KELOMPOK 5
HIGIENE INDUSTRI
a. Kurang Respon dari Manajemen (atasan) prioritas utama tetap produksi harus
jalan - jadi Internal audit, hanya buang waktu
b. Pass atau Fail dalam proses Internal Audit tidak ada efek yang berarti, tidak
seperti halnya audit dari Customer.
c. Internal auditor yg ditugaskan melakukan audit tetap memiliki tanggung jawab
terhadap pekerjaan utamanya, akibatnya kesulitan untuk menjadwal audit dan
pelaksanaan audit tidak efektif.
d. Auditee kurang merespon baik saat diaudit oleh internal auditor, bahkan
beberapa orang merasa bahwa audit mengganggu pekerjaan utama. Dan hasil
temuan audit internal biasanya tidak di follow up dengan baik, karena tidak ada
sanksi yang tegas jika tidak difollow up.
e. Top management seringkali tidak melihat audit internal sebagai alat untuk
mendapatkan feedback untuk improvement bisnis perusahaan, mereka lebih
melihat sebagai pesyaratan formal belaka untuk mempertahankan sertiikat iso
9001.
g. Auditor kurang punya power karena auditor internal berasal dari dalam
organisasi sehingga temuan-temuan direspon tidak sepenuh hati.
h. Kontrol dari superordinat atau manajemen atas follow up hasil audit lemah (ini
jg berkaitan dengan komitmen)
i. Pemahaman auditee tentang audit itu sendiri (kadang masih dianggap sebagai
beban tambahan pekerjaan, belum mengganggap bahwa audit membantu proses
perbaikan berkelanjutan)
j. Kita selaku auditee kadang masih menganggap bahwa audit dilakukan untuk
mencari-cari kesalahan kita. Padahal mestinya kita menganggap audit
dilakukan untuk menunjukkan kepada kita bahwa masih ada kelemahan atas
apa yang kita kerjakan selama ini.
k. Tidak adanya punish and reward atas kegiatan audit internal. Misal tidak
adanya sangsi bagi divisi dengan temuan terbanyak atau punishment bagi divisi
yang terlambat atau ogah-ogahan menutup temuan yang dihasilkan.
Seorang auditor k3 harus memiliki skill khusus untuk bisa melakukan audit. Salah satu
skill nya bisa didapat dari keikutsertaannya dalam pelatihan auditor higiene
industri/SMK3. Dan melalui pelatihan tersebut auditor akan mendapat sertifikat dan
berkompeten.
Antara audit SMK3 dengan Audit Higiene Industri itu berbeda. Audit SMK3
menggunakan form yang sudah ditetapkan sesuai PP Nomor 50 tahun 2012. Sedangkan
audit higiene industri memiliki form audit tersendiri. SMK3 lebih fokus terhadap
kepatuhan perusahaan terhadap peraturan sedangkan audit higiene industri fokus kepada
lingkungan kerja dan pekerjanya. Meskipun demikian, SMK3 dan higiene industri masih
memiliki keterkaitan satu sama lain.
Peta inspeksi yang digunakan adalah peta kerja dari perusahaan itu sendiri. Karena
didalam peta kerja biasanya memuat proses kerja dari tahap awal sampai tahap akhir,
sehingga dari peta kerja itulah dapat diidentifikasi apa saja yang akan diinspeksi pada tiap
proses kerja, mulai dari proses dimana bahan baku masuk, lalu disortir, lanjut ke proses
pengelolaan, perakitan produk dan lainnya.
