Anda di halaman 1dari 10

STRATEGI INTERNAL ATAU STRATEGI EKSTERNAL?

A. MODEL KEEN
Peter G. Keen (1991) memberikan framework yang dikenal dengan nama
Keen's reach and range untuk memahami posisi dari sistem informasi strategik.
Keen menggunakan dua buah faktor, yaitu jangkauan (reach) dan lingkupan
(range) dari aplikasi sistem-sistem teknolooi informasi. Jangkauan (reach)
menunjukkan letak dari sistem-sistem teknologi informasi, yaitu terletak di
internal atau inside perusahaan dan eksternal atau outside perusahaan.
Lingkupan (range) menunjukkan luas dari aplikasinya. Pada awalnya pada saat
perusahaan pertama kali menerapkan sistem teknologi informasi, jangkauannya
masih berada di internal perusahaan dengan lingkup aplikasi yang masih sedikit
yang di gambar ditunjukkan di titik A. Dengan berkembangnya waktu dan
persaingan, perusahaan akan menarik sistem teknologi informasinya ke lingkup
yang lebih luas dan ke jangkauan yang banyak, yaitu menuju ke titik B, C, D dan
seterusnya.

1. Ilustrasi Perkembangan ASAP dan SABRE

Model jangkauan dan lingkup dari Keen sesuai dengan perkembangan


sistem ASAP di perusahaan memasok rumah sakit American Hospital Supply
Company (AHSC) dan sistem reservasi penerbangan American Airlines (AA).
Tahapan perkembangan sistem ASAP di AHSC adalah sebagai berikut ini
(Applegate, McFarlan, McKenney, 1996).

a. Informasi teknologi sistem telah diterapkan di AHSC sejak tahun 1950.


Sampai dengan awal tahun 1960, sistem teknologi informasi di AHSC
lebih berorientasi pada operasi internal dan pengendalian manajemen.

b. Sistem AHSC ditarik ke luar mulai tahun 1964 oleh manajer penjualannya
yang ada di California untuk membantu rumah-rumah sakit lokal
mengendalikan sediaannya. AHSC melampirkan kartu plong yang sudah
dilubangi untuk tiap-tiap item barang yang dikirim oleh pelanggan. Kartu-
kartu plong ini untuk pemesanan kembali item barang yang dikenai biaya.
Untuk memesan kembali item barang, kartu plong yang bersangkutan
dibacakan lewat pembaca kartu (pembaca kartu plong) yang disediakan
oleh AHSC kepada beberapa rumah sakit yang besar secara gratis. Data
yang dibaca kemudian dikirimkan lewat jalur telpon dan akan diterima
oleh AHSC yang kemudian dirubah kembali ke dalam kartu plong.

MONALISA FEBRIANTY LELANG


A031181339
STRATEGI INTERNAL ATAU STRATEGI EKSTERNAL?

Prosedur ini merupakan contoh EDI (electronic data interchange) yang


paling awal dan sederhana. Kartu- kartu ini kemudian dibacakan ke
komputer AHSC dan pesanan penjualan akan berhenti. Sistem ini
mempunyai dampak yang positip, yaitu akurasi dari peningkatan
pesanan, waktu pengiriman pesanan dan barang menurun dan sediaan
rumah sakit menurun. Sistem ini kemudian diberi nama secepatnya.
Dalam waktu tahun, AHSC telah gagal sistem ini di 200 rumah sakit.

c. Dengan munculnya komputer pribadi, secepatnya ditingkatkan dari


pesanan menggunakan kartu plong menjadi pesanan dengan komputer
mikro dan mainframe secara on-line dari rumah-rumah sakit. ASAP juga
kemudian ditingkatkan dengan mengimplementasi- kan VIP, yaitu suatu
sistem yang terhubung dengan AHSC ke pemasok-pemasoknya. Hasil
dari ASAP dan VIP adalah peningkatan produktivitas pengolahan agar
sebesar US $ 11 juta dengan peningkatan pendapatan AHSC sebesar $ 4
juta sampai dengan $ 5 juta.

