleksi atau heterogenisasi, dan alokasi serta distribusi
peran-peran sosial, yangberakibat jauh pada struktur sosial yaitu distribusi peran-peran
dalam masayarkat.Durkheim memahami masyarakat dengan beberapa perspektif
(pokok pikiranya)antara lain adalah: (1) setiap masyarakat secara relatif bersifat
langgeng, (2) Setiapmasyarakat merupakan struktur elemen yang terintregrasi
dengan baik, (3) setiap elemen didalam suatu masyarakat memiliki satu fungsi, yaitu
menyumbang pada bertahanya sistem itu,dan (4) setiap struktur sosial yang berfungsi
didasarkan pada konsesnsus nilai antara paraanggotanya (Wirawan, 2006:47)
Jika kebutuhan skunder tidak dapat terpenuhi akan menimbulkan fluktuasi yang
sangat keras, maka bagian ini akan dapat terpengaruhi oleh bagian yang lain dari
sistem tersebut dan berakhir menjadi sistem sebagai keseluruhan.
v
fungsionalisme universal, asumsi ini menganggap bahwa“seluruh bentuk sosial dan
kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsi-fungsi positif”; (3)asumsi indispensabilty,
yaitu “dalam setiap tipe peradaban setiap kebiasaan, ide, objekmaterial, dan
kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yangharus
dijalankan dan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatansistem sebagai keseluruhan“ (Khairani, 2014:84).
Robert K Merton mengatakan bahwa struktur yang ada dalam sistem sosial
adalahrealitas sosial yang dianggap otonom dan merupakan organisasi
keseluruhan dari bagian-bagian yang saling bergantung. Dalam suatu sistem terdapat
pola-pola perilaku yang relatifabadi (Wirawan, 2012:50). Merton juga mengatakan
bahwa struktur yang mempunyai tujuandapat melahirkan fungsi manifes dan fungsi
laten. Pada posisi ini Merton lebih banyakmelihat hal-hal objektif dengan
mengabaikan peristiwa-peristiwa yang subjektif. Mertonmengkritik bahwa asumsi
fungsionalisme cenderung konservatif dan lebih terpusat pada struktur sosial dari
pada perubahan sosial, dia menginginkan adanya keseimbangan fungsional(Khairanai,
2014:84).
vi
Postulat Kedua, yaitu Fungsionalisme Universal, korelasi dengan potulat
pertama.Fungsionalisme universal menganggap bahwa seluruh bentuk sosial dan
kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsi-fungsi positif (Merton, 1967:84). Fungsi
positif maupun konsepdisfungsi yang diperkenalkan oleh Merton menunjukkan
bahwa beberapa perilaku sosialmempunyai sifat disfungsional. Anjuran Merton
tentang elemen-elemen kultural seharusnyadipertimbangkan menurut kriteria
keseimbangan konsekwensi fungsional (net balance offunctional consequences),
yang menimbang fungsi positif relatif terhadap fungsi negatif. Kitamengetahui bahwa
Merton menganjurkan agar elemen-elemen kultural seharusnyadipertimbangkan
menurut kriteria keseimbangan konsekuensi fungsional (net balance offuncional
consequesnces), yang menimbang fungsi positif relatif terhadap fungsi negatif.
vii
Adaption: (adaptasi), artinya sebuah sistem harus menanggulangi situasi
eksternalyang gawat. Adaptionyaitu merupakan fungsi penyesuaian diri yang berarti
bahwa suatu sistem sosial jika inginbertahan, maka harus ada struktur atau institusi
yang mampu melaksanakan fungsi adaptasiterhadap lingkungan sekitar.
Dalam penerapan skema AGIL dapat dilihat bahwa pada organisme perilaku
yangmerupakan sistem tindakan yang melkasanakan fungsi adaptasi dengan
menyesuaikandiri/mengubah lingkungan eksternal. Sistem kepribadian
melaksanakan fungsi pencapaiantujuan dengan sistem dan memobilisasi sumber
daya yang ada untuk mencapainya. Sistemsosial menanggulangi fungsi integrasi
dengan mengendalikan bagian-bagian yang menjadikomponenya. Sistem kultural
melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakanaktor seperangkat
norma dan nilai-nilai yang memotivasi mereka untuk bertindak.
Asumsi Parsons adalah: (1) sistem memiliki properti keteraturan dan bagian-
bagianyang saling tergantung, (2) sistem cenmderung bergerak ke arah
mempertahankan keteraturan/keseimbangan diri, (3) sistem mungkin statis atau
bergerak dalam proses perubahan yangteratur, (4) sifat dasar bagian suatu sistem
berpengaruh terhadap bentuk bagian lain, (5) sistemmemelihara batas-batas dengan
lingkunganya, (6) alokasi dana integrasi merupakan duaproses fundamental yang
diperlukan untuk memelihara keseimbangan sistem, (7) sistemcenderung menuju
ke arah pemeliharaan keseimbangan.
viii
Dalam analisisnya Parsons banyak menggunakan dan kerangka alat-tujuan
(means-ends framework), Inti pemikiran Parsons adalah: (1) tindakan itu diarahkan
pada tujuanya(atau memiliki satu tujuan); (2) tindakan terjadi dalam suatu situasi,
dimana beberapaelemenya sudah pasti, sedangkan elemen-elemen lainya
digunakan oleh yang bertindak itusebagai alat menuju tujuan itu; (3) secara normatif
tindakan itu diatur sehubungan denganpenentuan alat dan tujuan. Komponen-
komponen dari satuan tindakan adalah tujuan, alat,kondisi dan norma (Johnson,
1986:106). Parsons mengidentifikasi elemen-elemen yangpenting dalam suatu
perspektif teorities yang lebih umum (Parsons, 1937:106).