Untuk form resminya sendiri tidak ada, karena yang membuat form tersebut adalah tim
inspeksi di suatu perusahaan yang berdiskusi menentukan formnya sendiri sesuai dengan
kebutuhan masing-masing perusahaan.Form tersebut biasanya tidak satu tempat saja di
perusahaan tersebut bisa berbagai macam form misalnya form inspeksi wc form inspeksi
environment,dll. Yang mana syarat dari tim inspeksinya harus memiliki pelatihan atau
sertifikasi ahli K3 Umum dengan ketentuan harus memiliki :
- Pengetahuan tentang peraturan dan prosedur K3, termasuk menguasai undang-
undang dan berbagai peraturan K3 yang dikeluarkan pemerintah maupun standar
internasional
- Pengetahuan tentang potensi bahaya
- Pengalaman dengan prosedur kerja
Untuk focus atau perbedaan mendasar terkait inspeksi dan audit adalah dimana inspeksi
lebih cendrung bersifat local atau sesaat berupa kondisi tidak aman maupun prilaku tidak
aman. Sedangkan audit sendiri berasal dari kata audi (mendengarkan) menyelesaikan
temuan secara sistematik mulai dari kebijakan/policy, standar operasional hingga pada
penerapan
Ketujuh jenis inspeksi pengendalian kualitas tersebut tidak dilakukan secara bertahap,
tetapi dibedakan jenisnya sesuai dengan bagian yang memerlukan pengendalian kualitas
dan cara melakukan inspeksinya. Misalnya floor inspection yang dilakukan untuk
pemeriksaan material atau barang setengah jadi untuk mendeteksi permasalahan lebih
awal sebelum diproduksi lebih banyak atau centralised inspection yang dilakukan secara
terpusat di satu tempat tertentu dimana produk yang ingin diperiksa dibawa ke temlat
tersebut.
Ketujuh inspeksi tersebut berbeda bagian dan caranya tetapi tujuannya sama yaitu untuk
pengendalian terhadap kualitas produk di perusahaan.
Inspeksi adalah salah satu cara effektif untuk menilai keadaan tempat kerja apakah dalam
keadaan aman (safe), sehingga setiap potensi bahaya dapat diidentifikasi untuk
menentukan prioritas tindakan (koreksi) yang akan diambil. Dalam pengendalian kualitas
(Quality Control), Inspeksi merupakan salah satu elemen yang sangat penting. Inspection
(Inspeksi) diperlukan untuk memastikan kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan
ketentuan dan standarnya sehingga kepuasan pelanggan dapat terjaga dengan baik.
Jadi, inspeksi ini adalah kegiatan yang dinamis dan mesti dilakukan berulang-ulang untuk
memastikan betul setiap jangka waktu tertentu nya telah teridentifikasi potensi bahaya
yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan kualitas produk sesuai dengan ketentuan
perusahaan.
Wajar jika setelah inspeksi dilakukan terjadi kecelakaan, namun yang perlu digaris
bawahi adalah dari potensi bahaya manakah kecelakaan tersebut bisa terjadi, apakah
potensi bahaya tersebut belum teridentifikasi sebelumnya atau timbul dari adanya potensi
bahaya baru yang belum teridentifikasi? Disitu baru bisa dinilai apakah inspeksi yang
telah dilaksanakan sebelumnya salah, gagal atau tidaknya
Jika kita membuat form inspeksi sendiri, yang belum pernah digunakan sebelumya, tentu
saja kita harus melakukan validasi terlebih dahulu. Pada penyusunan form, salah satu
kriteria form yang baik adalah validitas dan realibilitas dinyatakan valid. Tujuannya
untuk meyakinkan bahwa form yang disusun akan benar-benar baik dalam mengukur
gejala dan menghasilkan data yang valid.
Untuk mengetahui form inspeksi yang kita buat telah layak digunakan, kita harus
mengambil beberapa sampel terlebih dahulu, kemudian data yang telah didapat diolah
menggunakan software SPSS, pada SPSS ini dapat diketahui pertanyaan mana yang tidak
valid dan tidak reliable, sehingga kita dapat menyempurnakan form yang telah kita buat.
Di semua bidang dan aspek ada inspeksi, disetiap sub-bidang juga terdapat inspeksi, ada
yang diinspeksi oleh alat dan terdapat juga inspeksi oleh orang.
Dalam prakteknya pada Industri Manufakturing, Unit kerja yang berkaitan dengan
Inspeksi (Inspection) dan Pengujian (Test) ini bertanggung jawab untuk menilai kualitas
bahan-bahan baku yang dipasok oleh pemasok (supplier) dan produk jadi yang dihasilkan
oleh perusahaan manufakturing itu sendiri apakah telah sesuai dengan karakteristik dan
standar yang ditentukan.
Unit kerja yang bertanggung jawab untuk mendeteksi dan memilah komponen-komponen
yang dipasok oleh pemasok ataupun produk setengah jadi (Semi Products) dari unit kerja
lainnya apakah sudah sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan biasanya disebut
dengan IQC (Incoming Quality Control). Sedangkan unit kerja yang bertanggung jawab
untuk inspeksi dan pengujian terhadap produk jadi (finished goods) yang di produksi oleh
perusahaan manufakturing ini biasanya disebut dengan OQC atau Outgoing Quality
Control.