d. Pada tahun 1985, AHSC kemudian dibeli oleh Baxter Travenol yang
kemudian berkerja sama dengan General Electric Information Services
(GEIS) membuat ASAP menciptakan generasi baru yang diberi nama
ASAP Express. Sistem ini mengintegrasikan VIP dengan ASAP Express
untuk membuat jaringan pasar elektronik untuk pasokan rumah sakit yang
difasilitasi oleh GEIS.

e. Pada tahun 1994, Baxter Travenol meninggalkan ASAP dan mulai


berkerja sama dengan Bergen Burnsweig (ditributor farmasi), Boise
Cascade (pemasar produk-produk kantor), Eastman Kodak (pemasok
sistem imej) dan TSI International (pemasok perangkat lunak dan sistem
EDI) untuk membuat sistem dengan nama OnCall. Sistem ini
menyediakan hubungan langsung ke masing-masing pihak melalui e-
commerce.

Tahapan perkembangan sistem SABRE di AA adalah sebagai berikut


McKenney, 1996). ini (Applegate, McFarlan, Kali System Technology Information

a. Pertama kali Yang Diterapkan di AA sejak tahun 1950 sampai dengan al


tahun 1960 digunakan untuk operasi internal dan kontrol manajemen
seperti halnya yang ada di AHSC.

MONALISA FEBRIANTY LELANG


A031181339
STRATEGI INTERNAL ATAU STRATEGI EKSTERNAL?

b. Pada tahun 1967, manajer pemasaran di AA memberikan terminal


komputer gratis kepada agen penjualan tiket yang besar yang
mendukung mereka berhubungan langsung ke komputer mainframe di AA
untuk pemesanan tiket Sistem ini disebut sistem reservasi SABER Sistem
ini dilakukan melihat bahwa sistem serupa, yaitu ASAP, berhasil
dilakukan di AHSC Akan tetapi sistem SABRE pada tahun-tahun ini tidak
berhasil karena banyak penumpang pesawat yang membeli tiket
langsung ke perusahaan penerbangan tidak melalui perjalanan. Hal ini
disebabkan karena peraturan yang ketat di industri penerbangan yang
membuat harga tiket dan ditentukan ditentukan oleh pemerintah, yang
membuat struktur industri ini sederhana sehingga tidak dibutuhkan agen
perjalanan.

c. Pada tahun 1978 industri penerbangan di Amerika Serikat mulai di-


deregulasi untuk memberikan kesempatan perusahaan penerbangan
menentukan harga tiketnya sendiri dan mengubah rute penerbangan
dengan mudah. Hal ini menyebabkan struktur industri penerbangan
menjadi kompleks karena harga-harga tiket dapat berbeda dan bersaing
dengan lebih banyak rute dan berubah-ubah. Akibat deregulasi ini adalah
agen perjalanan mulai dibutuh- kan oleh calon penumpang. AA
mengimplemen- tasikan kembali SABRE enam bulan mendahului sistem
APOLLO milik perusahaan penerbangan United Airlines. Menjadi yang
pertama kali membawa berkah, karena AA yang dapat mempunyai
kekuatan menawar terhadap agen perjalanan untuk tidak menggunakan
sistem sejenis dari pesaing di kemudian hari. AA dapat diwujudkan (lock
on) pelang- gan (dalam hal ini agen-agen perjalanan) karena AA tidak
membebani biaya terminal dan mengikat agen perjalanan dengan kontrak
untuk tidak menggunakan sistem pesaing. Agen-agen perjalanan setuju
karena struktur industri penerbangan kompleks (perubahan-perubahan
harga dan rute yang cepat) dan pening-katan jumlah penumpang
mengikuti sistem yang on-line.