Gejala-gejala dan kondisi pendidikan tidak pernah dapat dilepaskan dari sistem
sosial.Dalam hal ini khususnya pendidikan Islam dalam nilai-nilai sosial harus
menciptakanhubungan yang interaktif dan senantiasa menanamkan nilai-nilai sosial.
Sedangkan dalammenerapkan nilai-nilai sosial dimasyarakat mengandung cara-cara
edukatif (Mujamil Qomar, 2013:111). Pengelompokan serta penggolongan yang
terdapat di masyarakat mempunyaiperan, bentuk serta fungsi, konsep-konsep
tersebut yang di pakai landasan dalam teoristruktural fungsional.. teori ini
mempunyai ektrimisme yang terintegrasi dalam semua evendalam sebuah tatanan
fungsional. Bagi suatu masyarakat, sehingga berimplikasi terhadapbentuk
kepaduan dalam setiap sendi-sendi struktur dalam wilayah fungsional
masyarakat.Pendidikan dalam era global saat ini juga mempunyai peran yang
sangat besar dalammembentuk struktur maupun startifikasi sosial.
Peran pendidikan dalam teori struktural fungsional antara lain adalah: (1)
Pendidikandalam peranan kelompok. Peranan kelompok yang ada diharapkan
dapat memenuhi danmemuaskan kebutuhan sesorang, hal ini akan membiasakan
kebutuhan dan kepentingan sertamendekatkan harapan para anggota. Peristiwa ini
diharapkan dapt menjadikan suatu asosiasiatau lapiran, strata maupun struktur
masyarakat, baik secara kasta, golongan, statifikasi,kedaerahan, kelompok dan lain
sebagainya di lingkungan masyarakata tertentu.
ix
1) Pendidikan dalam Status Kelompok Stuktural Sosial. Struktur masyarakat jika
dilihat daripersilangan yang terjadi terdapat: (a) Kesukuan /Kedaerahan, (b)
Kelas Sosial / Strata(struktur / lapisan ) masyarakat, (c) Status Pekerjaan /
Jenjang jabatan dalam bagianmasyarakat
2) Pendidikan Dalam fungsi-fungsi Masyarakat.Dalam lembaga
menyelenggarakan berbagai macam fungsi, dalam lembaga
keluargamemperhatiakan dan memberikan perlindungan keluarga satu
dengan yang lain,menyelenggarakan fungsi-fungsi ekonomi, ayah ibu dan
kakak juga berfungsi sebagai pengganti guru ketika berada di rumah,
memberikan gizi dan obat-obatan serta gizimaupun pelayanan sosial-sosial
lainya.
BAB II
Konflik merupakan salah satu gejala sosial yang selalu datang dan selalu ada
dalamkehidupan sosial, sehingga konflik mempunyai sifat yang disebut dengan
istilah inheren. Di bidang pendidikan juga selalu terjadi konflik, baik antara siswa
dengan siswa,siswa dengan guru, guru dengan guru, guru dengan kepala
sekolah, dan konflik lainnya.Khusus di dalam kelas, selalu tejadi konflik antar siswa.
Melalui studi ini, diharapkan dapatdirumuskan bagaimana guru menciptakan konflik
yang konstruktif, mengelola konflik yangada, dan membangun budaya konflik yang
tidak destruktif.
x
Dalam pengertian yang sederhana dan umum, makna pendidikan sebagai
usahamanusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi
pembawaan, baikjasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat dan kebudayaan.Dengan kata lain, pendidikan harus mampu mendidik
manusia menjadi manusia.
xi
Konflik merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan,
penyatuandan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat memperkuat antara
kelompom satu dengankelompok yang lain agar tidak menyatu dengan kelompok
yang ada di sekitarnya. Cosermembagi dua kelompok.
Kedua, konflik nonrealistis adalah, konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan
yangantagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari
salah satupihak. Dalam kelompok masyarakat yang telah maju membuat
“kambing hitam” sebagaipengganti ketidakmampuan melawan kelompok yang
seharusnya menjadi lawan mereka(Poloma, 1994:113).
xii
Konflik dapat berakibat posisit dan negatif. Konflik di dalam kelas bersifat
positifmanakala terjadi persaingan yang sehat antarsiswa. Siswa saling berlomba
untuk menjadiyang terbaik. Mereka saling berlomba untuk menjadi juara satu. Ketika
hal itu yang terjadi,guru perlu membuat konflik agar terjadi persaingan siswa secara
rasional.
