A. MODEL KEEN
Peter G. Keen (1991) memberikan framework yang dikenal dengan nama
Keen's reach and range untuk memahami posisi dari sistem informasi strategik.
Keen menggunakan dua buah faktor, yaitu jangkauan (reach) dan lingkupan
(range) dari aplikasi sistem-sistem teknolooi informasi. Jangkauan (reach)
menunjukkan letak dari sistem-sistem teknologi informasi, yaitu terletak di
internal atau inside perusahaan dan eksternal atau outside perusahaan.
Lingkupan (range) menunjukkan luas dari aplikasinya. Pada awalnya pada saat
perusahaan pertama kali menerapkan sistem teknologi informasi, jangkauannya
masih berada di internal perusahaan dengan lingkup aplikasi yang masih sedikit
yang di gambar ditunjukkan di titik A. Dengan berkembangnya waktu dan
persaingan, perusahaan akan menarik sistem teknologi informasinya ke lingkup
yang lebih luas dan ke jangkauan yang banyak, yaitu menuju ke titik B, C, D dan
seterusnya.
b. Sistem AHSC ditarik ke luar mulai tahun 1964 oleh manajer penjualannya
yang ada di California untuk membantu rumah-rumah sakit lokal
mengendalikan sediaannya. AHSC melampirkan kartu plong yang sudah
dilubangi untuk tiap-tiap item barang yang dikirim oleh pelanggan. Kartu-
kartu plong ini untuk pemesanan kembali item barang yang dikenai biaya.
Untuk memesan kembali item barang, kartu plong yang bersangkutan
dibacakan lewat pembaca kartu (pembaca kartu plong) yang disediakan
oleh AHSC kepada beberapa rumah sakit yang besar secara gratis. Data
yang dibaca kemudian dikirimkan lewat jalur telpon dan akan diterima
oleh AHSC yang kemudian dirubah kembali ke dalam kartu plong.
d. Pada tahun 1985, AHSC kemudian dibeli oleh Baxter Travenol yang
kemudian berkerja sama dengan General Electric Information Services
(GEIS) membuat ASAP menciptakan generasi baru yang diberi nama
ASAP Express. Sistem ini mengintegrasikan VIP dengan ASAP Express
untuk membuat jaringan pasar elektronik untuk pasokan rumah sakit yang
difasilitasi oleh GEIS.
Dari model ini terlihat bahwa hanya jika kualitas sumber-sumber daya
sistem teknologi informasi dan kemampuan dari SIS menambah nilai adalah
tinggi, maka perusahaan dapat menggunakan SIS untuk menyerang langsung
pesaing-pesaing atau serangan (kuadran). Jika kualitas sumber-sumber daya
sistem teknologi informasi sudah tinggi, tetapi SIS belum didayagunakan untuk
D. FAKTOR-FAKTOR SUKSES
E. FAKTOR-FAKTOR GAGAL
Selain faktor-faktor sukses yang pelu diperhatikan tidak penerapan SIS,
beberapa faktor gagal juga perlu diperhatikan. Jika faktor-faktor ini diabaikan,
akibatnya dapat sangat fatal bagi perusahaan, hanya bagi penerapan strategi itu
sendiri, tetapi juga bagi kelang- sungan hidup perusahaannya. Faktor-faktor
gagal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.
4. Waktu penerapan SIS yang kurang tepat. Penerapan SIS yang terlalu cepat
dapat bernilai mahal dan tidak efisien, disebabkan biaya teknologi yang
masih baru dan biaya riset kelayakan yang mahal dan belum tentu dapat
diterima oleh konsumen. Akan tetapi penerapan SIS yang terlambat akan
ketinggalan dari pesaing dan tidak menyebabkan menjadi yang pertama.
Oleh karena itu, penerapan waktu SIS harus betul-betul rencana.