d. Karena United Airlines juga merupakan perusahaan yang besar, maka


pada pertengahan tahun 1980 APOLLO mulai menyaingi SABRE.
Dengan sistem reservasi on-line ini kedua perusahaan penerbangan
menguasai lebih dari 80% dari semua reservasi akibat perusahaan-

MONALISA FEBRIANTY LELANG


A031181339
STRATEGI INTERNAL ATAU STRATEGI EKSTERNAL?

perusahaan penerbangan lain-nya bersama-sama melakukan perintah


hukum dengan dalih AA dan United Airlines melakukan praktek monopoli.
Hasil dari pengadilan memutuskan bahwa sistem SABER harus
digunakan bersama-sama dengan perusahaan-perusahaan penerbangan
lainnya membuat suatu jaringan sistem reservasi untuk semua
perusahaan-perusahaan penerbangan.

e. Karena persaingan yang mulai ketat, awal tahun 1990, AA mulai


memotong jalur perjalanan dengan menggunakan penyedia internet,
misal America Online, Prodigy, CompuServe yang memungkinkan
penumpang dapat membeli tiket yang menjadi langsung ke AA lewat jasa
internet ini. Bahkan AA tidak hanya menarik jangkauannya ke penyedia
jasa internet saja, tetapi juga berkerja sama dengan perusahaan kartu
kredit, hotel, persewaan mobil dan lain sebagainya.

f. Disamping menarik jangkauannya, AA juga menarik lingkupnya. Pada


tahun 1992, AA berkerja sama dengan perusahaan Ansett Australia
mengembang- kan sistem penunjang keputusan (SPK) yang disebut
dengan Airline Profitability Model. Sistem penunjang keputusan ini
menggunakan pendekatan probabilis- ik untuk memprediksi alternatip rute
yang dipilih oleh penumpang. Dengan menggunakan algoritma
peramalan yang canggih, perkiraan dari ukuran pasar untuk masing-
masing rute pasangan kota asal dan tujuan dapat diperkirakan.
Peramalan ini menggunakan data industri, ekonomi, dan demografi kota.
Sistem penunjang keputusan menentukan menentukan pasarnya dan
menentukan preferensi penumpang, misalnya waktu, bandara yang
diingin kan, jenis pesawat yang berkurang.

g. Sekarang, AA tidak hanya melayani dengan penyedia jasa internet, tetapi


sudah melayani pelanggan lewat jalur internet yang memungkinkan
penumpang membeli tiket langsung ke AA kapanpun, dimanapun dan
organisasi.

B. MODEL KONFIGURASI-ULANG BISNIS


Morton (1991) merujuk lima tingkatan kompleksitas mengkonfigurasikan
bisnis dengan meng- gunakan teknologi informasi. Dua tingkat pertama Morton
disebut dengan tingkatan-tingkatan evolusioner (tingkatan evolusioner) dan tiga

MONALISA FEBRIANTY LELANG


A031181339
STRATEGI INTERNAL ATAU STRATEGI EKSTERNAL?

tingkatan tingkatan disebut dengan tingkatan-tingkatan revolusioner (tingkatan


revolusioner). Kelima tingkat ini adalah sebagai berikut ini.