Konflik di kelas dalam arti negatif, akan menimbulkan persaingan yang tidak
sehatdengan saling menjatuhkan antara siswa yang satu dengan lainnya. Menyontek
adalah salahsatu contoh konflik yang tidak fair. Mengapa hal itu dikatakan tidak fair
karena siswa yangsudah belajar dengan baik, bisa jadi nilainya kalah dengan siswa
yang berhasil menyontek dantidak terdeteksi oleh guru.
Konflik dapat diciptakan, dikelola, dan bahkan dicegah. Konflik negatif yang
terjadi dikelas dapat menjadi positif manakala guru mampu mengelola konflik
dengan baik.kemampuan guru dalam mengelola konflik menjadi tumpuhan manakala
menghendaki prosesbelajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Ketika guru tidak
mampu mengelola konflikdengan baik, maka konflik yang terjadi antar siswa menjadi
kontra produktif, merusak, tidakkonstruktif, dan merugikan semua pihak. Oleh kerana
itu, seluruh guru hendaknya mampumengelola konflik yang terjadi di kelas dengan
baik.
Konflik dapat berakibat posisit dan negatif. Konflik di dalam kelas bersifat
positifmanakala terjadi persaingan yang sehat antarsiswa, sehingga saling
berlomba untuk menjadi juara. Konflik di kelas dalam arti negative, akan
menimbulkan persaingan yangtidak sehat dengan saling menjatuhkan antara siswa
yang satu dengan lainnya.
konflik negatif yang terjadi di kelas dapat menjadi positif manakala guru
mampumengelola konflik dengan baik.
xiii
BAB III
Inti pandangan pendekatan ini adalah individu. Para ahli di belakang perspektif
ini mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep
sosiologi. Teori ini beranggapan bahwa individu adalah obyek yang dapat secara
langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.
Meaning (Makna)
Languange (Bahasa)
xiv
melekat pada obyek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Bahasa
adalah bentuk dari simbol. Oleh karena itu, teori ini kemudian disebut sebagai
interaksionisme simbolik.
Thought (Pemikiran)
BAB IV
xv
danstruktur tidak bisa dipahami dalam keadaan saling terpisah satu sama lain.
Agendan struktur salingmenjalin tanpa terpisahkan dalam praktik atau aktivitas
manusia.Mereka adalah dualitas (Ritzer, 2003:889). Aktivitas manusia bukanlah hasil
sekalijadi oleh aktor sosial, tetapi secara terus menerus mereka ciptakan ulang
melaluisuatu cara, dan dengan cara itu juga mereka menyatakan diri mereka sendiri
sebagaiaktor. Di dalam dan melalui aktivitas mereka, agen menciptakan kondisi
yangmemungkinkan aktivitas ini berlangsung. Secara umum, Giddens
memusatkanperhatian pada proses dialektika dimana praktik sosial,struktur, dan
kesadarandiciptakan (Ritzer, 2003:508).
Setiap aktor yang kompeten memiliki pengetahuan yang luas, namun akrabdan
halus, tentang masyarakat yang menjadi induknya. Dalam Teori
Stukrurasi,pengetahuan dipahami dalam istilah kesadaran praktis sekaligus
diskursif, dansetiap aktor individual hanyalah salah satu diantara sekian dalam
xvi
masyarakat, harusdiakui bahwa sesuatu yang diketahui oleh sesorang anggota
masyarakat yangkompeten ‘mengalami peragaman warna’ di dalam konteks yang
merentangmelampaui konteks aktivitas sehari-hari. (3) parameter kesadaran
praktis dandiskursif terikat secara spesifik, yang berhubungan dengan sifat aktivitas
aktor yang‘menempati ruang’, namun tidak direduksi menjadi sifat (Giddens, 1979:127-
129).
xvii
hal inimempersyaratkan kemampuan instropeksi dan mawas diri (reflexive
monitoring)dari para agen di dalam, dan sebagai bentuk, durèe aktivitas sosial
sehari-hari(Giddens, 1984:43).
xviii
konstelasi di mana faktor absen selalu dapat denganmudah 'dipakai' atau
diterapkan.Dilihat dari sudut ini, 'struktur' cenderungbergabung dengan 'sistem'
secara halus: sifat struktural tatanan virtual menaungilebih kepada perbedaan Merton
antara fungsi 'nyata' dan 'laten'.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
xix
http://www.averroes.or.id/research/teori-interaksionisme-simbolik.html
http://blog.unila.ac. id/rone/mata-kuliah/interaksionisme-simbolik
Kelas : Sosiologi A
PERNYATAAN
Apa yang saya tulis ini sebagai jawaban atas pertanyaan (soal) adalah murni
hasil pemikiran saya sendiri, dan jika nanti ditemukan kesamaan dengan tulisan orang
lain, baik dari sumber (web/situs dan referensi) tertentu atau tulisan saya memiliki
kesamaan dengan tulisan rekan-rekan saya, maka saya siap menerima sanksi yang
diberikan oleh dosen pengasuh matakuliah ini.
Tanda Tangan :
xx