1. Eksploitasi lokalan (eksploitasi lokal). Aplikasi ini merupakan aplikasi sistem


teknologi informasi di dalam fungsi-fungsi bisnis secara individu. Sasaran-
sasaran utama dari aplikasi ini adalah untuk efisiensi lokal dan memiliki
efektivitas
2. Integrasi internal (integrasi internal). Aplikasi ini merupakan aplikasi.
informasi yang mengintegrasikan beberapa sistem dan aplikasi. Integrasi ini
menggunakan sistem teknologi informasi yang mempunyai platform yang
sama. Sasaran-sasarannya masih sama, yaitu untuk meningkatkan efisiensi
dan meningkatkan koordinasi dan kerja sama di dalam organisasi.
3. Rancang-ulang proses bisnis (desain ulang proses bisnis). Aplikasi ini
merupakan aplikasi sistem teknologi informasi yang melibatkan rantai nilai
(value chain) antar kegiatan di dalam organisasi dan bahkan melibatkan
perubahan-perubahan yang lebih jauh ke depan
4. Rancang-ulang jaringan bisnis (desain ulang jaringan bisnis). Aplikasi
sistem teknologi informasi ini berisi konfigurasi ulang dari tugas-tugas dan
jaringan bisnis yang melibatkan pembuatan dan pengiriman produk dan jasa
yang sudah ke luar dari batas bisnis. Jaringan koordinasi dan kerjasama
tidak ditingkatkan hanya di dalam organisasi tetapi juga melibatkan jaringan
yang keluar menembus batas organisasi.
5. Definisi-ulang lingkup bisnis (lingkup bisnis definisi ulang). Aplikasi sistem
informasi sudah melibat- kan oransi-fungsi di dalam organisasi ke luar dari
batas organisasi, sehingga mengubah konsep organisasi tentang bisnisnya.

Tiga tahapan pertama, yaitu eksploitasi lokalan eksploitasi lokal, Integrasi


internal (integrasi internal) Man rancang-ulang proses bisnis (desain ulang
proses bisnis) merupakan aplikasi-aplikasi sistem teknologi informasi di dalam
organisasi internal. Orientasi awal dari sistem informasi strategik dimulai dari
penerapan sistem- sistem informasi di fungsi-fungsi organisasi secara individu
(disebut stage eksploitasi lokalan). Berikutnya sistem-sistem teknologi informasi
saya dapat mengintegrasikan ke semua bagian di organisasi disebut dengan
tahapan Integrasi internal. Selanjutnu Integrasi internal ini dapat ditingkatkan
dengan perubahan bentuk rantai nilai dari semua koordinasi yang dilakuka
(disebut dengan tahapan rancang-ulang proses bisnis) Sistem teknologi

MONALISA FEBRIANTY LELANG


A031181339
STRATEGI INTERNAL ATAU STRATEGI EKSTERNAL?

informasi di tiga tahapan ini dapat digunakan untuk mengimplementasikan


strateot organisasi internal. Penerapan Dua tahapan berikutnya, yaitu rancang-
ulang jaringan bisnis (redesign jaringan bisnis) dan definisi- ulang lingkup bisnis
(business scope redefinition) merupakan aplikasi-aplikasi sistem teknologi
informasi yang ditarik ke luar organisasi. Kooperasi dapat dilakukan tidak hanya
di dalam organisasi, tetapi dapat juga dilakukan ke luar organisasi dengan rantai
nilai industri, yaitu dengan pelanggan, pemasok dan organisasi lainnya.
Kooperasi dapat berbentuk hubungan formal atau situasional yang berbasis pada
pemahaman bersama. Sistem teknologi informasi yang sudah ada di dalam
organisasi ditarik keluar sehingga dapat berkoordinasi dengan sistem teknologi
lainnya dari rantai nilai industri (tahapan ini disebut dengan rancang-ulang
jaringan bisnis). Selanjut- nya sistem teknologi informasi dapat dikembang-kan
terus berkoordinasi dengan organisasi-organisasi lainnya dengan meluasnya
ruang-lingkup dari bisnis (tahapan ini disebut dengan tahapan definisi-ulang
lingkup bisnis). Sistem teknologi informasi dalam dua tahapan terakhir ini dapat
digunakan untuk mengimplementasikan strategi organisasi organisasi.

C. MENENTUKAN STRATEGI INTERNAL ATAU EKSTERNAL


Walaupun sistem informasi diarahkan ke tujuan strategis dan menambah
nilai, tetapi kenyataannya tidak berhasil disebabkan oleh perusahaan tidak
mempunyai sumber-sumber daya sistem informasi teknologi yang memadai.
Sistem sumber daya teknologi informasi banyak dengan departemen sistem
informasi. Sistem informasi strategik dikatakan menambah nilai oleh McLaughlin
jika meningkatkan pendapatan di atas peningkatan biaya, meningkatkan pasar,
membuat diferensi produk dan mampu membuat perubahan struktur di pasar.
McLaughlin berargumentasi bahwa sistem informasi strategik tidak hanya dari
kemampuannya meningkatkan nilai (menambahkan nilai), yaitu tambahan
pendapatan (pendapatan marjinal) yang lebih besar dari tambahan biaya (biaya
marginal) investasi sistem teknologi informasi, tetapi juga harus melihat
kemampuan departemen sistem teknologi informasi sebagai berikut ini.

Dari model ini terlihat bahwa hanya jika kualitas sumber-sumber daya
sistem teknologi informasi dan kemampuan dari SIS menambah nilai adalah
tinggi, maka perusahaan dapat menggunakan SIS untuk menyerang langsung
pesaing-pesaing atau serangan (kuadran). Jika kualitas sumber-sumber daya
sistem teknologi informasi sudah tinggi, tetapi SIS belum didayagunakan untuk

MONALISA FEBRIANTY LELANG


A031181339
STRATEGI INTERNAL ATAU STRATEGI EKSTERNAL?

menambah nilai, maka perusahaan harus menemukan (mengeksplorasi)


kemampuan menambah nilai tersebut (kuadran 0). Permasalahannya adalah jika
kualitas sumber daya sistem teknologi informasi rendah seperti di kuadran 1 dan
3. Jika kemampuan dari SIS menambah nilai adalah tinggi, tetapi kualitas sumber
daya sistem teknologi informasi rendah (kuadran 0), maka perusa- haan harus
hati-hati (beware) untuk tidak menyerang. Jika ingin menyerang, maka kualitas
dari sumber daya sistem TI harus terlebih dahulu ditingkatkan. Jika ability from
SIS to develop value is low demikian juga kualitas sumber-sumber daya sistem
teknologi informasi rendah (kuadran), maka perusa- haan harus bermain aman
(aman) untuk sama sekali tidak menggunakan TI untuk persaingan.

D. FAKTOR-FAKTOR SUKSES

Beberapa faktor perlu diperhatikan oleh perusahaan yang menerapkan


SIS jika ingin berhasil. Faktor-faktor sukses ini adalah sebagai berikut ini.

1. Organisasi harus mempunyai visi sistem teknologi informasi. Organisasi


harus memiliki visi bisnis yang baik maupun sistem teknologi informasi visi.
Visi informasi diperlukan untuk mendukung bisnis. Perusahaan yang
mempunyai visi, mempunyai pandangan, pandangan tentang apa yang
akan dilaku- kan dan mempersiapkan mulai sekarang apa yang akan
dilakukan di masa depan. Karena perubah- an sistem teknologi informasi
yang cepat, sistem teknologi visi informasi sangat diperlukan, jika perusa-
haan tidak ingin ketinggalan dengan sistem teknologi informasi yang baru
dan kehilangan oportuniti atau kesempatan untuk memanfaatkannya

2. Harus paralel dengan perencanaan strategik perusahaan. Penerapan SIS


harus merencanakan dalam bentuk perencanaan strategik sistem teknologi
informasi. Karena sistem teknologi informasi mendukung perusahaan untuk
menerapkan strateginya, perencanaan strategik sistem teknologi informasi
harus paralel dengan perencanaan strategik perusahaan.

3. Menjadi yang pertama. Dari beberapa penerapan SIS yang berhasil,


mereka adalah yang pertama menerapkan SIS tersebut di industrinya.
Menjadi yang pertama (menjadi yang pertama) atau pelangkah pertama
(penggerak pertama) menjadi kunci kemenangan. Contohnya adalah AA
dengan SABRE dan Citicorp dengan ATM-nya.

MONALISA FEBRIANTY LELANG


A031181339
STRATEGI INTERNAL ATAU STRATEGI EKSTERNAL?

4. Kreatif menarik jangkauan dan lingkupan. Menjadi yang pertama


merupakan salah satu syarat, tetapi jika sistemnya tidak selalu ditingkatkan
akan dapat ditanggapi oleh para pesaing. Koraing yang mempunyai potensi
untuk mengalahkan perusahaan dalam persaingan. Untuk mencegah hal
ini, selain menjadi yang pertama menerapkan SIS, juga harus terus menarik
jangkauan dan lingkupan (jangkauan dan jangkauan) dari SIS sesuai
dengan model yang diusulkan oleh Keen (1991). Menarik berarti jangkauan
jangkauan lebih jauh ke arah pelanggan sampai ke pelanggan akhir dan
menarik lingkupan berarti selalu meningkatkan aplikasinya. Menarik
jangkauan dan lingkupan ini sesuai dengan konsep perbaikan
berkelanjutan. Penerapan SIS itu sendiri dapat dikatakan sebagai
perubahan yang radikal (reenginering) dan dapat bertahan dan
berkesinambungan (sustain), maka peningkatan-peningkatan peningkatan).
Diperlukan peningkatan menerus.

E. FAKTOR-FAKTOR GAGAL
Selain faktor-faktor sukses yang pelu diperhatikan tidak penerapan SIS,
beberapa faktor gagal juga perlu diperhatikan. Jika faktor-faktor ini diabaikan,
akibatnya dapat sangat fatal bagi perusahaan, hanya bagi penerapan strategi itu
sendiri, tetapi juga bagi kelang- sungan hidup perusahaannya. Faktor-faktor
gagal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.

1. Perusahaan tidak mau atau tidak mampu untuk mempertahankan investasi di


masa depan. Jika perusahaan tidak mau atau tidak mampu untuk
mempertahankan investasi di masa depan, perusahaan-perusahaan saingan
yang mampu menduplikasi, meningkatkan investasi sistem informasi, dan
berasal dari organisasi ini. Proses meninggalkan organisasi jauh di belakang
disebut dengan lompat katak (leap frog). Mempertahankan investasinya
adalah bukannya membuat barrier to entry tetapi sebaliknya menurunkan
barrier to entry. Perusahaan yang menggunakan sistem teknologi informasi
untuk bersaing dan selanjutnya tidak mampu mempertahankannya akan
memberi ide kepada para pesaing yang lebih besar dengan modal investasi
yang lebih besar untuk lompat katak. Perusahaan yang bekerja akan lebih
murah dan kemungkinan berhasil lebih tinggi dalam menerapkan SIS karena
tidak perlu melakukan riset awal yang mahal dan percayanya dapat diuji dari
yang menerapkan SIS pertama tersebut. Misalnya adalah penerapan ATM di

MONALISA FEBRIANTY LELANG


A031181339
STRATEGI INTERNAL ATAU STRATEGI EKSTERNAL?

bank-bank di Indonesia pada awal tahun 1980-an. Beberapa bank menjadi


yang pertama menerapkan ATM di daerah Jakarta tetapi tidak dapat
meningkatkannya. Pesaing lainnya kemudian tidak hanya memutakhirkan
ATM di daerah Jakarta saja, tetapi juga di daerah-daerah lainnya dan
konsisten meningkatkannya dari waktu ke waktu.

2. TI untuk sistem informasi strategik tidak boleh gagal, karena kegagalan


sistem teknologi informasi akan memalukan, menurunkan jasa yang
menurunkan nama baik perusahaan. Pelanggan yang menggunakan SIS
mempunyai ekspektasi dan ketergantungan yang tinggi terhadap sistem
tersebut dan akan merasa sangat kecewa jika sistem yang diharapkan gagal.
Misalnya adalah penggunaan ATM. Anda akan sangat kecewa sekali jika
datang ke ATM tertentu selalu tidak dapat dilayani dengan baik, misalnya
selalu uang yang mengalami kesalahan transaksi.

3. Penerapan SIS dapat menyebabkan hukum dan melanggar peraturan.


Penerapan SIS yang berdampak dampak persaingan yang besar, yaitu
memenangkan persaing-an yang ada. Manajemen persaingan dengan
menguasai pasar dan memonopolinya dapat melanggar undang-undang
persaingan tidak sehat dan dapat menyebabkan hukum. Contohnya adalah
sistem SABER yang menyebabkan American Airlines (AA) dituntut secara
masal oleh beberapa perusahaan penerbangan lainnya yang merasa AA
memonopoli penjualan tiket pesawat terbang.

4. Waktu penerapan SIS yang kurang tepat. Penerapan SIS yang terlalu cepat
dapat bernilai mahal dan tidak efisien, disebabkan biaya teknologi yang
masih baru dan biaya riset kelayakan yang mahal dan belum tentu dapat
diterima oleh konsumen. Akan tetapi penerapan SIS yang terlambat akan
ketinggalan dari pesaing dan tidak menyebabkan menjadi yang pertama.
Oleh karena itu, penerapan waktu SIS harus betul-betul rencana.

5. Kualitas dari sumber-sumber daya sistem teknologi informasi yang kurang


memadai. McLaughlin berargumentasi bahwa sistem informasi strategik
tidak hanya dari kemampuannya meningkatkan nilai (menambahkan nilai),
yaitu tambahan pendapatan (pendapatan marjinal) yang lebih besar dari
tambahan biaya (biaya marginal) dari invetasi sistem teknologi informasi,
tetapi juga harus dilihat kemampuan McLaughlin ingin gagal, untuk menarik

MONALISA FEBRIANTY LELANG


A031181339
STRATEGI INTERNAL ATAU STRATEGI EKSTERNAL?

keluar sistem informasi menyerang departemen informasi. sistemuji-uji,


terlebih dahulu uji coba perusa-haan harus memiliki kemampuan internal
untuk meningkatkan nilai dan sistem informasi perusahaan mem- punyai
kemampuan kompetensi.

6. Perbedaan industri. Tidak semua mengandalkan SIS untuk memenangkan


persaingan. Perusahaan-perusahaan yang membutuhkan SIS adalah
perusahaan-perusahaan yang mempunyai intensitas informasi yang tinggi
yang masuk ke dalam kuadran pabrik, strategik dan turnaround, tetapi bukan
di kuadran support di McFarlan dan McKenney's grid Aihat gambar 4.1). Jika
perusahaan dengan intensitas informasi yang rendah dan di industri yang
tidak membutuhkan SIS untuk bersaing, penggunaan SIS vang mahal akan
membuat nilai perusa- an menurun bukannya menaik karena ke tidak
efisienan penggunaan sistem teknologi informasi.

7. Aliansi dapat menjadi pesaing. Penggunaan interorganization systems (IOS)


untuk menggandeng perusahaan dengan pemasok strategi aliansi yang
mengena beberapa contoh. Akan tetapi strategi aliansi ini bukannya tanpa
risiko, (bargaining power) atau pemasok yang lebih besar dari perusahaan.
Karena menjadi aliansi, pemasok dapat belajar dari perusahaan tentang
perusahaan dan jika merasa mampu menjadi pesaing dengan membuat
perusahaan serupa. perusahaan di semua industri terutama jika kekuatan
menawar kemampuan keuangan

8. Perbedaan kultur. Penerapan penerapan SIS banyak negara-negara maju


dengan kultur yang tertentu. Penerapan SIS di Indonesis perlu dikaji ulang
dengan kultur yang berbeda. Misalnya pembelian barang lewat internet di
negara Amerika Serikat dan Eropa cukup berhasil karena memberikan waktu
belanja. Walaupun kenyataannya belanja lewat internet kurang berhasil di
Indonesia dengan beberapa sebab. Salah satu penyebabnya adalah kultur
pembeli di Indonesia yang masih suka pergi ke luar selain untuk belanja juga
untuk hiburan.

MONALISA FEBRIANTY LELANG


A031181339

Anda mungkin juga menyukai